b. Apabila masa peringatan dilampaui, langsung mengeluarkan surat perintah
penjualan lelang terhadap barang-barang yang tercantum dalam berita acara sita jaminan.
Dengan demikian, sita jaminan otomatis berubah menjadi sita eksekusi jika tenggang masa peringatan dilampaui. Dalam hal ini, Ketua Pengadilan Negeri
langsung mengeluarkan surat perintah penjualan lelang terhadap barang-barang yang tercantum dalam berita acara sita jaminan. Tindakan Ketua Pengadilan Negeri yang
memerintahkan sita eksekusi terhadap barang sudah berada di bawah sita jaminan merupakan kekeliruan yang memperlambat kelancaran eksekusi juga isyarat
ketidakprofesionalan Ketua Pengadilan Negeri.
382
2. Eksekusi dalam Parate Executie
Parate executie adalah melakukan sendiri eksekusi tanpa bantuan dan tanpa campur tangan pengadilan. Parate executie adalah pelaksanaan yang langsung tanpa
melalui proses pengadilan dan hakim.
383
Sertifikat hak tanggungan sebagai tanda bukti adanya hak tanggungan memuat irah-irah dengan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Sertfikat hak tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan
382
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Op.cit, hal 69-70.
383
Bachtiar Sibarani, “Parate Eksekusi dan Paksa Badan”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 15 2001, hal 6.
Universitas Sumatera Utara
berlaku sebagai pengganti grosse acta hipotek sepanjang mengenai hak atas tanah. Irah-irah yang dicantumkan pada sertifikat hak tanggungan dimaksudkan unutk
menegaskan adanya kekuatan eksekutorial pada sertifikat hak tanggungan sehingga apabila debitur cedera janji, siap untuk dieksekusi seperti halnya suatu putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap melalui tata cara dan dengan menggunakan lembaga parate executie sesuai dengan peraturan hukum acara
perdata.
384
Pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan mengatur apabila debitur cedera janji, pemegang hak tanggungan pertama
mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan
tersebut. Pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan memberikan hak bagi pemegang hak tanggungan pertama untuk melakukan parate
eksekusi. Pemegang hak tanggungan pertama bukan hanya tidak perlu memperoleh persetujuan dari pemberi hak tanggungan, tetapi juga tidak perlu meminta penetapan
dari pengadilan setempat apabila akan melakukan eksekusi atas hak tanggungan yang menjadi jaminan utang debitur dalam hal debitur cedera janji.
385
Hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri menurut Penjelasan Pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh
384
Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, Jakarta: Sinar Garfika, 2012, hal 118.
385
Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan: Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah yang Dihadapi oleh Perbankan, Op.cit, hal 46.
Universitas Sumatera Utara
pemegang hak tanggungan atau oleh pemegang hak tanggungan pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang hak tanggungan.
386
Berkaitan dengan parate executie, Angka 9 Penjelasan Umum atas Undang- Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan menyatakan:
387
Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitur cidera janji. Walaupun secara umum
ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara khusus ketentuan tentang
eksekusi Hak Tanggungan dalam Undang-undang ini, yaitu yang mengatur lembaga parate executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen
Indonesia yang Diperbaharui Het Herziene Indonesisch Reglement dan Pasal 258 Reglemen Acara Hukum Untuk Daerah Luar Jawa dan Madura Reglement
tot Regeling van het Rechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura.
Dari angka 9 Penjelasan Umum atas Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dapat diketahui bahwa menurut pembentuk Undang-
Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, ketentuan Pasal 224 HIR258 RBg mengatur mengani lembaga parate executie.
Sebenarnya eksekusi objek hak tanggungan yang didasarkan kepada Pasal 224 HIR258 RBg bukanlah parate executie, melainkan eksekusi hak tanggungan
yang didasarkan pada titel eksekutorial sebab parate executie merupakan eksekusi tanpa melalui pengadilan. Maka, kurang tepat jika eksekusi eks Pasal 224 HIR seperti
yang dikatakan dalam angka 9 Penjelasan Umum atas Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan sebagai parate executie. Sebenarnya eksekusi yang
386
Penjelasan Pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.
387
Penjelasan Umum Angka 9 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.
Universitas Sumatera Utara
dimaksud dalam Pasal 224 HIR adalah eksekusi yang didasarkan kepada titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat hak tanggungan.
388
Selanjutnya parate executie juga dimungkinkan dalam hipotik. Namun, ada perbedaan antara parate executie dari hak tanggungan dan parate executie dari
hipotik. Pemegang hipotik hanya mempunyai hak untuk melakukan parate executie apabila sebelumnya telah diperjanjikan hal yang demikian itu dalam akta pemberian
hipotiknya. Sedangkan dalam hak tanggungan, hak pememgang hak tanggungan untuk dapat melakukan parate executie adalah hak yang diberikan oleh Pasal 6
Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Dengan kata lain, diperjanjikan atau tidak, hak itu demi hukum dimiliki oleh pemegang hak
tanggungan.
389
388
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta: PT Sinar Grafika, 2008, hal 491-492.
389
Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan: Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah yang Dihadapi oleh Perbankan, Op.cit, hal 47.
Universitas Sumatera Utara
B. Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Kontrak Bisnis Dengan Klausula Syarat Batal Yang Mengesampingkan Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata.
1. Perbandingan Antara Parate Executie dengan Sita Jaminan.