Perbandingan Produktivitas Menurut Kelas Umur Tanaman dan Status Kepemilikan Lahan

menghasilkan produksi, mulai dari bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, peralatan, dan biaya angkut panen, sehingga biaya produksi lebih besar dibandingkan dengan biaya produksi menurut kelas umur lainnya. Kemudian diikuti oleh kelas umur tanaman 11-15, 6-10, 21, dan 16-20 tahun dengan biaya berturut-turut sebesar Rp 9.523.919, Rp 9.486.171, Rp 9.412.382, Rp 7.025.174. Pada umumnya, produksi tanaman kelapa sawit yang berumur 21 tahun mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya umur tanaman. Salah satu upaya yang dilakukan petani untuk dapat mempertahankan produktivitas tanamannya adalah dengan menambah komponen input usahatani berupa pupuk. Dengan penambahan komponen pupuk diharapkan dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan hasil produksi yang bisa dicapai.

5.4. Perbandingan Produktivitas Menurut Kelas Umur Tanaman dan Status Kepemilikan Lahan

Analisis ini dilakukan untuk membandingkan rata-rata produktivitas kelapa sawit pada kelas umur tanaman dengan status kepemilikan lahan yang berbeda di kebun plasma. Hasil perhitungan ANOVA Tabel 11 untuk kelas umur tanaman didapat nilai F-hitung sebesar 5,899 dengan tingkat signifikansi 0,0005. Nilai p-level yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa kelas umur tanaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kelapa sawit. Sementara itu, status kepemilikan lahan berbeda nyata pada selang kepercayaan 80 dan interaksi keduanya berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 70. Tabel 11. Hasil ANOVA Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat bebas Kuadrat tengah F P Kelas Umur Tanaman 389177863,7 4,0 97294465,9 5,9 0,0 Status Lahan 51058837,3 2,0 25529418,7 1,5 0,2 Kelas Umur TanamanStatus Lahan 39399356,3 2,0 19699678,1 1,2 0,3 Error 907066846,5 55,0 16492124,5 Untuk mengetahui interaksi faktor mana yang menghasilkan perbedaan yang signifikan terhadap produktivitas kelapa sawit di kebun plasma dilakukan uji lanjut dengan menggunakan metode Tukey. Hasil perhitungan uji Tukey disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil perhitungan uji Tukey No Umur Tanaman Tahun Status Lahan {1} 7366,7 {4} 13070, {5} 7200,0 {7} 15153, {8} 16053, {9} 8400,0 {10} 11983, {11} 14400, {13} 6188,0 {1} 0-5 1 0,342 1,000 0,101 0,202 1,000 0,856 0,851 1,000 {4} 6-10 1 0,342 0,883 0,860 0,949 0,966 1,000 1,000 0,009 {5} 6-10 2 1,000 0,883 0,633 0,625 1,000 0,978 0,940 1,000 {7} 11-15 1 0,101 0,860 0,633 1,000 0,805 0,916 1,000 0,002 {8} 11-15 2 0,202 0,949 0,625 1,000 0,783 0,923 1,000 0,029 {9} 11-15 3 1,000 0,966 1,000 0,805 0,783 0,997 0,979 1,000 {10} 16-20 1 0,856 1,000 0,978 0,916 0,923 0,997 1,000 0,414 {11} 16-20 2 0,851 1,000 0,940 1,000 1,000 0,979 1,000 0,635 {13} 21 1 1,000 0,009 1,000 0,002 0,029 1,000 0,414 0,635 Approximate Probabilities for Post Hoc Tests Error: antara K.Tengah = 1649E4, derajat bebas = 55,000 Interaksi : Umur tanaman status lahan Keterangan: cetak tebal menunjukkan nyata pada selang kepercayaan sd 70 Status lahan 1 : milik sendiri 2 : sewa 3 : garap Berdasarkan Tabel 12, desain faktorial dengan faktor umur tanaman dan status kepemilikan lahan diperoleh bahwa pada status kepemilikan lahan yang sama yaitu lahan milik sendiri, produktivitas tanaman umur 6-10 tahun sebesar 13 tonha berbeda nyata dengan produktivitas tanaman umur 21 tahun sebesar 6 tonha. Sama halnya dengan produktivitas tanaman umur 11-15 tahun yang sebesar 15 tonha juga berbeda nyata dengan produktivitas tanaman umur 21 tahun. Produktivitas tanaman umur 21 tahun hanya diperoleh 6 tonha karena lahan yang dikelola petani menurut data yang diperoleh adalah lahan yang umur tanamannya 25, 26, 27, dan 28 tahun dengan jumlah petani hanya sebanyak 6 orang, sehingga produktivitas kelompok umur tanaman 21 tahun sangat kecil dibandingkan dengan produktivitas umur tanaman 6-10 dan 11-15 tahun. Selain itu, pada lahan yang dikelola milik sendiri, produktivitas tanaman pada kelompok umur 0-5 tahun berbeda nyata dengan produktivitas tanaman umur 11-15 tahun. Produktivitas tanaman pada kelompok umur 0-5 tahun yang dikelola di lahan milik sendiri juga berbeda nyata dengan produktivitas tanaman umur 11- 15 tahun di lahan sewa. Selain itu, produktivitas tanaman pada kelompok umur 11-15 tahun yang dikelola di lahan sewa berbeda nyata dengan produktivitas tanaman umur 21 tahun di lahan milik sendiri. Produktivitas paling tinggi adalah kelompok umur 11-15 tahun sebesar 16 tonha di lahan sewa sedangkan umur 21 tahun hanya 6 tonha di lahan milik sendiri. Produktivitas tanaman umur 11-15 tahun yang dikelola di lahan milik sendiri lebih rendah sebesar 15 tonha dibandingkan dengan produktivitas tanaman umur 11-15 tahun di lahan sewa sebesar 16 tonha. Pada kelompok umur yang sama dengan status kepemilikan lahan berbeda ternyata menghasilkan produktivitas yang berbeda pula. Grafik produktivitas kelapa sawit antar status kepemilikan lahan pada kelompok umur tanaman 11-15 tahun disajikan pada Gambar 9. Gambar 9. Grafik Produktivitas Kelapa Sawit antar Status Kepemilikan Lahan pada Kelompok Umur Tanaman 11-15 Tahun Para petani yang mengelola lahan sewa dibebani kewajiban untuk membayar biaya sewa lahan. Ini mendorong mereka untuk bekerja lebih giat dalam mengelola lahan sedemikian rupa agar produksi yang diperoleh bisa tinggi. Dengan demikian, produktivitas tanaman umur 11-15 tahun di lahan sewa bisa lebih tinggi daripada di lahan milik sendiri. Berbeda dengan status lahan garap yang produktivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan status lahan milik sendiri dan sewa. Hal ini diduga karena pihak penggarap mendapatkan hak atas tanah dengan perjanjian bagi hasil antara pemilik dan penggarap tanah serta tidak ada kewajiban untuk membayar sewa lahan. Pembelian input produksi menjadi tanggungjawab pihak penggarap. Sehingga pihak penggarap kurang berantusias dalam mengelola lahannya karena setengah dari hasil keuntungan yang diperoleh diberikan kepada pemilik sementara input produksi tetap menjadi tanggungan pihak penggarap.

5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kelapa Sawit di Kebun Plasma