31
untuk berinteraksi dengan adil, setara, dan rukun. Terminologi
positive peace
dapat dicapai jika perdamaian dicapai atas dasar koordinasi dan hubungan yang supportif antara
pihak-pihak yang terkait di dalamnya. 2.
Perdamaian Negatif
Perdamaian Negatif
negative peace
, menggambarkan damai semata-mata sebagai ketiadaan konflik kekerasasn
The Absence of Violent Conflict
. Perspektif seperti ini memandang bahwa perdamaian ditemukan kapanpun ketika tidak ada perang atau
bentuk-bentuk kekerasan langsung yang teroganisir. Konsep perdamaian negatif ini melahirkan pembangunan perdamian negatif seperti diplomasi, negosiasi, dan resolusi
konflik. Walaupun pada beberapa kalangan perdamaian negatif perlu diupayakan, dalam kasus-kasus tertentu dengan mengunakan kekuatan militer. Seperti
peace making
dan
peace keeping
adalah bagian dari menciptakan perdamaian negatif.
23
Perdamaian Positif dan Negatif pada dasarnya adalah sebuah proses yang berurutan. Perdamaian positif adalah hasil dari perdamaian negatif begitu pula sebaliknya.
Upaya melakukan penggabungan konsep perdamian positif dan negatif ini akan menghasilkan perdamaian menyeluruh. Perdamaian menyeluruh adalah kehadiran dari
setiap unsur tindakan dan sistem perdamaian secara keseluruhan.
24
D. Konsep Kekerasan Menurut Johan Galtung
Galtung menciptakan tiga tipe ideal kekerasan, yaitu kekerasan struktural, kultural dan lansung. Kekerasan langsung seringkali didasar atas pengunaan kekuasaan sumber
resource power
. Kekuasaan sumber bisa di bagi menjadi kekuasaan punitive, yaitu kekuasaan yang menghancurkan kemudian kekuasaan ideologis dan kekuasaan
23
Novri Susan, Sosiologi konflik…, 121.
24
Ibid, 123.
32
renumeratif. Kekuasaan ideologis dan renumeteratif cenderung menciptakan kekerasan kultural. Sedangkan kekerasan struktural tercipta dari penggunaan kekuasaan struktural,
seperti seseorang yang memiliki wewenang menciptakan kebijakan publik. Kekuasaan sumber dan kekuasaan struktural saling berkait saling memperkuat. Galtung
mengungkapkan kekerasan struktural, kultural dan langsung dapat menghalangi pemenuhan kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar ini adalah kelestarian atau
keberlangsungan hidup, kesejahteraan, kebebasan dan identitas. Jika empat kebutuhan dasar ini mengalami tekanan atau kekerasan dari kekuasaan personal dan struktural, maka
konflik kekerasan akan muncul ke permukaan sosial.
25
1. Kekerasan struktural Kekerasan struktural menurut Galtung ketidakadilan yang diciptakan oleh suatu
sistem yang menyebabkan manusia tidak memenuhi kebutuhan dasarnya merupakan konsep kekerasan struktural seperti ini ditunjukkan dalam bentuk perasaaan tidak aman
terhadap lembaga-lembaga represif yang dilindungi dan dilegalkan oleh kebijakan politis seperti negara.
26
Kekerasan struktural dapat menyebabkan tertindasnya manusia dan kelompok sosial sehingga mengalami berbagai kesulitan untuk hidup.
Dalam kekerasan struktural sangat sulit untuk menemukan pelaku konkret. Dalam kekerasan struktural, berarti kekerasan sudah menjadi bagian dari struktur itu dan
menampakkan diri sebagai kekuasaan yang tidak seimbang yang menyebabkan peluang hidup tidak sama. Johan Galtung menjelaskan dalam kekerasan struktural ini di dalamnya
mencuat “situasi-situasi negatif” seperti ketimpangan yang merajalela, sumber daya, pendapatan, pendidikan, wewenang untuk mengambil keputusan mengenai sumber daya
pun tidak merata. Lebih tegas lagi Galtung mengatakan di dalamnya lebih bersifat
25
Ibid, 110-111.
26
Ibid, 111-112.
33
menindas, menekan, mengeksploitasi menjajah dan mengasingkan. Dalam kasus yang ekstrim kekerasan struktural dapat menjadi begitu represif sehingga menyebabkan
kematian psikologis orang-orang yang ditindasnya atau begitu eksploitatif sehingga menyebabkan kematian visi misalnya dengan meniadakan pemenuhan material dasarnya,
yaitu menyangkut sosio-ekonomis atau material dan menyangkut kebebasan, martabatnya sebagai manusia. Semuanya itu dapat menyengsarakan umat manusia sehingga
ketentraman hidup menjadi hilang. 2. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung merupakan bentuk kekerasan dilakukan secara fisik dan sengaja untuk ditujuan kepada pihak yang dianggap bertanggungjawab atas apa yang
menyebabkan tidak seimbangnya koridor pemenuhan kebutuhan hidup. Dalam kekerasan langsung terdapat hubungan subjek-tindakan-objek seperti pada aksi seseorang yang
melukai orang lain dengan aksi kekerasan.
27
3. Kekerasan budaya Kekerasan budaya disebut sebagai motor dari kekerasan struktural dan langsung
karena sifat budaya bisa muncul pada dua tipe kekerasan tersebut. Kekerasan budaya dilihat sebagai sumber lain dari tipe-tipe konflik melalui produksi kebencian, ketakutan
dan kecurigaan. Galtung menekankan makna kekerasan budaya yang ia maksud bukanlah hendak menyebut kebudayaan secara keseluruhan sistemnya namun aspek-aspek dari
kebudayaan itu.
28
Jadi kekerasan didefinisikan Johan Galtung adalah sebagai penyebab perbedaan antara yang potensial dan yang aktual. Penyalahgunaan sumber-sumber daya, wawasan
27
Ibid, 113.
28
Ibid, 114-115.
34
dan hasil kemajuan untuk tujuan lain atau dimonopoli oleh segelintir orang saja maka ada kekerasan dalam sistem itu. Karena keadaan itu menyebabkan tingkat aktualisasi massa
rakyat berada dibawah tingkat potensialnya ada kekerasan langsung contohnya membunuh atau perang. Disini tampak bahwa dengan melukai atau membunuh berarti
menempatkan “realisasi jasmani aktualnya” dibawah “realisasi potensialnya”. Dengan demikian “realisasi mentalnya” juga tidak dimungkinkan karena kita tahu bahwa tanpa
integritas jasmani kebebasan untuk merealisasikan diri terhambat maka Galtung mengartikan kekerasan dengan amat luas dia menolak konsep kekerasan sempit, yaitu
menghilangkan kesehatan belaka dengan pembunuhan. Menurut Galtung, jika hanya ini yang disebut kekerasan, dan perdamaian sebagai bentuk pengingkarannya maka terlalu
sedikit yang ditolak dalam usaha menganut perdamaian sebagai sesuatu yang ideal. Lebih lanjut lagi pemahaman Galtung tentang kekerasan lebih ditentukan pada segi akibat atau
pengaruhnya pada manusia karena dari sudut korban ini kekerasan tidak banyak bedanya apakah mati kelaparan merupakan akibat serangan militer, akibat ketidakadilan,
ketidakmerataan dan struktur vertikal dan asimetris, juga tidak banyak bedanya seseorang dibunuh secara cepat dengan peluru atau mati pelan-pelan karena kekurangan makanan.