Analisis Efisiensi Energi Termal Dan Produktivitas Jamur Tiram Terhadap Variasi Alat Sterilisasi

ANALISIS EFISIENSI ENERGI TERMAL DAN PRODUKTIVITAS
JAMUR TIRAM TERHADAP VARIASI ALAT STERILISASI

FITRAH HADI FIRDAUS

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efisiensi
Energi Termal dan Produktivitas Jamur Tiram terhadap Variasi Alat Sterilisasi
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Fitrah Hadi Firdaus
NIM G74110058

ABSTRAK
FITRAH HADI FIRDAUS. Analisis Efisiensi Energi Termal dan Produktivitas
Jamur Tiram terhadap Variasi Alat Sterilisasi. Dibimbing oleh IRZAMAN dan
ARDIAN ARIF SETIAWAN.
Telah berhasil dilakukan sterilisasi jamur tiram dengan perlakuan
menggunakan selongsong dan tanpa selongsong. Bahan bakar yang digunakan
untuk proses tersebut adalah limbah baglog. Sterilisasi bertujuan membunuh
bakteri dan jamur lain yang tidak diinginkan pada baglog. Hasil penelitian terbaik
didapat pada sterilisasi menggunakan selongsong. Hal ini ditunjukkan dari bobot
jamur/produktivitas jamur tiram yang lebih tinggi dibanding tanpa selongsong.
Efisiensi termal tertinggi menggunakan selongsong sebesar 4.74% sementara tanpa
selongsong sebesar 4.36%. Pada variasi waktu inkubasi, kerapatan miselium yang
paling baik ketika hari ke-40.
Kata kunci: baglog, efisiensi, selongsong, sterilisasi


ABSTRACT
FITRAH HADI FIRDAUS. Thermal Energy Efficiency Analysis and Productivity
of Oyster Mushroom on Variations of sterilization. Supervised by IRZAMAN and
ARDIAN ARIF SETIAWAN.
Sterilization of oyster mushrooms with a convection pipe and without
convection pipe has been sucsessfully done. Waste baglogs were used for fuelling
the stove. Sterilization process is aimed to kill undesirable bacteria and fungi in
baglog. The best results were obtained at the one that use the convection pipe, as
can be seen from higher productivity rate. The highest thermal efficiency is 4.74%
for sterilization using a convection pipe, while for the one without convection pipe
is found to be 4.36 %. The best density of mycelium of oyster mushroom was found
at 40th days after-incubation time.
Keywords: baglog, convection pipe, efficiency , sterilization

ANALISIS EFISIENSI ENERGI TERMAL DAN PRODUKTIVITAS
JAMUR TIRAM TERHADAP VARIASI ALAT STERILISASI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains

pada
Departemen Fisika

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015 FIRDAUS
FITRAH HADI

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia,
rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
Analisis Efisiensi Energi Termal dan Produktivitas Jamur Tiram terhadap variasi
Alat Sterilisasi. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan
program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Almarhum kedua orang tua penulis Bapak Asep Suparman dan Ibu Maemunah
yang menjadi motivasi dan pemberi semangat pada penulis

2. Kakak dan Adik penulis Selfi Cahya Utami, Endang Rusmana, Farhan Alfatah,
dan Hasbi Ardhafi Pratama yang memberikan semangat.
3. Saudara penulis yang memberikan semangat.
4. Bapak Dr Ir Irzaman, MSi dan Bapak Ardian Arif Setiawan, MSi selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kritik,
dan saran.
5. Bapak Heriyanto Syafutra, MSi selaku dosen penguji atas saran dan kritiknya.
6. Ibu Maya, Sp yang telah membimbing serta memberikan ilmu tentang jamur
tiram.
7. Ayah dan Bunda Asril yang selalu membantu, membimbing dan memberi
semangat penulis saat di lapangan
8. Tim Peneliti jamur tiram putih Desa Situ Ilir, dan Situ Udik yang telah
membantu di lapangan.
9. Seluruh Dosen pengajar, staf dan karyawan di Departemen Fisika FMIPA IPB.
10. Rekan-rekan satu tim penelitian Ana, Irlian, Lusia, Erni, dan Abu Sonip terima
kasih atas kerja sama dan semangatnya.
11. Teman-temanku Habib, Sony, Fatwa, Kasasi, Edo, Erika, dan Egha serta
angkatan 48, 49 dan 50 terima kasih atas kebersamaan kalian.
12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu,
terima kasih banyak atas dukungannya.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat.

Bogor, April 2015
Fitrah Hadi Firdaus

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian


2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Jamur Tiram

2

Baglog

2

Selongsong

3

Perpindahan Kalor


3

Konduksi

3

Konveksi

3

Radiasi

3

Energi yang Terkandung dalam Bahan Bakar

4

Perhitungan Efisiensi Termal Bahan Bakar


4

Perhitungan Statistik menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

4

METODE

6

Waktu dan Tempat

6

Alat dan Bahan

6

Prosedur Analisis


6

Proses Pembuatan Baglog

7

Pengomposan

7

Pembuatan Baglog

7

Sterilisasi Baglog

7

Pembibitan, Inkubasi, dan Pertumbuhan


7

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Efisiensi Energi Termal menggunakan selongsong dan tanpa selongsong

11

Hasil Panen Jamur Tiram

13

Analisis Statistik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

15

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

24

DAFTAR TABEL
1 Energi yang terkandung dalam beberapa bahan bakar
2 Sterilisasi baglog dengan perlakuan selongsong selama 6 jam berbahan
bakar limbah baglog
3 Sterilisasi baglog dengan perlakuan tanpa selongsong selama
6 jam berbahan bakar limbah baglog
4 Efisiensi sterilisasi baglog dengan perlakuan selongsong selama 6 jam
berbahan bakar limbah baglog
5 Efisiensi sterilisasi baglog dengan perlakuan selongsong selama 6 jam
berbahan bakar limbah baglog
6 Hasil panen jamur tiram pada perlakuan selongsong pengulangan
pertama serta variasi waktu inkubasi
7 Hasil panen jamur tiram pada perlakuan tanpa selongsong
pengulangan pertama serta variasi waktu inkubasi
8 Hasil panen jamur tiram pada perlakuan selongsong pengulangan kedua
serta variasi waktu inkubasi
9 Hasil panen jamur tiram pada perlakuan tanpa selongsong pengulangan
kedua serta variasi waktu inkubasi
10 Data perlakuan sterilisasi terhadap efisiensi termal dengan bahan bakar
limbah baglog
11 Analisis ragam dari perlakuan sterilisasi terhadap efisiensi termal dengan
bakar limbah baglog
12 Data hasil panen jamur tiram terhadap variasi waktu inkubasi dengan
sterilisasi menggunakan selongsong
13 Analisis ragam dari hasil panen jamur tiram terhadap variasi waktu
inkubasi dengan sterilisasi menggunakan selongsong
14 Data hasil panen jamur tiram terhadap variasi waktu inkubasi dengan
sterilisasi tanpa selongsong
15 Analisis ragam dari hasil panen jamur tiram terhadap variasi waktu
inkubasi dengan sterilisasi tanpa selongsong

4
11
11
11
12
13
14
14
14
16
16
16
16
17
17

DAFTAR GAMBAR
1 Desain kompor
2 Desain drum menggunakan selongsong
3 Diagram alir penelitian

8
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1. Perhitungan efisiensi bahan bakar limbah baglog
2. Analisis statistik menggunakan rancangan acak lengkap

20
22

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jamur tiram putih (Pleurotus florida) merupakan salah satu jenis jamur kayu
yang dapat dikonsumsi. Kandungan gizi yang tinggi serta rasanya yang lezat
membuat jamur tiram ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu,
dibandingkan dengan jamur konsumsi lainnya, jamur tiram putih memiliki harga
yang lebih terjangkau bagi konsumen.1 Potensi tersebut mendorong para petani
untuk membudidayakan jamur tiram putih.
Jamur tiram putih dapat dibudidayakan pada batangan kayu atau media
tanam. Media tanam yang digunakan seperti serbuk kayu, bongkol jagung, dan
lainnya. Pemanfaatan jenis-jenis limbah untuk budidaya jamur akan membantu
memecahkan masalah penumpukan limbah. Pada budidaya jamur tiram, proses
sterilisasi sangat penting dilakukan. Karena dapat membunuh mikroba serta jamur
lain yang akan menghambat pertumbuhan jamur tiram. Akan tetapi, apabila proses
sterilisasi kurang baik maka akan mempengaruhi produktivitas jamur tiram.
Kendala yang dihadapi petani yaitu mahalnya alat sterilisasi baglog yang
memadai. Dengan membuat peralatan sterilisasi sederhana yang terbuat dari drum
serta didalamnya diberi selongsong (pipa konveksi), diharapkan dapat menjadi
solusi bagi permasalahan petani jamur tiram. Selain itu, keterbatasan dan makin
mahalnya sumber bahan bakar minyak bumi menjadi inspirasi untuk menggunakan
energi alternatif.2 Baglog yang sudah tidak ditumbuhi jamur tiram akan menjadi
limbah yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, limbah
baglog dimanfaatkan sebagai energi alternatif untuk bahan bakar memasak .
Penelitian ini dilakukan untuk membantu para petani untuk memperkecil
biaya produksi dengan menjadikan limbah baglog sebagai bahan bakar untuk
sterilisasi. Kemudian dengan alat sterilisasi sederhana ini, diharapkan sterilisasi
baglog dapat optimal dengan waktu yang lebih singkat.
Perumusan Masalah
1.
2.

Apakah penambahan selongsong pada alat sterilisasi berpengaruh terhadap
nilai efisiensi bahan bakar dan produktivitas jamur tiram ?
Apakah variasi waktu inkubasi mempengaruhi kerapatan miselium serta
produktivitas jamur tiram ?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimasi efisiensi kompor
berbahan bakar limbah baglog dan produktivitas jamur tiram dengan
memvariasikan alat sterilisasi yaitu dengan diberi selongsong dan tanpa
selongsong. Selain itu, bertujuan untuk mengamati kerapatan miselium terhadap
variasi waktu inkubasi.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk membantu petani budidaya jamur tiram
dalam memaksimalkan hasil produksi dengan biaya produksi yang minimum
dengan menggunakan bahan bakar dari limbah baglog serta peralatan sterilisasi
sederhana.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi sterilisasi baglog dengan meninjau efisiensi energi
termal, kemudian pada budidaya jamur tiram mengamati perbedaan produksi
jamur tiram dengan perlakuan waktu inkubasi 35 hari, 40 hari dan 45 hari serta
menganalisis data dengan metode rancangan acak lengkap (RAL).

TINJAUAN PUSTAKA
Jamur Tiram
Jamur tiram putih merupakan jenis jamur kayu yang tumbuh saling
bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah lapuk. Secara umum
penumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase yaitu fase vegetatif dan fese generatif.
Fase vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselia jamur di
dalam media. Miselia mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa
kompleks seperti lignin menjadi senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan
untuk pertumbuhan. Setelah beberapa waktu miselia saling bertemu yang
selanjutnya berkembang menjadi tubuh buah yang disebut fase generatif.3

Baglog
Baglog adalah salah satu media untuk pertumbuhan jamur tiram harus dibuat
menyerupai kondisi tempat tumbuh jamur tiram di alam yaitu tumbuh pada kayu
yang sudah lapuk. Berikut adalah bahan baku yang digunakan untuk media jamur
tiram.4
1. Serbuk kayu
2. Dedak sebagai sumber karbohidrat dan protein
3. Kapur (CaCO3) sebagai pengatur pH dan sumber mineral
4. Gipsum sebagai bahan untuk mengokohkan media dan penambah mineral
5. Pemberian air, kandungan air berkisar antara 60 - 65%

3
Selongsong

Kegagalan panen dapat disebabkan oleh proses sterilisasi media yang kurang
sempurna. Hal ini disebabkan oleh penyebaran kalor pada media sterilisasi tidak
merata, dengan menggunakan selongsong yang telah dilubangi, diharapkan
mampu meratakan suhu pada media sterilisasi.5 Selongsong (pipa konveksi)
merupakan alat yang digunakan sebagai pemerata kalor agar pada media sterilisasi
penyebaran kalor merata, sehingga dapat berpengaruh terhadap jumlah
kontaminasi pada media tanam jamur tiram.6
Perpindahan Kalor
Kalor adalah energi yang dipindahkan karena adanya beda temperatur.
Sistem perpindahan kalor dibagi menjadi 3 jenis, yaitu konduksi, konveksi dan
radiasi. Secara umum, ketiga jenis tersebut dibedakan berdasarkan media dalam
upaya memindahkan energi kalor. Konduksi menggunakan media padat, konveksi
menggunakan media fluida, sedangkan radiasi menggunakan media gelombang
elektromagnetik.2,7
Konduksi
Konduksi adalah pengangkutan kalor melalui interaksi antara atom-atom
atau molekul tanpa disertai dengan perpindahan atom atau molekul itu sendiri.
Arah aliran energi kalor adalah dari temperatur tinggi ke temperatur rendah dan
konduksi hanya terjadi jika ada perbedaan temperatur.8
Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor oleh gerakan massa pada fluida dari
suatu daerah ruang ke daerah lainnya disertai dengan perpindahan molekul fluida.
Ada 2 jenis konveksi yaitu konveksi alami dan konveksi buatan, contoh proses
konveksi alami yang umum terjadi adalah aliran udara yang panas dan pemanasan
pada air.9
Radiasi
Radiasi ialah proses pancaran energi oleh benda-benda dalam bentuk
radiasi gelombang elektromagnetik. Radiasi ini bergerak melewati ruang dengan
kelajuan cahaya. Semua benda memancarkan dan menyerap radiasi
elektromagnetik. Bila benda ada dalam kesetimbangan termis dengan sekitarnya,
benda memancarkan dan menyerap energi pada laju yang sama. Namun, jika benda
dipanaskan sampai temperatur yang lebih tinggi dari pada sekitarnya, maka benda
meradiasi keluar lebih banyak energi daripada yang diserapnya.8

4
Energi yang Terkandung dalam Bahan Bakar
Jumlah kalor yang dilepaskan saat pembakaran atau heat value fuel (HVF)
setara dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar tersebut. Jumlah kalor
yang dilepaskan saat proses pembakaran dengan menggunakan bahan bakar
limbah baglog sebesar 4014 kkal/kg sementara kayu bakar memiliki nilai energi
pembakaran 3355 kkal/kg. Tabel 1 menunjukkan jumlah kalor yang dilepaskan
pada saat pembakaran beberapa bahan bakar yang sering digunakan.14
Tabel 1 Energi yang terkandung dalam beberapa bahan bakar.14
Ekuivalen
bahan bakar

Energi yang
terkandung dalam
bahan bakar (kkal/kg)

LPG
Sekam Padi
Limbah baglog
Kayu
Arang Kayu
Minyak Tanah
Bensin

11767
3300
4014
3355
5893
11000
11528

Perhitungan Efisiensi Termal Bahan Bakar
Untuk menghitung efisiensi termal bahan bakar perlu mencari laju energi
yang dibutuhkan untuk memasak dengan menggunakan Persamaan(1).7,12,13
=





∆� +

Keterangan :
Qn : laju energi yang dibutuhkan (kkal/hari)
: massa air awal (kg)
: massa air yang menguap (kg)
: kalor jenis air (kkal/kg 0C)
: kalor jenis uap air (kkal/kg 0C)
: kalor laten uap air (kcal/kg)
∆� : perubahan suhu air (0C)
∆� : perubahan suhu uap air (0C)
: waktu pemasakan (hari)

+

∆�

(1)

5
Efisiensi energi termal bahan bakar dapat dihitung menggunakan
Persamaan (2).5,19
ɳ=





%

(2)

Keterangan :
ɳ
: Efisiensi bahan bakar (%)
�� : (Fuel consumption rate) laju bahan bakar yang dibutuhkan (kg/hari)
: laju energi yang dibutuhkan (kkal/hari)
��� : (Heat value fuel) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kkal/kg)

Nilai FCR (Fuel consumption rate) dapat dihitung dalam Persamaan (3) dan (4).5
Γ=

keterangan :

Γ
t

�� =

Γ



(3)
jam

(4)

: Massa awal limbah baglog (kg)
: Massa sisa limbah baglog (kg)
: Massa bahan bakar terpakai (kg)
: Waktu pengukusan (jam)
Perhitungan Statistik menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Metode rancangan acak lengkap merupakan suatu metode statistik yang
digunakan untuk menduga keterkaitan dua buah variabel. Pada penelitian ini
metode rancangan acak lengkap digunakan untuk melihat hubungan variasi alat
sterilisasi dengan efisiensi bahan bakar dan variasi waktu inkubasi terhadap
produktivitas jamur tiram. Data yang akan dibandingkan diolah untuk
mendapatkan Fhitung. Fhitung yang didapat dibandingkan dengan Ftabel sehingga
dapat dianalisis pengaruh dari perlakuan tersebut.16 Rancangan acak lengkap dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (6), (7), (8), (9), (10), (11), (12), (13),
(14). 16
Faktor koreksi (FK)
FK =

Jumlah kuadrat total (JKT)
JKT = Σ – FK
Jumlah kuadrat perlakuan (JKP)
JKP = (r x Σ ) – FK
Jumlah kuadrat galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
Db P = t-1
Db G = t (r-1)
Kuadrat tengah perlakuan (KTP)
KTP = JKP : Db P

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

6
Kuadrat tengah galat (KTG)
KTG = JKG : Db G
sehingga didapat Fhitung :
Fhitung = KTP : KTG
Keterangan :
t
= perlakuan
r
= ulangan
y
= rata-rata umum
Dbp = derajat bebas perlakuan
DbG = derajat bebas galat

(13)
(14)

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak Oktober 2014 hingga Maret 2015 di
Laboratorium Fisika Material Elektronik Departemen Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor dan di Desa Situ ilir
Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah drum, besi selongsong,
stopwatch, timbangan 50 kg, kapas, cidukan serbuk, sekop, cangkul, plastik tahan
panas ukuran (17x35x0.3) cm, meteran, terpal, peralon, tungku sederhana yang
terbuat dari drum yang dipotong hingga mempunyai ukuran tinggi 47 cm, diameter
56 cm, dan ketebalan 1 cm, laptop dan software mini tab versi 16. Desain dari
tungku sederhana ditunjukkan pada Gambar 1. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah serbuk kayu, limbah baglog jamur, air, kayu bakar, dedak,
dan kapur pertanian.

Prosedur Analisis
Tahapan penelitian ini meliputi pembuatan baglog, sterilisasi baglog,
pembibitan, inkubasi dan pemanenan seperti pada Gambar 3 serta melakukan
analisis data menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL).

7
Proses Pembuatan Media Tanam (baglog)
Pengomposan
Pengomposan adalah proses pembuatan media tumbuh jamur (yang dibuat
menyerupai kondisi di alam) dengan menggunakan campuran bahan yang terdiri
dari serbuk gergaji 100 kg, tepung jagung 1 % (1 kg), kapur pertanian sebanyak
1.8% (1.8 kg), dan dedak 18% (18 kg).10 Pengomposan dilakukan di tempat yang
tertutup supaya bahan yang dicampurkan berada pada suhu yang sesuai (27-30 oC).
Setelah proses pengomposan dilakukan pengadukan dengan cara menambahkan
air 60% dari volume total, yaitu sekiranya bahan campuran digenggam maka akan
menggumpal.15
Pembuatan Baglog
Bahan yang sudah dikompos kemudian dimasukan ke dalam plastik
polipropena (PP) tahan panas dengan ketebalan 0.3 cm dengan berukuran (17x35)
cm kemudian dicetak menggunakan pipa silinder dengan ukuran diameter 16 cm
dan tinggi 32 cm agar dapat menyerupai potongan kayu gelondongan. Berat baglog
hasil cetakan harus sebesar 1 kg. 20
Sterilisasi Baglog
Media tanam yang telah dikemas dalam wadah atau yang sering disebut
dengan baglog, kemudian langkah berikutnya dilakukannya sterilisasi. Proses
sterilisasi sangat berpengaruh dalam pembudidayaan jamur tiram. Karena pada
media tanam yang dibuat, banyak mengandung mikroba khususnya jamur-jamur
liar. Kegagalan panen banyak disebabkan oleh proses sterilisasi baglog yang
kurang sempurna. Banyak cara yang dilakukan untuk sterilisasi, di antaranya
sterilisasi dengan tekanan tinggi, sterilisasi dengan udara panas dan sterilisasi
dengan uap air panas. Ada dua metode steriliasi baglog yaitu dengan menggunakan
autoclave dan drum.11 Dalam penelitian ini digunakan metode sterilisasi
menggunakan drum.
Baglog disterilisasi menggunakan drum berukuran tinggi 121 cm dan
diameter 56 cm dengan diberi perlakuan tanpa selongsong dan menggunakan
selongsong berukuran 9 cm yang diletakkan ditengah drum yang dapat dilihat pada
Gambar 2. Kemudian dikukus dengan menggunakan bahan bakar limbah baglog
selama 6 jam. Dengan suhu uap mencapai 222 ºC.6 Saat pengukusan sumber api
harus dijaga agar tetap konstan, supaya memberikan tekanan dan suhu yang
konstan.15 Total baglog yang diproduksi sebanyak 204 baglog tiap satu kali
pengulangan dengan dua perlakuan sterilisasi. Sehingga masing-masing alat terisi
102 baglog untuk disterilkan.
Pembibitan, Inkubasi dan Pertumbuhan
Baglog yang telah selesai disterilkan harus didinginkan terlebih dahulu
selama 12 jam sampai suhunya mencapai 35 ºC - 40 ºC. Karena apabila masih
terlalu panas bibit jamur yang akan diinokulasi (pembibitan) tidak akan tumbuh.
Pada proses pembibitan, bibit yang digunakan adalah miselium dari bibit yang

8
dibuat dengan media jagung pecah. Jagung pecah berfungsi sebagai sumber protein
untuk membantu pertumbuhan miselium.
Setelah diinkolasi, jika dalam lima hari belum ada perubahan miselium maka
media tumbuh (baglog) terkontaminasi. Kontaminasi yaitu tumbuhnya cendawan
lain pada baglog yang menyebabkan baglog ditumbuhi koloni cendawan berwarna
hijau, hitam atau putih, dan sebagainya.4 Faktor penyebab terjadinya kontaminasi
adalah kualitas bibit yang kurang baik, ruangan inkubasi yang tidak steril dan
terlalu dingin, kemudian kadar air yang terlalu tinggi pada baglog.
Dari 102 baglog untuk tiap perlakuan sterilisasi kemudian dipilih baglog
yang tidak terkontaminasi. Kemudian, sisanya dikelompokkan untuk proses
inkubasi dengan variasi hari yaitu 35 hari, 40 hari, dan 45 hari. Sehingga untuk
pengambilan data hanya dilihat dari baglog yang sudah dipisahkan dari yang
terkontaminasi. Seperti pada Tabel 6, 7, 8, dan 9.
Ruang inkubasi harus di tempat gelap dengan suhu berkisar 25-28 ºC. Tanda
keberhasilan inkubasi dapat terlihat pada usia dua minggu yaitu dengan tumbuhnya
miselium jamur yang berwarna putih merambat ke bawah baglog. Setelah waktu
inkubasi berakhir pindahkan baglog pada tempat yang terang. Setelah itu, baglog
ditempatkan pada rak-rak dalam rumah jamur (kumbung),10 Setelah tumbuh
menjadi jamur kemudian jamur siap untuk dipanen.

Gambar 1 Bagian-bagian kompor16
keterangan :
a. Lubang untuk membatasi api
b. Bahan isi
c. Badan kompor
d. Lubang utama

9

Gambar 2 Desain drum menggunakan selongsong 6
Keterangan :
1. Drum berdiameter 56 cm
2. Selongsong berdiameter 9 cm
3. Ruang baglog (102 buah )
4. Tatakan baglog
5. Arah gerak uap air
6. Air (33 Kg)

10
Mulai

Persiapan alat
dan bahan
Persiapan alat sterilisasi

Pengomposan bahan baglog

Pembuatan baglog

Pemasangan pipa pada drum

Sterilisasi baglog selama 6 jam

Pembibitan (inokulasi)
Inkubasi

35 hari

40 hari

45 hari

Proses panen
Pengambilan data

Perhitungan dan analisis
data
Penyusunan laporan

Selesai
Gambar 3 Diagram alir penelitian

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Efisiensi Energi Termal menggunakan selongsong dan tanpa selongsong
Tabel 2 Sterilisasi baglog dengan perlakuan selongsong selama 6 jam
berbahan bakar limbah baglog

Ulangan
1
2

Massa
Air
awal
(Kg)
33
33

Massa
Air
sisa
(Kg)
24.8
24

Massa
uap
air
(Kg)
8.2
9.0

Massa limbah baglog (Kg)
Awal

Terpakai

Sisa

55
55

36.5
28.5

18.5
26.5

Massa
Kayu
terpakai
(Kg)
12.8
15

Tabel 3 Sterilisasi baglog dengan perlakuan tanpa selongsong selama 6 jam
berbahan bakar limbah baglog

Ulangan
1
2

Massa
Air
awal
(Kg)
33
33

Massa
Air
sisa
(Kg)
25.9
25

Massa
uap air
(Kg)

Massa limbah baglog (Kg)
Awal

Terpakai

Sisa

55
55

37
29

18
26

7.1
8.0

Massa
Kayu
terpakai
(Kg)
11.5
14.5

Tabel 4 Efisiensi sterilisasi baglog dengan perlakuan selongsong selama 6 jam
berbahan bakar limbah baglog
Qn
Ulangan
(kkal/hari)
1
2
* literatur 14

29316
31236

FCR
FCR
HVF
HVF
baglog
kayu
baglog
kayu
(kg/hari) (kg/hari) (kkal/kg)* (kkal/kg)*
146
114

50
60

4014
4014

3355
3355

Efisiensi
(%)
3.87
4.74

12
Tabel 5 Efisiensi sterilisasi baglog dengan perlakuan tanpa selongsong selama
6 jam berbahan bakar limbah baglog

Ulangan

Qn
(kkal/hari)

1
2

26676
28836

FCR
FCR
HVF
HVF
Efisiensi
baglog
kayu
baglog
kayu
(%)
(kg/hari) (kg/hari) (kkal/kg)* (kkal/kg)*
148
116

46
58

4014
4014

3355
3355

3.56
4.36

* literatur 14

Pada proses sterilisasi media jamur tiram terdapat tiga proses perpindahan
kalor yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Peristiwa konduksi terjadi saat energi
kalor dari api kompor ditransfer menuju drum. Peristiwa konveksi terjadi pada
proses pemanasan air di dalam drum sedangkan radiasi terjadi dari api kompor
yang meradiasikan panasnya ke lingkungan sekitar.17
Proses sterilisasi yang divariasikan dengan menggunakan selongsong dan
tanpa selongsong dilakukan selama 6 jam dengan menggunakan bahan bakar
limbah baglog. Pada proses sterilisasi, bahan bakar yang digunakan adalah limbah
baglog dan kayu bakar. Selama proses pembakaran, api yang membakar kayu
bakar akan merambat pada limbah baglog melalui lubang utama pada kompor,
sehingga api tersebut akan mengenai dasar drum sterilisasi sehingga dapat
memanaskan baglog yang ada didalam drum dengan cara proses konduksi. Api
merambat pada dinding limbah baglog sehingga diameter lubang limbah baglog
akan semakin membesar akibat terbakar. Proses pembakaran limbah baglog ini
sangat bergantung pada kayu bakar sehingga apabila kayu bakar habis maka api
pun akan padam.
Kemudian air yang ada didalam drum akan menerima panas sehingga suhu
air meningkat. Apabila kalor yang diterima oleh air semakin banyak maka air
mengalami perubahan fasa yaitu menjadi uap air. Uap air tersebut berfungsi untuk
membunuh mikroba yang ada didalam baglog dengan cara disebar melalui
selongsong.Selongsong yang terbuat dari bahan konduktor menyebabkan drum
pada proses sterilisasi menjadi cepat panas, sehingga waktu untuk memanaskan
drum lebih cepat dibanding tanpa selongsong. Apabila proses steriliasasi diukur
dari seberapa cepat drum panas, tentu ketika menggunakan selongsong bahan
bakar yang digunakan akan lebih sedikit. Akan tetapi, pada proses ini pengukusan
dibuat sama yaitu selama 6 jam.
Berdasarkan Tabel 2, 3, 4 dan 5 dapat dilihat bahwa laju bahan bakar yang
dibutuhkan perhari ketika menggunakan selongsong untuk pengulangan 1 dan 2
yaitu 146 kg/hari dan 114 kg/hari sementara tanpa selongsong untuk pengulangan
1 dan 2 yaitu 148 kg/hari dan 116 kg/hari. Hal ini menjelaskan bahwa dengan
menggunakan selongsong laju bahan bakar yang digunakan dalam satu hari lebih
rendah dibanding tanpa selongsong. Menurut Persamaan 4 nilai FCR sebanding
dengan bahan bakar yang terpakai sehingga nilai FCR pada selongsong lebih
tinggi dibanding tanpa selongsong. Sementara itu, laju energi yang dibutuhkan tiap
variasi alat sterilisasi memiliki nilai yang berbeda. Pada penggunaan selongsong
ulangan 1 dan 2 nilainya sebesar 29316 kkal/hari dan 31236 kkal/hari, sementara
pada steriliasasi tanpa selongsong sebesar 26676 kkal/hari dan 28836 kkal/hari.

13
Yang membedakan dari perlakuan ini adalah massa uap air yang dihasilkan.
Penggunaan selongsong menghasilkan massa uap air yang paling banyak
dibanding tanpa selongsong.
Pada proses sterilisasi didapat nilai efisiensi energi termal untuk tiap
perlakuaan. Efisiensi termal mengindikasikan seberapa besar energi dari bahan
bakar dikonversi menjadi kalor. Berdasarkan persamaan 2, nilai efisiensi didapat
dengan cara membagi kalor keluaran (laju energi yang dibutuhkan) dengan kalor
masukan (perkalian antara HVF dan FCR).
Dari data yang didapat bahwa nilai efisiensi saat menggunakan selongsong
maupun tanpa selongsong berbeda. Ketika menggunakan selongsong untuk
ulangan 1 dan 2 secara berturut-turut adalah 3.87% dan 4.74% dengan waktu
pengukusan 6 jam. Nilai efisiensi tanpa selongsong dengan ulangan 1 dan 2 secara
berturut-turut adalah 3.56% dan 4.36% dengan waktu pengukusan 6 jam.
Sterilisasi menggunakan selongsong memiliki efisiensi yang lebih tinggi karena
proses pemanasan drum lebih cepat sehingga waktu yang dibutuhkan lebih cepat
dan menghabiskan bahan bakar yang lebih sedikit. Nilai efisiensi 3.87% memiliki
arti yaitu energi yang dihasilkan dari pembakaran yang digunakan untuk proses
sterilisasi hanya sebesar 3.87% sisanya sebesar 92.13% merupakan energi yang
terbuang ke lingkungan. Penyebab tingginya energi yang terbuang yaitu alat
sterilisasi tidak bersistem tertutup yang sempurna. Sistem tertutup didefinisikan
yaitu interaksi antara sistem dengan lingkungan tidak adanya pertukaran massa
tetapi terjadi pertukaran energi (panas dan kerja).18 Panas dari kompor tidak semua
diserap oleh drum melainkan ada yang berinteraksi dengan udara disekitar kompor.
Kemudian panas yang telah diserap oleh drum pun tidak semua digunakan untuk
kerja melainkan ada juga yang terbuang melalu perambatan panas pada dinding
drum dan keluarnya uap air dari sistem.

Hasil Panen Jamur Tiram
Tabel 6 Hasil panen jamur tiram pada perlakuan selongsong pengulangan
pertama serta variasi waktu inkubasi
Jumlah
baglog yang
tumbuh
35
8
40
8
45
7
Total
23
Jumlah panen sebanyak 4 kali
Waktu inkubasi
(hari)

Jumlah
baglog yang
kontaminasi
79

Massa jamur total (gram )
3050
3100
1050
7200

14
Tabel 7 Hasil panen jamur tiram pada perlakuan tanpa selongsong pengulangan
pertama terhadap waktu inkubasi
Jumlah
baglog yang
tumbuh
35
12
40
12
45
12
Total
36
Jumlah panen sebanyak 4 kali
Waktu inkubasi
(hari)

Jumlah
baglog yang
kontaminasi
66

Massa jamur total (gram )
1300
3050
800
5150

Tabel 8 Hasil panen jamur tiram pada perlakuan selongsong pengulangan kedua
terhadap waktu inkubasi
Jumlah
baglog yang
tumbuh
35
31
40
32
45
32
Total
95
Jumlah panen sebanyak 4 kali
Waktu inkubasi
(hari)

Jumlah
baglog yang
kontaminasi
7

Massa jamur total (gram )
4950
6350
5250
16550

Tabel 9 Hasil panen jamur tiram pada perlakuan tanpa selongsong pengulangan
dua terhadap waktu inkubasi
Jumlah
baglog yang
tumbuh
35
30
40
31
45
30
Total
91
Jumlah panen sebanyak 4 kali
Waktu inkubasi
(hari)

Jumlah
baglog yang
kontaminasi
11

Massa jamur total (gram )
3000
6150
5700
14850

Sterilisasi yang divariasikan menggunakan selongsong dan tanpa selongsong
sangat berpengaruh terhadap sebaran kalor di dalam drum sehingga mempengaruhi
jumlah kontaminasi dan hasil panen jamur tiram. Hasil panen jamur tiram
bergantung dari pertumbuhan miselium. Baglog yang diinokulasi dengan bibit
jamur tiram dalam tiga hari akan terlihat tumbuh miselium. Untuk siap menjadi
tubuh buah, miselium harus memenuhi ruang yang ada pada baglog agar hasil yang
didapat optimal. Miselium dalam dua minggu akan merambat turun menuju bagian
bawah baglog, kemudian miselium akan bergerak keatas baglog hingga miselium
siap untuk menjadi tubuh buah. Keadaan tersebut berlangung selama 35-40 hari
untuk baglog dengan ukuran plastik (17x35) cm. Kemudian baglog yang telah
dipenuhi miselium akan tumbuh jamur. Setelah dua hingga tiga hari tumbuh jamur,
maka jamur siap untuk dipanen. Proses pemanenan berikutnya akan berlangsung

15
satu hingga dua minggu kemudian bergantung pada kondisi lingkungan, suhu, dan
kondisi baglognya.
Hasil panen dan jumlah kontaminasi dapat dilihat pada Tabel 6, 7, 8 dan 9
Jumlah baglog yang tumbuh saat ulangan 1 dan 2 secara berturut-turut pada
strerilisasi menggunakan selongsong yaitu 23 baglog dengan hasil panen sebesar
7200 gram dan 91 baglog dengan hasil panen sebesar 16550 gram selama 4 kali
panen. Sementara tanpa selongsong untuk ulangan 1 dan 2 jumlah baglog yang
tumbuh sebanyaknya 36 baglog dengan hasil panen sebesar 5150 gram dan
sebanyak 11 baglog dengan hasil panen sebesar 14850 gram untuk 4 kali panen
dengan total baglog untuk tiap pengulangan sebanyak 102 baglog. Pada sterilisasi
dengan perlakuan menggunakan selongsong menghasilkan massa panen yang lebih
banyak dibanding tanpa selongsong. Hal ini disebabkan oleh panas yang merata
yang diterima oleh baglog didalam drum sehingga mikroba atau jamur lain pada
baglog telah mati dan membuat lebih banyak jamur tiram yang tumbuh dan jamur
yang dihasilkan pun memiliki ukuran dan bobot yang besar dibanding tanpa
selongsong.
Usia baglog yang baik untuk waktu inkubasi pada wilayah bogor dengan
suhu berkisar 26-34 ºC saat hari ke-40 dengan berat baglog 1 kg, dengan
menggunakan bibit (miselium) yang tumbuh pada media jagung pecah dan ukuran
plastik (17x35x0.3) cm3. Karena hari ke-40 miselium yang tumbuh pada baglog
sudah merata dan optimal untuk tumbuh menjadi tubuh buah (jamur) dibanding
waktu inkubasi ke-35 dan hari ke-45. Pada hari ke-35 miselium sudah tumbuh
memenuhi isi baglog, akan tetapi pertumbuhannya masih kurang rapat. Sehingga
nutrisi yang dimiliki miselium masih kurang optimal untuk membentuk tubuh buah
yang besar. Sementara hari ke-45, miselium yang tumbuh sudah memenuhi baglog
hingga salling menumpuk. Hal ini disebabkan karena, pada hari ke-45 seharusnya
miselium sudah menjadi jamur. Akan tetapi, karena baglog masih dalam keadaan
tertutup sehingga oksigen dari luar tidak dapat masuk kedalam baglog karena
untuk menjadi tubuh buah perlu adanya oksigen. Ini menyebabkan terjadinya
penumpukan miselium sehingga nutrisi yang tersedia dalam baglog menjadi
berkurang. Oleh karena itu, produktivitas jamur tiram saat hari ke-35 dan hari ke45 lebih rendah dibanding hari ke-40.
Analisis Statistik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Dengan menggunakan software minitab versi 16 dapat dibuktikan bahwa
data pada Tabel 10 dan Tabel 11 pada perlakuan sterilisasi menggunakan
selongsong tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi kompor dengan bahan bakar
limbah baglog jamur tiram. Hal ini dikarenakan Fhitung yang didapat lebih kecil
dibandingkan Ftabel pada selang kepercayaan 95 %. Artinya perubahan variasi alat
sterilisasi pada proses pengukusan menggunakan bahan bakar limbah baglog tidak
mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar. Contoh perhitungan tertera dalam
Lampiran 2.

16
Tabel 10 Data perlakuan sterilisasi terhadap efisiensi termal dengan bahan bakar
limbah baglog
Ulangan

Perlakuan

1
3.87
3.56

Selongsong
Tanpa selongsong

Rata-rata

2
4.74
4.36
Rataan umum

4.3050
3.9600
4.1325

Tabel 11 Analisis ragam dari perlakuan sterilisasi terhadap efisiensi termal dengan

bakar limbah baglog
Sumber
keragaman
(SK)

Derajat
bebas
(db)

Jumlah
kuadrat
(JK)

Kuadrat
tengah
(KT)

Fhitung

Perlakuan

1

0.1190

0.1190

0.3408

Galat
Total

2
3

0.6985
0.8175

0.3492

Ftabel
5%
19.00

Dengan menggunakan software minitab versi 16 dapat dibuktikan bahwa
data pada Tabel 12 dan Tabel 13 pada perlakuan variasi waktu inkubasi dengan
sterilisasi menggunakan selongsong tidak berpengaruh nyata terhadap hasil
produksi panen jamur tiram. Hal ini dikarenakan Fhitung yang didapat lebih kecil
dibandingkan Ftabel pada selang kepercayaan 95 %. Artinya perubahan variasi
waktu inkubasi tidak mengakibatkan perubahan hasil produksi panen jamur tiram.
Contoh perhitungan tertera dalam Lampiran 2.
Tabel 12 Data hasil panen jamur tiram (Kg) terhadap variasi waktu inkubasi
dengan sterilisasi menggunakan selongsong
Ulangan

Waktu inkubasi
(hari)
35
40
45

1
3.05
3.10
1.05

Rata-rata

2
4.95
6.35
5.25

4.000
4.725
3.150
3.9583

Rataan umum

Tabel 13 Analisis ragam dari hasil panen jamur tiram terhadap variasi waktu
Inkubasi dengan sterilisasi menggunakan selongsong
Sumber
keragaman
(SK)

Derajat
bebas (db)

Jumlah
kuadrat
(JK)

Kuadrat
tengah
(KT)

Fhitung

Perlakuan

2

2.49

1.24

0.23

Galat
Total

3
5

15.91
18.39

5.30

Ftabel
5%
9.55

17
Dengan menggunakan software minitab versi 16 dapat dibuktikan bahwa
data pada Tabel 14 dan Tabel 15 pada perlakuan variasi waktu inkubasi dengan
sterilisasi tanpa selongsong tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi panen
jamur tiram. Hal ini dikarenakan Fhitung yang didapat lebih kecil dibandingkan Ftabel
pada selang kepercayaan 95 %. Artinya perubahan variasi waktu inkubasi tidak
mengakibatkan perubahan hasil produksi panen jamur tiram. Contoh perhitungan
tertera dalam Lampiran 2.
Tabel 14 Data hasil panen jamur tiram (Kg) terhadap variasi waktu inkubasi
dengan sterilisasi tanpa selongsong
Ulangan

Waktu inkubasi
(hari)
35
40
45

1
1.30
3.05
0.80

2
3.00
6.15
5.70
Rataan umum

Rata-rata
2.15
4.60
3.25
3.33

Tabel 15 Analisis ragam dari hasil panen jamur tiram terhadap variasi waktu
Inkubasi dengan sterilisasi menggunakan selongsong
Sumber
keragaman
(SK)

Derajat
bebas (db)

Jumlah
kuadrat
(JK)

Kuadrat
tengah
(KT)

Fhitung

Perlakuan

2

6.1566

3.0783

0.5058

Galat
Total

3
5

18.2550
24.4116

6.0850

Ftabel
5%
9.55

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Telah berhasil dilakukan sterilisasi jamur tiram dengan perlakuan
menggunakan selongsong dan tanpa selongsong berbahan bakar limbah baglog.
Dari segi efisiensi dan massa panen menunjukan sterilisasi dengan perlakuan
menggunakan selongsong memiliki hasil yang paling baik. Saat menggunakan
selongsong nilai efisiensi bahan bakar tertinggi sebesar 4.74% sementara tanpa
selongsong nilai efisiensi tertinggi sebesar 4.36%. Karena dengan menggunakan
selongsong waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan drum lebih cepat. Selain
itu, dengan menggunakan selongsong massa panen jamur tiram lebih banyak
dibanding tanpa selongsong. Karena panas dalam drum tersebar merata sehingga
membunuh mikroba yang ada pada baglog. Waktu inkubasi hari ke-40 memiliki
hasil panen yang tinggi dengan kerapatan miselium yang paling baik. Jika
dibandingkan dengan usia miselium hari ke-35 dan hari ke-45. Karena, pada hari

18
ke-40 miselium pada baglog sudah tumbuh merata sehingga siap untuk tumbuh
menjadi jamur.
Perlakuan sterilisasi menggunakan selongsong tidak berpengaruh nyata
terhadap efisiensi termal kompor dengan bahan bakar limbah baglog jamur tiram
pada tingkat kepercayaan 95 %. Artinya perubahan variasi alat sterilisasi pada
proses pengukusan menggunakan bahan bakar limbah baglog tidak mengakibatkan
perubahan efisiensi bahan bakar. Serta perlakuan variasi waktu inkubasi tidak
berpengaruh nyata terhadap hasil produksi panen jamur tiram pada tingkat
kepercayaan 95 %. Artinya perubahan variasi waktu inkubasi tidak mengakibatkan
perubahan hasil produksi panen jamur tiram.
Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memvariasikan waktu sterilisasi
untuk mendapatkan nilai efisiensi yang lebih tinggi lagi. Selain itu, massa baglog
divariasikan untuk menentukan produktivitas yang optimum yaitu 0.5 kg, 0.75 kg,
1 kg serta mengukur laju pertumbuhan miselium tiap hari.

DAFTAR PUSTAKA
1.

2.

3.
4.
5.

6.

7.

8.
9.

Stevani, S. Pengaruh Penambahan Molase dalam Berbagai Media pada
Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) [Skripsi]. Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2011.
Ella Rahmadhani. Kajian efisiensi energi pada proses sterilisasi media
tumbuh jamur tiram putih berbahan bakar kayu sengon [Skripsi]. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. 2013.
Suriawiria U.. Pengantar Untuk Mengenal dan Mengenal Jamur. Bandung :
Angkasa. 1986.
Mayarisanti. Modul Pelatihan Budidaya Jamur Tiram Putih. Bogor. 2012.
Umrih, Touwil. Analisis efisiensi energi bahan bakar sekam padidan kayu
sengon pada proses sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih [Skripsi].
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
2012.
Rofiqul Umam, Rey Fariz Irwansyah, Nofitri, Mayarisanti dan Irzaman.
Kajian Konstanta Pegas serta Frekuensi Vibrasi pada Miselium Baglog dan
Jamur Tiram dengan Metode fourier transform infra red (FTIR). SEMINAR
Nasional dan Rapat Tahunan (SEMIRATA) Bidang MIPA. 2014.
Young & Freedman. University Physics Tehth edition. Diterjemahkan oleh
Endang Juliastuti dengan judul Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I.
Jakarta: Erlangga.(2002).
P.A. Tippler. Fisika untuk Sains dan Teknik . Jakarta : Erlangga. 1998.
Irzaman, H. Darmasetia-wan, H. Alatas, Irmansyah, A.D. Husin, M.N Indro,
Hardhienata, K, et al. Optimization of Thermal Efficiency of Cooking Stove
with Rice-Husk Fuel in Supporting the Proliferation of Alternative Energy in
Indonesia. Proceeding Symposium on Advanced Technological

19

10.
11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Development of Biomass Utilization in Southeast Asia TUAT Japan. 2009.
Sudarwati S, Pebriyadi B..Budidaya Jamur Tiram dengan Menggunakan
Jerami Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur. 2012
Desna, RD Puspita, H Darmasetiawan, Irzaman, Siswandi. 2010. Kajian
proses sterilisasi media jamur tiram putih terhadap mutu bibit yang
dihasilkan. Kumpulan Abstrak seminar Nasional Pendidikan dan Penelitian
Fisika dalam Mengantisipasi Perubahan Fenomena Alam. Universitas
Diponegoro Semarang, halaman 4.
M. Rifki, Irzaman, H. Alatas. Optimasi Efisiensi Tungku Sekam dengan
Ventilasi Lubang Utama pada Badan Kompor. Prosiding Seminar Nasional
Sains II, FMIPA IPB Bogor. Halaman 155 – 161, Oktober (2008).
Ardianto, Hadi. Optimasi Tungku Berbahan Bakar Sekam dan Tempurung
Kelapa dan Analisis Termal[Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, IPB.(2013).
F. Nawafi, D Puspita, Desna, Irzaman. Optimasi Tungku Sekam Skala
Industri Kecil Dengan Sistem Boiler 13 (2). Berkala Fisika, Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Diponegoro Semarang. Halaman C23-C26 (2010).
Rey Fariz Irwansyah, Rofiqul Umam, Nofitri, Mayarisanti dan Irzaman.
Pengaruh Variasi Banyaknya Pipa Konveksi pada Proses Sterilisasi Jamur
Tiram terhadap Konstanta Pegas dan Bilangan Gelombang Vibrasi Miselium
dan Jamur Tiram dengan Metode Fourier Transform Infra Red (FTIR).
Seminar Nasional dan Rapat Tahunan (SEMIRATA) Bidang FMIPA.2014.
Kharis Mawan Suhaeli, Nofitri, Ryan Sugihakim, Setiawan Hari Santoso,
Habiburahmat Yulwan dan Irzaman. Analisi Energi Termal dari Tungku
Berbahan Bakar Baglog Jamur Tiram Sekam Padi dan Campuran 50% Massa
Baglog Jamur Tiram dengan 50% Massa Sekam Padi. Seminar Nasional dan
Rapat Tahunan (SEMIRATA) Bidang FMIPA.2014.
Abdul D.H, Irzaman, Jajang juansah, Touwil Umrih, Ella Rahmadhani.
Efisiensi Energi Bahan Bakar Sekam dan Kayu pada Proses Sterilisasi Media
Tumbuh Jamur Tiram Putih. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). 08534217.2012.
Giancoli, D.C. Physics : Principles with Application, Fifth Edition.
Diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum dengan judul Fisika Edisi Kelima Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.(2001).
A. D. Husin, M. Misbakhusshudur, Irzaman, Jajang Juansyah, Sobri Effendy.
Pemanfaatan Kajian Termal Tungku Sekam untuk Penyulingan Minyak Asiri
dari Daun Cengkeh sebagai Pengembangan Produk dan Energi Alternatif
Terbarukan. Prosiding Seminar Nasional Sains III. FMIPA IPB Bogor.
364-372.2010.
Pasaribu, T. Permana, D.R. Alda, E.R. Aneka Jamur Unggulan yang
Menembus Pasar. Jakarta : PT Grasindo. 2002.

20
Lampiran 1 contoh perhitungan efisiensi bahan bakar limbah baglog
Pada selongsong pengulangan pertama




Laju bahan bakar yang dibutuhkan
��

� � =

��

� � =

.

g

am

�⁄ℎ ��

�� =

+

=

=

.
=
Jadi, laju
sebesar

+

.

. +

� �

�� �

×

×
��



Laju energi yang dibutuhkan
∆� +
=
=





��
+

.

.

/ℎ ��
energi yang
/ℎ ��

+

.

.

dibutuhkan



=

.

=

g

am

×

�⁄ℎ ��

.



∆�

.

(Qn)

pada

proses

sterilisasi

Efisiensi bahan bakar
ɳ=

×

� � �

ɳ =

.

ɳ = .

%
+

%

ɳ=

×

%

%

Tanpa selongsong pengulangan pertama



Laju bahan bakar yang dibutuhkan
��

��

��

� � =



� � =

=

g

am

×

�⁄ℎ ��

�� �


� �

��

×
��



=

=

.

g

am

×



�⁄ℎ ��

21


Laju energi yang dibutuhkan
∆� +

=

=

+

=

=

=

.

+

. +

.

.

+

.

.

+

.

.

/ℎ ��

∆�

Jadi, laju energi yang dibutuhkan (Qn) pada proses sterilisasi sebesar
/ℎ ��


Efisiensi bahan bakar
ɳ=

ɳ=

ɳ =

ɳ = .

� � �

%

×

×

%
+

%

%

22
Lampiran 2 Analisis statistik menggunakan rancangan acak lengkap
Contoh perhitungan
Analisis ragam dari perlakuan sterilisasi dengan efisiensi termal bahan bakar
limbah baglog
FK :Faktor koreksi
FK = y2 x t x r
= 4.13252 x 2 x 2
= 68.3102
JKT :Jumlah kuadrat total
JKT = (3.872 + 4.742 + 3.562 + 4.362) – FK
= 69.1277 – 68.3102
= 0.8175
JKP :Jumlah kuadrat perlakuan
JKP = 2 x (4.312 + 3.962) – FK
= 68.4292 – 68.3102
= 0.1190
JKG :Jumlah kuadrat galat
JKG = JKT – JKP
= 0.8175-0.1190
= 0.6985
Db P = t – 1
Db P = 2 – 1
Db P = 1
Db G = t(r – 1)
Db G = 2(2 – 1)
Db G = 2
KTP :Kuadrat tengah perlakuan
KTP = JKP : Db P
=0.1190 : 1
= 0.1190
KTG :Kuadrat tengah galat
KTG = JKG : Db G
=0.6985 : 2
= 0.3492

23
Fhitung = KTP : KTG
Fhitung = 0.1190 : 0.3492
Fhitung = 0.3407
KK : Koefisian keragaman
=

√ �

√ .
.
= .
=

%
%

%

24

Riwayat Hidup
Penulis bernama lengkap Fitrah Hadi Firdaus. Penulis dilahirkan di Bogor,
6 Maret 1994 dari pasangan alm. bapak Asep Suparman dan almh. ibu Maemunah.
Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Pada tahun 1999 melanjutkan
ke SDN Margajaya 4 Bogor, pada tahun 2005 melanjutkan ke SMPN 1 Dramaga
Bogor, pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikannya ke SMAN 1 Dramaga
Bogor, dan lulus pada tahun 2011. Kemudian penulis melanjutkan Pendidikan
Sarjana Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis aktif menjadi asisten praktikum Biofisika Umum, Termodinamika di
departemen fisika, dan Fisika 100 di tingkat persiapan bersama (TPB). serta aktif
mengajar di bimbingan belajar katalis. Selain itu penulis pernah mengikuti
Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmi Pengetahuan Alam (ONMIPA) Tahun
2014 Selama perkuliahan penulis aktif dalam himpunan mahasiswa fisika pada
2012-2013 sebagai anggota Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) pada 20132014 sebagai ketua divisi KOMINFO.