Paduan Praktik Klinis Bagi Dokter 2014
658.154
Ind
p
658.154
Ind
i@ p セ@
I
Panduan Pengelolaan
BADAN
LAYANAN
UMUM
Di Lingkungan
Direktorat lenderal Bina Upaya Kesehatan
, ,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2015
KAlA PENGANlAR
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara telah
memberikan koridor baru bagi ,instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya
memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk dapat menerapkan pola keuangan
yang fleksible dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas dengan
sebutan umum sebagai satuan kerja Badan Layanan Umum (Satker BLU). Peluang ini
diberikan kepada instansi pemerintah yang melaksanakan tugas me layani masyarakat
publik untuk mengelola kegiatannya dengan ala bisnis (business like) sehingga
pemberian layanan kepada masyarakat dapat lebih efisien dan efektif.
Sebagai pembina Satker BLU, Kementerian Kesehatan dalam hal ini Di rektorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan pembinaan
teknis pada satker BLU, maka disusun Panduan Pengelolaan 8LU di Lingkungan Ditjen
Bina Upaya Kesehatan.
Buku panduan ini terdir i dari atas enam bagian yaitu (I) Pendahuluan , (II)
Pembentukan BLU , (III) Kelembagaan BLU , (IV) Pengelolaan Keuangan BLU, (V)
Akuntabilitas BLU, dan (VI) Penutup . Dengan buku panduan ini, semua pihak
diharapkan dapat lebih memahami mengenai bagaimana BLU dibentuk dan dikelola.
Semoga buku panduan ini dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya, karena
akan berguna sebagai acuan kerangka berfikir sehingga pengelolaan BLU dapat
berjalan dengan baik untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
Sekretaris,
Dr. drg. Nurshanty S. Andi Sapada, M .Sc
NIP 195510151982122001
Panduan Pengelolaan
Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bin a Upaya Kesehatan
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum merupakan landasan hukum untuk menerapkan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum. Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai
persyaratan, penetapan, dan pencabutan status BLU , standar dan tarif layanan,
perencanaan dan penganggaran , pengelolaan keuangan, serta pelaporan dan
pertanggungjawaban dengan tetap memperhatikan akuntabilitas kinerja dan keuangan
sebagai penyeimbang dari fleksibilitas yang telah diberi,kan.
Buku panduan ini disusun dengan mengadopsi kegiatankegiatan operasional
yang ada di rumah sakit dengan tujuan untuk mendukung strategi usaha rumah sakit
dalam menjalankan visi dan misinya . Buku panduan ini memiliki makna yang sangat
penting sebagai informasi bag; satker BLU dengan penerapan pengelolaan satker BLU
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Akhirnya, dengan adanya buku panduan in i diharapkan dapat bermanfaat bag i
satker BLU dalam mendukung sasaran usaha dan pengembangan BLU Rumah Sakit dan
Balai.
Pit. Di rektur Jenderal,
Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U (K)
NIP 195507271980101001
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR
SAMBUTAN DIRJEN
ii
DAFTAR lSI
iii
SINGKATAN DAN AKRONIM
ivvi
TIM PENYUSUN
vii
viii
KONTRIBUTOR
II
PEN DAHULUAN
1.1. Gambaran Umum
1.2 . Dasar Hukum
1
PEMBENTUKAN BLU
1
1
1
11.1. Persyaratan Substantif
11.2. Persyaratan Teknis
1
11.3 . Persyaratan Administratif
III
KELEMBAGAAN BLU
111.1. Organ isasi BLU
111.2. Unsur Pengelola BLU
111.3. Pejabat Perbendaharaan BLU
IV
PENGELOLAAN KEUANGAN BLU
IV.l. Rencana Strategis Bisnis (RSB)
IV.2 . Rencana Bisnis Anggaran (RBA)
IV.3. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAK/L)
IV.4. Penyusunan DIPA BLU
IV.5. Penyusunan Target PNBP BLU
IV .6. Pengelolaan Kas
IV .7. Tarif Layanan BLU
IV.S. Remunera si BLU
V
AKUNTABILITAS BLU
2
2
3
3
3
3
5
6
7
7
S
9
10
13
13
V.l. Laporan Keuangan
V.2. Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK)
VI
2
2
V.3. Audit Keuangan
16
17
PENUTUP
19
Panduan Pengelolaan
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
SINGKATAN DAN AKRONIM
ADK
Arsip Data Komputer
APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BAP
Berita Acara Penilaian
BAS
Bagan Akun Standar
BPK
Badan Pemeriksa Keuangan
BlU
Badan layanan Umum
BUN
Bendahara Umum Negara
BUMN
Badan Usaha Milik Negara
BSC
Balanced Score Card
CalK
Catatan atas laporan Keuangan
Dewas
Dewan Pengawas
DIPA
Oaftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Dit. PKN
Direktorat Pengelolaan Kas Negara
DJA
Direktorat Jenderal Anggaran
DJPBN
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
DPR
Dewan Perwakilan Rakyat
FGD
Focus Group Discussion
IAI
Ikatan Akuntan Indonesia
IKI
Indikator Kinerja Individu
IKU
Indikator Kinerja Utama
JAQ
Job Analysis Questionnaire
K/L
Kementerian Negara/lembaga
KAK
Kerangka Acuan Kegiatan
KAP
Kantor Akuntan Publik
KEM
Kerangka Ekonomi Makro
KMK
Keputusan Menteri Keuangan
KPA
Kuasa Pengguna Anggaran
KPKNL
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
KPPN
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KPS
Kerjasama Pemerintah Swasta
LAKIP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
LK
Laporan Keuangan
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
LKKL
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
LKP
Laporan Keuangan Pokok
LRA
Laporan Realisasi Anggaran
Menpan dan RB
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokra si
PA
Pengguna Anggaran
PHLN
Pinjaman Hibah Luar Negeri
PK BLU
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
PNBP
Penerimaan Negara Bukan Pajak
PNS
Pegawai Negeri Sipil
PPK
Pejabat Pembuat Komitmen
PPSPM
Pejabat Penguji dan Penandatangan Surat Perintah Membayar
PSAK
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
RAB
R'e ncana Anggaran Biaya
RAPBN
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
RBA
Rencana Bisnis Anggaran
Renja K/L
Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga
Renstra Bisnis
Rencana Strategis Bisnis
RKA KL
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
RKP
Rencana Kerja Pemerintah
RM APBN
Rupiah Murni APBN
RP JMN
Ren cana Pembangunan Jangka Menengah Na sional
RUU APBN
Rancangan UndangUndang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
SAl
Sistem Akuntans i Instansi
SAK
Standar Akuntansi Keuangan
SAKETAP
Standar Akuntansi Keuangan Entita s Tanpa Akuntabilitas Publik
SAKIP
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
SAKPA
Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
SAP
Standar Akuntansi Pemerintahan
Satker
Satuan Kerja
SBK
Standar Biaya Keluaran
SBM
Standar Biaya Ma sukan
SOM
Sumber Oaya Manusia
SIMAKBMN
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bin a Upaya Keseh atan
SOP
Standard Operating Procedure
SPDIPA BLU
Surat Pengesahan DIPA BLU
SP2B
Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja
SP2D
Surat Perintah Pencairan Dana
SP3B
Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja
SPI
Satuan Pemeriksaan Intern
SPM
Standar Pelayanan Minimal
SPTJM
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
SWOT
Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats
TGR
Tuntutan Ganti Rugi
TOR
Term of Reference
TOWS
Threats, Opportunities, Weaknesses, Strengths
Tupoksi
Tugas Pokok dan Fungsi
UAPA
Un it Akuntansi Pengguna Anggaran
UAPPAEl
Unit Akuntans i Pembantu Pengguna Anggaran Ese lon I
SAU
Si stem Akuntans i Umum
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Dire ktorat Jenderal Bina Upaya Ke sehatan
TIM PENYUSUN
Prof.Dr.dr. Akmal Taher, Sp .1 (K)
(Dirjen Bina Upaya Kesehatan)
Dr.drg. Nurshanty S. Andi Sapada, M .Sc
(Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan)
Hartono, SKM, M.Kes
(Kepala Bagian Keuangan Ditjen BUK)
Jajang Subagja,SKM, MKKK
(Kepala Subbagian Anggaran Ditjen BUK)
Agus Ahmad
(Bagian Keuangan Ditjen BUK)
Muhamad Yusuf
(Bagian Keuangan Ditjen BUK)
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan DirektoratJendera l Bina Upaya Kesehatan
KONTRIBUTOR
Dr. H. Chairul Radjab Nasution, Sp .PD, KGEH, FINASIM, M .Kes.
(Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan)
Djoko Hendratto
(PPK BLU Ditjen Perbendaharaan)
Muhammad Yusuf
(Kasubdit PK BLU I)
dr. H.R. Soeko Werdi Nindito 0, MARS
(Kabag Program dan Informasi)
Eko Happy Purwanto, SKM, MM, MARS
(Kabag Kepegawaian)
Khadirin, SIP, MARS
(Kabag Hukum, Organisiasi , dan Humas)
dr. Diar Indriarti, MARS
(Kasubdit Bina Upaya Kesehatan Rujukan di RSU Publik)
Jajang Subagja,SKM, MKKK
(Kasubag Anggaran)
Rani, SE
(Kasubag Perbendaharaan)
Endang Ruhiyat, SE
(Kasubag Verifikasi dan Akuntansi)
Dr. Ockti Palupi R, MPH
(Kasubag Program)
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
I.
PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum
Satuan Kerja Badan Layanan Umum yang selanjutnya disebut dengan
Satker BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah Pusat yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktifitas.
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan
penerapan praktek bisnis yang sehat.
Karakteristik satker BLU :
1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara
yang dipisahkan)
2. Menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan semi
barang/jasa publik (quasi public goods)
3. Tidak mengutamakan mencari keuntungan/laba
4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala
bisnis
5. Rencana kerja/anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan
pada instansi publik
6. Pendapatan BLU dapat digunakan langsung
7. Pegawai dapat terdiri atas PNS dan profesional non PNS
1.2. Dasar Hukum
1. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
2. UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum sebaga imana telah dirubah dengan PP Nomor 74
Tahun 2012 tentang Perubahan Ata s PP Nomor 23 Tahun 2005
4. Peraturan lainnya terkait BLU terlampir
II. PEMBENTUKAN BLU
11.1 . Persyaratan Substantif
1. Merupakan satker pemerintah yang dibentuk berdasarkan peraturan
menteri/pimpinan lembaga atau peraturan lainnya yang lebih tinggi,
dan disetujui oleh Menteri Pendayagun'aan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi baik bersifat struktural (memiliki eselonering
tertentu) maupun non struktural (tidak memiliki eselonering
tertentu)
2. Mempunyai pengelolaan keuangan yang mandiri dan dicirikan
dengan :
a. Memiliki kode satker dari Kementerian Keuangan
b. Memiliki alokasi anggaran tersendiri dalam dokumen pelaksanaan
anggaran yang terpisah dari instansi vertikalnya
c. Membuat laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban
anggaran .
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
3. Mempunyai pendapatan fungsional yang signifikan dari hasil layanan
yang diberikan kepada masyarakat berupa PNBP
11.2. Persyaratan Teknis
1. Mempunyai kinerja layanan di bidang tugas pokok dan fungsinya
yang layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU
sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga.
2. Mempunyai kinerja keuangan satker yang sehat dan memenuhi
batasan threshold tertentu, yaitu :
a. Mempunyai pendapatan PNBP yang signifikan paling sedikit Rp 15
milyar
b. Memenuhi threshold BLU dihitung dari penilaian jumlah nominal
pendapatan PNBP, rasio pendapatan PNBP terhadap total biaya
operasional, rasio jumlah gaji terhadap total biaya operasional,
dan jumlah nominal aset.
11.3. Persyaratan Administratif
1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,
keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;
2. Pola tata kelola;
3. Rencana strategis bisnis;
4. Laporan keuangan pokok;
S. Standar pelayanan minimal; dan
6. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara
independen.
III. KELEMBAGAAN BLU
111.1. Organisasi BLU
Satker BLU harus mempunyai struktur organisasi dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Menggambarkan pengendalian internal yang memadai.
a. pemisahan tugas yang memadai; harus ada pemisahan fungsi
antara
fungsi
pemlmpin,
fungsi
keuangan,
fungsi
operasional/pelaksanaan, dan fungsi pengawasan
b. adanya badan/unit yang berfungsi sebagai internal audit, seperti
SPI
2. Menunjukkan kejelasan garis komando atau koordinasinya sehingga
jelas pertanggungjawabannya.
3. Menggambarkan pengelompokan fungsi yang logis.
Prinsip penyusunan organisasi satker BLU adarah :
1. Mempunyai visi, misi, dan tujuan yang spesifik di bidang peningkatan
mutu pelayanan masyarakat.
2. Pembagian jumlah unit organisasi harus memperhatikan sifat
pekerjaan dalam organisasi.
3. Adanya kepastian bahwa tugastugas dalam organisasi akan terus
berlangsung dalam jangka waktu yang lama .
4. Semua tugas organisasi harus dibagi habis ke dalam unitun it
organisasi di bawahnya.
S. Setiap unit organisasi harus mempunyai hubungan yang jelas anta ra
satu dengan yang lain.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
6. Setiap unit organisasi harus mempunyai kewenangan yang jelas.
Desain organisasi harus memperhatikaan keserasian antara besaran
organisasi dengan beban tugas, kemampuan dan sumber daya yang
dimiliki .
8. Harus menggambarkan secara jelas pembaganan mengenai
kedudukan, susunan jabatan, dan hubungan kerja antar unit
organisasi.
7.
111.2. Unsur Pengelola BLU
Pegawai pada Satker yang menerapkan PPKBLU terdiri dari :
1. Pegawai Negeri Sipil
2. Pegawai Non PNS
Pegawai Non PNS terdiri dari :
a. Pegawa i Tetap
Pegawai tetap merupakan pegawai yang diangkat sebagai
pegawai tetap oleh pimpinan BLU dan memiliki nomor induk
pegawai.
b. Pegawai Kontrak
Pegawai kontrak merupakan pegawai dengan perjanjian kerja
yang memenuhi syarat tertentu, dan diangkat berdasarkan
perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pada Satker yang menerapkan PPKBLU .
Dengan adanya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
maka kepegawaian pad a satker BLU akan mengikuti sesuai dengan
peraturan perundangundangan.
Adapun unsur pengelola BLU terdiri dari :
1. Pemimpin BLU
2. Pejabat Keuangan BLU
3. Pejabat Teknis BLU
4. Satuan Pemeriksaan Intern
S. Dewan Pengawas
111.3. Pejabat Perbendaharaan BLU
1. Kuasa Pengguna Anggaran
2. Pejabat Pembuat Komitmen
3. Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM
4. Pejabat Penerbit SP3B BLU
S. Bendahara Pengeluaran
6. Pejabat Pengelola Dana BLU
IV. PENGElOLAAN
KEUANGAN BLU
IV.l. Rencana Strategis Bisnis (RSB)
BLU menyusun Rencana Strategis Bisnis (RSB) lima tahunan dengan
mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga
(Renstra KL) . RSB mencakup :
1. Visi , yaitu suatu gambaran yang menantang tentang keadaan
masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan;
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
2. Misi, yaitu sesuatu yang harus diem ban atau dilaksanakan sesuai visi
yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil
dengan baik;
3. Sasaran strategis, yaitu program yang bersifat strategis yang ingin
dicapai, dijalankan dan dimiliki organisasi selama kurun waktu 1
sampai dengan 5 tahun dengan memperhitungkan potensi,
kelemahan, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul;
4. Rencana pencapaian kinerja yang terukur berupa indikator kinerja
dengan menetapkan target yang akan dicapai. Indikator meliputi
aspek keuangan dan aspek pelayanan.
RSB merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun
yang memandu dan mengendalikan arah gerak serangkaian prioritas
pengembangan organisasi, sesuai dengan harapan pemangku
kepentingan, untuk bergerak searah dan bersinergis menuju tujuantujuan keseluruhan organisasi.
RSB hendaknya disusun dengan alur dan mekanisme sebagai berikut :
1. Pelaksanaan rembug manajemen puncak (melalui FGD atau metode
lain yang efektif), dan jika perlu dengan melibatkan pimpinan satu
level di bawahnya. Dalam FGD tersebut, dilakukan pembahasan
dengan mengacu kepada Rencana Aksi Ditjen Bina Upaya Kesehatan,
anal isis kinerja masa lalu, tugas pokok dan fungsi, harapan
stakehalder inti, dan hasil benchmark untuk menetapkan:
a. Misi & Visi yang baru
b. Isuisu dan tantangan strategis
c. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppartunity, Threat)
d . Analisis TOWS (Threat, Oppartunity, Weakness, Strength)
e. Sasaransasaran strategis UPT Vertikal dalam mencapai Visi
2. Penyusunan peta strategi (misalnya dengan menggunakan paradigma
balanced-scare card atau metode perencanaan strategis lainnya),
mengacu kepada empat perspektif yang saling terkait: yakni
stakeholder, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan
(dapat disesuaikan menjadi Pengembangan Sumber Daya dan
Organisasi) dan finansial.
3. Penetapan key performance indicator untuk setiap sasaran strategis,
yang disebut sebagai Indikator Kinerja uセ。ュ@
(IKU), beserta target
tiap tahun pada periode lima tahunan RSB.
4. Perumusan program strategis, sebagai upaya strategis yang akan
dilakukan untuk mencapai target IKU yang sudah ditetapkan
S. Perumusan aspek Manajemen Risiko, yang terdiri dari Identifikasi
Risiko, Pemetaan Risiko, serta Program Mitigasi Risiko
6. Proyeksi Finansial, dalam bentuk proyeksi pendapatan dan rencana
kebutuhan anggaran (rutin operasional dan pengembangan).
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
7. Pengesahan Pimpinan Puncak atas dokumen RSB
Selanjutnya, penyusunan RSB di lingkungan Ditjen Bina Upaya
Kesehatan mengacu pada Surat Edaran Dirjen BUK Nomor
HK.03 .03/1/1032/2014 tentang Rencana Strategis Bisnis UPT Vertikal
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
IV.2. Rencana Bisnis Anggaran (RBA)
Dalam rangka melaksanakan RSB, setiap tahun Plmpinan BLU wajib
menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran BLU, yang selanjutnya disebut
RBA, adalah dokumen perencanaan blsnls dan penganggaran yang berisl
program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran termasuk estimasl saldo
kas suatu BLU .
RBA memuat paling kurang seluruh program, kegiatan, target kinerja,
keluaran/output,
anggaran
penerimaan/pendapatan,
anggaran
pengeluaran/belanja, anggaran pembiayaan , pengelolaan dana khu sus,
saldo awal kas, dan estimasi saldo akhir kas BLU. Nomenklatur program,
kegiatan, target kinerja, keluaran/output dan jenis pendapatan dan
belanja dalam RBA mengikuti nomenklatur program , kegiatan , target
kinerja, keluaran/output dan jenis pendapatan dan belanja dalam RKA K/L. RBA disusun mengikuti mekanisme pengajuan dan penetapan
APBN.
RBA definitif adalah RBA yang telah disesuaikan dengan Keputusan
Presiden mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pu sat dan
telah disahkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga .
RBA disusun mengikuti mekanisme pengajuan dan penetapan APBN.
RBA disusun berdasarkan :
1. Basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis/paket
layanannya,
2. Kebutuhan dan target pendapatan yang diperkirakan akan diterima,
dan
3. Basis akrual.
RBA menganut pola anggaran fleksibel (flexible budget) dengan suatu
persentase ambang batas tertentu . Anggaran fleks ibel adalah belanja
dapat bertambah atau berkurang dari yang dianggarkan sepanjang
proporsional dengan bertambahnya atau berkurangnya pendapatan .
Pola anggaran fleksibel hanya digunakan untuk belanja yang bersumber
dari pendapatan PNBP BLU.
Dalam
menghitung
ambang
batas
belanja,
BLU
harus
mempertimbangkan target kinerja yang direncanakan dan fluktuasi
keg iatan operas iona l, antara lain tren naik/turun realisas i anggaran
tahun sebelumnya, real isasi/prognosa tahun anggaran berjalan, target
pendapatan. Rencana umum penggunaan ambang batas belanja
dituangkan dalam RBA.
an Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
RBA paling sedikit memuat :
1. seluruh program dan kegiatan;
2. target kine rja (output);
3. anggaran penerimaan/pendapatan
4. anggaran pengeluaran/belanja
5. anggaran pembiayaan
6. saldo awal kas
7. estimasi sa ldo akhir kas BLU
8. kondi si kinerja BLU tahun berjalan;
9. asumsi makro dan mikro;
10. prakiraan biaya;
11. target dan realisasi pendapatan 2 tahun sebe lumnya;
12. prakiraan maju pendapatan (forward estimate) 2 tahun ke depan.
Mekanisme pengajuan dan pengkajian RBA adalah :
1. Pimpinan BLU mengajukan RBA kepada Menteri.
2. Pengajuan RBA dilakukan dengan memenuhi syarat sebagai berikut:
a. RBA ditandatangani oleh Pimpinan BLU dan diketahui oleh Dewan
Pengawas atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri apabila Satker
BLU tidak mempunyai Dewan Pengawas.
b. RBA disertai dengan standar pelayanan minimal, tarif, dan/atau
standar biaya layanan .
c. Dalam hal Satker BLU menyusun RBA menggunakan standar biaya
berdasarkan perhitungan akuntansi biaya, RBA dilampiri dengan
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
3. RBA yang telah disetujui oleh Menteri menjadi dasar penyusunan
RKAK/L untuk Satker BLU .
4. Satker BLU menyusun RKAK/L berdasarkan RBA dan Ikhtisar RBA.
5. RKA K/Ldiaju kan kepada Menteri.
6. Menteri menyetujui pengaJuan RKAK/L, Menteri menyampaikan
RKA K/L dan RBA kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jendera l Anggaran.
7. Direktur Jendera l Anggaran atas nama M enteri Keuangan melakukan
telaahan terhadap RKAK/L dan RBA yang diajukan untuk digunakan
sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN .
8. Pimpinan BLU menyusun RBA Definitif sebagai dasar melakukan
kegia tan BLU.
IV.3. Rencana Kerja dan Anggaran Keme,nterian Negara/Lembaga
(RKA-K/L)
RKAK/L disusun dengan mengacu pad a pedoman umum RKAK/L yang
meliputi:
1. Pendekatan sistem penganggaran, terdiri atas:
a. Penganggaran terpadu;
b. Penganggaran berbasis kinerja; dan
c. Kerangka pengeluaran jangka menengah
2. Klasifikasi anggaran, terdiri atas :
a. Klasifikasi organisasi;
b. Klasifikasi fungsi; dan
c. Klasifikasi jenis belanja.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
3. Instrumen RKAK/L terdiri atas:
a. Indikator kinerja;
b. Standar biaya; dan
c. Evaluasi kinerja .
RKAK/L disusun berdasaTkan :
1. Pagu anggaran K/L dan/atau alokasi anggaran K/L;
2. Renja K/L;
3. RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam ー・ュ「
pendahuluan rancangan APBN;
4. Standar biaya; dan
S. Kebijakan pemerintah lainnya.
ゥ」。
G Sセ@
IV.4. Penyusunan DIPA BLU
DIPA BLU disusun dengan mengacu pada RBA Definitif dan Ikhtisar RBA
Definitif. DIPA BLU merupakan dokumen pelaksanaan anggaran BLU,
dan menjadi dasar pencairan/penarikan dana dari APBN.
DIPA BLU memuat antara lain:
1. Saldo awal kas
2. Pendapatan, belanja, pembiayaan
3. Saldo akhir kas
4. Besaran persentase ambang batas
S. Proyeksi arus kas (termasuk rencana penarikan dana yang bersumber
dari APBN), dan
6. Jumlah serta kualitas barang dan/atau jasa yang dihasilkan,
7. Sebagaimana ditetapkan dalam RBA definitif.
DIPA BLU tidak mencantumkan :
1. Pengeluaran pembiayaan (dana bergulir/investasi) dari APBN (Rupiah
Murni) tahun sebelumnya; dan/atau
2. Pengeluaran pembiayaan (dana bergulir/investasi) dari APBN (Rupiah
Murni) tahun berjalan yang telah tercantum dalam DIPA lain.
Pengesahan DIPA BLU :
DIPA BLU disampaikan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga kepada Menteri
Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran pengesahan DIPA BLU paling
lambat tanggal 31 Desember dengan menerbitkan Surat Pengesahan
DIPA BLU (SPDIPA BLU).
IV.S. Penyusunan Target PNBP BLU
Anggaran pendapatan BLU terdiri dari :
l. Penerimaan anggaran yang bersumber dari Rupiah Murni (RM), dan
2. PNBP BLU .
PNBP BLU terdiri dari :
1. Pendapatan yang akan diperoleh dari layanan yang diberikan kepada
masyarakat;
2. Hibah tidak terikat dan/atau hibah terikat yang diperoleh dari
masyarakat atau badan lain;
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
3. Hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha
la innya;dan/atau
4. Pen erimaan lainnya yang sah .
Pemimpin BLU wajib menyusun target pendapatan BLU. Target
pendapatan disusun per unit kerja BLU. Dalam menyusun target
pendapatan BLU, mempertimbangkan :
l. Target dan realisasi pendapatan BLU 2 (dua) tahun anggaran
sebelumnya;
2. Proyeksi pendapatan BLU 2 (dua) tahun ke depan; dan
3. Kondisi yang mempengaruhi pencapaian target pendapatan BLU
tahun berkenaan.
Target pendapatan BLU merupakan salah satu dasar bagi penyusunan
pagu indikatif Kementerian Negara/Lembaga.
IV.6. Pengelolaan Kas
BLU perlu melakukan pengelolaan kas terhadap pendapatan yang
bersumber dari pendapatan PNBP. Pengelolaan kas BLU dilaksanakan
berdasarkan praktik bisnis yang sehat. Artinya pengelolaan kas BLU
harus ditujukan dan mampu untuk meningkatkan layanan kepada
masyarakat secara berkesinambungan .
Secara sederhana pengelolaan kas BLU adalah seluruh aktivitas yang
bertujuan untuk menjamin ketersed iaan ka s dalam jumlah dan waktu
tertentu dalam rangka pemberian layanan.
Dalam hal pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan halhal sebaga i
berikut :
1. Merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas berdasarkan
rencana kegiatan yang tercantum dalam RBA.
2. Menerima pendapatan yang bersumber dari PN BP satker BLU.
3. Menyimpan kas, melakukan pembayaran dan mengelola rekening
bank .
4. Menatausahakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan kas.
Saldo awal kas BLU bersumber dari surplus anggaran BLU tahun
sebelumnya, yaitu saldo kas yang berasal dari selisih lebih antara PNBP
BLU dengan belanja BLU, diluar APBN (rupiah murni) .
Saldo awal kas tidak termasuk :
l. Saldo kas yang berasal dari pengeluaran 'pembiayaan APBN (rupiah
murni) tahun sebelumnya, dan/atau
2. Saldo kas yang berasal dari pembiayaan yang didanai dari APBN
(rupiah murni) tahun berjalan yang telah tercantum dalam dokumen
pelaksanaan anggaran selain DIPA Petikan BLU .
Saldo kas BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berjalan dan/atau
tahun berikutnya . Rencana penggunaan saldo kas dituangkan dalam
RBA .
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
IV.7. Tarif layanan BlU
Semua kegiatan pelayanan dan kegiatan non pelayanan di rumah sakit
dikenakan tarif layanan. Tarif layanan merupakan seluruh biaya yang
dibebankan kepada masyarakat atas penyelenggaraan kegiatan di BlU
rumah sakit.
Tarif layanan harus mempertimbangkan :
1. kontinuitas dan pengembangan layanan;
2. daya beli masyarakat;
3. asas keadilan dan kepatutan; dan
4. kompetisi yang sehat.
Tarif layanan ditetapkan berdasarkan asas gotong royong, adil dengan
mengutamakan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah, dan
セゥ、。ォ@
mengutamakan untuk meneari keuntungan.
Dalam penyusunan tarif layanan di BLU ru mah sa kit, perhitungan jasa
sarana untuk :
1. Kelas III (tiga) lebih keeil dari titik impas (break even paint);
2. Kelas II (dua) sesuai titik impas (break even paint); dan
3. Kelas selain angka 1 dan angka 2, lebih besar dari titik impas (break
even paint) dengan besaran yang ditetapkan berdasarkan asas
kepatutan oleh Direktur Rumah Sakit.
Tarif untuk golongan masyarakat yang pembayarannya dijamin oleh
pihak penjamin, ditetapkan berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling
menguntungkan dengan suatu ikatan perjanjian kerjasama seeara
tertulis.
Tarif kegiatan pelayanan meliputi komponen jasa sarana dan jasa
pelayanan
1. Komponen jasa sarana merupakan imbalan yang diterima oleh BlU
rumah sakit atas pemakaian akomodasi, bahan non medis, obatobatan, bahan/a!at kesehatan habis pakai yang digunakan langsung
dalam rangka pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis
dengan memperhitungkan biaya investasi.
2. Komponen jasa pelayanan merupakan imbalan yang diterima oleh
pelaksana pelayanan medis, pelayanan penunjang medis dan/atau
pelayanan lainnya.
Pola perhitungan Tarif
1. Pola tarif merupakan dasar perhitungan untuk menetapkan besaran
tarif layanan BlU rumah sakit.
2. Besaran tarif layanan dihitung berdasarkan biaya satuan dengan
mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan, daya
beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan dan kompetisi yang
sehat.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Tarif layanan diusulkan oleh pimpinan BLU kepada menteri/pimpinan
lembaga. Menteri/pimpinan lembaga menyampaikan usulan tarif
layanan kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan dalam Peraturan
Menteri keuangan .
Selain ditetapkan Menteri Keuangan, penetapan tarif BLU dapat
didelegasikan oleh Menteri Keuangan kepada menteri/pimpinan
lembaga dan/atau pemimpin BLU.
Penyusunan usulan tarif layanan BLU dilakukan melalui :
1. Persia pan usulan tarif layanan
2. Menyusun analisis mengenai kondisi umum, potensi,
permasalahan
3. Menyusun perhitungan biaya per unit
4. Menyusun usulan tarif layanan
dan
IV.S. Remunerasi Btu
Remunerasi merupakan imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan
tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan/atau
pensiun. (PP 23/2005, PMK No. 10/PMK.02/2006 jo. PMK No.
73/PM K.OS/2007)
Remunerasi adalah pengeluaran biaya oleh BLU Rumah Sakit, sebagai
imbal jasa kepada pegawai, yang manfaatnya diterima pegawai dalam
bentuk dan jenis komponenkomponen perhargaan dan perlindungan .
(Permenkes 625/2010)
Penyusunan dan penetapan sistem remunerasi 'ini bertujuan untuk
mendukung strategi usaha rumah sakit dalam menjalankan visi dan
misinya, dengan menyesuaikan kondisi dan kemampuan keuangan
masingmasing rumah sakit serta mengikuti ketentuan peraturan yang
berlaku.
Prinsip remunerasi :
1. Proporsionalitas
Perhitungan pembagian remunerasi berdasarkan jumlah aset yang
dikelola serta tingkat pelayanan .
2. Kesetaraan
Penilaian antar jabatan sesuai dengan beban dan tanggung jawab
masing masing dengan memperhatikan pelayanan yang sejenis.
3. Kepatutan
Menyesuaikan dengan kemampuan pendapatan dengan proporsi
pendapatan yang digunakan untuk remunerasi
4. Kinerja operasional BLU
Dengan memperhatikan indikator kinerja pelayanan, manfaat dan
mutu bagi masyarakat dan keuangan dengan nilai kategori tingkat
kesehatan Rumah Sakit "An
Komponen remunerasi dibagi dalam 3 (tiga) komponen utama, yaitu:
1. Pembiayaan untuk Pekerjaan / Jabatan (Pay for Position)
a. Dialokasikan dari dana BLU sesuai dengan grading atau hasil nilai
analisa jabatan masingmasing pegawai baik medis /non medis
Panduan Penge lolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Je nderal Bina Upaya Kesehatan
(PNS/Non PNS) . Komponen ini bersifat pembayaran tunai kepada
pegawai berupa pendapatan langsung dan besarannya
disesua !kan dengan kemampuan keuangan BLU.
b. Untuk gaji yang sumber dananya dar! APBN/RM mengikuti
ketentuan penggajian sesuai peraturan yang berlaku (untuk
pegawai PNS/CPNS) .
2. Pembiayaan untuk Kinerja (Pay for Performance)
Komponen ini terkait langsung dengan pencapaian target kinerja
yang telah dikontrakkinerjakan, dibayarkan secara periodik sesuai
kebijakan rumah sa kit. Pay for performance merupakan penghargaan
kepada pegawai atas pencapaian kinerja baik indivldu, unit kerj a
maupun rumah sak it. Jenisnya befupa insentif dan/atau bonus .
Besarannya tergantung pada tingkat capaian target kinerja.
3. Pembiayaan untuk Perorangan/lnd ividu (Pay for People)
Diberikan kepada pegawal sebagai penghargaan (reward) yang
sifatnya individu dan merupakan kewenangan dari pimpinan BLU
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.
Penyusunan remunerasi terdiri dari ;
1. Menyusun Corporate Grade
Dalam penyusunan skala / struktur jabatan (struktural dan fungsional)
perlu dilakukan ;
A. Analisa Pekerjaan (Job Description)
Job Description adalah sebuah kumpulan informas i jabatan dan
disusun secara sistematis yang diperoleh melalui Job Analysis,
yang dapat mengidentifikasi dan menguraikan suatu jabatan atau
po sisi tertentu.
Untuk mengetahui Job Description dari masingmasing pegawai
diambillangkahIangkah sebagai berikut ;
a) Masingmasing unit kerja membuat struktur Organisasi dan
tata hubungan kerja sebagai gambaran dari pembagian kerja,
rentang garis perintah dan tanggung jawab, garis perintah dan
pelaporan baik lini maupun matriks .
b) Membagikan Job Analysis Questioner (JAO) keseluruh pegawai
sebagai pengumpulan Informasi Jabatan .
B. Evaluasi Jabatan (Job Evaluation)
Dalam menentukan evaluasi jabataQ untuk mendapatkan nilai
jabatan dengan menggunakan alat penimbang jabatan dengan
faktor penimbang. Adapun faktor penimbang terbagi dalam 3
(tiga) komponen terdiri dari 10 (sepuluh) faktor, sebagai berikut ;
a) Know How
1. Kompetensi Tekni s
2. Manajerial
3. Komunikas i
b) Problem Solving
4. Faktor Analisis lingkungan pekerjaan
S. Faktor Pedoman Keputusan
6. Faktor Kondisi Kerja
Pandu an Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Ke sehata n
c) Accountability
7. Wewenang (kebebasan bertindak)
8. Tanggung jawab harta
9. Peran jabatan
lO.Probabilitas Resiko
2. Pemetaan Pegawai
Pegawai di'kelompokkan berdasarkan kelompok jabatan remunerasi,
yang t erdiri dari :
a. General Rank (GR)
b. OperationalStaj (OS)
c. Operational Leader (Ol)
d. Strategic Leader (Sl)
e. Penunjang Medik (PM)
f. Ners (N)
g. Medik (M)
h. Medik Spesialis (MS)
i. Direktur
j . Direktur Utama
3. Menghitung Poin Indeks Rupiah (PIR)
PIR merupakan nilai satuan rupiah yang ditetapkan rumah sakit
berdasarkan anal isis hasil kinerja rumah sakit dan penetapan
anggaran remunerasi.
Berupa satuan rupiah sebagai perhitungan nilai uang yang akan
dipakai dalam formula penghargaan kinerja setiap pegawai.
Penjumlahan hasil perhitungan formula penghargaan pada total
pegawai merupakan total anggaran pembiayaan rumah sakit atas
penghargaan kinerja dan seka ligus mencerminkan kinerja
keuangan rumah sakit.
4. Menyusun Penilaian Ki nerja Pegawai
Penilaian kinerja terdiri dari :
a. Penilaian Kinerja Individu
Penilaian Kinerja Individu dilakukan dengan mengukur pencapaian
target dengan menggunakan Indikator Kinerja Individ u (IKI). IKI
ditetapkan melalui suatu penilaian
kinerja yaitu dengan
membandingkan antara pencapaian target kinerja dengan faktorfaktor yang ditentukan dan ditargetkan.
b. Penilaian Kinerja Unit
Penilaian kinerja unit dilakukan dengan mengukur pencapaian
target dengan menggunakan Indikator Kinerja Unit (IKU) .
Ditetapkan berdasarkan pencapaian total target kinerja unit
kerja sesuai struktur organisasi rumah sakit, yaitu unit kerja
sesuai peran dan fungsi unit kerja tersebut secara struktural
dalam organisasi.
S. Penetapan Remunerasi
Remunerasi BlU ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan
usulan dari satker BlU melalui pengkajian dari Kementerian -
an Pengel
an Layanan Umum
d i Li ng kungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kesehatan . Adapun teknis pelaksanaan dari Keputusan Menteri
Keuangan (KMK) tentang Penetapan Remunerasi Satker BLU
ditetapkan oleh Direktur Utama satker BLU.
6. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Remunerasi
Pelaksanaan remunerasi pada satker BLU harus dilakukan monitoring
dan evaluasi untuk menjaga kepatutan dan keadilan dalam
pemberian remunerasi.
V. AKUNTABILITAS BLU
V.l. laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah eatatan informasi dari transaks i keuangan
suatu entitas pada suatu periode akuntansi tertentu yang dapat
digunakan untuk menggambarkan kinerja BLU.
Pimplnan BLU bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian
laporan keuangan BLU .
Laporan keuangan dilengkapi dengan surat pernyataan tanggung jawab
pemimpin BLU yang berisikan pernyataan bahwa pengelolaan anggaran
telah dilaksanakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai, akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan
standar akuntansi keuangan, dan kebenaran isi laporan keuangan
merupakan tanggung jawab pemimpin BLU.
Untuk menyajikan laporan keuangan, BLU perlu melakukan langkahlangkah sesuai prosedur akuntansi yang dimulai dengan peneatatan,
penggolongan, pengikhtisaran hingga pelaporan.
BLU menerapkan dua standar akuntansi SAK dan SAP
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah prinsip akuntansi dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu entitas.
Apabila SAK yang sudah ada dianggap tidak coeok untuk diterapkan
pada suatu BLU, maka BLU tersebut dapat mengembangkan sendiri
standar akuntansi yang spesifik sesuai dengan jenis industrinya,
dengan mengacu pada pedoman akuntansi BLU yang berlaku.
Standar akuntansi yang telah dikembangkan tersebut harus
ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga setelah mendapat
persetujuan dari Menteri Keuangan.
Laporan keuangan berdasarkan SAK terdiri dari Laporan Operasional,
Neraea, Laporan Arus Kas, dan Catatan attls Laporan Keuangan.
2. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Sebagai satker yang masih merupakan satker pemerintah, satker BLU
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari K/L induknya .
Oleh karena itu, laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi tersebut
disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP).
Laporan keuangan berdasarkan SAP yaitu Laporan Realisasi
Anggaran, Neraea, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Pada umumnya, pengertian akunakun menurut SAK tidak jauh
berbeda dengan SAP. Apabila ada pengertian yang berbeda, maka
untuk tujuan konsolidasi pengertian akun menurut SAP, yaitu
berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai SAP.
Reviu Laporan Keuangan
Reviu dilakukan oleh SPI. Tujuan reviu adalah untuk memberikan
keyakinan terbatas atas akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan sebelum disampaikan kepada
menteri/pimpinan lembaga dan Menteri Keuangan .
Reviu hanya mengumpulkan keterangan yang dapat menjadi bahan
untuk penyusunan Statement of Responsibility (Pernyataan Tanggung
Jawab) oleh Pemimpin BLU.
Dalam melakukan reviu atas laporan keuangan, SPI harus memahami
secara garis besar sifat transaksi entitas, sistem dan prosedur akuntansi,
bentuk catatan akuntansi dan basis aklmtansi yang digunakan untuk
menyajikan laporan keuangan.
1. Ruang lingkup Reviu hanya terbatas pada penelaahan laporan
keuangan dan catatan akuntansi.
2. Sasaran reviu adalah untuk memperoleh keyakinan terbatas bahwa
laporan keuangan entitas pelaporan telah disusun dan disajikan
sesuai dengan standar akuntansi yang digunakan .
3. Jadwal pelaksanaan reviu dilakukan secara paralel dengan
pelaksanaan anggaran dan penyusunan laporan keuangan BLU. SPI
membuat penyataan telah direviu atas laporan keuangan BLU dan
dilampirkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
keuangan yang disampaikan ke menteri/pimpinan lembaga dan
menteri keuangan . Dalam hal satker BLU belum memiliki SPI, reviu
dilakukan oleh Itjen K/L yang bersangkutan. Pernyataan telah direviu
diterbitkan setidaktidaknya sekali dalam setahun terhadap laporan
keuangan tahunan BLU.
4. Persiapan reviu , sebelum pelaksanaan reviu, aparat pengawasan
intern perlu melakukan persiapanpersiapan agar reviu dapat
dilaksanakan secara efektif dan terpadu.
Prosedur lain yang dilaksanakan sebelum atau selama reviu tidak boleh
diungkapkan dalam laporan hasil reviu. j\pabila SPI tidak dapat
melaksanakan penelusuran angkaangka pos dalam laporan keuangan,
pengajuan pertanyaan dan prosedur analitik yang dipandang perlu
untuk memperoleh keyakinan terbatas yang seharusnya ada dalam
suatu reviu, maka reviu dianggap tidak lengkap.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
セiANBM\[G@
uN|セGエ
セiANGエ@
Sebelum laporan keuangan disampaikan kepada pi hakp:hak ya ng
berwenang maka harus dilaksanakan proses rekonsiliasi interna l dan
rekonsil iasi eksternal.
1. Rekon siliasi Internal
a. Rekon siliasi antara Buku Bank dengan Rekening Koran;
b. Rekonsiliasi antara Laporan Barang (SIMAK BMN) dengan Laporan
Keuangan berdasarkan SAP (SAKPA) ;
c. Rekonsilia si antara Laporan Keuangan SAP dengan Laporan
Keuangan SAK.
2. Rekon sil iasi Eksterna l
Rekonsiliasi dengan KPPN dila kukan setiap bulan yaitu :
a. Rekonsiliasi rekening koran BLU dengan saldo kas BLU pada SAU
KPPN .
b. Rekonsiliasi data SAl dengan SAU yaitu Rekonsiliasi Laporan
Reali sasi Anggaran dan Rekonsilias i Neraca.
c. Rekonsiliasi Laporan Barang dengan KPKNL be
Ind
p
658.154
Ind
i@ p セ@
I
Panduan Pengelolaan
BADAN
LAYANAN
UMUM
Di Lingkungan
Direktorat lenderal Bina Upaya Kesehatan
, ,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2015
KAlA PENGANlAR
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara telah
memberikan koridor baru bagi ,instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya
memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk dapat menerapkan pola keuangan
yang fleksible dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas dengan
sebutan umum sebagai satuan kerja Badan Layanan Umum (Satker BLU). Peluang ini
diberikan kepada instansi pemerintah yang melaksanakan tugas me layani masyarakat
publik untuk mengelola kegiatannya dengan ala bisnis (business like) sehingga
pemberian layanan kepada masyarakat dapat lebih efisien dan efektif.
Sebagai pembina Satker BLU, Kementerian Kesehatan dalam hal ini Di rektorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan pembinaan
teknis pada satker BLU, maka disusun Panduan Pengelolaan 8LU di Lingkungan Ditjen
Bina Upaya Kesehatan.
Buku panduan ini terdir i dari atas enam bagian yaitu (I) Pendahuluan , (II)
Pembentukan BLU , (III) Kelembagaan BLU , (IV) Pengelolaan Keuangan BLU, (V)
Akuntabilitas BLU, dan (VI) Penutup . Dengan buku panduan ini, semua pihak
diharapkan dapat lebih memahami mengenai bagaimana BLU dibentuk dan dikelola.
Semoga buku panduan ini dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya, karena
akan berguna sebagai acuan kerangka berfikir sehingga pengelolaan BLU dapat
berjalan dengan baik untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
Sekretaris,
Dr. drg. Nurshanty S. Andi Sapada, M .Sc
NIP 195510151982122001
Panduan Pengelolaan
Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bin a Upaya Kesehatan
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum merupakan landasan hukum untuk menerapkan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum. Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai
persyaratan, penetapan, dan pencabutan status BLU , standar dan tarif layanan,
perencanaan dan penganggaran , pengelolaan keuangan, serta pelaporan dan
pertanggungjawaban dengan tetap memperhatikan akuntabilitas kinerja dan keuangan
sebagai penyeimbang dari fleksibilitas yang telah diberi,kan.
Buku panduan ini disusun dengan mengadopsi kegiatankegiatan operasional
yang ada di rumah sakit dengan tujuan untuk mendukung strategi usaha rumah sakit
dalam menjalankan visi dan misinya . Buku panduan ini memiliki makna yang sangat
penting sebagai informasi bag; satker BLU dengan penerapan pengelolaan satker BLU
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Akhirnya, dengan adanya buku panduan in i diharapkan dapat bermanfaat bag i
satker BLU dalam mendukung sasaran usaha dan pengembangan BLU Rumah Sakit dan
Balai.
Pit. Di rektur Jenderal,
Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U (K)
NIP 195507271980101001
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR
SAMBUTAN DIRJEN
ii
DAFTAR lSI
iii
SINGKATAN DAN AKRONIM
ivvi
TIM PENYUSUN
vii
viii
KONTRIBUTOR
II
PEN DAHULUAN
1.1. Gambaran Umum
1.2 . Dasar Hukum
1
PEMBENTUKAN BLU
1
1
1
11.1. Persyaratan Substantif
11.2. Persyaratan Teknis
1
11.3 . Persyaratan Administratif
III
KELEMBAGAAN BLU
111.1. Organ isasi BLU
111.2. Unsur Pengelola BLU
111.3. Pejabat Perbendaharaan BLU
IV
PENGELOLAAN KEUANGAN BLU
IV.l. Rencana Strategis Bisnis (RSB)
IV.2 . Rencana Bisnis Anggaran (RBA)
IV.3. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAK/L)
IV.4. Penyusunan DIPA BLU
IV.5. Penyusunan Target PNBP BLU
IV .6. Pengelolaan Kas
IV .7. Tarif Layanan BLU
IV.S. Remunera si BLU
V
AKUNTABILITAS BLU
2
2
3
3
3
3
5
6
7
7
S
9
10
13
13
V.l. Laporan Keuangan
V.2. Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK)
VI
2
2
V.3. Audit Keuangan
16
17
PENUTUP
19
Panduan Pengelolaan
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
SINGKATAN DAN AKRONIM
ADK
Arsip Data Komputer
APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BAP
Berita Acara Penilaian
BAS
Bagan Akun Standar
BPK
Badan Pemeriksa Keuangan
BlU
Badan layanan Umum
BUN
Bendahara Umum Negara
BUMN
Badan Usaha Milik Negara
BSC
Balanced Score Card
CalK
Catatan atas laporan Keuangan
Dewas
Dewan Pengawas
DIPA
Oaftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Dit. PKN
Direktorat Pengelolaan Kas Negara
DJA
Direktorat Jenderal Anggaran
DJPBN
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
DPR
Dewan Perwakilan Rakyat
FGD
Focus Group Discussion
IAI
Ikatan Akuntan Indonesia
IKI
Indikator Kinerja Individu
IKU
Indikator Kinerja Utama
JAQ
Job Analysis Questionnaire
K/L
Kementerian Negara/lembaga
KAK
Kerangka Acuan Kegiatan
KAP
Kantor Akuntan Publik
KEM
Kerangka Ekonomi Makro
KMK
Keputusan Menteri Keuangan
KPA
Kuasa Pengguna Anggaran
KPKNL
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
KPPN
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KPS
Kerjasama Pemerintah Swasta
LAKIP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
LK
Laporan Keuangan
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
LKKL
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
LKP
Laporan Keuangan Pokok
LRA
Laporan Realisasi Anggaran
Menpan dan RB
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokra si
PA
Pengguna Anggaran
PHLN
Pinjaman Hibah Luar Negeri
PK BLU
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
PNBP
Penerimaan Negara Bukan Pajak
PNS
Pegawai Negeri Sipil
PPK
Pejabat Pembuat Komitmen
PPSPM
Pejabat Penguji dan Penandatangan Surat Perintah Membayar
PSAK
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
RAB
R'e ncana Anggaran Biaya
RAPBN
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
RBA
Rencana Bisnis Anggaran
Renja K/L
Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga
Renstra Bisnis
Rencana Strategis Bisnis
RKA KL
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
RKP
Rencana Kerja Pemerintah
RM APBN
Rupiah Murni APBN
RP JMN
Ren cana Pembangunan Jangka Menengah Na sional
RUU APBN
Rancangan UndangUndang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
SAl
Sistem Akuntans i Instansi
SAK
Standar Akuntansi Keuangan
SAKETAP
Standar Akuntansi Keuangan Entita s Tanpa Akuntabilitas Publik
SAKIP
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
SAKPA
Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
SAP
Standar Akuntansi Pemerintahan
Satker
Satuan Kerja
SBK
Standar Biaya Keluaran
SBM
Standar Biaya Ma sukan
SOM
Sumber Oaya Manusia
SIMAKBMN
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bin a Upaya Keseh atan
SOP
Standard Operating Procedure
SPDIPA BLU
Surat Pengesahan DIPA BLU
SP2B
Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja
SP2D
Surat Perintah Pencairan Dana
SP3B
Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja
SPI
Satuan Pemeriksaan Intern
SPM
Standar Pelayanan Minimal
SPTJM
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
SWOT
Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats
TGR
Tuntutan Ganti Rugi
TOR
Term of Reference
TOWS
Threats, Opportunities, Weaknesses, Strengths
Tupoksi
Tugas Pokok dan Fungsi
UAPA
Un it Akuntansi Pengguna Anggaran
UAPPAEl
Unit Akuntans i Pembantu Pengguna Anggaran Ese lon I
SAU
Si stem Akuntans i Umum
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Dire ktorat Jenderal Bina Upaya Ke sehatan
TIM PENYUSUN
Prof.Dr.dr. Akmal Taher, Sp .1 (K)
(Dirjen Bina Upaya Kesehatan)
Dr.drg. Nurshanty S. Andi Sapada, M .Sc
(Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan)
Hartono, SKM, M.Kes
(Kepala Bagian Keuangan Ditjen BUK)
Jajang Subagja,SKM, MKKK
(Kepala Subbagian Anggaran Ditjen BUK)
Agus Ahmad
(Bagian Keuangan Ditjen BUK)
Muhamad Yusuf
(Bagian Keuangan Ditjen BUK)
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan DirektoratJendera l Bina Upaya Kesehatan
KONTRIBUTOR
Dr. H. Chairul Radjab Nasution, Sp .PD, KGEH, FINASIM, M .Kes.
(Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan)
Djoko Hendratto
(PPK BLU Ditjen Perbendaharaan)
Muhammad Yusuf
(Kasubdit PK BLU I)
dr. H.R. Soeko Werdi Nindito 0, MARS
(Kabag Program dan Informasi)
Eko Happy Purwanto, SKM, MM, MARS
(Kabag Kepegawaian)
Khadirin, SIP, MARS
(Kabag Hukum, Organisiasi , dan Humas)
dr. Diar Indriarti, MARS
(Kasubdit Bina Upaya Kesehatan Rujukan di RSU Publik)
Jajang Subagja,SKM, MKKK
(Kasubag Anggaran)
Rani, SE
(Kasubag Perbendaharaan)
Endang Ruhiyat, SE
(Kasubag Verifikasi dan Akuntansi)
Dr. Ockti Palupi R, MPH
(Kasubag Program)
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
I.
PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum
Satuan Kerja Badan Layanan Umum yang selanjutnya disebut dengan
Satker BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah Pusat yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktifitas.
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan
penerapan praktek bisnis yang sehat.
Karakteristik satker BLU :
1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara
yang dipisahkan)
2. Menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan semi
barang/jasa publik (quasi public goods)
3. Tidak mengutamakan mencari keuntungan/laba
4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala
bisnis
5. Rencana kerja/anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan
pada instansi publik
6. Pendapatan BLU dapat digunakan langsung
7. Pegawai dapat terdiri atas PNS dan profesional non PNS
1.2. Dasar Hukum
1. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
2. UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum sebaga imana telah dirubah dengan PP Nomor 74
Tahun 2012 tentang Perubahan Ata s PP Nomor 23 Tahun 2005
4. Peraturan lainnya terkait BLU terlampir
II. PEMBENTUKAN BLU
11.1 . Persyaratan Substantif
1. Merupakan satker pemerintah yang dibentuk berdasarkan peraturan
menteri/pimpinan lembaga atau peraturan lainnya yang lebih tinggi,
dan disetujui oleh Menteri Pendayagun'aan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi baik bersifat struktural (memiliki eselonering
tertentu) maupun non struktural (tidak memiliki eselonering
tertentu)
2. Mempunyai pengelolaan keuangan yang mandiri dan dicirikan
dengan :
a. Memiliki kode satker dari Kementerian Keuangan
b. Memiliki alokasi anggaran tersendiri dalam dokumen pelaksanaan
anggaran yang terpisah dari instansi vertikalnya
c. Membuat laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban
anggaran .
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
3. Mempunyai pendapatan fungsional yang signifikan dari hasil layanan
yang diberikan kepada masyarakat berupa PNBP
11.2. Persyaratan Teknis
1. Mempunyai kinerja layanan di bidang tugas pokok dan fungsinya
yang layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU
sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga.
2. Mempunyai kinerja keuangan satker yang sehat dan memenuhi
batasan threshold tertentu, yaitu :
a. Mempunyai pendapatan PNBP yang signifikan paling sedikit Rp 15
milyar
b. Memenuhi threshold BLU dihitung dari penilaian jumlah nominal
pendapatan PNBP, rasio pendapatan PNBP terhadap total biaya
operasional, rasio jumlah gaji terhadap total biaya operasional,
dan jumlah nominal aset.
11.3. Persyaratan Administratif
1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,
keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;
2. Pola tata kelola;
3. Rencana strategis bisnis;
4. Laporan keuangan pokok;
S. Standar pelayanan minimal; dan
6. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara
independen.
III. KELEMBAGAAN BLU
111.1. Organisasi BLU
Satker BLU harus mempunyai struktur organisasi dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Menggambarkan pengendalian internal yang memadai.
a. pemisahan tugas yang memadai; harus ada pemisahan fungsi
antara
fungsi
pemlmpin,
fungsi
keuangan,
fungsi
operasional/pelaksanaan, dan fungsi pengawasan
b. adanya badan/unit yang berfungsi sebagai internal audit, seperti
SPI
2. Menunjukkan kejelasan garis komando atau koordinasinya sehingga
jelas pertanggungjawabannya.
3. Menggambarkan pengelompokan fungsi yang logis.
Prinsip penyusunan organisasi satker BLU adarah :
1. Mempunyai visi, misi, dan tujuan yang spesifik di bidang peningkatan
mutu pelayanan masyarakat.
2. Pembagian jumlah unit organisasi harus memperhatikan sifat
pekerjaan dalam organisasi.
3. Adanya kepastian bahwa tugastugas dalam organisasi akan terus
berlangsung dalam jangka waktu yang lama .
4. Semua tugas organisasi harus dibagi habis ke dalam unitun it
organisasi di bawahnya.
S. Setiap unit organisasi harus mempunyai hubungan yang jelas anta ra
satu dengan yang lain.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
6. Setiap unit organisasi harus mempunyai kewenangan yang jelas.
Desain organisasi harus memperhatikaan keserasian antara besaran
organisasi dengan beban tugas, kemampuan dan sumber daya yang
dimiliki .
8. Harus menggambarkan secara jelas pembaganan mengenai
kedudukan, susunan jabatan, dan hubungan kerja antar unit
organisasi.
7.
111.2. Unsur Pengelola BLU
Pegawai pada Satker yang menerapkan PPKBLU terdiri dari :
1. Pegawai Negeri Sipil
2. Pegawai Non PNS
Pegawai Non PNS terdiri dari :
a. Pegawa i Tetap
Pegawai tetap merupakan pegawai yang diangkat sebagai
pegawai tetap oleh pimpinan BLU dan memiliki nomor induk
pegawai.
b. Pegawai Kontrak
Pegawai kontrak merupakan pegawai dengan perjanjian kerja
yang memenuhi syarat tertentu, dan diangkat berdasarkan
perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pada Satker yang menerapkan PPKBLU .
Dengan adanya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
maka kepegawaian pad a satker BLU akan mengikuti sesuai dengan
peraturan perundangundangan.
Adapun unsur pengelola BLU terdiri dari :
1. Pemimpin BLU
2. Pejabat Keuangan BLU
3. Pejabat Teknis BLU
4. Satuan Pemeriksaan Intern
S. Dewan Pengawas
111.3. Pejabat Perbendaharaan BLU
1. Kuasa Pengguna Anggaran
2. Pejabat Pembuat Komitmen
3. Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM
4. Pejabat Penerbit SP3B BLU
S. Bendahara Pengeluaran
6. Pejabat Pengelola Dana BLU
IV. PENGElOLAAN
KEUANGAN BLU
IV.l. Rencana Strategis Bisnis (RSB)
BLU menyusun Rencana Strategis Bisnis (RSB) lima tahunan dengan
mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga
(Renstra KL) . RSB mencakup :
1. Visi , yaitu suatu gambaran yang menantang tentang keadaan
masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan;
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
2. Misi, yaitu sesuatu yang harus diem ban atau dilaksanakan sesuai visi
yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil
dengan baik;
3. Sasaran strategis, yaitu program yang bersifat strategis yang ingin
dicapai, dijalankan dan dimiliki organisasi selama kurun waktu 1
sampai dengan 5 tahun dengan memperhitungkan potensi,
kelemahan, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul;
4. Rencana pencapaian kinerja yang terukur berupa indikator kinerja
dengan menetapkan target yang akan dicapai. Indikator meliputi
aspek keuangan dan aspek pelayanan.
RSB merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun
yang memandu dan mengendalikan arah gerak serangkaian prioritas
pengembangan organisasi, sesuai dengan harapan pemangku
kepentingan, untuk bergerak searah dan bersinergis menuju tujuantujuan keseluruhan organisasi.
RSB hendaknya disusun dengan alur dan mekanisme sebagai berikut :
1. Pelaksanaan rembug manajemen puncak (melalui FGD atau metode
lain yang efektif), dan jika perlu dengan melibatkan pimpinan satu
level di bawahnya. Dalam FGD tersebut, dilakukan pembahasan
dengan mengacu kepada Rencana Aksi Ditjen Bina Upaya Kesehatan,
anal isis kinerja masa lalu, tugas pokok dan fungsi, harapan
stakehalder inti, dan hasil benchmark untuk menetapkan:
a. Misi & Visi yang baru
b. Isuisu dan tantangan strategis
c. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppartunity, Threat)
d . Analisis TOWS (Threat, Oppartunity, Weakness, Strength)
e. Sasaransasaran strategis UPT Vertikal dalam mencapai Visi
2. Penyusunan peta strategi (misalnya dengan menggunakan paradigma
balanced-scare card atau metode perencanaan strategis lainnya),
mengacu kepada empat perspektif yang saling terkait: yakni
stakeholder, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan
(dapat disesuaikan menjadi Pengembangan Sumber Daya dan
Organisasi) dan finansial.
3. Penetapan key performance indicator untuk setiap sasaran strategis,
yang disebut sebagai Indikator Kinerja uセ。ュ@
(IKU), beserta target
tiap tahun pada periode lima tahunan RSB.
4. Perumusan program strategis, sebagai upaya strategis yang akan
dilakukan untuk mencapai target IKU yang sudah ditetapkan
S. Perumusan aspek Manajemen Risiko, yang terdiri dari Identifikasi
Risiko, Pemetaan Risiko, serta Program Mitigasi Risiko
6. Proyeksi Finansial, dalam bentuk proyeksi pendapatan dan rencana
kebutuhan anggaran (rutin operasional dan pengembangan).
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
7. Pengesahan Pimpinan Puncak atas dokumen RSB
Selanjutnya, penyusunan RSB di lingkungan Ditjen Bina Upaya
Kesehatan mengacu pada Surat Edaran Dirjen BUK Nomor
HK.03 .03/1/1032/2014 tentang Rencana Strategis Bisnis UPT Vertikal
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
IV.2. Rencana Bisnis Anggaran (RBA)
Dalam rangka melaksanakan RSB, setiap tahun Plmpinan BLU wajib
menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran BLU, yang selanjutnya disebut
RBA, adalah dokumen perencanaan blsnls dan penganggaran yang berisl
program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran termasuk estimasl saldo
kas suatu BLU .
RBA memuat paling kurang seluruh program, kegiatan, target kinerja,
keluaran/output,
anggaran
penerimaan/pendapatan,
anggaran
pengeluaran/belanja, anggaran pembiayaan , pengelolaan dana khu sus,
saldo awal kas, dan estimasi saldo akhir kas BLU. Nomenklatur program,
kegiatan, target kinerja, keluaran/output dan jenis pendapatan dan
belanja dalam RBA mengikuti nomenklatur program , kegiatan , target
kinerja, keluaran/output dan jenis pendapatan dan belanja dalam RKA K/L. RBA disusun mengikuti mekanisme pengajuan dan penetapan
APBN.
RBA definitif adalah RBA yang telah disesuaikan dengan Keputusan
Presiden mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pu sat dan
telah disahkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga .
RBA disusun mengikuti mekanisme pengajuan dan penetapan APBN.
RBA disusun berdasarkan :
1. Basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis/paket
layanannya,
2. Kebutuhan dan target pendapatan yang diperkirakan akan diterima,
dan
3. Basis akrual.
RBA menganut pola anggaran fleksibel (flexible budget) dengan suatu
persentase ambang batas tertentu . Anggaran fleks ibel adalah belanja
dapat bertambah atau berkurang dari yang dianggarkan sepanjang
proporsional dengan bertambahnya atau berkurangnya pendapatan .
Pola anggaran fleksibel hanya digunakan untuk belanja yang bersumber
dari pendapatan PNBP BLU.
Dalam
menghitung
ambang
batas
belanja,
BLU
harus
mempertimbangkan target kinerja yang direncanakan dan fluktuasi
keg iatan operas iona l, antara lain tren naik/turun realisas i anggaran
tahun sebelumnya, real isasi/prognosa tahun anggaran berjalan, target
pendapatan. Rencana umum penggunaan ambang batas belanja
dituangkan dalam RBA.
an Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
RBA paling sedikit memuat :
1. seluruh program dan kegiatan;
2. target kine rja (output);
3. anggaran penerimaan/pendapatan
4. anggaran pengeluaran/belanja
5. anggaran pembiayaan
6. saldo awal kas
7. estimasi sa ldo akhir kas BLU
8. kondi si kinerja BLU tahun berjalan;
9. asumsi makro dan mikro;
10. prakiraan biaya;
11. target dan realisasi pendapatan 2 tahun sebe lumnya;
12. prakiraan maju pendapatan (forward estimate) 2 tahun ke depan.
Mekanisme pengajuan dan pengkajian RBA adalah :
1. Pimpinan BLU mengajukan RBA kepada Menteri.
2. Pengajuan RBA dilakukan dengan memenuhi syarat sebagai berikut:
a. RBA ditandatangani oleh Pimpinan BLU dan diketahui oleh Dewan
Pengawas atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri apabila Satker
BLU tidak mempunyai Dewan Pengawas.
b. RBA disertai dengan standar pelayanan minimal, tarif, dan/atau
standar biaya layanan .
c. Dalam hal Satker BLU menyusun RBA menggunakan standar biaya
berdasarkan perhitungan akuntansi biaya, RBA dilampiri dengan
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
3. RBA yang telah disetujui oleh Menteri menjadi dasar penyusunan
RKAK/L untuk Satker BLU .
4. Satker BLU menyusun RKAK/L berdasarkan RBA dan Ikhtisar RBA.
5. RKA K/Ldiaju kan kepada Menteri.
6. Menteri menyetujui pengaJuan RKAK/L, Menteri menyampaikan
RKA K/L dan RBA kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jendera l Anggaran.
7. Direktur Jendera l Anggaran atas nama M enteri Keuangan melakukan
telaahan terhadap RKAK/L dan RBA yang diajukan untuk digunakan
sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN .
8. Pimpinan BLU menyusun RBA Definitif sebagai dasar melakukan
kegia tan BLU.
IV.3. Rencana Kerja dan Anggaran Keme,nterian Negara/Lembaga
(RKA-K/L)
RKAK/L disusun dengan mengacu pad a pedoman umum RKAK/L yang
meliputi:
1. Pendekatan sistem penganggaran, terdiri atas:
a. Penganggaran terpadu;
b. Penganggaran berbasis kinerja; dan
c. Kerangka pengeluaran jangka menengah
2. Klasifikasi anggaran, terdiri atas :
a. Klasifikasi organisasi;
b. Klasifikasi fungsi; dan
c. Klasifikasi jenis belanja.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
3. Instrumen RKAK/L terdiri atas:
a. Indikator kinerja;
b. Standar biaya; dan
c. Evaluasi kinerja .
RKAK/L disusun berdasaTkan :
1. Pagu anggaran K/L dan/atau alokasi anggaran K/L;
2. Renja K/L;
3. RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam ー・ュ「
pendahuluan rancangan APBN;
4. Standar biaya; dan
S. Kebijakan pemerintah lainnya.
ゥ」。
G Sセ@
IV.4. Penyusunan DIPA BLU
DIPA BLU disusun dengan mengacu pada RBA Definitif dan Ikhtisar RBA
Definitif. DIPA BLU merupakan dokumen pelaksanaan anggaran BLU,
dan menjadi dasar pencairan/penarikan dana dari APBN.
DIPA BLU memuat antara lain:
1. Saldo awal kas
2. Pendapatan, belanja, pembiayaan
3. Saldo akhir kas
4. Besaran persentase ambang batas
S. Proyeksi arus kas (termasuk rencana penarikan dana yang bersumber
dari APBN), dan
6. Jumlah serta kualitas barang dan/atau jasa yang dihasilkan,
7. Sebagaimana ditetapkan dalam RBA definitif.
DIPA BLU tidak mencantumkan :
1. Pengeluaran pembiayaan (dana bergulir/investasi) dari APBN (Rupiah
Murni) tahun sebelumnya; dan/atau
2. Pengeluaran pembiayaan (dana bergulir/investasi) dari APBN (Rupiah
Murni) tahun berjalan yang telah tercantum dalam DIPA lain.
Pengesahan DIPA BLU :
DIPA BLU disampaikan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga kepada Menteri
Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran pengesahan DIPA BLU paling
lambat tanggal 31 Desember dengan menerbitkan Surat Pengesahan
DIPA BLU (SPDIPA BLU).
IV.S. Penyusunan Target PNBP BLU
Anggaran pendapatan BLU terdiri dari :
l. Penerimaan anggaran yang bersumber dari Rupiah Murni (RM), dan
2. PNBP BLU .
PNBP BLU terdiri dari :
1. Pendapatan yang akan diperoleh dari layanan yang diberikan kepada
masyarakat;
2. Hibah tidak terikat dan/atau hibah terikat yang diperoleh dari
masyarakat atau badan lain;
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
3. Hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha
la innya;dan/atau
4. Pen erimaan lainnya yang sah .
Pemimpin BLU wajib menyusun target pendapatan BLU. Target
pendapatan disusun per unit kerja BLU. Dalam menyusun target
pendapatan BLU, mempertimbangkan :
l. Target dan realisasi pendapatan BLU 2 (dua) tahun anggaran
sebelumnya;
2. Proyeksi pendapatan BLU 2 (dua) tahun ke depan; dan
3. Kondisi yang mempengaruhi pencapaian target pendapatan BLU
tahun berkenaan.
Target pendapatan BLU merupakan salah satu dasar bagi penyusunan
pagu indikatif Kementerian Negara/Lembaga.
IV.6. Pengelolaan Kas
BLU perlu melakukan pengelolaan kas terhadap pendapatan yang
bersumber dari pendapatan PNBP. Pengelolaan kas BLU dilaksanakan
berdasarkan praktik bisnis yang sehat. Artinya pengelolaan kas BLU
harus ditujukan dan mampu untuk meningkatkan layanan kepada
masyarakat secara berkesinambungan .
Secara sederhana pengelolaan kas BLU adalah seluruh aktivitas yang
bertujuan untuk menjamin ketersed iaan ka s dalam jumlah dan waktu
tertentu dalam rangka pemberian layanan.
Dalam hal pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan halhal sebaga i
berikut :
1. Merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas berdasarkan
rencana kegiatan yang tercantum dalam RBA.
2. Menerima pendapatan yang bersumber dari PN BP satker BLU.
3. Menyimpan kas, melakukan pembayaran dan mengelola rekening
bank .
4. Menatausahakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan kas.
Saldo awal kas BLU bersumber dari surplus anggaran BLU tahun
sebelumnya, yaitu saldo kas yang berasal dari selisih lebih antara PNBP
BLU dengan belanja BLU, diluar APBN (rupiah murni) .
Saldo awal kas tidak termasuk :
l. Saldo kas yang berasal dari pengeluaran 'pembiayaan APBN (rupiah
murni) tahun sebelumnya, dan/atau
2. Saldo kas yang berasal dari pembiayaan yang didanai dari APBN
(rupiah murni) tahun berjalan yang telah tercantum dalam dokumen
pelaksanaan anggaran selain DIPA Petikan BLU .
Saldo kas BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berjalan dan/atau
tahun berikutnya . Rencana penggunaan saldo kas dituangkan dalam
RBA .
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
IV.7. Tarif layanan BlU
Semua kegiatan pelayanan dan kegiatan non pelayanan di rumah sakit
dikenakan tarif layanan. Tarif layanan merupakan seluruh biaya yang
dibebankan kepada masyarakat atas penyelenggaraan kegiatan di BlU
rumah sakit.
Tarif layanan harus mempertimbangkan :
1. kontinuitas dan pengembangan layanan;
2. daya beli masyarakat;
3. asas keadilan dan kepatutan; dan
4. kompetisi yang sehat.
Tarif layanan ditetapkan berdasarkan asas gotong royong, adil dengan
mengutamakan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah, dan
セゥ、。ォ@
mengutamakan untuk meneari keuntungan.
Dalam penyusunan tarif layanan di BLU ru mah sa kit, perhitungan jasa
sarana untuk :
1. Kelas III (tiga) lebih keeil dari titik impas (break even paint);
2. Kelas II (dua) sesuai titik impas (break even paint); dan
3. Kelas selain angka 1 dan angka 2, lebih besar dari titik impas (break
even paint) dengan besaran yang ditetapkan berdasarkan asas
kepatutan oleh Direktur Rumah Sakit.
Tarif untuk golongan masyarakat yang pembayarannya dijamin oleh
pihak penjamin, ditetapkan berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling
menguntungkan dengan suatu ikatan perjanjian kerjasama seeara
tertulis.
Tarif kegiatan pelayanan meliputi komponen jasa sarana dan jasa
pelayanan
1. Komponen jasa sarana merupakan imbalan yang diterima oleh BlU
rumah sakit atas pemakaian akomodasi, bahan non medis, obatobatan, bahan/a!at kesehatan habis pakai yang digunakan langsung
dalam rangka pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis
dengan memperhitungkan biaya investasi.
2. Komponen jasa pelayanan merupakan imbalan yang diterima oleh
pelaksana pelayanan medis, pelayanan penunjang medis dan/atau
pelayanan lainnya.
Pola perhitungan Tarif
1. Pola tarif merupakan dasar perhitungan untuk menetapkan besaran
tarif layanan BlU rumah sakit.
2. Besaran tarif layanan dihitung berdasarkan biaya satuan dengan
mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan, daya
beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan dan kompetisi yang
sehat.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Tarif layanan diusulkan oleh pimpinan BLU kepada menteri/pimpinan
lembaga. Menteri/pimpinan lembaga menyampaikan usulan tarif
layanan kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan dalam Peraturan
Menteri keuangan .
Selain ditetapkan Menteri Keuangan, penetapan tarif BLU dapat
didelegasikan oleh Menteri Keuangan kepada menteri/pimpinan
lembaga dan/atau pemimpin BLU.
Penyusunan usulan tarif layanan BLU dilakukan melalui :
1. Persia pan usulan tarif layanan
2. Menyusun analisis mengenai kondisi umum, potensi,
permasalahan
3. Menyusun perhitungan biaya per unit
4. Menyusun usulan tarif layanan
dan
IV.S. Remunerasi Btu
Remunerasi merupakan imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan
tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan/atau
pensiun. (PP 23/2005, PMK No. 10/PMK.02/2006 jo. PMK No.
73/PM K.OS/2007)
Remunerasi adalah pengeluaran biaya oleh BLU Rumah Sakit, sebagai
imbal jasa kepada pegawai, yang manfaatnya diterima pegawai dalam
bentuk dan jenis komponenkomponen perhargaan dan perlindungan .
(Permenkes 625/2010)
Penyusunan dan penetapan sistem remunerasi 'ini bertujuan untuk
mendukung strategi usaha rumah sakit dalam menjalankan visi dan
misinya, dengan menyesuaikan kondisi dan kemampuan keuangan
masingmasing rumah sakit serta mengikuti ketentuan peraturan yang
berlaku.
Prinsip remunerasi :
1. Proporsionalitas
Perhitungan pembagian remunerasi berdasarkan jumlah aset yang
dikelola serta tingkat pelayanan .
2. Kesetaraan
Penilaian antar jabatan sesuai dengan beban dan tanggung jawab
masing masing dengan memperhatikan pelayanan yang sejenis.
3. Kepatutan
Menyesuaikan dengan kemampuan pendapatan dengan proporsi
pendapatan yang digunakan untuk remunerasi
4. Kinerja operasional BLU
Dengan memperhatikan indikator kinerja pelayanan, manfaat dan
mutu bagi masyarakat dan keuangan dengan nilai kategori tingkat
kesehatan Rumah Sakit "An
Komponen remunerasi dibagi dalam 3 (tiga) komponen utama, yaitu:
1. Pembiayaan untuk Pekerjaan / Jabatan (Pay for Position)
a. Dialokasikan dari dana BLU sesuai dengan grading atau hasil nilai
analisa jabatan masingmasing pegawai baik medis /non medis
Panduan Penge lolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Je nderal Bina Upaya Kesehatan
(PNS/Non PNS) . Komponen ini bersifat pembayaran tunai kepada
pegawai berupa pendapatan langsung dan besarannya
disesua !kan dengan kemampuan keuangan BLU.
b. Untuk gaji yang sumber dananya dar! APBN/RM mengikuti
ketentuan penggajian sesuai peraturan yang berlaku (untuk
pegawai PNS/CPNS) .
2. Pembiayaan untuk Kinerja (Pay for Performance)
Komponen ini terkait langsung dengan pencapaian target kinerja
yang telah dikontrakkinerjakan, dibayarkan secara periodik sesuai
kebijakan rumah sa kit. Pay for performance merupakan penghargaan
kepada pegawai atas pencapaian kinerja baik indivldu, unit kerj a
maupun rumah sak it. Jenisnya befupa insentif dan/atau bonus .
Besarannya tergantung pada tingkat capaian target kinerja.
3. Pembiayaan untuk Perorangan/lnd ividu (Pay for People)
Diberikan kepada pegawal sebagai penghargaan (reward) yang
sifatnya individu dan merupakan kewenangan dari pimpinan BLU
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.
Penyusunan remunerasi terdiri dari ;
1. Menyusun Corporate Grade
Dalam penyusunan skala / struktur jabatan (struktural dan fungsional)
perlu dilakukan ;
A. Analisa Pekerjaan (Job Description)
Job Description adalah sebuah kumpulan informas i jabatan dan
disusun secara sistematis yang diperoleh melalui Job Analysis,
yang dapat mengidentifikasi dan menguraikan suatu jabatan atau
po sisi tertentu.
Untuk mengetahui Job Description dari masingmasing pegawai
diambillangkahIangkah sebagai berikut ;
a) Masingmasing unit kerja membuat struktur Organisasi dan
tata hubungan kerja sebagai gambaran dari pembagian kerja,
rentang garis perintah dan tanggung jawab, garis perintah dan
pelaporan baik lini maupun matriks .
b) Membagikan Job Analysis Questioner (JAO) keseluruh pegawai
sebagai pengumpulan Informasi Jabatan .
B. Evaluasi Jabatan (Job Evaluation)
Dalam menentukan evaluasi jabataQ untuk mendapatkan nilai
jabatan dengan menggunakan alat penimbang jabatan dengan
faktor penimbang. Adapun faktor penimbang terbagi dalam 3
(tiga) komponen terdiri dari 10 (sepuluh) faktor, sebagai berikut ;
a) Know How
1. Kompetensi Tekni s
2. Manajerial
3. Komunikas i
b) Problem Solving
4. Faktor Analisis lingkungan pekerjaan
S. Faktor Pedoman Keputusan
6. Faktor Kondisi Kerja
Pandu an Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Ke sehata n
c) Accountability
7. Wewenang (kebebasan bertindak)
8. Tanggung jawab harta
9. Peran jabatan
lO.Probabilitas Resiko
2. Pemetaan Pegawai
Pegawai di'kelompokkan berdasarkan kelompok jabatan remunerasi,
yang t erdiri dari :
a. General Rank (GR)
b. OperationalStaj (OS)
c. Operational Leader (Ol)
d. Strategic Leader (Sl)
e. Penunjang Medik (PM)
f. Ners (N)
g. Medik (M)
h. Medik Spesialis (MS)
i. Direktur
j . Direktur Utama
3. Menghitung Poin Indeks Rupiah (PIR)
PIR merupakan nilai satuan rupiah yang ditetapkan rumah sakit
berdasarkan anal isis hasil kinerja rumah sakit dan penetapan
anggaran remunerasi.
Berupa satuan rupiah sebagai perhitungan nilai uang yang akan
dipakai dalam formula penghargaan kinerja setiap pegawai.
Penjumlahan hasil perhitungan formula penghargaan pada total
pegawai merupakan total anggaran pembiayaan rumah sakit atas
penghargaan kinerja dan seka ligus mencerminkan kinerja
keuangan rumah sakit.
4. Menyusun Penilaian Ki nerja Pegawai
Penilaian kinerja terdiri dari :
a. Penilaian Kinerja Individu
Penilaian Kinerja Individu dilakukan dengan mengukur pencapaian
target dengan menggunakan Indikator Kinerja Individ u (IKI). IKI
ditetapkan melalui suatu penilaian
kinerja yaitu dengan
membandingkan antara pencapaian target kinerja dengan faktorfaktor yang ditentukan dan ditargetkan.
b. Penilaian Kinerja Unit
Penilaian kinerja unit dilakukan dengan mengukur pencapaian
target dengan menggunakan Indikator Kinerja Unit (IKU) .
Ditetapkan berdasarkan pencapaian total target kinerja unit
kerja sesuai struktur organisasi rumah sakit, yaitu unit kerja
sesuai peran dan fungsi unit kerja tersebut secara struktural
dalam organisasi.
S. Penetapan Remunerasi
Remunerasi BlU ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan
usulan dari satker BlU melalui pengkajian dari Kementerian -
an Pengel
an Layanan Umum
d i Li ng kungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kesehatan . Adapun teknis pelaksanaan dari Keputusan Menteri
Keuangan (KMK) tentang Penetapan Remunerasi Satker BLU
ditetapkan oleh Direktur Utama satker BLU.
6. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Remunerasi
Pelaksanaan remunerasi pada satker BLU harus dilakukan monitoring
dan evaluasi untuk menjaga kepatutan dan keadilan dalam
pemberian remunerasi.
V. AKUNTABILITAS BLU
V.l. laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah eatatan informasi dari transaks i keuangan
suatu entitas pada suatu periode akuntansi tertentu yang dapat
digunakan untuk menggambarkan kinerja BLU.
Pimplnan BLU bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian
laporan keuangan BLU .
Laporan keuangan dilengkapi dengan surat pernyataan tanggung jawab
pemimpin BLU yang berisikan pernyataan bahwa pengelolaan anggaran
telah dilaksanakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai, akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan
standar akuntansi keuangan, dan kebenaran isi laporan keuangan
merupakan tanggung jawab pemimpin BLU.
Untuk menyajikan laporan keuangan, BLU perlu melakukan langkahlangkah sesuai prosedur akuntansi yang dimulai dengan peneatatan,
penggolongan, pengikhtisaran hingga pelaporan.
BLU menerapkan dua standar akuntansi SAK dan SAP
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah prinsip akuntansi dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu entitas.
Apabila SAK yang sudah ada dianggap tidak coeok untuk diterapkan
pada suatu BLU, maka BLU tersebut dapat mengembangkan sendiri
standar akuntansi yang spesifik sesuai dengan jenis industrinya,
dengan mengacu pada pedoman akuntansi BLU yang berlaku.
Standar akuntansi yang telah dikembangkan tersebut harus
ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga setelah mendapat
persetujuan dari Menteri Keuangan.
Laporan keuangan berdasarkan SAK terdiri dari Laporan Operasional,
Neraea, Laporan Arus Kas, dan Catatan attls Laporan Keuangan.
2. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Sebagai satker yang masih merupakan satker pemerintah, satker BLU
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari K/L induknya .
Oleh karena itu, laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi tersebut
disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP).
Laporan keuangan berdasarkan SAP yaitu Laporan Realisasi
Anggaran, Neraea, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Pada umumnya, pengertian akunakun menurut SAK tidak jauh
berbeda dengan SAP. Apabila ada pengertian yang berbeda, maka
untuk tujuan konsolidasi pengertian akun menurut SAP, yaitu
berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai SAP.
Reviu Laporan Keuangan
Reviu dilakukan oleh SPI. Tujuan reviu adalah untuk memberikan
keyakinan terbatas atas akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan sebelum disampaikan kepada
menteri/pimpinan lembaga dan Menteri Keuangan .
Reviu hanya mengumpulkan keterangan yang dapat menjadi bahan
untuk penyusunan Statement of Responsibility (Pernyataan Tanggung
Jawab) oleh Pemimpin BLU.
Dalam melakukan reviu atas laporan keuangan, SPI harus memahami
secara garis besar sifat transaksi entitas, sistem dan prosedur akuntansi,
bentuk catatan akuntansi dan basis aklmtansi yang digunakan untuk
menyajikan laporan keuangan.
1. Ruang lingkup Reviu hanya terbatas pada penelaahan laporan
keuangan dan catatan akuntansi.
2. Sasaran reviu adalah untuk memperoleh keyakinan terbatas bahwa
laporan keuangan entitas pelaporan telah disusun dan disajikan
sesuai dengan standar akuntansi yang digunakan .
3. Jadwal pelaksanaan reviu dilakukan secara paralel dengan
pelaksanaan anggaran dan penyusunan laporan keuangan BLU. SPI
membuat penyataan telah direviu atas laporan keuangan BLU dan
dilampirkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
keuangan yang disampaikan ke menteri/pimpinan lembaga dan
menteri keuangan . Dalam hal satker BLU belum memiliki SPI, reviu
dilakukan oleh Itjen K/L yang bersangkutan. Pernyataan telah direviu
diterbitkan setidaktidaknya sekali dalam setahun terhadap laporan
keuangan tahunan BLU.
4. Persiapan reviu , sebelum pelaksanaan reviu, aparat pengawasan
intern perlu melakukan persiapanpersiapan agar reviu dapat
dilaksanakan secara efektif dan terpadu.
Prosedur lain yang dilaksanakan sebelum atau selama reviu tidak boleh
diungkapkan dalam laporan hasil reviu. j\pabila SPI tidak dapat
melaksanakan penelusuran angkaangka pos dalam laporan keuangan,
pengajuan pertanyaan dan prosedur analitik yang dipandang perlu
untuk memperoleh keyakinan terbatas yang seharusnya ada dalam
suatu reviu, maka reviu dianggap tidak lengkap.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
セiANBM\[G@
uN|セGエ
セiANGエ@
Sebelum laporan keuangan disampaikan kepada pi hakp:hak ya ng
berwenang maka harus dilaksanakan proses rekonsiliasi interna l dan
rekonsil iasi eksternal.
1. Rekon siliasi Internal
a. Rekon siliasi antara Buku Bank dengan Rekening Koran;
b. Rekonsiliasi antara Laporan Barang (SIMAK BMN) dengan Laporan
Keuangan berdasarkan SAP (SAKPA) ;
c. Rekonsilia si antara Laporan Keuangan SAP dengan Laporan
Keuangan SAK.
2. Rekon sil iasi Eksterna l
Rekonsiliasi dengan KPPN dila kukan setiap bulan yaitu :
a. Rekonsiliasi rekening koran BLU dengan saldo kas BLU pada SAU
KPPN .
b. Rekonsiliasi data SAl dengan SAU yaitu Rekonsiliasi Laporan
Reali sasi Anggaran dan Rekonsilias i Neraca.
c. Rekonsiliasi Laporan Barang dengan KPKNL be