keras, rutin, dan mengoptimalkan pengaturan waktu belajar. Syah 2008 menyatakan bahwa gaya belajar siswa ini lebih serius daripada siswa-siswa yang
menggunakan pendekatan-pendekatan lain. Sehingga ia sangat disiplin, rapi, sistematis, dan memiliki rencana untuk maju ke depan. Strategi belajarnya adalah
memiliki keterampilan belajar, yakni memiliki usaha belajar dan mampu mengoptimalkan pengaturan waktu dengan efisien.
Pendekatan belajar yang paling efektif dilakukan oleh partisipan penelitian ini adalah pendekatan
deep achieving
karena gabungan pendekatan belajar
deep
dan
achieving
mendorong performansi yang baik saat ujian, konsep diri akademik yang baik, dan perasaan puas. Pendekatan belajar
deep-achieving
cukup kuat tinggi dan mempengaruhi karakteristik kebanyakan siswa yang sukses Biggs,
1987.
4. Faktor Internal, Eksternal, dan Pendekatan Belajar
Faktor internal, eksternal, dan pendekatan belajar cenderung saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain Syah, 2008. Hal tersebut tercermin
pada AD menggunakan pendekatan belajar
surface
. Motif yang muncul pada AD adalah menghindari kegagalan yang masuk dalam motivasi ekstrinsik faktor
internal. Hal tersebut tercermin saat AD menyatakan bahwa dirinya malas remidi jika ia gagal ujian. Sehingga AD menargetkan dirinya akan berusaha belajar pada
mata pelajaran yang diujikan supaya ia bisa menghindari remidi. Motif tersebut sesuai dengan yang dijelaskan oleh Syah 2008, bahwa di pendekatan belajar
surface
, siswa yang memiliki motif menghindari kegagalan merupakan dorongan ekstrinsik. Sehingga AD cenderung menghafal materi pelajarannya dan
pemahamannya tidak mendalam, karena proses belajarnya didasari pada keinginan untuk menghindari belajar secara terus menerus.
Selain itu, tidak ditemukannya motif pada pendekatan belajar
surface
pada partisipan VN Tabel 4.3. Namun, pendekatan belajar VN adalah
surface
, karena hal tersebut tercermin dari strategi belajarnya, yakni usaha belajarnya cenderung
lebih rendah, berusaha belajar hanya pada situasi tertentu, tidak belajar secara rutin, dan tidak punya misi ke depan. Hal-hal tersebut menggambarkan strategi
pendekatan belajar
surface
. Walaupun tidak ditemukannya motif, namun dapat terlihat bahwa VN cenderung memiliki usaha yang rendah dan tidak belajar secara
rutin kemungkinan karena disebabkan oleh faktor eksternalnya, seperti ibunya yang terlalu memberikan kebebasan belajar pada anaknya. Ibu VN tidak pernah
memaksa VN untuk belajar, sehingga VN belajar hanya sesuai dengan keinginannya, tidak belajar keras, dan menjadi tidak belajar secara rutin. Di sisi
lain, pada dasarnya VN belajar tidak didasarkan pada keinginan untuk mencapai keterampilan atau memiliki pengetahuan, tetapi karena dorongan keluarga besar
eksternal. Namun, pada pendekatan belajar
deep,
ada juga partisipan DT yang penasaran saat menemukan soal-soal yang sulit dan ingin menambah pengetahuan
motif intrinsik. Sehingga, muncul kebutuhan untuk melatih dan mengukur kemampuannya. Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan Syah 2008, ketika
siswa penasaran, ia akan berusaha untuk mencari tahu dan memuaskan keingintahuannya. Selain itu, jika motif ini dikaitkan dengan faktor internal, maka
DT memperlihatkan bahwa memiliki kemampuan faktor internal. Hal tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terlihat ketika DT mengatakan bahwa ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajarannya jika ia belajar sendiri. Dengan kemampuannya tersebut, ia bisa
mengatasi soal pelajaran yang sulit dan mengatasi rasa penasarannya. Maka, ia akan cenderung menggunakan pendekatan
deep,
yakni berdiskusi dengan teman atau guru dan berusaha memaksimalkan pemahamannya dengan cara mencari soal
yang serupa. Selain itu, DT juga memperoleh dukungan dari ibunya. Dukungan terbesar
yang ibunya berikan adalah ibu DT tidak memberikan tuntutan apapun pada akademik DT, sehingga DT merasa tidak terbebani. Bahkan Ibu DT tidak pernah
memarahi DT jika DT memperoleh nilai jelek, karena nilai jelek pun sudah menjadi beban untuk DT. Dengan adanya dukungan positif dari ibu faktor
eksternal dan memiliki kemampuan faktor internal, maka ia akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar Syah, 2008.
Dari Tabel 4.3 dapat terlihat bahwa motif pada pendekatan
deep
partisipan AD dan VN tidak ditemukan. Adanya kemungkinan mereka bertanya atau
berdiskusi dengan temannya karena factor lain, yakni factor eksternal. Ibu VN menolak untuk mencarikan guru les, sehingga VN menjadi berusaha berdiskusi
dan belajar dari temannya untuk mengatasi kesulitan belajar. Namun pada partisipan AD, tidak ditemukannya penyebab lain.
Sedangkan pada pendekatan belajar
achieving
, partisipan DT pun memiliki motif, yakni
ego-enchancement
ingin diakui dan ingin bersaing. Hal tersebut terlihat dari
pemikiran DT yang merasa bahwa walaupun tidak bisa menjadi nomor satu, DT bertekad agar prestasinya bisa meningkat dan menjadi
yang terbaik. Menjadi yang terbaik mencerminkan bahwa DT memiliki ambisi untuk diakui bahwa ia merupakan siswa yang memiliki prestasi yang terbaik.
Selain itu, DT juga ingin mengalahkan orang lain dengan mencapai prestasi setinggi-tingginya. Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan Syah 2008,
bahwa pendekatan
achieving
dilandasi oleh motif ekstrinsik, yang memiliki ciri khusus yaitu sering disebut sebagai
ego-enchancement,
yaitu ambisi pribadi yang besar untuk meningkatkan prestasinya agar dapat diakui dengan cara meraih
indeks prestasi setinggi-tingginya. Siswa ini memiliki karakteristik ingin bersaing untuk meraih prestasi tertinggi. Baginya, berkompetisi dengan teman-temannya
untuk meraih nilai tertinggi merupakan hal yang penting baginya, sehingga ia sangat disiplin, rapi, sistematis, dan memiliki rencana untuk maju ke depan.
Selain dilatarbelakangi motif ekstrinsik ingin bersaing dan diakui oleh orang lain dan belajar menggunakan pendekatan belajar
achieving
, DT terdorong untuk berprestasi karena melihat perjuangan ibunya yang mencari uang untuk
menyekolahkannya. Sehingga, ketika seorang siswa terdorong untuk belajar dan berprestasi
karena dipengaruhi faktor internal, eksternal, dan pendekatan belajar, maka memunculkan tipe-tipe siswa yang memiliki prestasi tinggi
high-achievers
Syah, 2008.
5. Faktor-faktor Lain