Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Rai and Jegathan 2012, yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dengan kekuatan
korelasi sangat lemah yang bermakna antara rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar trigliserida r=0,048 dan p0,05 pada penyandang diabetes
melitus tipe 2 sebanyak 69 pria di India. Penelitian Reddy, Jayarama, and Mahesh 2013, melibatkan 500 penyandang diabetes melitus tipe 2 di India, menunjukkan
terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi sangat lemah yang bermakna antara rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar trigliserida r=0,093 dan
p0,05. Hasil penelitian tersebut membuktikan korelasi rasio lingkar pinggang- panggul terhadap kadar trigliserida pada pria dapat digunakan sebagai prediksi
terjadinya penyakit kardiovaskuler.
2. Korelasi LP dan RLPP terhadap kadar trigliserida dalam darah pada responden wanita
Tabel XVII. Korelasi Lingkar Pinggang cm dan RLPP terhadap Kadar Trigliserida pada Responden Wanita
Variabel r
p Lingkar Pinggang cm
0,248 0,071
RLPP 0,444
0,001 Keterangan : terdapat korelasi yang tidak bermakna p0,05
Pada penelitian korelasi lingkar pinggang terhadap kadar trigliserida pada wanita penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten
Temanggung diperoleh diperoleh nilai koefisien korelasi r yaitu 0,248 dengan nilai signifikansi p 0,071 yang menunjukkan bahwa diperoleh korelasi positif
dengan kekuatan korelasi lemah dan terdapat korelasi yang tidak bermakna p0,05 antara dua variabel yang diuji. Hasil korelasi positif ditunjukkan pada
diagram sebaran Gambar 7 yang dapat dilihat garis yang arahnya dari bawah ke atas, yang berarti semakin besar lingkar pinggang maka kadar trigliserida semakin
tinggi.
Gambar 7. Diagram Sebaran Korelasi Lingkar Pinggang cm terhadap Kadar Trigliserida mgdL pada Responden Wanita
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Srinivasan, et al. 2013, menyatakan terdapat korelasi positif r=0,196 dengan kekuatan korelasi lemah
yang tidak bermakna p0,05 antara lingkar pinggang dengan kadar trigliserida pada penyandang diabetes melitus tipe 2 sebanyak 48 wanita dengan rerata usia
diatas 58 tahun. Hasil penelitian Srinivasan, et al. 2013 sesuai dengan penelitian ini dimungkinkan disebabkan jumlah responden dan rerata usia yang tidak jauh
berbeda dengan penelitian ini. Pada penelitian ini digunakan jumlah responden sebanyak 54 responden wanita dengan rerata usia 59 tahun, sehingga kedua
penelitian memberikan hasil yang serupa. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Wang dan Hoy 2004,
menyatakan bahwa terdapat korelasi positif yang bermakna r=0,269 dan p0,05 dengan kekuatan korelasi lemah antara lingkar pinggang dan kadar trigliserida,
namun penelitian ini menggunakan orang sehat sebanyak 414 wanita Aborigin yang berumur 20-74 tahun untuk mengetahui risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler. Penelitian Jung, et al. 2007, menyatakan terdapat korelasi positif dengan kekuatan lemah r=0,365 yang bermakna p0,001 antara lingkar
pinggang dengan kadar trigliserida pada 95 penyandang diabetes melitus tipe 2 di Korea yang berumur diatas 65 tahun. Ketidaksesuaian penelitian tersebut dapat
disebabkan karena pada penelitian ini peneliti menggunakan usia responden diatas 40 tahun, sedangkan pada penelitian Jung, et al. 2007, hanya digunakan usia
responden diatas 65 tahun. Usia sangat mempengaruhi kondisi patologis dan fisiologis responden. Hal tersebut disebabkan responden yang berusia diatas 40
tahun dan yang diatas 60 tahun tidak dapat digeneralisasikan atau dianggap sama, karena usia diatas 60 tahun termasuk dalam kategori lanjut usia yang memiliki
kondisi patologis dan fisiologis yang berbeda dengan usia diatas 40. Penelitian Santos, et al. 2013, yang melibatkan pasien di klinik nutrisi
sebanyak 420 pasien wanita dengan median umur 51 tahun, menyatakan terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi lemah yang bermakna r=0,240 dan
p=0,000 antara lingkar pinggang terhadap kadar trigliserida. Hasil penelitian tersebut menyatakan korelasi lingkar pinggang terhadap kadar trigliserida pada
wanita dapat digunakan sebagai prediksi terjadinya penyakit kardiovaskuler. Perbedaan hasil penelitian tersebut dengan penelitian ini juga disebabkan
karena jumlah responden wanita yang terlibat yaitu sebanyak 54 orang, sedangkan penelitian-penelitian yang disebutkan di atas berjumlah lebih dari 54 orang,
sehingga dengan semakin banyaknya sampel yang digunakan data yang diperoleh
dapat lebih menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Pada penelitian ini juga tidak menggunakan kontrol yaitu non diabetes melitus. Penggunaan kontrol sangat
diperlukan untuk mengetahui perbedaan hasil korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul baik pada penyandang diabetes melitus tipe 2 maupun
pada non diabetes melitus, sehingga dapat diketahui dengan jelas apakah terdapat korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul pada penyandang
diabetes melitus maupun non diabetes melitus. Pada gambar diagram sebaran Gambar 7 menampilkan mayoritas
responden wanita mempunyai nilai lingkar pinggang ≥80 cm. Hal tersebut
menyatakan bahwa sebesar 88,89 responden wanita penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung pada penelitian ini mengalami
obesitas sentral. Obesitas sentral banyak terdapat pada rongga perut yang dapat diketahui dari lingkar pinggang. Obesitas sentral memiliki hubungan yang kuat
dengan dislipidemia aterogenik, karena dalam lemak ini memiliki adiposit jaringan lemak yang berukuran besar yaitu adanya penimbunan jaringan lemak
trigliserida yang menyebabkan peningkatan lipolisis dengan mudah, sehingga terjadi peningkatan asam lemak bebas Suparjo, 2010.
Pada penelitian korelasi rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar trigliserida pada wanita penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten
Temanggung diperoleh nilai koefisien korelasi r yaitu 0,444 dengan nilai signifikansi p 0,001 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dengan
kekuatan korelasi sedang dan terdapat korelasi yang bermakna p0,05 antara dua variabel yang diuji. Hasil korelasi positif ditunjukkan pada diagram sebaran
Gambar 8 yang dapat dilihat garis yang arahnya dari bawah ke atas, yang berarti semakin besar rasio lingkar pinggang-panggul maka kadar trigliserida semakin
tinggi.
Gambar 8.Diagram Sebaran Korelasi RLPP terhadap Kadar TrigliseridamgdL pada Responden Wanita
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wang dan Hoy 2004, menyatakan bahwa terdapat korelasi positif yang bermakna r=0,181 dan p0,05
dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara rasio lingkar pinggang-panggul dan kadar trigliserida, namun penelitian ini menggunakan orang sehat sebanyak 414
wanita Aborigin yang berumur 20-74 tahun untuk mengetahui risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Hasil penelitian tersebut membuktikan korelasi rasio
lingkar pinggang-panggul terhadap kadar trigliserida pada wanita dapat digunakan sebagai prediksi terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Penelitian Jung, et al. 2007, yang melibatkan 95 penyandang diabetes melitus tipe 2 di Korea berumur diatas 65 tahun, menunjukkan hasil bahwa
terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang r=0,408 yang bermakna p0,001 antara rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar
trigliserida. Arora, Koley, Gupta, and Sandhu 2007, berpendapat bahwa rasio lingkar pinggang-panggul berkorelasi positif dengan serum kolesterol, trigliserida
dan LDL pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. Penelitian Sandhu, et al. 2008, menyatakan terdapat korelasi positif yang bermakna dengan kekuatan
korelasi lemah antara rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar trigliserida wanita r=0,26 dan p0,05, yang melibatkan responden sebanyak 138 wanita
yang merupakan penyandang diabetes melitus tipe 2 di India dengan rentang usia 31-95 tahun.
Penelitian Kayode, et al. 2010, membuktikan juga terdapat korelasi positif yang bermakna dengan kekuatan korelasi lemah r=0,280 dan p0,05
antara rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar trigliserida pada penyandang diabetes melitus tipe 2 sebanyak 70 wanita di Nigeria. Hal yang sama juga
dibuktikan oleh penelitian Seizenga, et al. 2010, yang menyatakan bahwa
terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi lemah yang bermakna antara rasio lingkar pinggang-panggul dengan kadar trigliserida pada 168 penyandang
diabetes melitus tipe 2 r=0,211 dan p=0,037. Penelitian Srinivasan, et al. 2013, menyatakan terdapat korelasi yang bermakna p0,05 antara rasio lingkar
pinggang-panggul dengan kadar trigliserida, dengan kekuatan korelasi sedang r=0,573 pada responden wanita dengan rerata usia diatas 58 tahun. Menurut
Sam, et al. 2009 peningkatan rasio lingkar pinggang-panggul mempengaruhi faktor lain yang dapat meningkatkan komplikasi pada diabetes melitus tipe 2.
Seiring dengan bertambahnya usia terjadi peningkatan lemak tubuh, sehingga risiko terjadinya obesitas yang dapat mengakibatkan penyakit
kardiovaskuler juga meningkat Cherei, Sadrnia, Kestheli, Daneshmand, and Rezaei, 2007. Obesitas lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
Lemak tubuh meningkat secara signifikan pada usia di atas 30 tahun, dan pada wanita dikarenakan terjadinya proses kehamilan terdapat kecenderungan kenaikan
berat badan Jalal, et al., 2008. Pada wanita selain proses kehamilan, faktor ketidakseimbangan seperti ketidakseimbangan hormon dalam tubuh merupakan
penyebab kenaikan berat badan Mataix, et al., 2005. Akumulasi lemak di perut atau yang lebih dikenal dengan obesitas sentral merupakan hasil gangguan
neuroendokrin yang menyebabkan meningkatnya akumulasi trigliserida dalam jaringan viseral Sam, et al., 2009.
Sebuah studi di Prancis yang melibatkan responden pria dan wanita yang berusia 40-64 tahun, memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan antara lingkar
pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul dalam skrining untuk diabetes melitus dan obesitas sebagai pengukuran terjadinya dislipidemia Balkau and
Sapinho, 2006. Sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh Blebil, Hassan, dan Djuaili 2011, menyatakan terdapat perbedaan signifikan dalam parameter
pengukuran antropometri dan pola profil lipid pada diabetes melitus tipe 2 dalam tiga kelompok etnis yang berbeda yang tinggal di Malaysia. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hasil penelitian mengenai korelasi antropometri dengan pola profil lipid sebenarnya tidak dapat dibandingkan dengan penelitian serupa yang
menggunakan kelompok etnis yang berbeda, karena parameter antropometri dan pola profil lipid pada masing-masing kelompok etnis dapat bervariasi satu sama
lain. Hasil uji korelasi dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengukuran
antropometri rasio lingkar pinggang-panggul dapat digunakan sebagai prediktor peningkatan kadar trigliserida pada penyandang diabetes melitus tipe 2 wanita.
86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung terdapat korelasi positif lemah yang tidak bermakna
antara lingkar pinggang terhadap kadar trigliserida pada responden pria maupun wanita. Rasio lingkar pinggang-panggul memiliki korelasi positif sangat lemah
yang tidak bermakna terhadap kadar trigliserida pada responden pria, sedangkan rasio lingkar pinggang-panggul pada wanita memiliki korelasi positif sedang yang
bermakna terhadap kadar trigliserida.
B. Saran
1. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menggali informasi yang lebih mendalam dengan calon responden mengenai:
a. Lama waktu puasa responden sebelum pengambilan darah yaitu 8-10 jam yang bertujuan untuk meminimalkan eksklusi data.
b. Riwayat pengobatan yang telah digunakan pasien untuk memastikan keadaan responden yang sesungguhnya.
2. Kontrol non diabetes melitus
sebaiknya digunakan pada penelitian selanjutnya yang berfungsi sebagai pembanding terhadap penyandang diabetes
melitus sehingga hasil penelitian dapat menjelaskan perbedaan korelasi tersebut pada diabetes melitus maupun non diabetes mellitus, serta jumlah respoden yang