5.2. Tindakan Penjual Makanan Jajanan tentang Higiene dan Sanitasi Makanan.
Hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap responden bahwa tindakan responden yakni penjual makanan
jajanan di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan
Tuntungan tentang higiene sanitasi makanan tergolong kurang baik, dimana hasil
aspek pengukuran yang dilakukan terhadap tindakan responden tersebut pada umumnya adalah dengan kategori penilaian sedang yaitu 87,5.
Sesuai dengan penelitian Suhartina 2007 di wilayah Kecamatan Gubeng Kota Surabaya tahun 2007 diperoleh sebanyak 60 kondisi higiene pedagang
makanan jajanan kakilima dikategorikan sedang. Ini menunjukkan bahwa penjual makanan jajanan belum memenuhi Kepmenkes Nomor 942MenkesSKVII2003
tentang pedoman persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan ,
yang menyebutkan bahwa penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan
makanan jajanan harus memenuhi persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat.
Hasil observasi peneliti bahwa kondisi bahan baku makanan jajanan kurang bagus, hal ini dapat dilihat dari keadaan fisik bahan makanan jajanan tersebut yang
masih terdapat bahan pencemar seperti tanah dan kotoran-kotoran lain yang terdapat selama bahan makanan berada di pasar, sehingga merupakan sumber cemaran
biologis kuman dan kimia residu pestisida, pengawet dan BTM lainnya. 49
Dame Melfa Br Damanik : Tindakan Murid Dan Penjual Makanan Jajajanan Tentang Higiene Sanitasi Makanan Di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan, 2010.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa 50,0 responden kadang-kadang mengutamakan kualitas daripada kuantitas dalam hal pemilihan bahan
makanan, dan 62,5 responden tidak mencuci bahan makanan yang telah dibeli dari pasar.
Sesuai observasi peneliti bahwa penjual makanan jajanan seringkali menjual makanan jajanan yang disiapkan dengan kondisi higienes yang kurang baik.
Keterbatasan air bersih untuk mencuci peralatan dan tempat penampung limbah merupakan sumber cemaran yang potensial. Ini dapat dilihat dari tindakan penjual
makanan jajanan yang kadang-kadang mencuci peralatan dengan bahan pembersih yaitu 50 dan kadang-kadang air yang digunakan untuk mencuci suatu peralatan
digunakan berulang yaitu 87,5. Hal ini dilakukan karena persediaan air terbatas, maka alat-alat yang digunakan seperti sendok, garpu, gelas dan piring tidak dicuci
dengan bersih sehinga orang yang mengkonsumsi makanan jajanan tersebut memiliki resiko terserang berbagai penyakit seperti disentri, tifus ataupun penyakit perut
lainnya. Dalam hal ketersediaan tempat sampah penjual makanan jajanan memiliki
tempat sampah masing-masing berupa goni plastik ataupun plastik yang kemudian dibuang ketempat sampah dipinggir jalan raya yang letaknya dekat dengan sekolah.
Tetapi tempat sampah yang disediakan oleh penjual makanan jajanan itu seringkali kekecilan ukurannya sehingga sampah tidak muat dan akhirnya jatuh berserakan
disekitar tempat penjual makanan jajanan berjualan. Tindakan ini tentu mengakibatkan akan membuat banyak lalat berdatangan dimana lalat yang hinggap di
sampah akan hinggap ke makanan yang wadahnya tidak tertutup dengan rapat. Pada akhirnya hal ini akan menimbulkan gangguan kesehatan terhadap orang yang
mengkonsumsinya yaitu murid-murid di sekolah dasar tersebut. 50
Dame Melfa Br Damanik : Tindakan Murid Dan Penjual Makanan Jajajanan Tentang Higiene Sanitasi Makanan Di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan, 2010.
Hendrizal 2009, seringkali makanan yang dijual disiapkan dengan kondisi
higienes jelek. Keterbatasan air bersih untuk mencuci peralatan dan tempat penampung limbah merupakan sumber cemaran yang potensial, selain peralatan yang
tak dicuci baik, pedagang yang mengidap penyakit, dan juga makanan yang dibiarkan dalam waktu lama pada suhu atmosfer yang amat cocok untuk berkembangnya
kuman pathogen. Kondisi bahan baku yang jelek untuk makanan yang dijajakan juga merupakan sumber cemaran biologis kuman dan kimia residu pestisida, pengawet
dan BTM lainnya. Umumnya para pedagang tak menyiapkan makanan dengan baik, sehingga cemaran akan tetap ada pada makanan.
Selain peralatan yang tidak dicuci dengan baik, penjual makanan jajanan juga tetap menangani makanan yang akan dijajakan saat menderita batuk dan pilek.
Padahal ini berakibat besar dalam resiko pencemaran penyakit yang diderita penjamah terhadap makanan yang sedang diolahnya. Bakteri bibit penyakit dapat
berpindah melalui hidung pernafasan, bersin, melalui mulut percikan ludah, batuk serta sisa buangan tissue sapu tangan.
Dalam penyediaan tempat penyimpanan bahan makanan, 25,0 tindakan responden tidak menyimpan bahan makanan di tempat khusus dan 25,0 kadang-
kadang menyimpan bahan makanan di tempat khusus. Bahan makanan harus disimpan di dalam wadah yang bervariasi, karena bahan makanan yang cepat rusak
atau cepat membusuk harus disimpan dalam wadah terpisah. Untuk penyimpanan bahan makanan sebaiknya menggunakan wadah yang benar-benar dapat menjamin
keutuhan bahan makanan tersebut dan dapat terhindar dari jangkauan tikus dan tempat bersarangnya serangga.
51
Dame Melfa Br Damanik : Tindakan Murid Dan Penjual Makanan Jajajanan Tentang Higiene Sanitasi Makanan Di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan, 2010.
Tempat penyimpanan bahan makanan juga harus memperhatikan suhu dan pencahayaan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas bahan makanan agar
senantiasa terjaga dan pencahayaan digunakan untuk mempermudah pemilihan bahan makanan pada saat akan diolah, juga untuk tidak mengundang serangga dan tikus
datang mendekat Moehyi, 1992. Perilaku dan personal higiene penjaja makanan yang kurang baik juga dapat
dilihat dari kebersihan tubuh penjual makanan jajanan masih kurang, mengambil makanan menggunakan tangan, melayani pembeli sambil berbicara, batuk serta
penggunaan alat bantu seperti alat untuk menjepit makanan, sarung tangan dan pembungkus kepala yang kurang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
menggunakan kuesioner, bahwa 87,0 responden kadang-kadang mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani makanan bila tidak menggunakan alat bantu, dan
87,5 responden selalu bercerita saat menangani makanan. 52
Dame Melfa Br Damanik : Tindakan Murid Dan Penjual Makanan Jajajanan Tentang Higiene Sanitasi Makanan Di Sekolah Dasar Negeri Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan, 2010.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN