Analisis kapasitas perikanan tangkap dalam rangka pengelolaan armada penangkapan di Provinsi Gorontalo

KEEFEKTIFAN PRAUJIAN NASIONAL SEBAGAI PERSIAPAN
MENGHADAPI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMEA NEGERI
DAN SWASTA DI JAKARTA SELATAN 06 PADA TAHUN
AKADEMIK 2004/2005

ABDUL HOYYI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK

ABDUL HOYYI. Keefektifan Praujian Nasional Sebagai Persiapan Menghadapi Ujian
Nasional Matematika SMEA Negeri dan Swasta di Jakarta Selatan 06 pada Tahun
Akademik 2004/2005. Dibimbing oleh BARIZI dan INDAHWATI.
Praujian Nasional merupakan salah satu bentuk penilaian terhadap kemampuan siswa.
Dengan Praujian Nasional akan diperoleh informasi sampai sejauh mana persiapan siswa
untuk menghadapi Ujian Nasional. Praujian Nasional diharapkan dapat meningkatkan
nilai siswa pada Ujian Nasional. Selain itu Praujian Nasional diharapkan dapat digunakan

untuk menilai kesiapan siswa dan bisa sebagai prediksi bagi nilai Ujian Nasional siswa
nanti. Peningkatan nilai siswa dapat ditentukan dengan cara melihat pergeseran distribusi
perolehan nilai Ujian Nasional dan Analisis Statistik Deskriptif nilai Ujian Nasional.
Statistik uji McNemar digunakan untuk mengetahui kesiapan siswa, karena sampel ini
tidak bebas. Analisis korelasi dan Regresi linier sederhana digunakan untuk analisis
prediksi . Nilai Ujian Nasional meningkat namun belum tentu disebabkan oleh Praujian
Nasional. Praujian tersebut tidak bisa digunakan untuk menilai kesiapan siswa. Peluang
siswa lulus pada Ujian Nasional lebih tinggi dibandingkan pada Praujian Nasional. Hal
ini dikarenakan tingkat kesulitan Praujian Nasional lebih tinggi daripada Ujian Nasional
dengan batas kelulusan yang sama. Prediksi nilai Ujian Nasional menghasilkan selang
kepercayaan cukup lebar sehingga variasi prediksi nilai Ujian Nasional cukup besar.

ABSTRACT

ABDUL HOYYI. The Effectiveness of National Pre-Exam as a Preparation to Have
Mathematics National Exam of Vocational High School in South Jakarta 06 in
Academic Year 2004/2005. Under the direction of BARIZI and INDAHWATI
National pre-exam is one way of the evaluation to the student’s ability. Through national
pre-exam, it would get information how far the student’s preparation to have national
exam. National pre-exam is expected to improve student’s score on national exam. In

addition, national pre-exam is expected can be used to evaluate student’s preparation and
it can predict national examination score. The improving of student’s achievement
depends on the way the analysis of change of national examination achievement
distribution and description statistics analysis national examination score. The statistics
of McNemar’s test is used to know student’s preparation, because the sample is
dependent. Correlation and simple linier regression analysis used for analysis prediction.
The increase of national examination score not always the effect of pre-national
examination. The pre-national examination can’t be used to estimate student’s
preparation. The probability student that pass the national exam is higher than prenational exam. It is caused by pre-national exam is more difficult than national exam
through the same passing limit. The score of national exam prediction is obtained
confidence limit wide enough. Therefore, the variant national of examination
achievements is quite large.

KEEFEKTIFAN PRAUJIAN NASIONAL SEBAGAI PERSIAPAN
MENGHADAPI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMEA
NEGERI DAN SWASTA DI JAKARTA SELATAN 06 PADA TAHUN
AKADEMIK 2004/2005

ABDUL HOYYI


Tesis
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Statistika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis

Nama Mahasiswa
NRP
Program Studi

: Keefektifan Praujian Nasional Sebagai Persiapan Menghadapi
Ujian Nasional Matematika SMEA Negeri dan Swasta di
Jakarta Selatan 06 pada Tahun Akademik 2004/2005
: Abdul Hoyyi

: G325010131
: Statistika

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. Indahwati, M.Si.
Anggota

Prof. Dr. Barizi, MES.
Ketua

Diketahui

Ketua Program Studi Statistika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc.


Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian : 17 Januari 2007

Tanggal Lulus :

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul: “ Keefektifan Praujian
Nasional Sebagai Persiapan Menghadapi Ujian Nasional Matematika SMEA Negeri dan
Swasta di Jakarta Selatan 06 pada Tahun Akademik 2004/2005 ” adalah karya sendiri dan
belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi telah dinyatakan secara
jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Jakarta, Januari 2007

Abdul Hoyyi
NRP G325010131

PRAKATA


Alhamdulillah. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah masalah pendidikan dengan judul
Keefektifan Praujian Nasional Sebagai Persiapan Menghadapi Ujian Nasional
Matematika SMEA Negeri dan Swasta di Jakarta Selatan 06 pada Tahun Akademik
2004/2005.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Barizi, MES dan Ibu
Ir. Indahwati, M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam bimbingan penulisan tesis ini. Juga kepada Bapak Dr. Ir. Budi Susetyo, M.S. dan
Bapak Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc yang banyak memberikan dukungan moral
untuk menyelesaikan studi. Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Joko Sumardi
selaku Ketua Rayon SMEA Jakarta Selatan 06, Bapak Syamsuri dan Bapak Marsono
selaku ketua tata usaha yang telah membantu selama pengumpulan data.
Kepada Ummi yang telah banyak berdoa untuk keberhasilan studi ini, semoga
dilimpahkan keberkahan hidup di dunia dan akhirat, begitu pula untuk Bagus (adik),
Qoyyum (kakak) dan Mas Heriyadi (kakak ipar). Kepada Aba (almarhum) yang semasa
hidupnya atas doa dan kasih sayangnya semoga arwahnya tenang dan diterima di sisiNya. Terima kasih juga kepada teman-teman STK 2001 atas segala dukungannya
terutama kepada Pak Zainal, Utami Dyah Syafitri dan Halikudin yang meluangkan
waktunya untuk berdiskusi. Juga kepada Mas Heriawan yang banyak membantu

kelancaran administrasi penulis. Ungkapan terima kasih juga kepada Ibu Dra. Effy
Kusumastuti dan Ibu Dra. C. Arum Dasih masing-masing kepala SMEA dan SMA
Cahaya Sakti yang memberikan ijin untuk melanjutkan studi, teman-teman guru dan
karyawan di Cahaya Sakti dan semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga
studi dan penelitian penulis dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah membalas
amal kebaikan semuanya.
Kritik dan saran yang membangun sangat terbuka untuk kesempurnaan penulisan
tesis ini. Akhirnya semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Jakarta, Januari 2007

Abdul Hoyyi
NRP G325010131

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 2 Februari 1972 dari Ayah H. Abdul
Halim (almarhum) dan Ibu Hj. Jamilah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara.
Pendidikan formal mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan SMA

diselesaikan di Jember. Pada tahun 1992 diterima sebagai mahasiswa di Jurusan
Matematika FMIPA Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang dan lulus pada bulan
Agustus 1996. Pada tahun 1997 sampai dengan 2000 penulis mengajar Matematika di
Lembaga Bimbingan Belajar Teknos Jakarta. Tahun 2000 sampai dengan 2001 bekerja di
P2KP-Bappenas sebagi fasilitator kelurahan . Mulai tahun 2001 hingga sekarang penulis
mengajar Matematika di SMA dan SMK Cahaya Sakti Jakarta Timur.
Pada tahun 2001 penulis melanjutkan sekolah di Pascasarjana pada Program Studi
Statistika Institut Pertanian Bogor dengan biaya sendiri.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….

viii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..

x


PENDAHULUAN
Latar Belakang….….…..………………………………………………………... 1
Tujuan Penelitian…..……..……………………………………………………… 4
TINJAUAN PUSTAKA
Evaluasi Pengajaran….……………………………………………….…………..
Uji McNemar Sampel Tak Bebas dalam Tabel 2x2……………….…………….
Korelasi dan Regresi Linier Sederhana……………………………….………….
Keterandalan Instrumen Penelitian…………………………………………….…

5
6
7
9

BAHAN DAN METODE
Sumber Data…………………………………………………….……………….
Metode Analisis…………………………………………………….……………

11

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelusuran Nilai Ujian Nasional Matematika Tahun Akademik 2003/2004 dan
2004/2005 …………………..…………………………………………………….
Penelusuran Soal Pra-UN dan UN………………………………………………..
Analisis Pra-UN untuk Menilai Kesiapan Siswa dalam Menghadapi UN………..
Analisis Prediksi untuk Data Hasil Pra-UN dan UN…………..…………………..
Analisis Keterandalan Soal Pra-UN……………………………..………………...

13
16
17
32
34

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan……………………………………………………………………… 37
Saran……………………………………..………………………………………. 37
DAFTAR PUSTAKA………..…………………………………………………… 38

LAMPIRAN…………………………………………………………………….... 40

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kelulusan siswa SMK DKI tahun akademik 2004/2005……………………

3

2 Kelulusan siswa secara nasional tahun akademik 2004/2005………………

3

3 Tabulasi silang 2x2 untuk sampel tidak bebas……………………………....

6

4 Statistik deskriptif nilai UN tahun akademik 2003/2004 dan tahun
akademik 2004/2005 ……………………………………………………….

14

5 Persentase kelulusan tahun akademik 2003/2004 dan 2004/2005………….

16

6 Tabulasi silang kelulusan siswa untuk semua sekolah………………………

18

7 Tabulasi silang kelulusan siswa untuk masing-masing golongan sekolah….

18

8 Statistik deskriptif nilai Pra-UN dan UN semua sekolah…………………...

22

9 Statistik deskriptif nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 1 dan golongan 2

23

10 Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelu
lusan siswa dan nilai khi kuadrat untuk semua sekolah ……………………..

25

11 Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelu
lusan siswa dan nilai khi kuadrat untuk SMEA golongan 1 ………………..

26

12 Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelu
lusan siswa dan nilai khi kuadrat untuk SMEA golongan 2 ………………..

27

13 Pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap persentase kelu
lusan siswa dan nilai khi kuadrat untuk SMEA golongan 3 ………………..

28

14 Statistik deskriptif nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 3………………..

29

15 Nilai khi kuadrat dengan batas minimal Pra-UN = 4.26 dan batas minimal
kelulusan Pra-UN =3.66 untuk masing-masing sekolah ..…………………..

31

16 Tabulasi silang kelulusan siswa untuk semua sekolah………………………

35

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Histogram nilai UN tahun akademik 2003/2004………………………....

13

2 Histogram nilai UN tahun akademik 2004/2005…………………………

13

3 Boxplot nilai UN 2003/2004 dan nilai UN 2004/2005……..………….…

15

4 Histogram nilai Pra-UN dan UN semua sekolah…………………………

23

5 Histogram nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 1…………………….

24

6 Histogram nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 2…………………….

24

7 Histogram nilai Pra-UN dan UN SMEA golongan 3…………………….

29

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1

Persiapan sekolah menghadapi Ujian Nasional Matematika tahun aka
demik 2004/2005………………………………………………………….

40

2

Tabulasi silang pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap
presentase kelulusan siswa dan nilai khi kuadrat untuk semua sekolah….. 41

3

Tabulasi silang pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap
presentase kelulusan siswa dan nilai khi kuadrat SMEA golongan 1…… 43

4

Tabulasi silang pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap
presentase kelulusan siswa dan nilai khi kuadrat SMEA golongan 2…… 44

5

Tabulasi silang pengaruh perubahan batas kelulusan nilai Pra-UN terhadap
presentase kelulusan siswa dan nilai khi kuadrat SMEA golongan 3…… 45

6

Tabulasi silang dan nilai khi kuadrat masing -masing sekolah dengan batas
minimal kelulusan Pra-UN = 4.26 dan batas minimal kelulusan
Pra-UN = 3.66 …………………………………………………………… 47

7

Nilai korelasi antara nilai Pra-UN dan nilai UN untuk semua sekolah ….

58

8

Nilai korelasi antara nilai Pra-UN dan nilai UN untuk masing-masing
golongan sekolah ………………………………………………………..

59

Nilai korelasi antara nilai Pra-UN dan nilai UN untuk masing-masing
sekolah ……………………………………………………………….......

60

10 Plot nilai Pra-UN dan UN untuk semua sekolah ……………………......

61

11 Garis regresi dan selang prediksi 95% nilai UN untuk semua sekolah….

62

12 Selang prediksi 95% bagi nilai UN untuk suatu nilai Pra-UN tertentu….

63

13 Perhitungan koefisien keterandalan dengan metode KR-21……………..

64

9

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setiap akhir tahun akademik pemerintah selalu mengadakan Ujian Nasional (UN)
bagi siswa tingkat akhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Siswa dikatakan berhasil pada
tingkatan masing-masing sekolah bila siswa tersebut lulus pada UN. Untuk SMK ada
tiga kelompok keahlian yaitu : kelompok Bisnis dan Manajemen (Sekolah Menengah
Ekonomi Atas atau SMEA), kelompok Pariwisata dan Perhotelan (Sekolah Menengah
Industri Pariwisata atau SMIP) dan kelompok Teknologi (Sekolah Teknologi Menengah
atau STM). Mata pelajaran yang diujikan pada SMK ini sesuai dengan kelompok
keahlian sebagai berikut :
-

SMEA dan SMIP meliputi enam mata pelajaran yaitu :

Matematika, Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan, Ekonomi , Akuntansi
-

STM meliputi enam mata pelajaran yaitu : Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan, Fisika , Kimia.

Soal untuk masing-masing mata pelajaran tersebut dibuat oleh Pusat Pengujian
Pendidikan (Puspendik) Departemen Pendidikan Nasional dengan jenis yang berbedabeda untuk masing-masing propinsi dan sistem pemeriksaan terpusat pada Puspendik.
Sedangkan kriteria nilai kelulusan diserahkan kepada masing-masing sekolah, artinya
sekolah berhak menentukan sendiri kriteria nilai minimum siswa yang dinyatakan lulus.
Pada tahun akademik 2002/ 2003 terjadi beberapa perubahan kebijakan pada SMK yaitu :
1. Mata pelajaran yang sebelumnya meliputi enam mata pelajaran yang diujikan
untuk kelompok keahlian SMEA, SMIP dan STM berubah menjadi tiga mata
pelajaran yaitu : Matematika, Bahasa Indonesia , Bahasa Inggris. Sedangkan
untuk mata pelajaran lainnya termasuk Ujian Akhir Sekolah (UAS). Soal UN ini
tetap Puspendik yang membuatnya sedangkan UAS adalah guru bidang studi
masing-masing sekolah dengan kisi-kisi soal dibuat oleh Puspendik.
2. Adanya standar minimal kelulusan yang ditetapkan pemerintah yang sebelumnya
pemerintah tidak menentukan standar ini. Nilai minimal yang harus dicapai siswa

2
supaya lulus adalah 3, 01 dari 10,00 untuk masing-masing mata pelajaran UN dan
UAS. Standar minimal ini tiap tahun akademik berubah-ubah :
-

dari minimal 3,01 untuk tahun akademik 2002/2003 berubah menjadi minimal
4,01 dari 10,00 untuk tahun akademik 2003/2004.

-

dari minimal 4,01 untuk tahun akademik 2003/2004 berubah menjadi minimal
4,26 dari 10,00 untuk tahun akademik 2004/2005.

3. Hanya pelajaran yang UN saja yang dikoreksi terpusat sedangkan pelajaran UAS
dikoreksi sekolah masing-masing dengan sistem koreksi silang antarguru sekolah.

Menurut pemerintah, dalam hal ini Depdiknas, UN dilaksanakan karena
pemerintah ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan tersebut adalah dengan meningkatkan standar kelulusan
siswa (Eko, 2005). Menurut Ketua Rayon Jakarta Selatan 06, untuk meningkatkan nilai
siswa pada UN maka mulai tahun akademik 2004/2005 Kelompok Kerja Kepala Sekolah
Kejuruan (K3SK) Jakarta Selatan 06 mengadakan Praujian Nasional (Pra-UN). Menurut
pendapat beberapa kepala sekolah dan guru, tujuan diadakan Pra-UN sebagai evaluasi
terhadap kemampuan siswa dalam menghadapi UN.

Pra-UN ini meliputi tiga mata

pelajaran yang diujikan yaitu : Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. PraUN diikuti oleh seluruh SMK negeri dan swasta di Jakarta Selatan 06 yang berjumlah 66
sekolah. Soal Pra-UN dibuat oleh guru bidang studi sesuai yang diajarkan dengan
mengambil sampel beberapa guru bidang studi SMK negeri dan swasta di lingkungan
Jakarta Selatan 06 . Soal berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban untuk
masing-masing butir soal. Sistem pengkoreksiannya terpusat pada Pusat Komputer
(Puskom) K3SK yang berpusat di Rayon Jakarta Selatan 06, dan pengawasan ujian
dilakukan oleh guru masing-masing sekolah.
Pada Tabel 1 persentase kelulusan UN pada SMK di Jakarta Selatan 06 sebesar
71.11%. Persentase ini terendah dibandingkan dengan persentase kelulusan SMK di
wilayah lainnya. Berdasarkan keterangan dari Ketua Rayon Jakarta Selatan 06, hanya di
SMK Jakarta Selatan 06 saja yang melaksanakan Pra-UN secara serentak. Sementara
SMK di wilayah lainnya mayoritas melaksanakan Pra-UN secara internal. Berdasarkan

3
informasi ini menarik untuk diteliti sejauh mana manfaat Pra-UN ini bagi lingkungan
SMK di Jakarta Selatan 06 terhadap peningkatan nilai UN siswa .
Pra-UN 2004/2005 dilaksanakan pada tanggal 25, 26 dan 27 April 2005 dan UN
2004/2005 dilaksanakan pada tanggal 30,31 Mei dan 1 Juni 2005. Kelulusan SMK di
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tahun 2004/2005 tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1 Kelulusan siswa SMK di DKI tahun akademik 2004/2005
No

Wilayah

1
2
3
4
5

Jakarta Pusat
Jakarta Utara
Jakarta Barat
Jakarta Timur
Jakarta Selatan 06

Peserta
6900
6098
12079
20174
7097

Jumlah
Lulus
4985
5186
9922
17266
5047

%
72.25
85.04
82.14
85.59
71.11

(Sumber : Depdiknas, 2005b)

Dari seluruh peserta Ujian Nasional tahun akademik 2004/2005 persentase kelulusan
secara nasional tercantum pada Tabel 2 .

Tabel 2 Kelulusan siswa secara nasional tahun akademik 2004/2005
Jenjang Sekolah

Jumlah Peserta

2.988.733
1.248.808
SMA
658.492
SMK
(Sumber : Depdiknas, 2005b)
SMP

Persentase Kelulusan (%)

86,38
79,04
77,42

Jarak pelaksanaan Pra-UN 2004/2005 dengan pelaksanaan UN 2004/2005 sekitar 35
hari. Dengan jangka waktu yang cukup pendek ini diharapkan sekolah sudah selesai
memberikan semua materi yang wajib diajarkan sehingga tidak ada satu materipun yang
tertinggal diajarkan kepada siswa untuk menghadapi UN 2004/2005.
Selain untuk meningkatkan nilai UN, soal Pra-UN ini diharapkan efektif artinya
mampu menilai kesiapan siswa dan bisa digunakan sebagai gambaran nilai siswa pada
UN . Kesiapan siswa artinya siswa yang lulus Pra-UN akan berpeluang lulus pada UN
juga, sebaliknya siswa yang tidak lulus UN akan berpeluang tidak lulus pada UN. Selain

4
itu soal Pra-UN ini diharapkan dapat digunakan sebagai prediksi bagi soal UN, artinya
nilai yang didapat siswa pada Pra-UN tidak jauh berbeda dengan nilai yang didapat pada
UN sebenarnya nanti. Dengan demikian permasalahannya apakah

Pra-UN dapat

digunakan untuk menilai kesiapan siswa dalam menghadapi UN dan juga apakah nilai
Pra-UN yang dicapai siswa dapat digunakan untuk meramalkan atau memprediksi nilai
UN.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah :
1. Mengetahui apakah Pra-UN dapat meningkatkan nilai UN siswa.
2. Mengetahui apakah Pra-UN dapat digunakan untuk menilai kesiapan siswa dalam
menghadapi UN.
3. Mengetahui apakah nilai Pra-UN yang dicapai dapat digunakan untuk meramalkan
atau memprediksi nilai UN.

TINJAUAN PUSTAKA
Evaluasi Pengajaran
Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif- alternatif keputusan. Dalam
hubungan dengan kegiatan pengajaran evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran yang
telah dicapai oleh siswa. Fungsi evaluasi di dalam pengajaran tidak dapat dilepaskan dari
tujuan evaluasi itu sendiri. Tujuan evaluasi pengajaran ialah untuk mendapat data
pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan materi pelajaran yang terdapat di dalam
kurikulum. Data pembuktian dalam evaluasi pengajaran didapat dari penilaian sumatif.
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi
sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan ajaran yang
telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Menurut Purwanto (1984) fungsi
evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran adalah :
1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah
mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil
evaluasi yang diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara
belajar siswa.
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran di sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen
yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen dimaksud antara lain
adalah tujuan materi atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajar-mengajar,
alat dan sumber pelajaran dan alat evaluasi.
Penilaian sumatif biasanya dilaksanakan pada akhir caturwulan atau setiap akhir
semester, setiap akhir tahun ajaran berupa tes atau ujian. Beberapa jenis ujian sumatif
lainnya misalnya : Praujian Nasional (Pra-UN), Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA)
yang sekarang berganti nama Ujian Nasional (UN) dan ujian masuk Perguruan Tinggi.
Pelaksanaan Praujian Nasional biasanya dilakukan dalam waktu yang berdekatan atau
tidak jauh dari pelaksanaan EBTA atau UN dan ujian masuk Perguruan Tinggi.

6

Uji McNemar Sampel Tak Bebas dalam Tabel 2x2
Uji khi kuadrat ( χ 2 ) digunakan untuk menguji apakah dua peubah saling bebas
atau tidak dan frekuensi amatan biasanya disajikan dalam bentuk tabel kontingensi atau
tabel kemungkinan. Besarnya nilai χ 2 dirumuskan :
( o i − ei ) 2
χ =∑
ei
i
2

(1)

dimana : oi = frekuensi observasi ke-i
ei = frekuensi harapan ke-i
dengan hipotesis H0 : tidak ada hubungan (asosiasi) antara peubah baris dan peubah
kolom. Kriteria keputusannya adalah bila χ 2 > χ α2 dengan derajat bebas v = ( b -1)( l -1)
dimana b adalah banyaknya baris dan l adalah banyaknya kolom , maka hipotesis nol
ditolak (Walpole & Myers, 1989).
Adakalanya digunakan sampel yang sama untuk dua perlakuan namun dalam
waktu yang berbeda. Di sini dikatakan kedua sampelnya tidak bebas (Steel & Torrie,
1980). Misalnya dua perlakuan tersebut berkategori sukses atau gagal dan ditabelkan
sebagai berikut :
Tabel 3 Tabulasi silang 2x2 untuk sampel tidak bebas
Perlakuan
pertama
Sukses
(S1)
Gagal
(G1)
Total

Perlakuan kedua
Sukses
Gagal
(S2)
(G2)

Total

n11

n12

n1.

n 21

n 22

n 2.

n.1

n.2

n..

7
Hipotesisnya adalah :
H0 : P ( S1 ) = P ( S 2 )
H1 : P ( S1 ) ≠ P ( S 2 )

Kategori

Kenyataan
(o)

S1 ∩ G 2

n12

G1 ∩ S 2

n 21
n12 + n 21

Jumlah

χ2 = ∑

frekuensi
Harapan ( bila Ho benar)
(e )

n12 + n 21
2
n12 + n 21
2
n12 + n 21

(o − e) 2
e
n12 + n 21 2
n + n 21 2
)
(n21 − 12
)
2
2
+
n12 + n 21
n12 + n 21
2
2

(n12 −

=

(n12 − n21 ) 2
=
n12 + n21

(2)

dengan derajat bebas sama dengan 1
Dalam Agresti & Finlay (1986) persamaan 2 dikenal dengan nama uji McNemar
(McNemar’s test ). Menurut McNemar (1969) bila nilai n12 + n 21 < 20 , maka perlu
dilakukan koreksi dengan persamaan :

χ2 =

(| n12 − n21 | −1) 2
n12 + n21

(3)

Kriteria keputusannya adalah bila χ 2 > χ α2 maka hipotesis nol ditolak.
Korelasi dan Regresi Linier Sederhana
Koefisien korelasi adalah koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan
hubungan linier antara dua peubah atau lebih. Besaran dari koefisien korelasi tidak

8
menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua peubah atau lebih tetapi semata-mata
menggambarkan keterkaitan linier antarpeubah. Koefisien korelasi sering dinotasikan
dengan r dan nilainya berkisar antara –1 dan 1 (-1 ≤ r ≤ 1 ), nilai r yang mendekati 1 atau
–1 menunjukkan semakin erat hubungan linier antara kedua peubah tersebut. Sedangkan
nilai r yang mendekati nol menggambarkan hubungan kedua peubah tersebut tidak erat
atau tidak linier. Tanda dari nilai r dapat dilihat dari diagram pencar pengamatan dari
kedua peubah. Bila titik-titik pengamatan menggerombol mengikuti garis lurus dengan
kemiringan positif, maka korelasi antara kedua peubah tersebut positif. Sebaliknya bila
titik-titik pengamatan tersebut menggerombol mengikuti garis lurus dengan kemiringan
negatif, maka korelasi antara kedua peubah tersebut bertanda negatif. Koefisien korelasi
antara peubah X dan peubah Y dapat dirumuskan sebagai berikut :
r = S xy ( S x2 S y2 ) −1 / 2
n

∑ (x
dimana

S xy =

− x )( y i − y )

i

i =1

n −1
n

S x2 =

∑ (x
i =1

i

− x)2

n −1
n

S y2 =

(4)

∑(y
i =1

i

− y) 2

n −1

untuk regresi linier sederhana maka kuadrat dari koefisien korelasi akan sama dengan
koefisien determinasi tetapi ini tidak berlaku untuk regresi linier berganda. (Mattjik &
Sumertajaya, 2000).
Bila hasil plot menunjukkan kecenderungan hubungan

X dan Y membentuk

persamaan linier maka sudah tepat penggambaran hubungan X dan Y dalam persamaan
regresi linier. Persamaan regresi yang terdiri atas satu peubah bebas dan satu peubah
terikat disebut regresi sederhana, sedangkan persamaan regresi yang terdiri atas satu
peubah terikat dan beberapa peubah bebas disebut regresi berganda. Regresi linier
sederhana dapat dituliskan dalam bentuk persamaan :

9

Yi = α + βX i + ε i

(5)

dimana : α = intersep

β = gradien (kemiringan)
ε = galat
i = 1, 2, 3, …, n
Keterandalan dari model yang diperoleh dapat dilihat dari kemampuan model
menerangkan keragaman nilai peubah Y. Ukuran ini sering disebut koefisien determinasi.
Semakin besar nilai koefisien determinasi berarti model semakin mampu menerangkan
keragaman nilai peubah Y. Dalam Draper & Smith (1981) selang kepercayaan
( 1 − α )100% bagi nilai individual Y0 untuk suatu nilai X 0 tertentu dirumuskan :

α ⎛⎜

( X 0 − X )2
1
Y0 ± t (db, ) 1 + +
2 ⎜⎝ n ∑ ( X i − X ) 2
^






1/ 2

s

(6)

Keterandalan Instrumen Penelitian
Keterandalan (Reliability) menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen
dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Menurut
Ary et al. (2005) untuk mengestimasi koefisien keterandalan dengan menggunakan satu
bentuk tes yang hanya sekali diujikan pada sekelompok subjek digunakan pendekatan
konsistensi internal (Internal Consistency ). Pendekatan ini bertujuan untuk melihat
konsistensi antarbutir pertanyaan atau antarbagian dalam tes itu sendiri.
Dalam Kaplan & Saccuzzo (2005) metode untuk menduga koefisien kekonsistenan
internal adalah metode Kuder-Richardson. Metode ini digunakan karena butir-butir
pertanyaan berskor dikotomi, yaitu skor 1 atau 0 (jawaban benar atau salah). Metode
Kuder-Richardson dirumuskan :

KR_20 =

dimana :

k
pq
(1 − ∑ 2 )
k −1
σ

KR_20 = koefisien keterandalan menurut Kuder-Richardson 20

(7)

10
k = banyaknya butir pertanyaan

p = proporsi jawaban benar per butir pertanyaan
q = proporsi jawaban salah per butir pertanyaan

σ 2 = ragam / varian skor total

Persamaan 7 dikenal dengan rumus Kuder Richardson 20 (KR_20). Sedangkan rumus
Kuder Richardson 21 (KR _21) :

KR_21 =

dimana :

k
x (k − x )
(1 −
)
k −1
kσ 2

(8)

KR_21 = koefisien keterandalan menurut Kuder-Richardson 21
k = banyaknya butir pertanyaan

x = rata-rata hitung skor ujian

σ 2 = ragam skor total
Dilihat dari segi efisiensi perhitungan, KR_21 jauh lebih efisien dibandingkan
dengan KR-20. Hal ini dikarenakan perhitungan proporsi jawaban benar dan jawaban
salah rumus KR_20 memerlukan kerja analisis butir soal per siswa per butir. Sebaliknya
persamaan KR _21 hanya dibutuhkan rata-rata hitung dan ragam skor total.
Instrumen penelitian dikatakan andal bila mempunyai nilai KR_21 lebih besar
atau sama dengan 0.70 (Kinan, 1990). Menurut Fraenkel & Wallen (1990) untuk
keperluan penelitian nilai koefisien keterandalan seharusnya lebih besar atau sama
dengan 0.70 .

BAHAN DAN METODE

Sumber Data
Penelitian ini memanfaatkan data sekunder dari hasil Pra-UN 2004/2005 yang
dilaksanakan oleh K3SK Jakarta Selatan 06 dan hasil UN 2004/2005 untuk populasi
siswa kelas 3 SMEA di Jakarta Selatan 06 bidang studi Matematika. Jumlah SMEA di
Jakarta Selatan 06 sebanyak 41 sekolah ( negeri dan swasta ) dengan jumlah total siswa
4898 siswa.

Metode Analisis
Data yang terkumpul dianalisis dengan pendekatan statistik deskriptif dan statistik
inferensia. Adapun maksud analisis statistik deskriptif mencakup penyederhanaan data,
penyajian data. Tahapan penyederhanaan data adalah suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tak perlu. Penyajian data
mencakup tabel dan grafik. Data diolah dengan paket komputer program MINITAB versi
14.00, SPSS versi 11.00 dan Excel XP.
Adapun garis besar tahapan analisis data pada pelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Menganalisis statistik deskriptif nilai UN siswa tahun akademik 2003/2004 dan
tahun akademik 2004/2005
b. Mengelompokkan sekolah menjadi 3 golongan yaitu sekolah dengan mutu baik
(golongan 1), sekolah dengan mutu sedang (golongan 2) dan sekolah dengan mutu
rendah (golongan 3). Informasi pemilihan mutu sekolah ini didapat dari Dinas
Pendidikan Menengah dan Kejuruan DKI, beberapa kepala sekolah dan guru di
Jakarta Selatan 06 .
c. Mengidentifikasi banyaknya siswa yang lulus dan siswa yang tidak lulus pada
Pra-UN dan UN untuk : semua sekolah, masing-masing golongan dan masingmasing sekolah dengan membuat tabulasi silang.
d. Menganalisis tabulasi silang dengan uji McNemar (McNemar’s test) karena kasus
ini merupakan sampel tidak bebas dengan hipotesis :
H0 : P(lulus pada Pra-UN) = P(lulus pada UN)
H1 : P(lulus pada Pra-UN) ≠ P(lulus pada UN)

12

e. Menentukan batas minimal kelulusan nilai Pra-UN sehingga peluang siswa lulus
Pra-UN sama dengan peluang siswa lulus UN untuk semua sekolah dan masingmasing golongan sekolah.
f. Membuat plot antara nilai Pra-UN dan nilai UN untuk semua golongan sekolah
dalam satu grafik.
g. Menghitung koefisien korelasi untuk semua sekolah, masing-masing golongan
sekolah dan masing-masing sekolah
h. Membuat selang kepercayaan prediksi individual nilai UN
i. Menghitung koefisien keterandalan soal Pra-UN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelusuran Nilai Ujian Nasional Matematika Tahun Akademik 2003/2004
dan 2004/2005
Pra-UN di Jakarta Selatan 06 dilaksanakan mulai tahun akademik
2004/2005. Menurut ketua rayon, Pra-UN dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai UN. Karena pada tahun akademik 2003/2004 belum
dilaksanakan Pra-UN, maka dilakukan penelusuran nilai UN untuk tahun
2003/2004 dan 2004/2005, yaitu sebelum dilaksanakan Pra-UN dan setelah
dilaksanakan Pra-UN. Ujian Nasional tahun akademik 2003/2004 bidang studi
Matematika terdiri atas 40 butir sedangkan tahun akademik 2004/2005 terdiri
atas 30 butir berbentuk pilihan ganda dengan alokasi waktu sama yaitu 120 menit.
Histogram nilai UN Matematika tahun akademik 2003/2004 dan 2004/2005
masing-masing tercantum pada Gambar 1 dan 2.

UN

1800

1800

1600

1600

1400

1400

1200

1200

1000
800
600
400

Std. Dev = .89

200

Mean = 4.8
N = 4868.00

0
2.0

3.0
2.5

4.0
3.5

5.0
4.5

6.0
5.5

7.0
6.5

8.0
7.5

1000
800
600
400

Std. Dev = 1.60

200

Mean = 6.4
N = 4898.00

0
2.0

9.0
8.5

Jumlah siswa

2000

Frequency

Frequency

Jumlah siswa

UN
2000

9.5

3.0
2.5

4.0
3.5

5.0
4.5

6.0
5.5

7.0
6.5

8.0
7.5

9.0
8.5

9.5

UN

UN

UN
Gambar 1 Histogram nilai UN tahun
akademik 2003/2004.

UN
Gambar 2 Histogram nilai UN tahun
akademik 2004/2005.

Bila diperhatikan Gambar 1 dan Gambar 2, distribusi nilai UN

tahun akademik

2004/2005 bergeser ke kanan dibandingkan tahun akademik 2003/2004 artinya nilai UN

14
siswa tahun akademik 2004/2005 lebih tinggi dibandingkan tahun akademik 2003/2004.
Nilai rata-ratanya juga meningkat dari 4.79 menjadi 6.43. Berikut ini statistik
deskriptifnya :

Tabel 4 Statistik deskriptif nilai UN tahun akademik 2003/2004 dan tahun
akademik 2004/2005

Statistik
Jumlah siswa
Mean
Median
Modus
Simpangan baku
Ragam
Skewness
Kurtosis
Minimum
Maximum
Q1
Q2
Q3

Tahun Akademik
2003/2004
2004/2005
4868
4898
4.79
6.43
4.59
6.67
4.48
7.33
0.89
1.60
0.79
2.57
0.20
-0.35
1.43
-0.54
1.06
1.67
8.70
10.00
4.33
5.33
4.59
6.67
5.33
7.67

Bila diperhatikan statistik deskriptif pada Tabel 4, nilai minimum siswa terjadi
peningkatan dari 1.06 menjadi 1.67. Demikian pula nilai maksimumnya meningkat dari
8.70 menjadi 10.00. Nilai koefisien kemenjuluran (skewness) = 0.20 berarti pola sebaran
menjulur ke kanan dengan nilai rata-rata

lebih besar dari median. Hal ini

mengindikasikan lebih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata. Tahun
2003/2004 siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebesar 55.73% . Sebaliknya
pada tahun 2004/2005 nilai skewness = -0.35 berarti pola sebaran menjulur ke kiri
dengan nilai rata-rata lebih kecil dari median. Hal ini mengindikasikan lebih banyak
siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata. Tahun akademik 2004/2005 siswa yang
mendapat nilai di atas rata-rata sebesar 53.18%. Namun nilai yang dicapai siswa tahun
akademik 2003/2004 lebih seragam dibandingkan tahun akademik 2004/2005 hal ini bisa
dilihat dari nilai keragaman UN tahun akademik 2003/2004 lebih kecil dibandingkan
tahun akademik 2004/2005. Selain itu, peningkatan nilai UN dapat dilihat dari boxplot
berikut ini :

15
10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00

UN 2003/2004

UN 2004/2005

Gambar 3 Boxplot nilai UN 2003/2004 dan nilai UN 2004/2005.

Pada boxplot Gambar 3 nilai Q3 UN 2003/2004 sama dengan nilai Q1 UN 2004/2005.
Hasil ini mengindikasikan nilai UN 2004/2005 lebih tinggi dibandingkan 2003/2004.
Meskipun terjadi peningkatan rata-rata nilai UN pada tahun akademik 2004/2005 (ada
Pra-UN) dibandingkan tahun akademik 2003/2004 (tidak ada Pra-UN) namun belum
tentu peningkatan tersebut disebabkan karena adanya Pra-UN apalagi peningkatan yang
terjadi cukup besar. Beberapa hal yang diduga penyebab meningkatnya nilai UN
2004/2005 adalah :
-

jumlah soal yang berbeda dengan alokasi waktu yang sama (40 soal untuk
tahun 2003/2004 dan 30 soal untuk tahun 2004/2005)

-

tingkat kesulitan soal yang berbeda.

Untuk mendapatkan penilaian yang lebih obyektif apakah Pra-UN dapat
meningkatkan nilai UN, sebaiknya dilakukan perbandingan dengan menerapkan prinsipprinsip perancangan percobaan. Misalnya : sebelum Pra-UN dilaksanakan siswa dibagi
menjadi dua kelompok yang dipilih secara acak. Kelompok pertama siswa dengan PraUN sedangkan kelompok kedua siswa tanpa Pra-UN, kemudian hasil ini dibandingkan
dengan perolehan nilai UN apakah terjadi peningkatan atau tidak dengan dua perlakuan
tersebut. Bila terjadi peningkatan pada kelompok siswa dengan Pra-UN maka besar
kemungkinan peningkatan nilai UN karena Pra-UN, dengan asumsi faktor - faktor lain

16

yang dapat mempengaruhi nilai UN sama untuk kedua kelompok tersebut. Bagaimana
pengaruh peningkatan nilai terhadap persentase kelulusan siswa, mengingat perubahan
batas minimal kelulusan dari 4.01 menjadi 4.26. Berikut ini persentase kelulusan UN
tahun akademik 2003/2004 dan 2004/2005.

Tabel 5 Persentase kelulusan tahun akademik 2003/2004 dan 2004/2005
Tahun akademik 2003/2004
dengan batas kelulusan UN = 4.01
89.93%

Tahun akademik 2004/2005
dengan batas kelulusan UN
4.01
4.26
89.59%

89.50%

Hasil perhitungan pada Tabel 5, persentase kelulusan siswa tidak terjadi peningkatan
bahkan terjadi penurunan walaupun batas kelulusan sama dengan 4.01.

Penelusuran Soal Pra-UN dan UN
Soal Pra-UN diharapkan dapat menyerupai soal UN, oleh karenanya perlu
ditelusuri

tentang kesesuaian

materi, persentase penyebaran soal, bentuk soal dan

alokasi waktu. Pada UN tahun akademik 2004/2005, ujian Matematika SMEA berupa tes
tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda dengan lima alternatif pilihan jawaban tiap butir
soal. Jumlah soal Matematika UN sebanyak 30 butir soal dengan alokasi waktu 120 menit
artinya untuk satu butir soal memerlukan waktu pengerjaan soal 4 menit. Soal UN
dirancang sesuai dengan kelompok keahlian masing-masing yaitu STM, SMEA dan
SMIP. Soal Matematika UN ini meliputi 33% materi kelas satu (10 butir soal), 40%
materi kelas dua (12 butir soal) dan 27% materi kelas tiga (8 butir soal). Acuan yang
digunakan dalam menyusun soal UN adalah kurikulum 1994 beserta suplemennya
(Depdiknas, 2005a).
Soal Matematika Pra-UN terdiri atas 40 butir soal berbentuk pilihan ganda
dengan lima alternatif pilihan jawaban tiap butir soal. Soal Matematika Pra-UN ini
meliputi 35% materi kelas satu (14 butir soal), 35% materi kelas dua (14 butir soal) dan
30% materi kelas tiga (12 butir soal). Persentase penyebaran butir soal ini tidak terlalu
mencolok perbedaannya dengan soal UN. Pada Pra-UN disediakan waktu 120 menit

17
artinya untuk 40 butir soal tersebut masing-masing memerlukan rata-rata pengerjaan soal
3 menit. Soal Pra-UN terdiri dari dua jenis yaitu soal Pra-UN untuk kelompok teknik dan
soal Pra-UN untuk kelompok nonteknik. Kelompok teknik khusus untuk siswa STM
sedangkan kelompok nonteknik untuk siswa SMEA dan SMIP. Hal ini berbeda dengan
soal UN, untuk SMIP soal UN berbeda dengan soal UN untuk SMEA. Penyajian soal
Pra-UN yang sama antara SMEA dan SMIP akan mempengaruhi hasil ujian yang
diperoleh siswa. Kemungkinan ada bab tertentu yang dipelajari di SMEA tetapi di SMIP
tidak dipelajari, dan sebaliknya, sehingga siswa tidak bisa mengerjakan soal tersebut
karena tidak diperoleh sewaktu belajar di kelas. Menurut Safari (2003) bahan ujian
dikatakan baik jika ada kesesuaian antara materi yang diujikan dengan materi yang
diajarkan. Hal ini hasilnya dapat memberikan informasi tentang siapa atau siswa mana
yang telah mencapai tingkatan pengetahuan tertentu yang disyaratkan sesuai dengan
tuntutan di dalam silabus/kurikulum dan dapat memberikan informasi mengenai apa dan
seberapa banyak materi yang telah dipelajari siswa. Berdasarkan ilmu pengukuran
pendidikan, ujian yang bahannya tidak sesuai dengan bahan yang telah diajarkan bukan
saja kurang memberikan informasi tentang hasil belajar seorang siswa, melainkan juga
tidak menghasilkan umpan balik bagi penyempurnaan proses belajar mengajar. Pada PraUN tidak ada larangan untuk menggunakan alat hitung (kalkulator) sedangkan pada UN
dilarang, sehingga dengan waktu 120 menit dirasa sudah cukup waktu untuk mengerjakan
40 butir soal pada Pra-UN.

Analisis Pra-UN untuk Menilai Kesiapan Siswa dalam Menghadapi UN
Pra-UN diharapkan bisa digunakan untuk menilai kesiapan siswa. Kesiapan siswa
artinya siswa yang lulus Pra-UN akan berpeluang lulus pada UN, sebaliknya siswa yang
tidak lulus Pra-UN akan berpeluang tidak lulus UN. Oleh karenanya perlu ditelusuri
kelulusan siswa pada Pra-UN dan UN dengan tabulasi silang dan dianalisis dengan
analisis khi kuadrat sampel tak bebas. Tabulasi silang kelulusan siswa secara keseluruhan
pada Pra-UN dan UN adalah seperti pada Tabel 6.

18
Tabel 6 Tabulasi silang kelulusan siswa untuk semua sekolah
UN
L

TL

Jumlah
siswa

L

3113

121

3234

TL

1271

393

1664

4384

514

4898

Pra-UN

Jumlah
Siswa
Keterangan :

L
TL

= Lulus
= Tidak Lulus

Berdasarkan Tabel 6 , dari populasi siswa berjumlah 4898 siswa terdapat 1664 siswa
tidak lulus Pra-UN (34%) sedangkan pada UN sebanyak 514 siswa tidak lulus UN
(10% ). Pada taraf uji 5% dengan statistik uji McNemar diperoleh nilai χ2 = 950.07. Nilai
ini lebih besar dari χ 02.05:1 (3.84), artinya hipotesis nol ditolak, yang menunjukkan bahwa
secara umum peluang siswa lulus pada Pra-UN tidak sama dengan peluang siswa lulus
pada UN. Oleh karena sekolah-sekolah ini terdiri atas berbagai sekolah dengan mutu
pendidikan yang berbeda maka digolongkan menjadi tiga bagian yaitu : SMEA golongan
1 (sekolah dengan mutu baik), SMEA golongan 2 (sekolah dengan mutu sedang) dan
SMEA golongan 3 (sekolah dengan mutu rendah). Tabulasi silang untuk masing-masing
golongan sekolah seperti pada Tabel 7.
Tabel 7 Tabulasi silang kelulusan siswa untuk masing-masing golongan sekolah
SMEA golongan 1

L

TL

Jumlah
siswa

L

777

1

778

TL

11

0

Jumlah
Siswa

788

1

Pra-UN

UN

SMEA golongan 2

L

TL

Jumlah
siswa

L

931

5

936

11

TL

437

3

440

789

Jumlah
siswa

1368

8

1376

Pra-UN

UN

19
SMEA golongan 3
L

TL

Jumlah
siswa

L

1405

115

1520

TL

823

390

1213

Jumlah
Siswa

2228

505

2733

Pra-UN

UN

2
Pada taraf uji 5% dengan statistik uji McNemar diperoleh nilai χ koreksi
= 6.75

untuk SMEA golongan 1 dan χ2 = 422.23 untuk SMEA golongan 2. Kedua nilai ini lebih
besar dari χ 02.05:1 (3.84) yang menunjukkan bahwa secara umum peluang siswa lulus pada
Pra-UN tidak sama dengan peluang siswa lulus pada UN. Sedangkan pada SMEA
golongan 3 diperoleh nilai χ2 = 534.40. Nilai ini lebih besar dari χ 02.05:1 (3.84) yang
memberikan kesimpulan yang sama dengan kesimpulan pada SMEA golongan 1 dan
SMEA golongan 2. Bila diperhatikan tabel informasi persiapan sekolah

dalam

menghadapi UN Matematika (lampiran 1) diambil sampel sekolah, secara umum sekolah
telah mengadakan upaya untuk meningkatkan prestasi siswa dengan mengadakan
pendalaman materi, adanya pembahasan bank soal, adanya uji coba (try out) internal.
Pada SMEA golongan 1, awal semester genap sudah mempersiapkan siswa-siswinya
mengadakan pendalaman materi dengan frekuensi pertemuan seminggu 1 kali.
Pendalaman materi ini menekankan pada pengulangan pelajaran kelas 1 dan kelas 2. Hal
ini sangat bermanfaat sehingga siswa mendapatkan penyegaran kembali pelajaran yang
sudah satu atau dua tahun mereka tinggalkan mengingat materi UN meliputi pelajaran
kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Menurut Sunardi (2000) pendalaman materi atau pengayaan
bagi siswa akan memiliki dampak positif pada prestasi belajar siswa. Siswa dengan
pengayaan materi akan lebih baik prestasi belajarnya daripada prestasi belajar siswa
tanpa pengayaan. Pengayaan bisa dengan cara pemberian tugas, kajian pustaka, studi
lapangan atau penelitian.
Pada SMEA golongan 1, hasil Pra-UN persentase kelulusan sebesar 98.60% dan
UN sebesar 99.87%. Adanya peningkatan nilai persentase kelulusan ini kemungkinan
disebabkan pada saat ujian siswa lebih serius mengerjakan soal UN dibandingkan Pra-

20
UN, mungkin anggapan siswa bahwa Pra-UN tidak terlalu penting sehingga siswa tidak
mengerahkan semua kemampuan yang mereka miliki. Sekolah pada golongan 1 ini
mempunyai koleksi bank soal Matematika yang berisi kumpulan soal-soal UN pada
tahun-tahun sebelumnya dan dilakukan pembahasan bersama guru bidang studi. Hal ini
dirasa sangat penting, karena siswa disamping dilatih mengerjakan soal-soal UN juga
siswa akan mengenal bentuk soal-soal UN dan tingkat kesulitan soal UN. Selain itu
sekolah ini sering melaksanakan uji coba internal. Dengan adanya uji coba ini guru dapat
mengevaluasi tentang pencapaian pembelajaran selama di kelas. Bagi siswa sendiri
pelaksanaan uji coba ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan diri sehingga
memacu semangat belajar mereka dan terlatih mengerjakan soal sesuai dengan waktu
yang disediakan. Namun bila diperhatikan pada tabulasi silang (Tabel 6) SMEA golongan
1 ini hanya ada 1 siswa (0.13%) lulus Pra-UN tetapi pada UN tidak lulus, sebaliknya
mereka yang tidak lulus Pra-UN dan pada UN lulus ada 11 siswa (1.39%). Hal ini bisa
terjadi karena beberapa faktor yaitu : sistem pengawasan ujian pada Pra-UN yang
berbeda dengan UN. Pada Pra-UN sebagai pengawas ujian adalah guru di sekolah
masing-masing, sehingga pengawasan kemungkinan tidak terlalu ketat, berakibat siswa
mengerjakan ujian tidak dengan jujur (menyontek). Berbeda dengan pengawas UN yang
menggunakan sistem pengawasan silang antarsekolah, sehingga kemungkinan siswa
mengerjakan dengan tidak jujur relatif lebih kecil dibandingkan Pra-UN.
Demikian juga persiapan yang dilakukan pada SMEA golongan 2, namun
pendalaman materi sebagian besar dilaksanakan bulan ketiga, dengan frekuensi
pertemuan ada yang 1 kali dan ada yang 2 kali dalam seminggu. Koleksi bank soal
Matematika dan pembahasan serta Uji coba juga dilakukan oleh sebagian besar sekolah
golongan 2 ini. Dari hasil Pra-UN, persentase kelulusan 68.02 % (936 siswa) dan
persentase kelulusan UN 99.42% (1368 siswa). Dari 936 siswa yang dinyatakan lulus
pada Pra-UN ada 931 (99.47%) siswa yang bisa dinyatakan siap (lulus UN) dan 5
(0.53%) siswa tidak lulus UN. Sedangkan dari 440 siswa yang tidak lulus Pra-UN, ada 3
siswa (0.68%) yang dinyatakan tidak siap (tidak lulus UN) sedangkan 437 (99.32%)
siswa lulus UN.
Sedangkan pada SMEA golongan 3 dari sampel sekolah yang terambil terlihat uji
coba hanya sekali dilaksanakan, bahkan ada juga sekolah yang tidak mengadakan uji

21
coba. Jarangnya pelaksanaan uji coba ini akan membuat siswa kurang terlatih
mengerjakan soal dengan mandiri, kurang mengetahui kesiapan dirinya. Bagi guru sendiri
tidak bisa mengevaluasi secara berkala tentang materi mana yang dirasa belum maksimal
diserap oleh siswa. Nilai persentase ini lebih besar jika dibandingkan dengan SMEA
golongan 1. Bila diperhatikan pada tabel informasi persiapan sekolah menghadapi UN
Matematika , terlihat bahwa persiapan lebih banyak dilakukan oleh SMEA golongan 1
seperti dimulainya pendalaman materi dan frekuensi pelaksanaan uji coba internal yang
lebih sering dilakukan oleh SMEA golongan 1. Semakin sering siswa dilatih untuk
menghadapi UN maka akan semakin siap siswa menghadapi UN yang sebenarnya. Faktor
lain dimungkinkan oleh sistem pengawasan dan keseriusan siswa dalam mengejakan soal
Pra-UN.
Pada SMEA golongan 3 dengan analisis McNemar memberikan kesimpulan
peluang siswa lulus pada Pra-UN tidak sama dengan peluang siswa lulus pada UN.
Persentase kelulusan Pra-UN adalah 55.62 % (1520 siswa) dan persentase kelulusan UN
adalah 81.52 % (2228 siswa). Dari 1520 siswa yang dinyatakan lulus pada Pra-UN, ada
1405 (92.43%) siswa yang bisa dinyatakan siap (lulus UN ) dan 115 (7.57%) siswa tidak
lulus UN (tidak bisa dinilai kesiapannya). Sedangkan dari 1213 siswa yang tidak lulus
Pra-UN, ada 390 siswa (32.15%) yang dinyatakan tidak siap (tidak lulus UN ) sedangkan
823 (67.85%) siswa lulus UN (tidak bisa dinilai ketidaksiapan). Persiapan yang dilakukan
oleh sekolah ini kebanyakan dilakukan hanya sebulan menjelang pelaksaan UN. Melihat
jangka waktu hanya 35 hari, merupakan jangka waktu yang pendek bagi sekolah untuk
mengadakan pendalaman materi, sehingga tidak mungkin sekolah bisa mempersiapkan
dengan matang mengingat materi Pra-UN dan UN meliputi materi pelajaran kelas 1,
kelas 2 dan kelas 3. Pada sekolah ini ada yang mengadakan pendalam materi sampai
seminggu 2 kali, hal ini dirasa kurang efisien karena siswa dipaksakan untuk bisa
menerima materi yang

banyak dengan waktu yang relatif singkat.

Tidak adanya

pelaksanaan uji coba internal akan mempengaruhi kesiapan siswa, karena siswa tidak
terbiasa terlatih untuk mengerjakan soal sesuai dengan waktu yang tersedia. Pembahasan
bank soal akan berpengaruh juga terhadap kesiapan siswa, karena siswa tidak banyak
mengenal tipe-tipe soal UN dan tingkat kesulitan soal UN, akibatnya pada waktu
pelaksakan UN akan merasa kesulitan karena siswa hanya terpaku belajar pada catatan

22
guru di kelas. Faktor lain adalah faktor kemampuan akademik siswa itu sendiri, melihat
siswa pada SMEA golongan 3 ini adalah siswa yang tidak diterima pada SMEA golongan
1 dan SMEA golongan 2 pada saat penerimaan siswa baru dulu.
Berdasarkan hasil analisa semua sekolah dan masing-masing golongan sekolah di
atas ternyata memberikan kesimpulan yang sama yaitu peluang siswa lulus pada Pra-UN
tidak sama dengan peluang siswa lulus pada UN. Karena banyak ditemukan siswa yang
tidak bisa ditentukan kesiapannya dari hasil Pra-UN, seperti siswa yang tidak lulus PraUN ternyata pada UN mereka bisa lulus dengan jumlah yang cukup besar dibandingkan
dengan siswa yang lulus pada Pra-UN ternyata gagal pada UN. Ada dugaan bahwa soal
Pra-UN lebih sulit

dibandingkan dengan soal UN. Berikut ini Statistik deskriptif

(Tabel 8) dan histogram nilai Pra-UN dan UN (Gambar 4) untuk semua sekolah :

Tabel 8 Statistik deskriptif nilai Pra-UN dan UN semua sekolah
Statistik
Jumlah siswa
Mean
Median
Modus
Simpangan baku
Ragam
Skewness
Kurtosis
Minimum
Maksimum

Pra-UN
4898
4.96
4.79
3.75
1.18
1.39
0.74
0.18
2.29
9.58

UN
4898
6.43
6.67
7.33
1.60
2.57
-0.35
-0.54
1.67
10.00

23

PRAUN

UN

1200

1200

Jumlah siswa

1000

800

600

400
Std. Dev = 1.20

200

Mean = 5.0
N = 4898.00

0
2.5

3.5
3.0

PRAUN

4.5
4.0

5.5
5.0

6.5
6.0

7.5
7.0

8.5
8.0

800

600

400

Frequency

Jumlah
Frequency

siswa

1000

Std. Dev = 1.60

200

Mean = 6.4
N = 4898.00

0
2.5

9.5

3.5
3.0

9.0

Pra-UN

UN

4.5
4.0

5.5
5.0

6.5
6.0

7.5
7.0

8.5
8.0

9.5
9.0

UN

Gambar 4 Histogram nilai Pra-UN dan UN semua sekolah.

Bila diperhatikan histogram nilai Pra-UN dan UN dan statistik deskriptif untuk
semua sekolah terlihat bahwa pola sebaran yang cenderung menjulur ke kanan terjadi
pada Pra-UN dibandingkan dengan UN. Bila dilihat nilai statistik lainnya nilai rata-rata
Pra-UN dan median lebih rendah dari nilai rata-rata dan median UN. Demikian ju