tidak ada atau hilang merupakan faktor kritis pada perceraian seperti pengawasan dari ayah atau kontak dengan orangtua yang tidak mengawasi
sang anak, ayah tiri atau ayah penganti bisa menambah perkembangan pada anak. Lebih lanjut, anak yang memiliki pengalaman kehilangan ayah
mereka karena perceraian atau kematian memiliki masalah yang sama pada perkembangan.
Sama seperti yang diungkapkan oleh Novi tentang kesulitannya menjalani kehidupan sebagai ibu tunggal. Ia mengungkapkan bahwa
kesulitannya adalah tidak adanya sosok suami atau ayah bagi anaknya untuk membantunya dalam pengasuhan anak. Pada kasus keluarga yang
retak dimana tidak adanya sosok salah satu orangtua pada penelitian ini adalah tidak adanya sosok ayah, anak seringkali kehilangan contoh model
laki – laki dewasa yang bisa dicontohnya, hal ini akan lebih diperparah
jika anak tidak mendapatkan sosok ayah pengganti seperti saudara laki –
laki dewasa atau adanya sosok kakek, karena anak akan mencari contoh model dari luar rumah dan tidak menutup kemungkinan contoh model
yang didapatkan oleh anak bukanlah sosok yang tepat.
4. Kemandirian Mengenai Tugas Perkembangan
Dalam menjalani hidup, manusia harus melewati tahapan –
tahapan dalam menyelesaikan tugas perkembangan. Tugas – tugas
perkembangan itu memiliki tingkat perbedaan dan kesulitan sesuai dengan usia manusia tersebut. Untuk tugas perkembangan pada masa kanak
–
kanak akhir yang harus dikuasai oleh anak yaitu keterampilan mengenai menolong dirinya sendiri seperti memakai pakaian, mandi, membereskan
mainannya sendiri dan juga kegiatan – kegiatan lain yang merupakan
lanjutan dari tugas perkembangan pada masa kanak – kanak awal. Dari
keempat ibu single parent, satu ibu yaitu Noviyanti memiliki anak yang masih berada pada tahap kanak
– kanak akhir, dimana anak tersebut telah melewati tahap kemandirian dengan telah melakukan mandi, pulang dan
pergi ke sekolah sendiri, membereskan mainan sendiri meskipun makan masih sering kali meminta untuk disuapi.
Sementara itu lebih jelasnya mengenai tugas perkembangan pada masa kanak
– kanak akhir adalah : mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan
– permainan yang umum. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang
tumbuh. Belajar menyesuaikan diri dengan teman – teman seusianya.
Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat. Mengembangkan keterampilan
– keterampilan dasar. Mengembangkan pengertian
– pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari – hari. mengembangkan sikap terhadap kelompok
– kelompok sosial dan lembaga – lembaga. Mencapai kebebasan pribadi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada Hanum Malika, peneliti melihat bahwa Malika seringkali bermain dengan
anak – anak seusianya yang berada disekitar lingkungan rumahnya.
Meskipun permainan yang dilakukan terkadang tidak terlalu menggunakan
permainan fisik karena lebih sering bermain dengan smartphone namun Malika
telah melewati
tugas perkembangan
mengenai belajar
menyesuaikan diri dengan teman – teman seusianya.
Kemudian pada tugas perkembangan anak di usia remaja, kemandirian yang harus diterapkan pada anak yang memiliki tingkatan
yang lebih tinggi dari anak yang masih dalam tahap perkembangan kanak – kanak akhir. Kemandirian yang harus diterapkan pada anak di usia
remaja meliputi kemandirian dalam mengerjakan tugas – tugas sekolah
dan terhadap kebersihan diri sendiri. Dari tiga ibu single parent yang memiliki anak pada usia remaja
hanya 1 orang yang telah melewati masa tugas perkembangan mengenai kemandirian pada kebersihan diri sendiri. Sementara dua anak dari ibu
single parent yang lain belum mencapai tahap mandiri pada tugas perkembangan yang berhubungan kebersihan diri sendiri. Salah satu
penyebab dari tidak tercapainya tugas kemandirian itu karena sikap dari ibu single parent tersebut terlalu memaksakan pada anak apa yang harus
dilakukannya sehingga anak takut untuk mengambil inisiatif melakukan sesuatu sehingga anak kemudian terbiasa melakukan hal yang hanya
diperintahkan oleh orangtuanya saja, sehingga kemandirian itu belum bisa anak dapatkan karena masih tergantung pada perintah orangtua.
Sementara itu
tugas – tugas perkembangan yang
lainnyamencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. Mengharapkan dan mencapai prilaku sosial yang bertanggung jawab.
Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang – orang dewasa
lainnya. Mempersiapkan karir ekonomi. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
untuk berprilaku mengembangkan ideologi Hurlock, 1980 : 10. Dari beberapa tugas kemandirian tersebut, anak dari Tutik yaitu
Ajay telah
melewati tahapan
mengenai tugas
perkembangan mempersiapkan karir ekonomi. Yaitu dengan mengikuti kegiatan PKL dan
juga belajar mengenai hal – hal yang diperlukan nanti untuk bekerja, Ajay
juga seringkali mengambil inisiatif untuk bekerja paruh waktu. Dengan telah dibiasakan bekerja dalam usia muda, diharapkan kedepannya anak
akan lebih mampu menghadapi dunia kerja dan lebih matang mempersiapkan karir ekonominya.
Kemudian selain mengajarkan anak mengenai kemandirian, orangtua juga mengajarkan anak mengenai hal
– hal yang berhubungan dengan moral, agar anak tetap berprilaku lurus dan tidak melanggar dari
norma – norma yang ada di masyarakat. Lebih khusus mengenai moral
agar anak tetap berprilaku sesuai dengan nilai – nilai yang ada didalam
Pancasila sebagai pedoman hidup dan sebagai dasar dari menjalani hidup sebagai manusia Indonesia. Terlebih pada ibu single parent yang
menerapkan pola asuh demokrasi, anak diajarkan mengenai bagaimana bermusyawarah, tidak memaksakan kehendak dan selalu mendahulukan
kepentingan bersama dahulu sebelum kepentingan individu. Dengan bekal sikap yang telah diberikan tersebut, maka anak diharapkan dapat
bersosialisasi dan bermasyarakat dengan baik.
103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pola asuh yang diberikan oleh ibu single parent pada anak dalam
menumbuhkan kemandirian anak di desa bojong timur yaitu : satu ibu single parent menerapkan pola asuh otoritarian, satu ibu single parent
menerapkan pola asuh permisif, satu ibu single parent menerapkan pola asuh demokratis dan satu ibu single parent menerapkan pola asuh
campuran antara pola asuh permisif dan pola asuh demokratis. Pola asuh yang diterapkan secara berbeda pada anak menimbulkan perilaku
yang berbeda – beda pula pada anak. Anak yang diasuh dengan pola
asuh otoritarian bersikap lebih tertutup, suka memberontak dan bersikap penakut. Anak yang diasuh dengan pola asuh permisif bersikap kurang
bertanggung jawab pada barang – barang dan dirinya sendiri serta
memiliki prestasi yang rendah di sekolah. Kemudian untuk anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis bersikap lebih tanggung jawab,
bersikap hangat dan lebih berprestasi.
2. Dampak dari pola asuh tersebut terhadap kemandirian anak. Dengan
diterapkan pola asuh yang berbeda – beda pada anak maka berdampak
pada tingkat kemandirian yang juga berbeda – beda pada anak. Anak