Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Teknik Analisis Data

2. Bagaimanakah keragaman jenis Kupu-Kupu yang terdapat di Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan informasi tentang habitat Kupu-kupu yang meliputi unsur- unsur lingkungan seperti, keaadaan iklim, topografi dan vegetasi yang terdapat pada Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung 2. Untuk mendapatkan informasi tentang keanekaragaman jenis Kupu-Kupu pada Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran IPS terpadu SMP kelas VIII semester 1 dalam materi pokok Persebaran flora dan fauna Indonesia dan kaitannya dengan pembagian wilayah Wallacea dan Weber. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi pihak pengelola Taman Kupu-Kupu terutama dalam usaha pengembangan taman konservasi menjadi ekowisata, khususnya di Kota Bandar Lampung Propinsi Lampung. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dan bahan perkuliahan bagi penulis pada mata kuliah Geografi Hewan dan Tumbuhan pada Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, serta diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi yang akan mengadakan penelitian tentang kepariwisataan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini, yaitu: 1. Ruang lingkup objek penelitian adalah wilayah Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung 2. Ruang lingkup subjek penelitian adalah pengelola Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung 3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung 4. Ruang lingkup waktu penelitian yaitu tahun 2012 5. Ruang lingkup ilmu yaitu Geografi Fisik dengan ilmu bantu Geografi Hewan dan Tumbuhan Menurut Eko Tri Rahardjo dan Sucahyanto 1998:11 Secara garis besar, geografi dapat diklasifikasikan menjadi geografi fisik Physical Geography dan geografi manusia Human Geography. Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, air, udara, dengan segala prosesnya. Kajian geografi fisik ditunjang oleh geologi, geomorfologi, ilmu tanah, meteorologi, klimatologi, hidrologi, dan oceanologi kedalam geografi fisik ini termasuk juga biogeografi yaitu geografi tumbuh-tumbuhan dan geografi hewan. Geografi memandang hewan sebagai salah satu fenomena biosfer tumbuhan dan hewan yang sangat berpengaruh terhadap manusia dan sebaliknya. Geografi membahas hewan dengan menggunakan konsep-konsep geografi yang menitikberatkan pada lokasi, persebaran, interaksi dan prediksinya. Dalam penelitian ini yang dikaji adalah lokasi sebagai tempat hidup hewan atau yang dikenal dengan habitat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik sehingga mempengaruhi keragaman jenis hewan tersebut. Lingkungan hidup atau habitat berupa fisik seperti keadaan iklim, topografi dan vegetasi sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup binatang itu sendiri. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Dalam rangka memecahkan masalah yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Pengertian Geografi

Menurut Bintarto 1977:9, geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan to describe, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu. Sedangkan Menurut Ikatan Geografi Indonesia pada Seminar Lokakarya di Semarang dalam Nursid Sumaatmadja 2001:11 mengemukakan bahwa: “Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Fenomena geosfer yang dimaksud adalah gejala-gejala yang ada di permukaan bumi baik lingkungan alamnya maupun makhluk hidupnya termasuk manusia. Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas ilmu geografi sangat berperan penting dalam mendeskripsikan, mempelajari, menerangkan, dan menganalisa fenomena- fenomena fisik maupun sosial di permukaan bumi dan merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan dengan variasi kewilayahanya serta segala aspek keruangan. Pada kondisi sebenarnya geografi merupakan ilmu yang menyelidiki gejala-gejala keruangan spasial yang ada dipermukaan bumi. Gejala keruangan adalah segala fenomena yang berhubungan dengan ruang dan geografi mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer yang ada dalam ruang fenomena geosfer yang berarti tempat dan waktu dalam ini berkenaan dengan habitat tempat yang terdiri atas unsur-unsur lingkungan yaitu keadaan iklim seperti suhu, kelembaban, dan curah hujan serta topografi dan vegetasi menjadi kajian dalam Geografi. Terjadinya interaksi antara kupu-kupu dengan unsur lingkungan yang ada di dalam habitat akan mempengaruhi keragaman spesies kupu-kupu pada suatu habitat.

2. Pengertian Taman Kupu-Kupu

Menurut Hadi Susilo Arifin dan Nurhayati 1999:2 taman adalah sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai keindahan, kenyamanan dan keamanan bagi pemiliknya atau penggunaanya. Jadi taman adalah sebuah tempat yang terencana atau sengaja direncanakan yang dibuat oleh manusia, biasanya di luar ruangan, dibuat untuk menampilkan keindahan dari berbagai tanaman dan bentuk alami. Taman dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu taman alami dan taman buatan. Kecenderungan masyarakat membuat taman rumah tinggal di areal rumah berupa taman bunga, hamparan rumput, dan taman apotek hidup. Selanjutnya mulai berkembang menjadi taman lingkungan, taman bermain, taman rekreasi dan taman botani. Pada masyarakat perkotaan, taman yang indah selain bernilai estetika juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, taman dengan tanahnya berperan dalam memproduksi oksigen, mengontrol iklim setempat, mencegah erosi, menyimpan air tanah, mengurangi polusi, menahan angin, tempat hidup ekosistem, dan menyerap sinar matahari. Dengan alasan tersebut, pada perkembangan selanjutnya, mulai bertambah nama dari taman itu sendiri, dari taman hiburan, hingga taman kota, dan taman kupu-kupu, seperti yang mulai bermunculan pada saat sekarang ini. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 479Kpts- II1994 ayat 8 tentang Lembaga Konservasi Tumbuhan dan Satwa Liar bahwa Taman Satwa Khusus adalah suatu lembaga yang mengoleksi jenis-jenis satwa yang bersifat khusus, misalnya hanya satu atau beberapa suku atau marga atau kerabat saja; contohnya seperti Taman Burung, Taman Buaya, Taman Kupu- Kupu, dan sebagainya. Taman kupu-kupu menjadi salah satu taman satwa khusus karena memenuhi kriteria yaitu sebagai tempat mengoleksi satu atau berbagai jenis, suku atau kerabat, marga satwa dan sebagai sarana informasi, pendidikan, serta rekreasi khusus. Taman kupu-kupu mengkonservasi kupu-kupu dari mulai telur, ulat, kepompong sampai menjadi kupu-kupu di dalam dome penangkaran, menyediakan makanannya dan tempat yang layak bagi perkembangan metamorfosisnya. Kupu- kupu mengalami kepunahan seiring berjalannya waktu dan ketidakpedulian manusia terhadap mahkluk hidup lainnya. Dengan adanya taman kupu-kupu ini pengembangbiakkan kupu-kupu tetap terjaga dengan cara melakukan penangkaran pada habitat aslinya ataupun di luar habitat aslinya dengan membuat jaring penangkaran yang didalamnya dipenuhi segala faktor-faktor lingkungan agar kupu-kupu mampu bertahan hidup dan berkembang biak dengan baik, sehingga informasi kupu-kupu itu sendiri dapat dilestarikan. Upaya konservasi kupu-kupu telah banyak dilakukan pada beberapa kawasan taman nasional di Indonesia, baik melalui konservasi di dalam kawasan in-situ dengan penekanan konservasi komunitas alaminya, maupun dengan melakukan konservasi di penangkaran ex-situ. Lampung menjadi salah satu tempat konservasi kupu-kupu, terdapat tiga lokasi penelitian kupu-kupu yaitu Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan TNBBS Ulu Semong Tanggamus-- Lampung Barat, Taman Nasional Way Kambas TNWK dan kawasan Gunung Betung berupa taman konservasi yaitu Taman Kupu Kupu Gita Persada yang memang khusus mengkonservasi kupu kupu, terutama kupu-kupu khas Sumatra.

3. Habitat Kupu-Kupu

Melihat letak Indonesia secara geografis, maka tidak dapat disangkal bahwa alamnya memiliki keanekaragaman yang tinggi untuk jenis-jenis satwa liar. Sebaran geografis satwa liar tidak dapat dilepaskan dari sebaran keadaan tempat hidupnya habitatnya, sehingga koeksistensi habitat dan satwa membentuk persekutuan mikro yang merupakan hubungan saling ketergatungan baik secara struktural atau fungsional. Salah satu jenis Kekayaan fauna yang dimiliki Indonesia adalah serangga, khususnya kupu-kupu. Menurut Jumar 2000:155 kupu-kupu merupakan serangga bersayap yang relatif indah dengan warna menarik. Jadi, Kupu-kupu merupakan salah satu jenis satwa liar bangsa serangga yang memiliki 2 pasang sayap yang tertutup bulu atau sisik, memiliki bentuk sayap menarik yang dapat terbang dan memiliki keindahan pada warnanya, memiliki ukuran tubuh kecil sampai besar, memiliki keunikan dalam pertumbuhan, perkembangan dan bereproduksi yaitu mengalami metamorphosis yang sempurna. Kupu-kupu memerlukan tempat berlindung dan berkembang biak dimana segala kebutuhan-kebutuhan dipenuhi ditempat tersebut atau yang dikenal dengan habitat. Menurut Nicholas Polunin 1994:384 mengemukakan bahwa: “Istilah habitat sederhana saja mengacu kepada tempat lokalitas atau stasiun yang dihuni oleh suatu organisme atau komunitas, ahli-ahli ekologi sekarang lebih memberikan makna sejenis tempat yang mencakup keseluruhan kondisi efektif pengaruh:operatif yang mencirikan suatu tipe tempat tertentu atau dihuni oleh suatu jenis tumbuhan atau suatu komunitas tertentu. ” Berdasarkan pendapat di atas habitat adalah tempat hidup atau lokasi yang dihuni oleh organisme atau individu dimana pada lokasi tersebut mencakup semua kondisi yang berpengaruh terhadap suatu individu atau suatu komunitas itu sendiri. Dalam hal ini kondisi yang berpengaruh tersusun atas faktor-faktor lingkungan yang banyak dan beraneka ragam yang mempunyai pengaruh apa saja pada kehidupan yang ada didalamnya dan faktor itu sendiri berinteraksi dengan sangat rumit. Dalam geografi, terdapat faktor geografis yaitu jenis-jenis di dalam faktor-faktor alam yang mempunyai pertalian langsung atau tak langsung dengan kehidupan manusia dalam artian memberikan fasilitas kepadanya untuk menghuni permukaan bumi sebagai wilayah Daldjoeni, 1997:22. Para geograf menunjukkan kepada adanya delapan faktor yaitu: relasi ruang lokasi, posisi, bentuk, jarak, relief atau topografi tinggi rendahnya permukaan bumi, iklim dengan permusimannya, jenis tanah kapur, liat,pasir, gambut, flora dan fauna, air tanah, dan kondisi saluran pembuangan air, sumber-sumber mineral barang-barang tambang, serta relasi dengan lautan Daldjoeni, 1992:20. Faktor- faktor geografis tersebut dapat dibedakan kembali dalam lingkungan geografis berdasarkan unsur-unsur lingkungan dalam geografi. Seperti yang dikemukakan Daldjoeni 1992:21 bahwa: Di dalam geografi dikenal empat jenis unsur lingkungan: a. Unsur-unsur fisis seperti cuaca, iklim, relief, tanah, mineral, air tanah, jalur pantai, samudera, dan sebagainya. b. Unsur-unsur biotis, misalnya: tetumbuhan, hewan dan mikroorganisme jasad renik. c. Unsur-unsur teknis seperti pergedungan, jaringan jalan, alat transportasi, dan komunikasi. d. Unsur-unsur abstrak seperti bentuk persegi, bulat, memanjang dan luas wilayah, lokasi, tempat,dan jarak antar tempat. Menurut Jumar 2000:87 faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap habitat kupu-kupu berupa faktor fisik seperti suhu, kelembaban udara, curah hujan, cahaya, angin atau dikenal dengan faktor iklim dan topografi, dan faktor makanan seperti vegetasi. Sedangkan menurut Herawati Soekardi 2007:18, “Kupu-kupu dapat dijumpai dimanapun di dunia ini, baik pada daerah yang beriklim panas, dingin, penghujan, pada daerah pantai, atau pegunungan yang tinggi, kupu-kupu akan tetap ada. Namun, pada iklim yang kurang sesuai, populasi kupu-kupu akan menjadi sangat kecil. Keberadaan kupu-kupu pada suatu wilayah terkait dengan adanya segala yang dibutuhkan oleh kupu-kupu tersebut untuk bertahan hidup, yaitu : tumbuhan pakan larva dan tumbuhan berbunga penghasil nektar sebagai sumber makanan bagi kupu-kupu imago ”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai serangga yang mempunyai sayap dan bertubuh ringan, kupu-kupu dapat dengan mudah tersebar diberbagai tipe habitat di seluruh dunia mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Walaupun demikian kupu-kupu lebih banyak dijumpai di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia karena keberadaan kupu-kupu pada suatu habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan sekaligus menjadi syarat suatu habitat yang baik bagi kupu-kupu sehingga dapat mempengaruhi keragaman jenis kupu-kupu pada lokasi tersebut dan yang akan menjadi titik perhatian dalam penelitian ini, yaitu:

a. Keadaan Iklim

Menurut Ance Gunarsih K 1993:1 bahwa keadaan iklim adalah keadaan rata- rata cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap. Pendapat lain mengemukakan bahwa: “Iklim disuatu wilayah ditentukan oleh sejumlah unsur iklim yang terdiri dari suhu atau temperatur udara, lengas atau kelembaban udara, curah hujan atau presipitasi, arah dan kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan sebagainya Subarjo, 2006:3 ” Pendapat di atas menjelaskan bahwa keadaan iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah yang ditentukan oleh sejumlah unsur iklim yang terdiri dari suhu atau temperatur udara, lengas atau kelembaban udara, curah hujan atau presipitasi, arah dan kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan sebagainya, terjadi dalam jangka waktu yang lama minimal 30 tahun dan bersifat tetap. Sedangkan menurut Mukayat Djarubito Brotowidjoyo 1994:277 iklim menentukan spesies hewan yang ada di suatu wilayah. Kupu-kupu dapat dijumpai dimanapun di dunia ini, baik pada daerah yang beriklim panas, dingin, penghujan, pada daerah pantai, atau pegunungan yang tinggi, kupu-kupu akan tetap ada. Indonesia dengan iklim tropis menjadi habitat yang cocok bagi perkembangan berbagai jenis kupu-kupu karena lingkungan alami kupu-kupu adalah iklim tropis. Berikut ini adalah keadaan iklim yang berpengaruh terhadap habitat kupu-kupu yaitu : 1. Suhu Suhu adalah mencerminkan energi kinetik rata-rata dari gerakan molekul-molekul Subarjo, 2006:68. Kupu-kupu memiliki kisaran suhu tertentu, hewan ini akan mati apabila berada pada suhu yang terlalu tinggi atau juga sebaliknya, berada pada suhu yang terlalu rendah. Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah sebagai berikut : suhu minimum 15 o C, suhu optimum 25 o C, dan suhu maksimum 45 o C Jumar, 2000:92. Jadi, kupu-kupu memiliki kisaran suhu tertentu dimana kupu-kupu dapat hidup dan berkembang biak yaitu pada suhu 15 o C - 45 o C, di luar kisaran suhu tersebut kupu-kupu akan mati kedinginan atau kepanasan. Sedangkan pada suhu optimum atau efektif dan yang masih mendekati suhu tersebut kupu-kupu hidup normal, aktivitas dan perkembangan juga normal. 2. Kelembaban Kelembaban adalah salah satu faktor iklim yang sangat penting bagi kupu-kupu karena mempengaruhi kegiatan dan perkembangan kupu-kupu. Kelembaban udara ditentukan oleh banyaknya kandungan uap air yang ada dalam udara. Pada umumnya kupu-kupu menyukai habitat yang mempunyai kelembaban tinggi, seperti lokasi-lokasi yang berada di pinggir sungai yang jernih atau di bawah tegakan pohon, sekitar gua yang lembab karena berair. Menurut Borror dkk 1994:728 kelembaban yang dibutuhkan kupu-kupu untuk berkembang biak berkisar antara 84-92 . 3. Curah Hujan Menurut pendapat Suprio Guntoro 1994:27 bahwa: “Dalam kaitannya dengan persyaratan suhu dan kelembaban, iklim lingkungan amat menentukan. Oleh karena itu lokasi pemeliharaan harus memperhatikan kedua faktor tersebut, selain itu pada umumnya daerah yang berketinggian 400-1000 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan sedang hingga tinggi berkisar antara 2000-4000 mm pertahun dapat dijumpai kupu-kupu dalam jumlah banyak. ” Curah hujan yang tinggi mengakibatkan kematian larva dan pupa spesies kupu-kupu. Perlunya dipelajari iklim dalam geografi hewan dan tumbuhan karena lokasi atau wilayah yang menjadi habitat kupu-kupu harus sesuai dengan iklim yang dibutuhkan oleh kupu-kupu karena sejumlah unsur iklim sangat berpengaruh bagi perkembangbiakan kupu-kupu. Penyesuaian tersebut dapat dilakukan dengan mengadaptasikan kupu-kupu dengan lingkungan iklimnya yang sesuai dengan habitat kupu-kupu. Habitat kupu-kupu yang berada pada Taman Kupu-kupu Gita Persada dengan konsep taman harus mampu menjadi habitat yang cocok bagi perkembangbiakan anekaragam kupu-kupu sehingga keanekaragamn jenis kupu- kupu tidak punah. Dengan demikian keadaan suhu, curah hujan dan kelembaban udara menjadi bagian dari unsur iklim yang menentukan. Jadi, sejumlah unsur iklim sangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan, aktivitas dan keanekaragaman spesies pada suatu wilayah. Apabila unsur iklim yang dibutuhkan kupu-kupu pada suatu wilayah sudah terpenuhi atau sesuai kebutuhan kupu-kupu maka kupu-kupu dapat beradaptasi dengan baik didalam lingkungan tersebut. Lingkungan alami kupu-kupu adalah hutan tropis. Dengan demikian suhu, kelembaban, dan curah hujan menjadi bagian dari unsur iklim yang menentukan kehidupan kupu-kupu.

b. Topografi

Topografi ialah perbedaaan tinggi rendah permukaan bumi. Permukaan bumi tidaklah berbentuk dataran, tetapi ada tempat-tempat dipermukaan bumi yang berbentuk bukit, lembah, dataran dan lautan. Topografi disini lebih ditekankan pada ketinggian tempat diukur dari atas permukaan laut. Menurut Primack dkk 2007:442 ketinggian tempat atau topografi bersama dengan faktor lain seperti iklim akan menentukan kekayaan spesies pada tingkat habitat Perbedaan ketinggian tempattopografi tidak begitu berpengaruh terhadap kehidupan kupu- kupu, hanya menyebabkan adanya perbedaan jenis kupu-kupu yang berdiam di daerah yang tinggi dan daerah yang rendah yang hubunganya dengan suhu karena tiap jenis kupu-kupu memerlukan suhu yang berbeda-beda. Banyaknya jenis kupu-kupu akan berbeda pada setiap habitat. dalam kaitannya dengan persyaratan suhu dan kelembaban, iklim lingkungan amat menentukan.

c. Vegetasi

M enurut Herawati Soekardi 2007:18 mengemukakan bahwa: “Vegetasi yang disukai kupu-kupu adalah bunga-bunga yang mempunyai nektar, diantaranya bunga-bunga liar seperti tridax procumbens, Lantana camara, clerodendrum paniculatum, celosia argentea, asystasia intrusa, Ixora javanica, dan stachytarpeta indica. Sedangkan tumbuhan inang sebagai pakan kupu-kupu antara lain, Aristolochia tagala, Piper aduncum, Cassia siamea, Cassia alata, Michelia champaca, Ricinus communis, Cleomerutidosperma, dan Persia Americana” Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 576KptsUm81980 dan No. 716 KptsUm101980 mengemukakan bahwa: “Kupu-kupu merupakan satwa yang turut berperan dalam menjaga keseimbangan alam. Terdapat hubungan timbal balik antara kupu-kupu dan habitatnya atau vegetasinya. Kupu-kupu bergantung hidup pada vegetasi yang tumbuh disekitar lingkungan, tersedianya tumbuhan inang pakan larva yaitu tumbuhan tempat kupu-kupu meletakkan telur-telurnya serta tumbuhan bunga yang mengandung nektar bagi kupu-kupu. Apabila kedua tumbuhan inang ini tersedia pada lingkungan tersebut, maka habitat tersebut memungkinkan kupu-kupu dapat melangsungkan kehidupannya dari generasi ke generasi. Selain itu juga kupu-kupu membutuhkan vegetasi dengan pohon- pohon yang besar sebagai tempat berlindung.” Selain itu lingkungan alami kupu-kupu adalah daerah yang memiliki iklim tropis sehingga vegetasi yang dibutuhkan merupakan tumbuhan hutan tropis yang merupakan lahan hutan yang ditumbuhi berbagai campuran jenis pohon, baik pohon dengan kayu yang keras maupun lunak, tumbuh tegak dengan berbagai diameter batang bawah 30 cm sampai 2 meter, bertajuk melebar berakar dalam atau tumbuh mendatar serta ditumbuhi perdu, semak belukar baik lebat atau jarang pertumbuhannya. Dijumpai di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian; juga pulau-pulau atau daerah-daerah lain disepanjang sekitar garis khatulistiwa. Berdasarkan pendapat di atas, Taman Kupu-Kupu Gita Persada terletak di Propinsi Lampung yang merupakan salah satu provinsi di Sumatera, sehingga areal ditumbuhi berbagai campuran jenis pohon, baik pohon dengan kayu yang keras maupun lunak, tumbuh tegak dengan berbagai diameter batang bawah 30 cm sampai 2 meter, bertajuk melebar berakar dalam atau tumbuh mendatar serta ditumbuhi perdu, semak belukar baik lebat atau jarang pertumbuhannya sehingga vegetasi ini dapat menjadi habitat yang baik bagi kupu-kupu. Dapat disimpulkan bahwa kupu-kupu dapat dengan mudah tersebar diberbagai habitat di seluruh dunia dan lokasi dengan keanekaragaman vegetasi yang tinggi akan mempunyai daya dukung terhadap kehidupan kupu-kupu yang tinggi pula . Habitat kupu-kupu ditandai dengan vegetasi yang disukai kupu-kupu, meliputi: 1. Tersedianya tumbuhan inang pakan larva sebagai tempat kupu-kupu meletakkan telur-telurnya dan pakan bagi larva seperti tridax procumbens, Lantana camara, clerodendrum paniculatum, celosia argentea, asystasia intrusa, Ixora javanica, dan stachytarpeta indica. 2. Tersedianya tumbuhan bunga yang mengandung nektar sebagai pakan kupu- kupu seperti Aristolochia tagala, Piper aduncum, Cassia siamea, Cassia alata, Michelia champaca, Ricinus communis, Cleomerutidosperma, dan Persia Americana. 3. Tersedianya tanaman pelindung bagi kupu-kupu. 4. Tersedianya tanaman hias yang berbunga karena kupu-kupu meyukai tumbuhan berbunga.

3. Keragaman Spesies Kupu-Kupu

Menurut Jumar 2000:115 Species jenis dianggap sebagai unit terkecil klasifikasi, artinya semua hewan yang berciri khas sama tergolong satu jenis. Karena evolusi dan letak geografis, maka populasi yang membentuk spesies semakin lama semakin berkembang walaupun untuk ini kadang membutuhkan waktu yang cukup lama. Sedangkan, Keragaman Spesies atau yang dikenal dengan kekayaan jenis adalah jumlah spesies yang beragam yang hidup di lokasi tertentu Primack, 1998:21. Pendapat lain menyebutkan: Indonesia sangat kaya spesies, walau luasnya hanya 1,3 luas daratan dunia, memiliki sekitar 17 jumlah spesies Dunia. Paling tidak negara kita memiliki 11 spesies tumbuhan berbunga, 12 spesies mamalia, 15 spesies amfibi dan reptilia, 17 spesies burung dan 37 spesies ikan dunia. Kekayaan dunia Serangga kita terwakili oleh 666 spesies capung dan 200 spesies kupu-kupu termasuk dalam kategori kupu-kupu terindah di dunia Chafid Fandeli, 2000:118. Secara klasifikasi taksonomi atau penggolongan dunia hewan semua serangga masuk ke dalam filum Arthropoda, dari kelas Insecta, dan salah satunya adalah Ordo Lepidoptera. Berdasarkan bentuk tubuh dan aktivitasnya dikelompokkan menjadi dua sub-ordo yaitu Heterocera dan Rhopalocera. Heterocera dikenal dengan sebutan ngengat atau moth. Serangga ini aktif pada malam hari sehingga disebut kupu-kupu malam. Warna ngengat umumnya kecoklatan. Sedangkan kupu-kupu termasuk sub-ordo Rhopalocera. Kupu-kupu aktif melakukan perilaku hariannya seperti terbang dan mencari makan pada siang hari. Bentuk, ukuran, warna, dan venasi sayap merupakan bagian paling penting dalam identifikasi kupu-kupu. Menurut Jumar 2000:155 Lepidoptera dibagi dalam lima famili, yaitu : Papilionidae, Nymphalidae, Pieridae, Lycaenidae dan Hesperidae. Berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri-ciri dari tiap famili kupu-kupu. 1. Papilionidae, adalah kupu-kupu yang berukuran tubuh besar dengan warna sayap gelap yang mempunyai radius pada sayap depan lima cabang dan biasanya mempunyai perpanjangan seperti ekor pada sisi belakang dari sayap belakang. Papilionidae merupakan kupu-kupu terbesar di dunia, pada beberapa spesies mempunyai rentang sayap kira- kira 225 mm Borror dkk, 1996 2. Nymphalidae, adalah kupu-kupu yang mempunyai ukuran tubuh cukup besar dan memiliki sayap dengan warna yang beranekaragam atau dikenal dengan kupu-kupu berkaki sikat. Kebanyakan kupu-kupu ini memiliki warna sayap oranye coklat bahkan ada yang berwarna hitam. Sayap bagian bawah terlihat pudar bahkan meyerupai daun mati. Sayap depan agak segitiga sedangkan sayap belakang memanjang kedepan atau membengkok. 3. Pieridae, sayap kupu-kupu ini biasanya berwarna putih kekuning- kuningan dengan tanda-tanda hitam pada tepi sayap, sayap bawah tidak berekor dan kaki depan lebih berkembang. Ukuran rentang sayap biasanya kecil dan sedang antara 46-100 mm. 4. Lycaenidae, adalah kupu-kupu yang kecil, halus dan seringkali berwarna cemerlang. Nama lain kupu-kupu ini adalah kupu-kupu tembaga, dan kupu-kupu bergaris rambut. 5. Hesperidae, mempunyai ukuran tubuh kecil dan gemuk. Dari sekian banyak spesies kupu-kupu di Indonesia, ada 20 spesies yang telah dimasukkan ke dalam daftar jenis satwa yang dilindungi di Indonesia. Jumlah spesies kupu yang dilindungi ini sebenarnya sangat sedikit dibandingkan jumlah spesies Kupu-kupu di Indonesia yang mencapai 200-an jenis. Salah satu kekayaan yang dimiliki Taman Kupu-kupu Gita Persada adalah keanekaragaman kupu-kupu khas Sumatra. Sampai saat ini Taman Kupu-Kupu Gita Persada terus melakukan konservasi sebagai upaya pelestarian spesies kupu-kupu khas Sumatera.

2. Kerangka Pikir

Taman Kupu-kupu Gita Persada merupakan sebidang lahan yang sengaja dibuat atau ditata sedemikian rupa dengan cara menanami beragam vegetasi untuk mengkonservasi kupu-kupu. Sesuai dengan fungsi taman, Taman Kupu-kupu Gita Persada tidak hanya menjadi habitat yang baik bagi kupu-kupu tetapi juga memiliki nilai estetika, kenyamanan dan keamanan. Taman Kupu-Kupu Gita Persada idealnya dikembangkan pada wilayah atau habitat dengan keadaan iklim yang sesuai meliputi suhu, kelembaban, curah hujan, dan selama keadaan tersebut dapat diadaptasi oleh kupu-kupu serta topografi, faktor hayati seperti keberadaan vegetasi juga sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup kupu- kupu sebagai pakan, pelindung, tempat meletakkan telur dan inang bagi kupu-kupu. Dengan mendeskripsikan Taman Kupu-kupu Gita Persada, maka dapat membantu jalannya suatu taman konservasi kedepannya untuk kemajuan dan perkembangan menjadi ekowisata, yang ditekankan pada unsur-unsur yang akan diteliti antara lain: habitat kupu-kupu dan keanekaragaman spesies kupu-kupu pada Taman Kupu-kupu Gita Persada. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan pengevaluasian pengelola taman dalam rangka perencanaan dan pengembangan di masa mendatang, yang akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas Taman Kupu-Kupu Gita Persada sebagai habitat yang baik bagi kupu- kupu. III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Wardiyanta 2006:5 penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosialalam secara sistematis, faktual dan akurat. Dalam arti ini penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif. Sedangkan pendapat lain mengemukakan bahwa pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitianya tidak perlu merumuskan hipotesis, jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan Suharsimi Arikunto, 2006:71. Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini tidak akan menarik suatu hipotesa, tetapi akan mendeskripsikan, menggambarkan dan menceritakan data, serta menganalisis kondisi habitat kupu-kupu di Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

B. Objek Penelitian dan Responden

1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah taman kupu-kupu dengan luas 4,8 Ha. Dengan titik tekan penelitian yakni mengenai habitat kupu-kupu yang berupa faktor fisik seperti keadaan iklim suhu, curah hujan dan kelembaban udara, topografi dan vegetasi serta keanekaragaman spesies kupu-kupu yang terdapat pada Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

2. Responden

Responden adalah orang yang diminta memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu ketika mengisi angket, atau lisan ketika menjawab wawancara Suharsimi Arikunto, 2006:145. Metode pengambilan responden ditetapkan secara sampel kuota quota sampling yaitu metode pengambilan sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu sesuai dengan jumlah atau kuota yang diinginkan Moh. Pabundu Tika, 2005:41. Adapun rincian jumlah responden penelitian tertera pada Tabel 2 di bawah ini: Tabel 1. Jumlah Responden Penelitian di TKGP Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2012 No Responden Jumlah 1 2 Ketua Yayasan Sahabat Alam Pengelola obyek wisata TKGP 1 orang 4 orang Jumlah 5 orang Sumber: Hasil Wawancara dengan Pengelola, Desember 2011 Pengambilan responden dilakukan di lokasi Taman Kupu-kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2010:60. Variabel dalam penelitian ini adalah habitat kupu-kupu, dan keanekaragaman spesies kupu-kupu pada Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

2. Definisi Operasional Variabel

Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur variabel-variabel yang akan diteliti, maka dalam hal ini perlu mendefinisikan konsep-konsep sosial tersebut menjadi satuan yang lebih operasional atau disebut definisi operasional. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur suatu variabel yang merupakan hasil penjabaran dari sebuah konsep Wardiyanta, 2006:13. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah: a. Habitat Kupu-Kupu Habitat merupakan suatu tempat yang tersusun atas faktor fisik seperti suhu, kelembaban udara, curah hujan, cahaya, angin atau dikenal dengan faktor iklim dan topografi, faktor makanan seperti vegetasi yang mempunyai pengaruh apa saja pada kehidupan yang ada didalamnya dan faktor itu berinteraksi dengan sangat rumit. Berikut ini merupakan indikator habitat kupu-kupu sebagai berikut:. Tabel 2. Variabel Habitat Kupu-Kupu Pada Taman Kupu-kupu Gita Persada Variabel Indikator Teori Habitat a. Faktor Iklim b. Suhu c. Kelembaban udara d. Curah Hujan b. Topografi ketinggian tempat

c. Vegetasi

- Tumbuhan Pakan Larva - Tumbuhan Pakan Kupu-Kupu - Vegetasi Pelindung - Vegetasi Hiasan Taman 15 o C – 45 o C 84-92 2000-4000 mm pertahun. 400-1000 m dpl

b. Keanekaragaman Spesies kupu-kupu

Dalam penelitian ini, Taman Kupu-kupu Gita Persada memiliki keanekaragaman spesies kupu-kupu. Berikut ini merupakan indikator jenis kupu-kupu. Tabel 3. Variabel Keanekaragaman Spesies Kupu-Kupu yang Terdapat Pada Taman Kupu-kupu Gita Persada Variabel Indikator Teori Keanekaragaman spesies kupu-kupu a. Jenis kupu-kupu b. Jumlah spesies kupu-kupu 1. Papilionidae 2. Nymphalidae 3. Pieridae 4. Lycanidae 5. Hisperidae D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Pabundu Tika 2005: 44, mengemukakan bahwa observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data primer tentang keadaan lokasi Taman Kupu-kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung seperti letak, luas daerah, habitat kupu-kupu, dan keanekaragaman spesies kupu-kupu pada Taman Kupu- Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Teknik observasi ini dilakukan dengan tiga cara yaitu 1 pencatatan dengan alat tulis untuk mencatat data yang diperlukan, 2 pengukuran dengan GPS Global Positioning System untuk mengukur letak atau lokasi taman koordinat, Abneylevel untuk mengukur kemiringan lereng dan termometerhygrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan udara, dan 3 Camera Digital atau pemotretan dengan alat pemotret untuk mendapatkan data mengenai keadaan atau kondisi habitat kupu-kupu, dan keanekaragaman spesies kupu-kupu pada Taman Kupu-kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung seperti gambar atau foto kupu-kupu dan vegetasi yang ada di lokasi penelitian.

2. Teknik Wawancara

Menurut Nasution, S dalam Pabundu Tika 2005:49 wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal. Jadi, semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data primer, terdiri dari wawancara terbuka yang dilakukan kepada pemilik yayasan sahabat alam, pengelola dan yang berkaitan dengan Taman Kupu-kupu Gita Persada di Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan- keterangan seperti kutipan, gambar, peta dan lain-lain Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997:240. Metode ini hanya mengambil data sekunder yang lengkap, sah dan bukan merupakan perkiraan, yaitu: data yang bersumber dari Taman Kupu-kupu Gita Persada, monografi dan peta administrasi Kelurahan Kedaung.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono 2010:335: “Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain ”. Dalam penelitian ini data yang terkumpul berupa data primer dan data sekunder hasil dari observasi, dokumentasi dan wawancara terhadap pengelola Taman Kupu-kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Untuk menjawab rumusan masalah, data yang terkumpul berupa uraian dianalisis menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif yang menggambarkan, menceritakan, menjelaskan jenis kupu-kupu di Taman kupu-kupu Gita Persada secara sistematis dan mendetail sesuai dengan tujuan dari penelitian. Sedangkan, Untuk variabel habitat langsung diteliti di lapangan kemudian dideskripsikan. Datanya diperoleh dengan metode pengamatan di lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Selain dideskripsikan juga disimpulkan sebagai hasil penelitian di lapangan, selanjutnya disusun sebagai deskripsi laporan hasil penelitian.

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan oleh penulis yaitu sebagai berikut: 1. Habitat Taman Kupu-Kupu Gita Persada di Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung termasuk ke dalam kriteria yang sesuai untuk habitat kupu-kupu karena sudah memenuhi faktor-faktor berikut ini: a. Keadaan iklim Taman Kupu-Kupu Gita Persada di Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling, bertipe iklim C Schmidt-Ferguson dengan rata-rata curah hujan pertahun selama periode sepuluh tahun 2087,6 mm pertahun, taman memiliki suhu rata-rata 25,8 o C, kelembaban udara yang cukup tinggi, yaitu 87,4 sudah sesuai untuk habitat kupu-kupu. b. Kondisi topografi Taman Kupu-kupu Gita Persada yang berupa dataran tinggi yang terjal dengan ketinggian 460 meter di atas permukaan laut sudah sesuai untuk habitat yang baik bagi kupu-kupu karena spesies kupu-kupu akan dapat berkembang biak dengan baik pada daerah bertopografi terjal dengan ketinggian 400-1000 meter di atas permukaan laut. c. Kondisi vegetasi di Taman Kupu-Kupu Gita Persada yang terdapat di taman lahan terbuka jumlah vegetasinya sudah cukup banyak. Hanya saja vegetasi inang dan vegetasi pakan yang disukai kupu-kupu di dalam dome penangkaran jumlahnya masih sedikit, sehingga mempengaruhi banyaknya jumlah spesies kupu-kupu yang dapat hidup di dalamnya. 2. Keragaman spesies kupu-kupu di Taman Kupu-Kupu Gita Persada sudah cukup banyak hal ini dikarenakan kondisi habitat kupu-kupu terutama ketersediaan pakan sudah cukup baik. Berdasarkan dokumentasi pihak pengelola tercatat 160 spesies kupu-kupu yang berasal dari 5 famili yaitu Papilionidae, Nymphalidae, Pieridae, Lycaenidae, dan Hesperidae dan spesies yang paling banyak berasal dari famili Nymphalidae. Salah satu spesies kupu-kupu langka seperti Troides Helena berhasil ditangkarkan di Taman Kupu-Kupu Gita Persada.

B. Saran