BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Obat
Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit
berikut gejalanya. Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi
maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup. Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia
khususnya, serta penggunaaan pada pengobatan penyakit, disebut farmakologi klinis Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2002.
Obat-obat yang digunakan dalam terapi dapat dibagi dalam 3 tiga golongan besar sebagai berikut:
a Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan
mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh misalnya hormon, diuretika, hipnotika dan obat otonom.
b Obat kemoterapeutis dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika
yang sekecil-kecilnya terhadap organisme tuan rumah dan berkhasiat membunuh sebesar-besarnya terhadap sebanyak mungin parasit cacing,
protozoa dan mikroorganisme bakteri dan virus. Obat-obat neoplasma.
Universitas Sumatera Utara
onkolitika, sitostatika, obat-obat kanker juga dianggap juga golongan ini.
Obat diagnostis merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis pengenalan penyakit, misalnya dari saluran lambung usus barium
sulfat dan c
Dan saluran empedu natriumiopanoat dan asam iod organik lainnya Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2002.
2.2 Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai: a. Zat pengisi, yaitu untuk memperbesar volume tablet. Biasanya yang
digunakan Amilum Manihot, Kalsium Fosfat, Kalsium Karbonat dan zat lain yang cocok.
b. Zat pengikat, yaitu agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah Musilago 10-20, larutan Metil-
cellulosum 5. c. Zat penghancur, yaitu agar tablet dapat hancur dalam saluran
percernaan.Biasanya yang digunakan Amilum Manihot kering, Gelatin, Natrium Alginat.
d. Zat pelicin, yaitu agar tablet tidak melekat pada cetakan. Biasanya yang digunakan Talkum 5, Magnesium stearat, Asam stearat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ansel, 1989 berdasarkan penggunaanya tablet diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Tablet Kunyah Tablet ini harus lembut segera hancur ketika dikunyah atau mudah melarut
dalam mulut. Pengunyahan dapat mempercepat penghancuran tablet dan memberikan keadaan basa untuk garam-garam logam yang digunakan dalam
tablet antasida. Tablet kunyah diberikan pada pasien yang mengalami gangguan menelan tablet. Tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak-anak
dalam sediaan multivitamin. Penggunaan tablet lain ini adalah untuk tablet antasida dan antibiotik. Sediaan ini juga memungkinkan untuk digunakan di
tempat yang tidak tersedia air Ansel, 1989.
b. Tablet sublingual Tablet yang disisipkan di bawah lidah. Biasanya berbentuk datar, ditujukan
untuk obat-obat yang diabsorpsi melalui mukosa oral. Cara ini berguna untuk penyerapan obat yang rusak oleh cairan lambung dan sedikit sekali diabsorpsi
oleh saluran pencernaan. Tablet ini dibuat segera melarut untuk memberikan efek yang cepat Ansel, 1989.
c. Tablet bukal Tablet yang disisipkan di pipi. Tablet ini dibuat agar hancur dan melarut
perlahan-lahan Ansel, 1989.
Universitas Sumatera Utara
d. Tablet triturat Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder. Tablet triturat harus cepat
dan mudah larut seutuhnya di dalam air Ansel, 1989. e. Tablet hipodermik
Tablet ini digunakan melalui bawah kulit, dibuat dari bahan yang mudah larut Ansel,1989.
f. Tablet efervesen Tablet yang menghasilkan gas, dibuat dengan cara kompresi granul yang
mengandung garam efervesen atau bahan–bahan lain yang mampu menghasilkan gas ketika bercampur dengan air. Misalnya penggabungan logam karbonat atau
bikarbonat dengan tartrat menghasilkan gas CO
2
di dalam air. Tablet bentuk ini mempercepat pelarutan sediaan dan meningkatkan rasa Ansel, 1989.
2.3 Evaluasi tablet