Penetapan Kadar Cimetidin Pada Omekur Tablet Secara Spektrofotometri Di. PT Mutiara Mukti Farama Medan

(1)

PENETAPAN KADAR CIMETIDIN PADA OMEKUR TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI. PT MUTIARA MUKTI FARAMA MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

JOSHUA ALEXANDER G NIM 072410053

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR CIMETIDIN PADA OMEKUR TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI. PT MUTIARA MUKTI FARAMA

MEDAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

JOSHUA ALEXANDER G 072410053 Medan, Mei 2010

Disetujui Oleh: Dosen pembimbing,

Dra. Masria Lasma Tambunan, M.si Apt. NIP 19500581977022001

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah mencurahkan berkat dan kasih-Nya serta menganugerahkan pengetahuan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir yang berjudul “PENETAPAN KADAR CIMETIDIN PADA OMEKUR TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PT. MUTIARA MUKTI FARMA MEDAN yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penulisan tugas akhir ini penulis banyak menerima bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, teristimewa dari orang tua tercinta, Ibunda R .Simatupang yang telah memberikan kasih sayang dan doa yang tiada pernah henti untuk dukungan moril dan materil selama ini, pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra,Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, MApp.Sc.,Apt., sebagai Koordinator Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan.

3. Ibu Dra. Masria Lasma Tambunan, M.Si,Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian hingga tugas akhir ini selesai.

4. Ibu Aswita Hafni Lubis, Msi,Apt., Sebagai dosen wali yang selalu memberikan bimbingan dan arahan.


(4)

5. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan.

6. Seluruh staf dan pegawai PT. MUTIARA MUKTI FARMA MEDAN yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

7. Buat orang tua ku tersayang Rosmaida Simatupang yang telah memberi doa dan materi kepada penulis.

8. Adeku tersayang Jevanya, Josef, Rut Enoli dan juga pada kelurgaku yang mendoakan dan memberikan semangat pada penulis.

9. Kawan-kawan ku yang satu perjuangan Adrian , Edu, Muttaqin ,Yopi, Denny yang selalu membantu susah dan senang pada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini, baik dari susunan kata-kata maupun isinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Medan, April 2010 Penulis

Joshua Alexander G


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan . ... 2

1.2.2 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Defenisi Obat ... 3

2.2 Tablet ... 4

2.3 Evaluasi Tablet ... 6

2.4 Tinjauan umum tentang cimetidin ... 9

2.4.1 Antihistamin ... 10

2.4.2 Farmakodinamika Cimetidin ... 10

2.4.3 Farmakokinetik Cimetidin ... 10

2.4.4 Farmakologi Cimetidin ... 10

2.4.5 Efek samping Cimetidin ... 11

2.5 Tablet Cimetidin ... 11

2.5.1 Penetapan Kadar Tablet Cimetidin ... 11

2.6 Metode Penetapan Kadar Cimetidin ... 12

2.6.1 Instrumen ... 14

BAB III METODOLOGI ... 16

3.1 Sampel yang diperiksa ... 16

3.2 Alat dan bahan yang digunakan ... 16

3.2.1 Alat-alat ... 16

3.2.2 Bahan-bahan ... 16

3.3 Pembuatan pereaksi …..……….. 16

3.3.1 Pembuatan larutan standar HCL 0,1 N ... 16

3.4 Prosedur Kerja …..……….. 17

3.4.1 Pembuatan Larutan Standar Cimetidin …..………… 17

3.4.2 Pembuatan Larutan Uji Cimetidin …..………... 17

3.4.3 Cara penetapan serapan …...………... 17

3.4.4 Perhitungan …...………. 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …..………. 19

4.1 Hasil…...……….. 19

4.2 Pembahasan ... 19

BAB V KEIMPULAN DAN SARAN ... 20


(6)

5.2 Saran ... 20 DAFTAR PUSTAKA ... 21 LAMPIRAN ... 22


(7)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 1999).

Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang kesehatan, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh (Syamsuni, 2006).

Cimetidin adalah penghambat pada reseptor H2 secara selektif dan revresible, penghambatan histamin pada reseptor h2 akan menghambat sekresi asam lambung baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan oleh makanan, histamin, pentagastrin, kafein, dan insulin. Cimetidin dengan cepat diabsorbsi setelah pemberian oral dan konsentrasi puncak dalam plasma dalam waktu 45-90 menit setelah pemberian, dan cimetidin di sekresikan melalui urin. Cimetidin dalam perdagangan biasanya di formula dalam bentuk sedian tablet dengan mengandung 200 mg cimetidin (Ganiswara, 1995). Oleh karena itu, penulis


(8)

tertarik untuk melakukan uji spektrofotometri cimetidin dalam bentuk tablet apakah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Tujuan penetapan kadar tablet cimetidin ini adalah untuk mengetahui kadar cimetidin yang terkandung dalam tablet cimetidin yang diproduksi oleh PT.Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan apakah memenuhi syarat seperti yang tertera pada Pharmacopeia Of The Peoples Republic Of China, 2008, Volume 2 dimana penetapan kadarnya dilakukan secara spektrofotometri.

1.2.1 Manfaat

Untuk mengetahui apakah kadar cimetidin dalam tablet yang diproduksi oleh PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Pharmacopeia Of The Peoples Republic Of China, 2008, Volume 2.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Obat

Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam organisme hidup. Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta penggunaaan pada pengobatan penyakit, disebut farmakologi klinis (Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2002).

Obat-obat yang digunakan dalam terapi dapat dibagi dalam 3 (tiga) golongan besar sebagai berikut:

a) Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh misalnya hormon, diuretika, hipnotika dan obat otonom.

b) Obat kemoterapeutis dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecil-kecilnya terhadap organisme tuan rumah dan berkhasiat membunuh sebesar-besarnya terhadap sebanyak mungin parasit (cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat-obat neoplasma.


(10)

(onkolitika, sitostatika, obat-obat kanker) juga dianggap juga golongan ini.

Obat diagnostis merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya dari saluran lambung usus (barium sulfat) dan

c) Dan saluran empedu (natriumiopanoat dan asam iod organik lainnya) (Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2002).

2.2 Tablet

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai:

a. Zat pengisi, yaitu untuk memperbesar volume tablet. Biasanya yang digunakan Amilum Manihot, Kalsium Fosfat, Kalsium Karbonat dan zat lain yang cocok.

b. Zat pengikat, yaitu agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah Musilago 10-20%, larutan Metil-cellulosum 5%.

c. Zat penghancur, yaitu agar tablet dapat hancur dalam saluran percernaan.Biasanya yang digunakan Amilum Manihot kering, Gelatin, Natrium Alginat.

d. Zat pelicin, yaitu agar tablet tidak melekat pada cetakan. Biasanya yang digunakan Talkum 5%, Magnesium stearat, Asam stearat.


(11)

Menurut (Ansel, 1989) berdasarkan penggunaanya tablet diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Tablet Kunyah

Tablet ini harus lembut (segera hancur ketika dikunyah) atau mudah melarut dalam mulut. Pengunyahan dapat mempercepat penghancuran tablet dan memberikan keadaan basa untuk garam-garam logam yang digunakan dalam tablet antasida. Tablet kunyah diberikan pada pasien yang mengalami gangguan menelan tablet. Tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak-anak (dalam sediaan multivitamin). Penggunaan tablet lain ini adalah untuk tablet antasida dan antibiotik. Sediaan ini juga memungkinkan untuk digunakan di tempat yang tidak tersedia air

(Ansel, 1989). b. Tablet sublingual

Tablet yang disisipkan di bawah lidah. Biasanya berbentuk datar, ditujukan untuk obat-obat yang diabsorpsi melalui mukosa oral. Cara ini berguna untuk penyerapan obat yang rusak oleh cairan lambung dan sedikit sekali diabsorpsi oleh saluran pencernaan. Tablet ini dibuat segera melarut untuk memberikan efek yang cepat (Ansel, 1989).

c. Tablet bukal

Tablet yang disisipkan di pipi. Tablet ini dibuat agar hancur dan melarut perlahan-lahan (Ansel, 1989).


(12)

d. Tablet triturat

Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder. Tablet triturat harus cepat dan mudah larut seutuhnya di dalam air (Ansel, 1989).

e. Tablet hipodermik

Tablet ini digunakan melalui bawah kulit, dibuat dari bahan yang mudah larut (Ansel,1989).

f. Tablet efervesen

Tablet yang menghasilkan gas, dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam efervesen atau bahan–bahan lain yang mampu menghasilkan gas ketika bercampur dengan air. Misalnya penggabungan logam karbonat atau bikarbonat dengan tartrat menghasilkan gas CO2 di dalam air. Tablet bentuk ini mempercepat pelarutan sediaan dan meningkatkan rasa (Ansel, 1989).

2.3 Evaluasi tablet

Untuk menjamin mutu tablet maka dilakukan beberapa pengujian yaitu sebagai berikut:

a. Uji keseragaman bobot

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet-tablet yang yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama. Keseragaman bobot dapat ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan


(13)

pada kolom A dan tidak boleh satu tablet pun bobotnya menyimpang dari rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom B. Jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B (Dirjen POM, 1984).

Tabel 1. Penyimpangan bobot rata-rata

Bobot rata-rata

Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%

151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

b. Uji kekerasan

Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die dan gaya kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu metode granulasi juga menentukan kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet berkisar 4 - 8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang di gunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet (Lachman, 1994).


(14)

Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat Roche friabilator. Sebelum tablet dimasukkan ke alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudian tablet dimasukan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama empat menit atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari 0,8 % (Ansel, 1989).

c. Uji waktu hancur

Peralatan uji waku hancur terdiri dari rak keranjang yang mempunyai enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan mesh nomor 10 selama percobahan, tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang. kemudiaan keranjang tersebut bergerak naik turun pada larutan transparan dengan kecepatan 29 - 32 putaran per menit. Interval waktu hancur adalah 5 - 30 menit. Tablet dikatakan hancur bila bentuk sisa tablet (kecuali bagian penyalut) merupakan massa dengan inti yang tidak jelas

(Ansel, 1989)

d. Uji penetapan kadar zat berkhasiat

Uji penetapan kadar berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan


(15)

cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi antara lain di Farmakope Indonesia (Ansel, 1989)

2.4 Cimetidin

2.4.1 Tinjauan umum tentang cimetidin ( Dirjen POM 1995) Rumus Bangun :

Nama Kimia : 2- Siano-1 metil-3-[2-[[(5-metilimidazol-4-il) Metil]tio]etil]guanidin [51481-61-9]

Rumus Molekul : C10H16N6S Berat Molekul : 252,34

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai hampir putih; tidak berbau atau bau merpaktan lemah.

Susut pengeringan : Tidak lebih dari 1,0 % lakukan pengeringan pada suhu 110° selama 2 jam.

Kelarutan : Larut dalam etanol

Cimetidin mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 102% C10H16N6S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan (Farmakope Inonesia IV, 1995).


(16)

2.4.2 Antihistamin

Sewaktu diketahui bahwa histamin mempengaruhi banyak proses faalan dan patologik, maka dicairkan obat yang dapat mengantagonis efek histamin. Antihistamin misalnya antergen, neontergan, difenildramin dan tripelenamin dalam dosis terapi efektif untuk mengobati udem, eritem, dan pruritus tetapi dapat melawan efek hipersekresi asam lambung akibat histamin. Anihistamin

pengambat reseptor H1, Kedua jenis antihistamin ini bekerja secara kompetitif, yaitu dengan menghambat interaksi histamin dan reseptor histamin H1 atau H2 (Ganiswara, 1995).

2.4.3 Farmakodinamika Cimetidin

Cimetidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Perangsang reseptor H2 akan merangsang sekresi cairan lambung, sehingga pada pemberian cimetidin sekresi cairan lambung di hambat pengaruh fisiologi cimetidin terhadap reseptor H2 lainya, tidak begitu penting. Walaupun tidak lengkap cimetidin dapat menghambat sekresi cairan lambung akibat perangsangan obat muskarinik atau gastrin. Cimetidin mengurangi volume dan kadar ion hidrogen cairan lambung. Penurunan sekresi asam lambung mengakibatkan perubahan pepsinogen menjadi pepsin juga menurunan (Ganiswara, 1995).

2.4.4 Farmakokinetik Cimetidin

Bioavaulabilitas oral cimetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian IV atau IM. Ikatan protein plasmanya hanya 20%. Absorbsi cimetidin diperlambat oleh makan, sehingga cimetidin diberikan bersama atau segera setelah makan dengan maksud untuk memperpanjang efek pada periode pasca


(17)

makan. Absorbsi cimetidin terutama terjadi pada menit ke 60 – 90. Cimetidin masuk ke dalam bentuk asal dalam urin, masa paruh eliminasinya sekitar 2 jam (Ganiswara, 1995).

2.4.5 Efek samping Cimetidin

Efek samping pada obat ini umumnya berhubungan dengan penghambat terhadap reseptor H2; bebrapa efek samping lain tidak berhubungan dengan penghambat reseptor. Efek samping ini antara lain nyeri kepala, pusing, mual, diare dan impoten (Ganiswara, 1995).

2.4.6 Penetapan Kadar Tablet Cimetidin

Tablet Cimetidin dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut HCL 0,01N ( Pharmacopeia of The People’s Republic of China ).

2.5 Tablet Cimetidin

Tablet cimetidin mengandung cimetidin C10H16N6S, tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%dari jumlah yang tertera pada etiket

(Farmakope Indonesia IV, 1995).

2.5.1 Penetapan Kadar Tablet Cimetidin

Tablet Cimetidin dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet dengan panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 218 nm dengan menggunakan larutan HCL 0,01 N sebagai blanko ( Pharmacopeia of The People’s Republic of China ).


(18)

2.6 Metode penetapan kadar Cimetidin 2.6.1 Spektrofotometri

Analisis spektrofotometri UV/Visibel merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang telah lama dikenal dan banyak digunakan di berbagai laboratorium. Hampir sebagian besar laboratorium pengujian memiliki peralatan ini mulai dari yang sederhana atau portable yang bisa dibawa ke lapangan hingga yang telah dilengkapi sistem komputer sesuai dengan tujuan analisis dan aplikasi. Spektrofotometer sering digunakan karena mudah dioperasikan, waktu analisis relatif cepat, hasilnya memiliki ketelitian cukup memadai dan aplikasinya dapat menjangkau di berbagai bidang analisis (Sudjadi, 2007).

Menurut Dachriyanus (2004), Spektrofotometer UV-Visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultaviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang 400-800 nm. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk memperoleh elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari sampel di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).

Hukum Lambert Beer adalah hukum yang menghubungkan linearitas antara absorban dengan konsentrasi larutan sampel. Hukum Lambert Beer biasanya ditulis dengan :


(19)

A = ε . b . C A = absorban (serapan)

ε = koefisien ekstingsi molar M-1cm-1 b = tebal kuvet (cm)

C = konsentrasi (M)

Hukum lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang ditentukan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam hukum Lambert-Beer ada beberapa pembatas yaitu:

- Sinar yang digunakan dianggap kromatis.

- Penyerapan terjadi dalam satu volume yang mempunyai penampang luas yang sama.

- Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap senyawa lain di dalam larutan.

- Tidak terjadi peristiwa fluoresensi dan fosforesensi.

Spektofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spekrum ultraviolet dan cahaya tampak terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dan jangkauan 200 nm hingga 800 nm. Dalam pemeriksaan ini larutan yang dianalisa harus bening, dimana tidak terdapat kotoran. Pada panjang gelombang 240 nm- 280 nm, kesalahan pengukuran tidak boleh ± 0,5. Pada panjang gelombang 280 nm- 320 nm, kesalahan pengukuran tidak boleh ± 1 nm. Serta tidak lebih dari ± 2 nm pada panjang gelombang di atas 320 nm. Spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang lebih kecil dari 400 nm menggunakan pelarut yang dianalisis tidak berwarna. Sedangkan


(20)

spektrofotometer sinar tampak, larutan yang dianalisis memiliki warna (Depkes RI, 1979).

2.6.2 Instrumen

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum, monokromator, sel pengabsorbsi dan detektor (Khopkar, 1990).

- Sumber

Sumber yang biasa yang digunakan adalah lampu wolfram. Tetapi untuk daerah UV digunakan lampu hidrogen atau lampu deutrium. Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 1990).

- Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian dapat digunakan celah. Jika celah posisinya tetap maka prisma ataupun gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan aaaa yang diinginkan (Khopkar, 1990).

Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kita harus menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam seluruhnya (Khopkar, 1990).


(21)

- Detektor

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 1990).


(22)

BAB III METODOLOGI 3.1 Sampel yang diperiksa

Tablet Cimetidin 55,0 mg yang di produksi Oleh PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) Medan.

3.2 Alat dan bahan yang digunakan 3.2.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan yaitu: Spektrofotometer, neraca analitik, labu tentukur 100 ml, pipet volume 1 ml, beaker gelas 100 ml, erlen meyer 250 ml, mortir dan alu, pipet tetes, spantel, corong.

3.2.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan: HCL 0,01 N 3.3 Pembuatan Preaksi

3.3.1 Pembuatan Larutan Standart HCL 0,01 N

Diambil 18 ml HCL p, dan dipindahkan pelan-pelan kedalam beaker gelas yang berisi 500 ml akuades. Diaduk dengan batung pengaduk agar cairan bercampur sempurna, dan dicukupkan larutan dengan akades 1 liter

(Farmakope Indonesia III, 1984). 3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pembuatan Larutan Standar Cimetidin

Timbang seksama 55,0 mg cimetidin, masukan ke dalam labu tentukur 100 ml, tambakan 70 ml larutan HCl 0,01 N, kocok sampai larut, tambakan larutan HCL 0,01 N sampai garis tanda, kocok, pipet 1,0 ml larutan, masukan ke labu


(23)

tentukur 100 ml, encerkan dengan larutan HCL 0,01 N sampai garis tanda, kocok ukur serapan larutan pembanding (A) (Pharmacopeia of The People’s Republic of China ).

3.4.2 Pembuatan Larutan Uji Cimetidin

Pembuatan larutan ujinya adalah yaitu :Ambil 20 tablet cimetidin, serbuk dan homogenkan di dalam mortir, timbang seksama sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang 55,0 mg cimetidin, masukan ke labu tentukur 100 ml, tambakan 70 ml larutan HCL 0,01 N sampai garis tanda kocok dan saring, encerkan dengan larutan HCL 0,01 N sampai garis tanda, kocok, ukur serapan larutan uji (B) (Pharmacopeia of The People’s Republic of China ).

3.4.3 Cara Penetapan Serapan

Diukur serapan larutan A dan larutan B pada panjang gelombang serapan. Pada panjang gelombang serapan 218 nm dengan menggunakan HCL 0,01N sebagai blankonya.

3.4.4 PERHITUNGAN

Kadar zat berkhasiat cimetidin yang larut dalam 30 menit adalah;

x x x

x 100%

Dimana: Vm : Volume media disolusi (ml) Vb : Volume awal larutan baku (ml) Fu : Faktor pengenceran larutan uji


(24)

Fb : Faktor pengenceran larutan baku Au : Absorbansi larutan uji

Ab : Absorbansi larutan baku

Bb : Bobot baku yang ditimbang (mg)


(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Telah dilakukan pengujian penetapan kadar terhadap tablet cimetidin dengan nomor bets 021038 menggunakan alat spektrofotometri. Dari hasil pemeriksaan diperoleh kadar 98,97%, 100,97%, 101,78%.

(Hasil perhitungan terlampir pada lampiran). 4.2 Pembahasan

Kadar tablet cimetidin dengan nomor bets 021038 yang diperoleh adalah 98,97%, 100,99%, 101,78%. Kadar yang diperoleh ini jika dibandingkan dengan persyaratan kadar tablet cimetidin dalam Farmakope Indonesia edisi IV, 1995 yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, maka kadar cimetidin tersebut memenuhi persyaratan.


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

a. Kadar tablet cimetidin yang diproduksi oleh PT. Mukti Mukia Farama ( MUTIFA) yang ditentukan secara spektrofotometri ternyata kadarnya

adalah 98,97%, 100,99%, 101,78% .Hasil ini memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV, 1995 (syarat kadar tablet cimetidin tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari dari 102% jumlah yang tertera pada etiket)

b. Penetapan kadar cimetidin dalam sediaan tablet yang dilakukan secara spektrofotometri memberikan hasil yang cukup baik.

5.2 Saran

Hendaknya kualitas tablet cimetidin yang diproduksi oleh PT. Mulia Mukti Farma (MUTIFA) tetap dipertahankan.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1995. Prinsip Umum Dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta.Gajah Mada U-

niversity Press. Hal. 63-64.

Anief, M. 1999. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek.Yogyakarta. Gajah Mada Un-

iversity Press. Hal 210-216.

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang.

Cetakan Pertama. Penerbit Andalas Universitas Press. Padang. Hal.1-8. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 1995. Farmakologi Dan terapi.

Jak-

arta. Edisi IV. Universitas Indonesia. Ha.l 252, 256-258.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta Edisi III. Hal. 684.

Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1984. FarmakopeIndonesia.

Jakarta. Edisi III. Hal. 254.

Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakop Indonesia.

Jakarta.Edisi IV. Hal. 223-224.

Khopkar, S. M.1990. Konsep Dasar KImia Analitik. Jakarta UI Prees,. Hal. 225-228.

Rahardja, K. dan Tyay, T.H. 2002. Obat - Obat Penting. Jakarta. Edisi IV.ElexMedia.

Hal. 312-315.


(28)

Lampiran

Nama sediaan : Omekur tablet

Zat aktif : 200 mg Cimetidin tiap tablet

No. Betch : 021038

Panjang Gelombang : 218 nm

Persyaratan (Q) : Tidak kurang 98% dan tidak lebih

dari 102 % dari yang tertera pada

etiket

Faktor Pengenceran Larutan Baku (Fb) : 100 ml

Bobot Baku (Bb) : 55 mg

Faktor Pengenceran Larutan Uji (Fu) : 100 ml

Kandungan cimetidin pada etiket (Ke) : 200 mg


(29)

Tabel 2. Berat tablet antalgin bets 021038 No. Berat (gram)

1 0,3789

2 0,3813

3 0,3839

4 0,3847

5 0,3760

6 0,3805

7 0,3787

8 0,3757

9 0,3814

10 0,3777

Perhitungan :

x x x

x 100%

% Kadar =

x x x

x 100%

Hasil Perhitungan :

Tablet Cimetidin dengan nomor bets 021038

Berat 1 tablet = 200 mg zat berkhasiat Berat 20 tablet mengandung 20 x 200 mg Cimetidin = 4000 mg Cimetidin Berat 20 tablet setelah ditimbang = 7,5829 g = 758,29 mg


(30)

Bobot Rata – rata tablet = 20 5829 ,

7 mg

= 0,3791 g = 379,1 mg

Ditimbang sejumlah serbuk tablet setara dengan 200 mg Cimetidin

200 55

x379 = 104,25 mg = 0,1042 g ,1

Au Ab

0,41908 0,42344 0,42765 0,42344 0,43096 0,42344

Syarat : Tablet Omekur mengandung Cimetidin, C6H16N6Stidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Rumus :

x x

x

x 100%


(31)

Kadar 1=

100 100

x

100 100

x

42344 , 0 41908 , 0

x

275 , 0 325 , 104

x100 % = 98,97 %

Kadar 2 = 100 100

x

100 100

x

42344 , 0 42765 , 0 275 , 0 325 , 104

x100 % = 100,99 %

Kadar 3

=

100 100

x

100 100 x 42344 , 0 43096 , 0 x 275 , 0 325 , 104

x100 % = 101,78 %

Keterangan : Vu : Volume larutan uji (ml) = 100 ml

Vb : Volume awal larutan baku (ml) = 100 ml Fu : Faktor pengenceran larutan uji = 100 ml Fb : Faktor pengenceran larutan baku = 100 ml Au : Absorbansi larutan uji

Ab : Absorbansi larutan baku = 0,42344 Bb : Bobot baku yang ditimbang (mg) = 55 mg


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

a. Kadar tablet cimetidin yang diproduksi oleh PT. Mukti Mukia Farama ( MUTIFA) yang ditentukan secara spektrofotometri ternyata kadarnya

adalah 98,97%, 100,99%, 101,78% .Hasil ini memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV, 1995 (syarat kadar tablet cimetidin tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari dari 102% jumlah yang tertera pada etiket)

b. Penetapan kadar cimetidin dalam sediaan tablet yang dilakukan secara spektrofotometri memberikan hasil yang cukup baik.

5.2 Saran

Hendaknya kualitas tablet cimetidin yang diproduksi oleh PT. Mulia Mukti Farma (MUTIFA) tetap dipertahankan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1995. Prinsip Umum Dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta.Gajah Mada U-

niversity Press. Hal. 63-64.

Anief, M. 1999. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek.Yogyakarta. Gajah Mada Un-

iversity Press. Hal 210-216.

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang.

Cetakan Pertama. Penerbit Andalas Universitas Press. Padang. Hal.1-8. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 1995. Farmakologi Dan terapi.

Jak-

arta. Edisi IV. Universitas Indonesia. Ha.l 252, 256-258.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta Edisi III. Hal. 684.

Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1984. FarmakopeIndonesia.

Jakarta. Edisi III. Hal. 254.

Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakop Indonesia.

Jakarta.Edisi IV. Hal. 223-224.

Khopkar, S. M.1990. Konsep Dasar KImia Analitik. Jakarta UI Prees,. Hal. 225-228.

Rahardja, K. dan Tyay, T.H. 2002. Obat - Obat Penting. Jakarta. Edisi IV.ElexMedia.

Hal. 312-315.


(3)

Lampiran

Nama sediaan : Omekur tablet

Zat aktif : 200 mg Cimetidin tiap tablet

No. Betch : 021038

Panjang Gelombang : 218 nm

Persyaratan (Q) : Tidak kurang 98% dan tidak lebih

dari 102 % dari yang tertera pada

etiket

Faktor Pengenceran Larutan Baku (Fb) : 100 ml

Bobot Baku (Bb) : 55 mg

Faktor Pengenceran Larutan Uji (Fu) : 100 ml

Kandungan cimetidin pada etiket (Ke) : 200 mg


(4)

Tabel 2. Berat tablet antalgin bets 021038 No. Berat (gram)

1 0,3789

2 0,3813

3 0,3839

4 0,3847

5 0,3760

6 0,3805

7 0,3787

8 0,3757

9 0,3814

10 0,3777

Perhitungan :

x x x

x 100%

% Kadar =

x x x

x 100%

Hasil Perhitungan :

Tablet Cimetidin dengan nomor bets 021038

Berat 1 tablet = 200 mg zat berkhasiat Berat 20 tablet mengandung 20 x 200 mg Cimetidin = 4000 mg Cimetidin Berat 20 tablet setelah ditimbang = 7,5829 g = 758,29 mg


(5)

Bobot Rata – rata tablet =

20 5829 ,

7 mg

= 0,3791 g = 379,1 mg

Ditimbang sejumlah serbuk tablet setara dengan 200 mg Cimetidin

200 55

x379 = 104,25 mg = 0,1042 g ,1

Au Ab

0,41908 0,42344 0,42765 0,42344 0,43096 0,42344

Syarat : Tablet Omekur mengandung Cimetidin, C6H16N6Stidak kurang dari

98,0% dan tidak lebih dari 102,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Rumus :

x x

x

x 100%


(6)

Kadar 1=

100 100

x

100 100

x

42344 , 0 41908 , 0

x

275 , 0 325 , 104

x100 % = 98,97 %

Kadar 2 =

100 100

x

100 100

x

42344 , 0 42765 , 0 275 , 0 325 , 104

x100 % = 100,99 %

Kadar 3

=

100 100

x

100 100 x 42344 , 0 43096 , 0 x 275 , 0 325 , 104

x100 % = 101,78 %

Keterangan : Vu : Volume larutan uji (ml) = 100 ml

Vb : Volume awal larutan baku (ml) = 100 ml Fu : Faktor pengenceran larutan uji = 100 ml Fb : Faktor pengenceran larutan baku = 100 ml Au : Absorbansi larutan uji

Ab : Absorbansi larutan baku = 0,42344 Bb : Bobot baku yang ditimbang (mg) = 55 mg