Tinjauan Umum tentang Pornografi Anak di Dunia Maya

26 mempengaruhi perkembangan tubuh, jiwa, dan akhlaknya. Pasal 35 Konvensi Hak Anak 10. Anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk diskriminasi sosial, agama maupun bentuk-bentuk diskriminasi lainnya. Mereka harus dibesarkan dalam semangat penuh pengertian, toleransi dan persahabatan antar bangsa, perdamaian serta persaudaraan semesta dengan penuh kesadaran bahwa tenaga dan bakatnya harus diabdikan kepada sesama manusia. Pasal 2 Konvensi Hak Anak

2.2 Tinjauan Umum tentang Pornografi Anak di Dunia Maya

Disamping mengkaji beberapa pengertian dari beberapa ahli terkait pornografi anak di dunia maya, perlu ditinjau unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, sub bahasan berikut akan menjabarkan terkait istilah “pornografi” serta istilah “internet” sebagai kata yang mewakili istilah “dunia maya cyberspace”. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengertian mengenai pornografi anak di dunia maya sehingga nantinya cukup relevan untuk digunakan.

2.2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Pornografi

Porno dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai cabul, cabul diartikan sebagai keji dan kotor; tidak senonoh melanggar 27 kesopanan, kesusilaan. 6 Sedangkan pornografi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai 7 : 1. Penggambaran tingkah laku secara erotis; dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan bafsu birahi, 2. Bahan bacaan yang diangkap sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan bafsu birahi di seks. Dalam konteks diskursus mengenai citra pornografi dan media massa, Atmakusumah Astraatmadja dalam sebuah tulisannya “Mitos dan Hiruk Pikuk di Balik Pornografi” menawarkan definisi pornografi 8 : a Pornografi adalah publikasi atau penampilan materi seksual secara eksplisit yang tidak berhubungan dengan tujuan sastra, artistik, dan seni, ilmu pengetahuan, atau politik. b Pornografi adalah citra atau gambaran gamblang yang memperlihatkan alat kelamin atau kegiatan seksual yang semata-mata bertujuan untuk membangkitkan birahi serta tidak berkaitan dengan tujuan sastra, artistik dan seni, ilmu pengetahuan, atau politik. Kedua rumusan dapat ditafsirkan bahwa pornografi merupakan suatu hal yang dapat disebarkan melului media. Seiring dengan perkembangan teknologi media, pengertiannya kemudian berkembang tidak hanya di media massa dua dimensi, namun juga mencakup media 6 Syahrial Wiryawan dan Wahyu Wagiman, 2007, Tindak Pidana Pornografi dan Pornoaksi dalam RUU KUHP, ELSAM, Jakarta, h. 11-12 7 Ibid. 8 Ibid. 28 lain, seperti lagu dalam kaset atau CD, program televisi, acara radio, film, komik, iklan, situs internet, bilboard, dan sebagainya. 9 Dalam hukum Indonesia, definisi pornografi dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Dalam Pasal 1 angka 1 undang-undang tersebut mendefinisikan pornografi sebagai gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi, danatau pertunjukkan dimuka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Suatu perbandingan dapat diambil dari Amerika Serikat yakni ketika pada tahun 1986, Komisi Meese yang dibentuk untuk mengetahui ragam pornografi yang berkembang pada masa kepemimpinan Presiden Amerika, Lyndon Johnson. berhasil mengidentifikasi lima jenis pornografi, yaitu 10 : 1. Sexually violent material, yaitu materi pornografi dengan menyertakan kekerasan. Jenis pornografi ini tidak saja menggambarkan adegan seksual secara eksplisit tetapi juga melibatkan tindakan kekerasan. 2. Nonviolent material depicting degradation, domination, subordination, or humiliation. Meskipun jenis ini tidak menggunakan kekerasan dalam materi seks yang disajikannya, 9 Azimah Soebagijo, 2008, Pornografi: Dilarang Tapi Dicari, Gema Insani, Jakarta, h.25-27. 10 Ibid, h. 36-37. 29 di dalamnya terdapat unsur yang melecehkan perempuan, misalnya dengan melakukan seks oral, atau “dipakai” oleh beberapa pria, atau melakukan hubungan seks dengan binatang. 3. Nonviolent and nondegradation materials adalah produk media yang memuat adegan berhubungan seksual tanpa unsur kekerasan atau pelecehan terhadap perempuan. 4. Nudity, yaitu materi seksual yang menampilkan model telanjang. Majalah Playboy masuk dalam kategori ini. 5. Child Pornography adalah produk media yang menampilkan anak atau remaja sebagai modelnya.

2.2.2 Definisi dan Perkembangan Dunia Maya Cyberspace

Terminologi yang muncul seiring dengan pertumbuhan dan penggunaan internet dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia adalah cyberspace. Istilah cyberspace pertama kali digunakan oleh John Perry Barlow untuk interaksi online ke internet pada tahun 1990 dengan mengartikannya sebagai ruang yang muncul ketika anda sedang menelpon, ruang interaksi interaktif yang diciptakan oleh media sehingga ada kesadaran tentang kehadiran orang lain. 11 Sejalan dengan pengertian cyberspace tersebut, Bruce Sterling mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “Cyberspace is the “place” where a telephone conversation appears to occur. Not inside your actual phone, the plastic device on desk. Not inside the other person’s phone, in some other city. THE PLACE BETWEEN the phones. The indefine place OUT 11 Sigid Suseno, 2012, Yurisdiksi Tindak Pidana Siber, Refika Aditama, Bandung, h.83. 30 THERE, where the two of you, two human beings, actually meet and communicate. ” 12 Bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia memiliki pengertian bahwa dunia maya adalah “ruang” tempat berlangsungnya percakapan jarak jauh. Bukan di dalam benda plastik telepon yang berada di atas meja. Bukan di dalam telepon milik orang lain, di kota lainnya. Ruang yang berada di antara kedua telepon tersebut. Ruang yang tidak berwujud di luar sana, tempat dimana dua orang secara aktual bertemu dan berkomunikasi. Pengertian cyberspace dalam konteks penggunaan internet dan yurisdiksi dikemukakan oleh Georgios I. Zekos yang mengartikan cyberspace sebagai suatu bentuk ruang yang tidak terdiri dari unsur fisik maupun lokasi geografi an amorphous space that does not occupy a set physical or geographic location. 13 Lebih lanjut cyberspace sebagai medium komunikasi global diartikan Zekos sebagai: 14 “An electronic place and sovereignty and never before have we seen a space in wich individuals, corporation, communities, goverments, and other entities can exist within and beyond the borders of the nation state in such an instanneous, contemporaneous, or ubiquitous manner. ” Dalam Bahasa Indonesia dapat diterjemahkan bahwa dunia maya merupakan ruang elektronik yang mandiri dan kita tidak pernah sebelumnya mengetahui ruang dimana individu, korporasi, masyarakat, pemerintah dan entitas lainnya dapat muncul di dalam dan di luar batas- batas negara dengan seketika dan serta merta. Hal ini tentunya merupakan 12 Ibid. 13 Ibid. 14 Ibid, h.84 31 kenyataan besar yang telah dimiliki masyarakat dunia yang terhubung dengan jaringan dunia maya. Definisi yang dikemukan Zekos tersebut menggambarkan bahwa cyberspace merupakan tempat kedudukan tersendiri, yaitu tempat dan kedaulatan secara elektronik di mana para pengguna internet berada di luar batas yurisdiksi negara. Kedaulatan suatu negara tidak dapat mengendalikan aktivitas para pengguna internet di cyberspace karena hakekat internet sebagai jaringan elektronik yang tidak dibatasi oleh tempat. 15 Sejarah perkembangan dunia maya cyberspace tidak dapat dipisahkan dari terjadinya Perang Dingin antara Uni Sovyet dengan Amerika Serikat seusai Perang Dunia II. Perang Dingin tersebut berimplikasi dengan semakin giatnya kedua negara mengembangkan teknologi, baik Amerika Serikat maupun Uni Sovyet kemudian mengembangkan teknologinya dengan peruntukan militer. Dalam hal ini, dibentuklah Advanced Research Project Agency ARPA. Tugas pertama yang diemban oleh ARPA adalah mengamankan dan melindungi data-data dan sistem komunikasi yang telah dibangun dan tidak dapat dihancurkan. 16 Upaya pengamanan informasi dan sistem komunikasi telah menghantarkan terjalinnya kerja sama antara kalangan militer dengan berbagai universitas di Amerika Serikat. Licklider dan W. Clark adalah orang-orang pertama yang membuat paper dengan judul paper online man 15 Ibid 16 Maskun, 2013, Kejahatan Siber Cyber Crime: Suatu Pengantar, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h.88. 32 communication. Melalui paper tersebut, Licklider kemudian menjadi orang pertama yang memimpin Computer Research Program pada Departemen Pertahanan Amerika Serikat. 17 Dalam upaya untuk membuat jaringan komputer yang bisa saling berhubungan antara yang satu dan lainnya, Departemen Pertahanan Amerika Serikat telah melakukan suatu eksperimen yang disebut ARPAnet yang diharapkan dapat tetap berfungsi, meskipun terjadi gangguan pada sebagian jaringan tersebut. 18 Pada saat hampir bersamaan Local Area Network LAN berbasis Ethernet mulai dikembangkan. Pada umumnya, LAN tersebut menggunakan UNIX yang dilengkapi perangkat lunak jaringan IP. Pada saat itu, banyak organisasi yang membangun jaringan-nya sendiri menggunakan protokol komunikasi seperti yang disebut oleh ARPAnet sebagai IP. Hal tersebut memungkinkan komputer pada suatu LAN dapat mengakses fasilitas ARPAnet. Jaringan tersebut makin banyak dan disempurnakan, sehingga terbentuk internet seperti yang ada sekarang ini. 19

2.2.3 Ruang lingkup Pornografi Anak di Dunia Maya Cyber Child

Pornography Pornografi anak atau child pornography atau child porn adalah bahan-bahan porno yang menampilkan anak-anak, kebanyakan negara menyebutkan hal itu sebagai bentuk dari child sexual abuse yang 17 Ibid. 18 Ibid, h.88-89. 19 Ibid. 33 merupakan hal yang melanggar hukum. 20 Child pornography tersebut berupa foto-foto yang menampilkan anak-anak yang terlibat dalam perilaku seksual dan memproduksi bahan-bahan tersebut dengan sendirinya dilarang oleh hukum sebagai child sexual abuse di kebanyakan negara. 21 Menurut undang-undang federal Amerika Serikat 18 U.S Code § 1466A, child pornography didefinisikan sebagai berikut 22 : “A visual depiction of any kind, including a drawing, cartoon, sculpture, or painting, photograph, film, video, or computer- generated image or picture, whether made or produced by electronic, mechanical, or other means, of sexually explicit conduct, where it  depicts a minor engaged in sexually explicit conduct and is obscene, or  depict an image that is, or appears to be, of a minor engaging in graphic bestiality, sadistic or masochistic abuse, or sexual intercourse, including genital-genital, oral-genital, anal-genital, or oral-anal, whether between persons of the same or opposite sex, and such depiction lacks serious literary, artistic, political, or scientific value. ” Dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa pornografi anak merupakan segala bentuk pengambaran yang dapat dilihat yang memuat gambar, kartun, patung, atau lukisan, fotografi, film, video, atau gambar yang dihasilkan oleh komputer, baik itu dibuat atau diproduksi secara elektronik, mekanik, atau dalam bidang lain, yang menunjukkan secara jelas mengandung tindakan seksual, sebagai berikut: 20 Sutan Remy Syahdeini, 2009, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer, Grafiti, Jakarta, h. 176. 21 Ibid. 22 Ibid, h.177. 34  Menggambarkan tindakan seksual dan cabul yang dilakukan dengan anak di bawah umur, atau  Menggambarkan hubungan seksual yang menyangkut anak di bawah umur dengan binatang, perbuatan sadis atau penyalahgunaan tindakan seksual atau hubungan kelamin, seperti antar kelamin, oral-kelamin, dubur-kelamin, atau oral-dubur, baik melalui sesama atau berbeda jenis kelamin, dimana hal tersebut tidak mengandung nilai sastra, artistik, politik atau sain. Menurut Pasal 163.1 Kitab Undang-Undang Pidana Kanada, istilah child pornography diartikan sebagai 23 : “Any written material or visual representation, whether photographic, film or video, made by any mechanical or electronic means, that:  shows or depicts a person who is, or appears to be, under the age of eighteen engaging in or depicted as engaging in explicit sexual activities  has as its dominant characteristic the depiction, for sexual purpose, of a sexual organ or the anal region of a person under the age of eighteen years  advocates or counsels sexual activity with a person under the age of eighteen years. ” Dalam bahasa Indonesia dapat pornografi anak dapat dimaknai sebagai berbagai materi tertulis atau wujud visual, baik dalam bentuk foto, film, video yang dbuat dari alat mekanik atau elektronik, yang :  menunjukkan atau menggambarkan seseorang di bawah umur 18 tahun melakukan hubungan seksual secara langsung 23 Ibid. 35  mempunyai penggambaran ciri-ciri yng berpengaruh untuk tujuan seksual berupa organ seksual atau daerah dubur anak di bawah 18 tahun  Menganjurkan suatu aktivitas seksual kepada anak di bawah 18 tahun. 2.3 Tinjauan Umum tentang Hak Asasi Manusia 2.3.1 Pengertian Hak Asasi Manusia