Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perbankan Tahun 2004-2008 (Kasus Pada Sebelas Perusahaan Perbankan yang Go Publik)

(1)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN

PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

TAHUN 2004-2008

(Kasus Pada Sebelas Perusahaan Perbankan yang Go Publik)

The Analysis Of Banking Financial Performance And Its Influence

Toward The Banking Stock Price Periode 2004-2008

(Case at eleven banks go public)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh

NAMA : RANI TRIATONIFAH

NIM

: 21106038

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN PENGARUHYA TERHADAP HARGA SAHAM TAHUN 2004-2008 (Kasus Pada Sebelas Perusahaan Perbankan yang Go Publik)”.

Mengingat terbatasnya pengetahuan dan pengalaman penulis, maka penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak sebagai masukan untuk waktu yang akan datang.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, arahan, bantuan, dan dorongan yang sangat berarti. Sehubungan dengan itu, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih pada kedua orang tua penulis yang menjadi motivator utama dalam penyusunan skripsi ini. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih pada:

1. Ir. Dr. Eddy Suryanto Soegoto, Msc selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra, SE. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna mengarahkan dan memberikan petunjuk yang berharga dalam penyusunan sripsi ini.


(4)

iv

3. Ibu Sri Dewi Anggadini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan selaku Dosen Wali kelas 4 AK 1 angkatan 2006

4. Wati Aris Astuti SE,. M.Si dan Sri Dewi Anggadini, SE, M.Si selaku dosen penguji yang telah membantu dan memberi pengarahan dalam pembuatan sripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi khususnya Program Studi Akuntansi yang telah banyak membekali ilmu kepada penulis.

6. PT. Bursa Efek Indonesia yang telah menyediakan informasi keuangan secara transparan sebagai bahan penelitian dalam skripsi ini.

7. Bapak Taufik Rochman selaku Marketing Division di Bursa Efek Indonesia yang telah menyediakan waktunya untuk melakukan wawancara dengan penulis.

8. Teman-teman sekelas yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kalian sukses selalu.

9. Kakak-kakaku tercinta Umi dan Usman yang telah memberikan bantuan doa dan dukungannya.

10.Keluarga besar Yusuf Arsawiredja yang telah memberikan doa serta dukungannya.

11.Keluarga besar Sastradiredja yang telah memberikan doa serta dukungannya kepada penulis.

12.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu.


(5)

iv

Akhir kata, penulis mendoakan semoga Allah SWT membalas bantuan yang telah diberikan dengan pahala, rahmat, dan karunia yang berlipat ganda. Harapan penulis, agar skripsi ini dapat bermanfaat sebagai bahan atau tambahan informasi untuk penelitian lebih lanjut bagi yang membutuhkannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2010


(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ...

ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ... i ii iii vi xi xv xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 1.2.1 Identifikasi Masalah ... 1.2.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 1.3.1 Maksud Penelitian ... 1.3.2 Tujuan Penelitian ... 1.4 Kegunaan Penelitian ... 1.4.1 Kegunaan Akademis ... 1.4.2 Kegunaan Praktis ... 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 1.5.1Lokasi Penelitian ... 1.5.2Waktu Penelitian ...

1 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12


(7)

vii

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pusaka ... 2.1.1 Tinjauan Umum Perbankan di Indonesia ... 2.1.2 Kinerja Keuangan ... 2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan ... 2.1.2.2 Tujuan Kinerja Keuangan ... 2.1.2.3 Pengukuran Kinerja ... 2.1.2.4 Pihak-Pihak yang Membutuhkan Tingkat

Kinerja Perbankan ... 2.1.3 Analisis Rasio Keuangan ... 2.1.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan ... 2.1.4 Analisis Rasio Keuangan Bank ... 2.1.4.1 Faktor Rentabilitas (Return on Equity) ... 2.1.4.2 Faktor Permodalan (Capital Adequacy

Ratio) ... 2.1.4.3 Faktor Likuiditas (Loan to Deposit Ratio).. 2.1.4.4 Faktor Kualitas Aset (Non Performing Loans) ... 2.1.5 Pasar Modal ... 2.1.5.1 Pengertian Pasar Modal ... 2.1.5.2 Instrumen Pasar Modal ... 2.1.6 Saham ... 2.1.6.1 Pengertian Saham ... 2.1.6.2 Jenis-jenis Saham ... 2.1.6.3 Harga Saham ... 2.1.6.4 Penilaian Harga Saham ... 2.1.6.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga

Saham ... 2.1.7 Hubungan Kinerja Keuangan Perbankan Dengan

Harga Saham ... 14 14 14 14 16 16 17 18 18 19 19 20 22 23 25 25 25 26 26 27 30 30 32 33


(8)

viii

BAB III

BAB IV

2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 2.2.1 Kerangka Pemikiran ... 2.2.2 Hipotesis ...

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 3.2 Metode Penelitian ...

3.2.1 Desain Penelitian ... 3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 3.2.3.1 Sumber Data ... 3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ...

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 4.1.1.1Sejarah Perusahaan Bursa Efek Indonesia ... 4.1.1.2Profil Perusahaan ... 4.1.2 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ... 4.1.3 Job Description Bursa Efek Indonesia ...

4.1.4 Kegiatan Perusahaan Perbankan ... 4.2 Hasil Pembahasan ...

4.2.1 Kinerja Keuangan Pada 11 Bank yang Go Publik

Tahun 2004-2008 ... 4.2.1.1 Faktor Permodalan Perusahaan Perbankan ... 4.2.1.2 Faktor Likuiditas Perusahaan Perbankan ... 4.2.1.3 Faktor Rentabilitas Perusahaan Perbankan ...

37 37 49 50 50 51 55 58 58 59 61 62 62 68 74 74 74 77 86 87 97 101 101 101 102 103


(9)

ix

4.2.1.4 Faktor Kualitas Aset Perusahaan Perbankan ... 4.2.2 Harga Saham Pada 11 Bank yang Go Publik Tahun

2004-2008 ... 4.2.3 Hasil Uji Hipotesis (Kuantitatif) ... 4.2.3.1 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap

Harga Saham ... 4.2.3.2 Hasil Estimasi Persamaan Regresi ... 4.2.3.3 Korelasi Parsial ... 4.2.3.3.1 Korelasi Faktor Permodalan

Dengan Harga Saham Ketika Likuiditas, Rentabilitas, dan Kualitas Aset Konstan ... 4.2.3.3.2 Korelasi Faktor Likuiditas

Dengan Harga Saham Ketika

Faktor Permodalan,

Rentabilitas, dan Kualitas Aset Konstan ... 4.2.3.3.3 Korelasi Faktor Rentabilitas

Dengan Harga Saham Ketika Faktor Permodalan, Likuiditas, dan Kualitas Aset Konstan ... 4.2.3.3.4 Korelasi Faktor Kualitas Aset

Dengan Harga Saham Ketika

Faktor Permodalan,

Rentabilitas, dan Kualitas Aset Konstan ... 4.2.3.4 Korelasi Berganda dan Koefisien

Determinasi ... 4.2.3.5 Pengujian Hipotesis ... 4.2.3.5.1 Pengujian Koefisien Regresi

104 106 108 109 109 111 111 112 113 114 115 116


(10)

x

BAB V

Secara Bersama-sama ... 4.2.3.5.2 Pengujian Koefisien Regresi

Secara Individual ...

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ...

117

119

126 128

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

131 133


(11)

xi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Hal 1.1 2.1 3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 : : : : : : : : : : : : : : : :

Waktu Penelitian ... Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu ... Desain Penelitian ... Operasionalisasi Variabel ... Daftar Nama Sampel Penelitian ... Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... Permodalan 11 Perusahaan Perbankan di BEI Periode Tahun 2004-2008 ... Likuiditas 11 Perusahaan Perbankan di BEI Periode Tahun 2004-2008 ... Rentabilitas 11 Perusahaan Perbankan di BEI Periode Tahun 2004-2008 ... Kualitas Aset 11 Perusahaan Perbankan di BEI Periode Tahun 2004-2008 ... Harga Saham 11 Perusahaan Perbankan di BEI Periode Tahun 2004-2008 ... Rekap Data Kinerja Keuangan dan Harga Saham 11 Perusahaan Perbankan di BEI Periode Tahun 2004-2008... Koefisien Regressi dan Nilai t Hitung ... Koefisien Korelasi Parsial Faktor Permodalan Dengan Harga Saham ... Koefisien Korelasi Parsial Faktor Likuiditas Dengan Harga Saham ... Koefisien Korelasi Parsial Faktor Rentabilitas Dengan Harga Saham ...

13 46 54 57 60 68 101 102 103 105 106 107 109 111 112 113


(12)

xii 4.11

4.12 4.13

:

: :

Koefisien Korelasi Parsial Faktor Kualitas Aset Dengan Harga Saham ... Koefisien Determinasi ... Anova Untuk Pengujian Koefisien Regresi Secara Bersama-sama ...

114 115


(13)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Lampiran Hal

1 Surat Permohonan Mengadakan Penelitian atau Pengumpulan

Data ... 133

2 Surat Persetujuan Untuk Melakukan Penelitian ... 134

3 Berita Acara Bimbingan Skripsi ... 135

4 Lembar Revisi Sidang dari Pembimbing ... 138

5 Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia ... 139

6 Ikhtisar Keuangan Bank Negara Indonesia Tbk ... 140

7 Ikhtisar Keuangan Bank Rakyat Indonesia Tbk ... 141

8 Ikhtisar Keuangan Bank Danamon Tbk ... 142

9 Ikhtisar Keuangan Bank NISP Tbk ... 143

10 Ikhtisar Keuangan Bank Mayapada Tbk ... 144

11 Ikhtisar Keuangan Bank Mega Tbk ... 145

12 Ikhtisar Keuangan Bank Niaga Tbk ... 146

13 Ikhtisar Keuangan Bank Pan Indonesia Tbk ... 147

14 Ikhtisar Keuangan Bank Permata Tbk ... 148

15 Ikhtisar Keuangan Bank Mandiri Tbk ... 149

16 Ikhtisar Keuangan Bank Swadesi Tbk ... 150

17 Harga Saham Pada Sampel Penelitian ... 151

18 Output Regression ... 157


(14)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Peran perbankan sangat menentukan dalam mendorong pertumbuhan perekonomian negara. Hal ini dikarenakan fungsi bank yang sangat vital sebagai lembaga intermediasi dan karena aktivitas bank sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Perbankan menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat karena telah menyentuh semua golongan masyarakat, yang didorong oleh kebutuhan akan dana dari semua pihak yang terkait. Perbankan kini juga sangat berperan dalam usaha pemerintah meningkatkan taraf hidup masyarakat, lewat keterlibatan mereka terutama dalam penyediaan dana proyek infra struktur yang dapat mendukung berjalannya aktivitas ekonomi masyarakat.

Terkait dengan rintangan terhadap sektor perbankan, salah satu peristiwa yang paling diingat sampai sekarang yaitu bagaimana dunia perbankan sangat terpukul saat terjadi krisis moneter pada tahun 1998. Saat isu perbankan Indonesia mengalami masalah besar sehingga menyebabkan kerugian pada negara kita, yang juga merupakan imbas dari krisis moneter yang dialami oleh dunia.

Dampak krisis, yang pada mulanya adalah krisis nilai tukar terhadap sektor perbankan disebabkan karena adanya penyimpangan dan kelemahan pada beberapa faktor perbankan, diantaranya adalah banyaknya bank yang melakukan


(15)

2

pinjaman ke luar negeri, pemberian kredit kepada kelompoknya yang melebihi batas maksimum, pemberian kredit (BMPK) yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya. Sebenarnya sebelum krisis moneter, banyak bank yang sudah memburuk kinerjanya, hal tersebut disebabkan oleh banyaknya kredit macet, kesulitan likuiditas, tidak profesionalnya manajemen dan pengelolaan yang tidak mendasarkan diri pada bank- bank yang tidak sehat (Setyaningsih,2001 :105). www.pdfqueen.com

Indikator kinerja perbankan yanng merosot itu mempengaruhi kinerja perbankan di bursa saham. Return saham perbankan menurun mengikuti harga saham yang semakin tertekan, akibat aksi jual para investor. Kinerja yang menurun tajam menekan kepercayaan investor untuk menanamkan modal di sektor tersebut, karena dianggap terlalu beresiko setelah melihat perkembangan yang ada, dan tidak mampu memberikan pengembalian seperti yang diharapkan. penurunan ini membuat saham emiten perbankan menjadi tidak menarik, sehingga investor cenderung menjauhi saham sektor perbankan, dan mengalihkannya pada sektor lain atau investasi jenis lain, seperti deposito atau pasar uang.

Namun dalam perjalanannya sampai saat ini, perbankan telah melalui berbagai rintangan yang amat berat untuk dapat bertahan. Pemerintah yang diwakili oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral terus berupaya semaksimal mungkin untuk membangun sebuah sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien sesuai dengan tuntutan para stakeholder. Dan dengan hadirnya perbankan dipasar modal, kini perusahaan juga mendapat tugas untuk menjaga nilai perusahaan dimata para investor, yang memegang peran kunci terhadap


(16)

kelangsungan usaha perusahaan. Perusahaan harus selalu menjaga kinerja mereka agar mampu membangun kepercayaan kepada pemegang sahamnya, termasuk memberikan return investasi seperti yang diharapkan.

Seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia jumlah emiten yang ada di Bursa Efek Indonesia meningkat. Meningkatnya jumlah emiten akan membawa kearah yang lebih baik pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain bagi perusahaan akan lebih mudah dalam memperoleh modal, dan bagi investor akan mendapatkan return. Para pemodal tertarik untuk menginvestasikan dananya karena investasi dalam bentuk saham menjanjikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, baik dari deviden maupun dari capital gain. Akan tetapi investasi dalam bentuk saham juga mempunyai resiko yang tinggi sesuai dengan prinsip investasi yaitu lowrisk low return high risk high return .

Untuk mengurangi resiko saham dibutuhkan informasi yang aktual, akurat dan transparan. Para investor dalam melakukan transaksi jual beli saham tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor mikro perusahaan dan faktor makro ekonomi. Faktor mikro (internal perusahaan) yang mempengaruhi transaksi perdagangan saham antara lain : harga saham, tingkat keuntungan yang diperoleh, tingkat resiko, kinerja perusahaan dan corporate action yang dilakukan perusahaan tersebut. Sedangkan faktor makro (eksternal perusahaan) adalah tingkat perkembangan inflasi, nilai tukar atau kurs rupiah, keadaan perekonomian, dan kondisi sosial politik negara yang bersangkutan.

Banyak pihak yang berkepentingan dengan penilaian kinerja suatu perusahaan perbankan, diantaranya bagi para manajer, investor, atau calon


(17)

4

investor, pemerintah, masyarakat bisnis maupun lembaga-lembaga yang terkait. Manajemen memerlukan hasil penilaian terhadap kinerja unit bisnisnya, yaitu untuk memastikan tingkat ukuran keberhasilan para manajer sekaligus sebagai evaluasi penyusunan perencanaan strategic maupun operasional pada masa selanjutnya. Kinerja perbankan yang baik akan menarik minat investor untuk melakukan investasi pada sektor perbankan, karena investor melihat semakin sehat suatu bank maka manajemen bank tersebut bagus, serta diharapkan bisa memberikan return yang memadai. Hal ini penting bagi investor sebelum melakukan investasi, karena bagaimanapun juga, investor akan mencari return

yang tinggi. Pemerintah sangat berkepentingan terhadap kinerja suatu lembaga keuangan, sebab mempunyai fungsi yang strategis dalam rangka memajukan dan meningkatkan perekonomian Negara. Masyarakat sangat menginginkan agar badan usaha pada sektor lembaga keuangan perbankan sehat dan maju sehingga dapat dicapai efisiensi dana, berupa biaya yang murah dan efisien. Secara umum, semakin baik kinerja suatu perusahaan semakin tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik. www.ejournal.unud.ac.id

Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di bursa ( pasar sekunder ). Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, harganya semakin naik, sebaliknya semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, harganya semakin


(18)

bergerak turun. Meskipun demikian saham yang memiliki kinerja baik sekalipun, harganya bisa saja turun karena keadaan pasar. Apabila terdapat berita buruk mengenai kinerja perusahaan maka akan menyebabkan penurunan harga saham pada perusahaan tersebut. Atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan. Kinerja perusahaan ini akan menjadi tolak ukur seberapa besar resiko yang akan ditanggung investor. Untuk memastikan kinerja perusahaan tersebut dalam kondisi baik atau buruk dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio.

Saham yang memiliki kinerja baik meskipun harganya menurun keras karena keadaan pasar yang memburuk (bearish) yang menyebabkan kepercayaan terhadap pemodal terguncang, saham ini tidak akan sampai hilang jika kepercayaan pemodal pulih. Siklus ekonomi membaik ataupun hal-hal lain membaik (bullish), maka harga saham yang baik ini akan kembali naik menjadi resiko dari pemegang suatu saham adalah turunnya harga saham. Cara mengatasinya adalah menahan saham tersebut untuk waktu yang cukup lama sampai keadaan pasar membaik kembali. Dalam melakukan prediksi harga saham terdapat pendekatan dasar yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Secara tradisional analisis fundamental telah memperoleh perhatian yang cukup besar dari para analisis sekuritas. Para praktisi cenderung menyukai penggunaan model yang tidak terlalu rumit, mudah dipahami, dan mendasarkan diri atas informasi akuntansi.

Dalam kenyataannya harga saham pada sektor perbankan di Indonesia cenderung mengalami penurunan. Hal ini ditunjukkan pada harga saham tahun


(19)

6

2007 sampai dengan 2008 yaitu oleh Bank Danamon, dari 8000 menjadi 3100. Selain itu, kenyataan juga memperlihatkan adanya ketidakselarasan antara rasio keuangan dengan harga saham pada sektor perbankan. Rasio keuangan yang mengalami pertumbuhan tidak selalu menunjukkan pertumbuhan harga saham dan sebaliknya.

Pada penelitian ini, penulis ingin menganalisis manfaat rasio- rasio keuangan perusahaan perbankan yang berpengaruh terhadap harga saham, yang selanjutnya apabila mempunyai pengaruh maka rasio- rasio tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk prediksi.

Misalnya rasio yang terjadi pada Bank Mega yaitu penurunan Return On Equity (ROE) pada tahun 2005 ke tahun 2006 dari 15,11% menjadi 9,10% tidak diikuti dengan penurunan harga saham bahkan mengalami kenaikan dari 1600 menjadi 2100. Hal ini tidak sesuai dengan matriks criteria penetapan peringkat komponen rentabilitas, bahwa semakin tinggi permodalan ROE, maka semakin tinggi kesehatan bank tersebut, sehingga dapat memicu harga saham menjadi naik. Rasio lain juga terjadi pada Bank NISP tahun 2006 yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank yang bersangkutan. LDR Bank NISP tahun 2006 sebesar 82,17% dan tahun 2007 sebesar 89,14% sehingga menunjukkan adanya kenaikan. Dan harga saham juga mengalami kenaikan dari 830 menjadi 900. Hal tersebut tidak sesuai dengan matriks criteria peringkat komponen likuiditas, bahwa semakin tinggi LDR maka semakin rendah peringkat kesehatan bank tersebut sehingga menunjukan rendahnya kemampuan likuiditas bank yang


(20)

bersangkutan sehingga mengurangi kepercayaan investor,dan turunnya haga saham.

Selain itu rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dimiliki pada Bank Mayapada pada tahun 2007 mengalami penurunan dari 29,95% tahun 2008 menjadi 23,69%. Harga saham Bank Mayapada tahun 2007 sebesar 960 dan mengalami kenaikan tahun 2008 menjadi 1700. CAR adalah rasio jumlah equity

yang diklasifikasikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan, yang menunjukkan kemampuan permodalan dan cadangan yang digunakan untuk menunjang operasi perusahaan. Semakin besar rasio ini semakin baik performance perkreditan bank. Dengan performance yang baik maka akan menaikkan harga saham.

Disamping rasio-rasio diatas, Kualitas aktiva (Asset quality) diukur dengan Non Performing Loans (NPL) yang berkaitan dengan kelangsungan usaha bank dalam mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba. Non Performing Loans (NPL) yang dimiliki pada Bank Permata mengalami kenaikan pada tahun 2005 dari 2,6% pada tahun 2006 menjadi 3,3% . Harga saham Bank Permata tahun 2005 sebesar 720 mengalami kenaikan tahun 2006 menjadi 870. Hal ini tidak sesuai dengan matriks criteria penetapan peringkat komponen kualitas asset, bahwa semakin tinggi perkembangan rasio ini, maka semakin rendah peringkat kesehatan bank tersebut. Karena kredit bermasalah yang tinggi dapat menyebabkan menurunnya laba yang diterima bank, penurunan laba dapat mengakibatkan deviden yang dibagikan juga semakin berkurang, sehingga investor akan memberikan respon negative terhadap informasi ini. Hal ini dapat memicu penurunan pada harga saham bank tersebut.


(21)

8

Uraian diatas menunjukkan suatu upaya untuk mengukur kinerja keuangan suatu bank. Ukuran yang lazim dipakai dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan dinyatakan dalam rasio keuangan. Pada industri perbankan, rasio keuangan yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank, seperti telah ditetapkan dalam surat ketetapan No.6/10/PBI/2004 adalah rasio yang menggambarkan kondisi Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity yang dikenal dengan rasio CAMELS.

Melihat sebagaimana permasalahan yang menimpa sektor perbankan, membuat bank harus selalu waspada terhadap resiko akibat perkembangan yang terjadi. Pengelolaan yang baik dapat membangun sebuah bank yang sehat, yang mampu menjalankan fungsinya dengan lancar di tengah persaingan industri. Pengelolaan tersebut dapat meliputi pengelolaan dana perbankan, pengelolaan kredit, asset, kewajiban, dan pengelolaan resiko perbankan.

Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 menjelaskan bahwa tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja bank tertentu. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap resiko pasar. Faktor-faktor tersebut digunakan oleh para investor untuk mengevaluasi kinerja bank, serta membantu dalam membuat keputusan investasi khususnya pada perusahaan perbankan. Perusahaan dengan tingkat kesehatan yang lebih baik tentunya akan mendapat kepercayaan dan apresiasi lebih besar dari masyarakat, sehingga dapat mendorong harga saham mereka di pasar modal.


(22)

Melihat semakin berkembangnya dunia perbankan dan pasar modal, yang membuat semakin dibutuhkannya wawasan mengenai investasi khususnya bagi para investor dan masyarakat luas pada umumnya, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Idetifikasi Masalah

Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, perlu adanya pengidentifikasian masalah sehingga hasil analisa selanjutnya dapat terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Dilihat dari uraian latar belakang penelitian diatas, maka penulis mencoba mengidentifikasikan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Indikator kinerja perbankan yanng merosot mempengaruhi kinerja perbankan di bursa saham. Return saham perbankan menurun mengikuti harga saham yang semakin tertekan, akibat aksi jual para investor.

2. Pada sektor perbankan masih adanya ketidakselarasan antara rasio keuangan dengan harga saham sektor perbankan.

3. Saham yang memiliki kinerja baik meskipun harganya menurun keras karena keadaan pasar yang memburuk (bearish) yang menyebabkan kepercayaan terhadap pemodal terguncang.


(23)

10

1.2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kinerja keuangan perbankan pada 11 bank yang go public tahun 2004-2008.

2. Bagaimanakah harga saham perbankan pada 11 bank yang go public

tahun 2004-2008.

3. Seberapa besar pengaruh kinerja perbankan terhadap harga saham pada 11 bank yang go public tahun 2004-2008

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan data yang relevan mengenai knerja keuangan perbankan terhadap harga saham perbankan untuk menjawab masalah-masalah tertentu yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan yang dilihat dari faktor permodalan, faktor kualitas asset, faktor rentabilitas, dan faktor likuiditas pengaruhnya terhadap harga saham.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban atas topik permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya, yaitu :

1. Untuk mengetahui kinerja keuangan perbankan pada 11 bank yang go public tahun 2004-2008.

2. Untuk mengetahui harga saham perbankan pada 11 bank yang go public tahun 2004-2008.


(24)

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja perbankan terhadap harga saham pada 11 bank yang go public tahun 2004-2008

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis

1. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan dan memperdalam pengetahuan serta pemahaman penulis mengenai kinerja keuangan perbankan terhadap harga saham perbankan.

2. Bagi Perusahaan/ instansi

Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi perusahaan sekaligus untuk mempertimbangkan dan menilai kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dalam hal kinerja keuangan perbankan terhadap harga saham.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi pihak investor

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan prediksi harga saham, yang pada akhirnya dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak investor untuk mengambil keputusan membeli atau tidak saham tersebut.


(25)

12

2. Bagi pihak perbankan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak manajemen perbankan dalam penetapan kebijakan terutama menyangkut keuangan dan kebijakan lain berdasarkan analisis rasio keuangan.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 11 perusahaan perbankan yang go public, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun waktu penelitian mulai dari pengumpulan data sampai dengan penyusunan, dimulai dari bulan Februari 2010 sampai dengan bulan Juni tahun 2010.

1.5.2 Waktu Penelitian


(26)

1.1 Tabel Waktu Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Prasurvei:

Persiapan judul skripsi

Persiapan teori pendukung judul

skripsi

Pengajuan judul

skripsi Cari perusahaan

2

Proses Usulan (UP) Penelitan:

a.Penulisan UP

b.Bimbingan UP c. Sidang UP d. Revisi UP 3

Pengumpulan

Data

4

Pengolahan dan

Analisis Data 5 Proses Penyusunan Skripsi

a. Bimbingan &Penulisan Skripsi

b. Sidang skripsi

c. Revisi skripsi

d. Pengumpulan

draft skrisi 6 Sidang Yudisium


(27)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Tinjauan umum perbankan di Indonesia

Perbankan secara umum merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan berupa pengumpulan dana masyarakat dan menyalurkannya kembali pada masyarakat. Di Indonesia sendiri bank merupakan prime source (sumber utama) pembangunan. Pengertian perbankan menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan Bab 1 pasal 1 “Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan uasahanya.”

2.1.2 Kinerja Keuangan

2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Sutriyani, (2007:36) Kinerja Keuangan adalah

“Gambaran tentang setiap hasil eknomi yang mampu diraih oleh perusahaan/perbankan pada saat periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuangan secara efisien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan”.


(28)

Sedangkan menurut Irham Fahmi (2006:64) kinerja keuangan adalah :

“Kinerja keuangan sebagai refleksi gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagia hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan”.

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

Tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan sangat erat kaitannya dengan sehat atau tidak sehatnya perusahaan tersebut. Apabila tingkat kinerjanya baik, maka baik pula tingkat kesehatan perusahaan tersebut (sehat) dalam hal ini adalah bank yang bersangkutan. Sebagaimana pengertian kesehatan dalam suatu perusahaan (bank) menurut Susilo, Triandaru, Santoso, (2002:22) adalah sebagai berikut :

“Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku”.

Pengertian tentang kesehatan bank diatas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kinerja suatu bank untuk


(29)

16

melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi : kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain dan dari modal sendiri, kemapuan mengelola dana, kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, pemilik modal, dan pihak lain. Memenuhi peraturan perbankan yang berlaku.

2.1.2.2 Tujuan Kinerja Keuangan

Menurut Jumingan (2006:239) bahwa tujuan kinerja keuangan yaitu : “Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank dan untuk mengetahui kemampuan bank”

Dari masing-masing tujuan diatas maka dapat dijelaskan dibawah ini bahwa yang berkaitan dengan analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan antara lain :

1. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun dalam tahun sebelumnya.

2. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua asset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.

2.1.2.3 Pengukuran Kinerja

Ukuran kinerja meliputi ukuran-ukuran financial dan non financial. Oleh karena itu, menurut Samryn (2001 : 262) ukuran kinerja sebaiknya :


(30)

2. Dapat dipengaruhi oleh tindakan para manager 3. Obyektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan 4. Dapat dimengerti oleh para manager

5. Mencakup aspek penting dari kinerja tanpa menimbulkan konflik dengan pihak lain

6. Dapat digunakan untuk menilai dan memberikan penghargaan kepada para manager

7. Dapat digunakan secara reguar dan berkelanjutan

8. Memperhatikan keseimbangan jangka panjang dan jangka pendek.

Pengukuran kinerja selalu bertitik tolak pada tujuan organisasi yang ditetapkan sebelumnya. Tujuan perusahaan itu sendiri dapat berupa (1) maksimisasi laba, (2) maksimisasi penjualan (3) mempertahnkan kelangsungan hidup perusahaan, (4) mencapai suatu tingkat laba yang memuaskan, (5) mencapai target pangsa pasar tertentu, (6) meminimumkan perputaran karyawan, (7) internal peace bagi manajemen, & (8) memaksimumkan tunjangan dan gaji manajemen.

2.1.2.4 Pihak-Pihak Yang Membutuhkan Tingkat Kinerja Perbankan

Tingkat kinerja suatu bank menjadi salah satu tolak ukur kinerja keuangan internal bank yang sangat penting dewasa ini, karena dari hasil penilaian ini akan dapat diketahui performance pemilik dan profesionalisme. Pihak-pihak yang sangat membutuhkan hasil penilaian tingkat kinerja bank yaitu:

Pengelola bank yaitu pemilik, dewan komisris, dan dewan direksi sangat berkepentingan terhadap penilaian tingkat kinerja bank yang dikelolanya, berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat diketahui letak kekurangan atau


(31)

18

kelemahan yang dihadapi bank, sehinggga dapat diambil kebijakan yang dapat mempertahankan tingkat kinerja bank yang teah dicapainya atau meningkatkan tingkat kinerjanya.

Masyarakat pengguna jasa, hasil penilaian tingkat kinerja bank dapat dijadikan acuan bagi para pemilik dana untuk menyimpan uangnya pada bank yang berkinerja baik. Dengan harapan akan memberikan jaminan bahwa dalam waktu tertentu dana yang disimpan pada bank tersebut akan aman.

Bank Indonesia (selaku pembina dan pengawas bank) dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank, Bank Indonesia selaku Bank Sentral mempunyai kepentingan untuk selalu memantau dan melakukan pembinaan terhadap bank-bank yang memiliki kinerja kurang baik sebagai langkah awal Bank Indonesia untuk melakukan tindakan suatu kebijakan kepada bank yang bersangkutan agar masyarakat tidak dirugikan.

Counterparty Bank, setiap bank pasti membutuhkan bank lain sebagai

counterparty dalam melakukan hubungan koresponden. Dengan adanya hubungan koresponden maka akan memudahkan bank tersebut untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya, bank dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Untuk melihat kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberpa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan


(32)

yang lainnya. Analisis dan inteprestasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analis yang ahli dan berpengalaman dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendirik-sendiri yang tidak berbentuk rasio.

Menurut Agnes Sawir (2005:6) analisis rasio keuangan adalah :

“Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini”.

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan Bank

Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri kepercayaan dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Menurut Lukman Dendawijaya (2005:115) bahwa rasio keuangan bank dapat diklasifikasikan diantaranya sebagai berikut :

2.1.4.1 Faktor Rentabilitas (Return on Equity)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermsalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiiki bank,


(33)

20

perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku. Dalam buku Manajemen Keuangan Perusahaan dan konsep Aplikasi, Syamsudin (2001:105) menyatakan bahwa :

“ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen atas modal yang mereka investasikan didalam perusahaan, secara umum, semakin tinggi return/ penghasilan yang diperoleh, maka akan semakin baik kedudukan perusahaan “.

Pertimbangan masukan variable ROE, adalah karena profitbilitas perusahaan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektivitas operasional perusahaan. Dalam penelitian ini, faktor rentabilitas yang diwakilkan dengan ROE diasumsikan sebagai espektasi investor atas dana yang yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin besar profitabilitas perusahaan, maka investor akan tertarik membeli atau mencari saham tersebut karena berharap dikemudian hari akan mendapat pengembalian yang besar atas peyertaannya. Hal ini memungkinkan naiknya harga penawaran saham-saham saat diperdagangkan yang disebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat. Perolehan laba cukup tinggi atau rasio ROE berkisar antara 5% sampai dengan 12,5%. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 6/23/DPNP Tgl 31 Mei 2004) :

Laba setelah pajak

ROE = x100%

Rata-rata ekuitas

2.1.4.2 Faktor Permodalan (Capital Adequacy Ratio)

Faktor permodalan ini sering juga disebut analisis rasio solvabilitas. Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemempuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau


(34)

kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuiditas bank.

Capital merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank sebagai upaya untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat. Modal bank harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian sebagai akibat dari pergerakan aktiva bank yang sebagian besar berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat. Setiap bank beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequcy Ratio (CAR) minimum 8% (SK Direksi Bank Indonesia No. 26/20/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993).

Menurut Lukman Dendawijaya (2005:121) :

Capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain.”

Minimum Capital Adequacy Ratio sebesar 8% ini, dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi, dengan tetap mengacu kepada standar internasional, yaitu banking for internasional settlement (BIS) yang berpusat di Geneva. Tinggi Rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan oleh penilaian terhadap factor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR).


(35)

22

Menurut Lukman Dendawijaya (2005: 121) Untuk mengetahui besarnya nilai capital adequacy ratio (CAR) dihitung dengan rumus :

Modal

CAR = x 100%

Aktiva tertimbang menurut resiko ATMR

2.1.4.3 Faktor Likuiditas (Loan to Deposit Ratio)

Menurut Lukman Dendawijaya (2005:116) pengertian Loan to Deposit Ratio adalah :

“Loan to deposit ratio yaitu menunjukan seberapa besar pinjaman yang diberikan didanai oleh pihak ketiga. Rasio ini menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan kedepan dalam mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.”

LDR adalah rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara mengimbangi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, rasio likuiditas yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank adalah rasio kredit terhadap dana yang diterima bank dalam rupiah dan valas. Kredit yang diberikan artinya kredit yang telah direlisir atau dicairkan, tetapi tidak termasuk kredit kepada bank lain. Sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah kredit likuiditas BI, tabungan masyarakat, giro dan deposito (tidak termasuk giro dan deposito antar bank), pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan dan tidak


(36)

termasuk pinjaman subordinasi, deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih 3 bulan, surat berharga yang diterbitkan bank yang berjangka lebih dari 3 bulan, modal inti, modal pinjaman. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : (SE BI No. 6/23/DPNP tgl 31 Mei 2004)

Total kredit

LDR = x100%

Total dana pihak ketiga

Semakin besar tingkat LDR suatu bank menunjukan semakin ekspansif dalam pemberian kredit dan semakin besar bank tersebut dalam memanfaatkan dana yang berhasil dihimpunnya, sehingga semakin rendah tingkat likuiditasnya. Dalam arti apabila LDR diatas 75% berarti likuiditas bank kurang baik karena DPK tidak mampu menutup kredit yang disalurkan sehingga bank harus menggunakan dana antar bank (call money) untuk menutup kekurangannya. Dana dari call money bersifat darurat, sehingga sebaiknya bank tidak menggunakan dana semacam itu untuk membiayai kredit. Dana call money adalah untuk membiayai mismatch likuiditas jangka sangat pendek. Sebaliknya angka LDR yang terlalu rendah juga tidak bagus karena menunjukan bank masih jauh dari maksimal dalam melaksanakan fungsi intermediasinya. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, bank yang sehat memiliki LDR sekitar 50%-75%.

2.1.4.4 Faktor Kualitas Aset (Non Performing Loan)

Salah satu risiko yang dihadapi bank adalah risiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan atau yang sering disebut risiko kredit. Risiko kredit


(37)

24

atau default risk umumnya timbul dari berbagai kredit yang masuk dalam kategori bermasalah atau Non Performing Loan.

Menurut Dahlan Siamat (2004: 174) Non Performing Loan adalah:

Non Performing Loan dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat faktor kesenjangan dan karena faktor eksternal diluar kemampuan debitur yang dapat diukur dengan kolektibilitasnya”

Jadi dapat dikatakan bahwa NPL adalah rasio yang menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Keberadaan NPL dalam jumlah yang cukup banyak dapat menimbulkan kesulitan sekaligus menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Oleh sebab itu bank dituntut untuk selalu menjaga kredit tidak berada dalam non performing loan. Bank yang berhasil dalam pengelolaan kredit adalah bank yang mampu mengelola non performing loan pada tingkat yang wajar dan tidak merugikan bagi bank.

Sesuai dengan ketentuan Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/16/UPPB, batas wajar NPL bank umum berkisar 3% - 5%. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Kredit bermasalah

NPL = x100%

Total kredit


(38)

Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

2.1.5 Pasar Modal

2.1.5.1 Pengertian Pasar Modal

Secara umum pengertian pasar modal adalah pasar abstrak, sekaligus konkrit dengan barang yang diperjualbelikan adalah dana yang bersifat abstrak dan bentuknya konkrit adalah berupa lembar-lembar surat berharga di bursa efek.

Menurut Suad Husnan (2001:3) pengertian pasar modal adalah :

“Sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang biasa diperualbelikan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik ynag diterbitkan pemerintah maupun perusahaan swasta”.

Pasar modal dikenal sebagai bursa efek atau stock exchange. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu system yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Para penjual dan pembeli dana dipasar modal atau bursa diperantarai oleh anggota bursa selaku pedagang perantara perdagangan efek untuk melakukan transaksi jual beli.

2.1.5.2 Insrtumen Pasar Modal

Instrumenn pasar modal yang diperdagangkan berbentuk surat-surat berharga yang dapat diperualbelikan kembali oleh pemiliknya, baik instrumen pasar modal bersifat kepemilikan atau bersifat hutang. Instrumen pasar modal


(39)

26

yang bersifat kepemilikan diwujudkan dalam bentuk saham, sedangkan yang bersifat hutang diwujudkan dalam bentuk obligasi.

Bagian ini penulis hanya akan menjelaskan tentang saham sebagai instrumen pasar modal karena disesuaikan dengan judul penelitian yaitu berkaitan dengan harga saham.

2.1.6 Saham

2.1.6.1 Pengertian Saham

Salah satu jenis investasi yang cukup menarik masyarakat adalah investasi dalam bentuk saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbetuk PT atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah sebagai pemilik perusahaan tersebut.

Saham menarik bagi para investor karena berbagai alasan, bagi beberapa investor, membeli saham merupakan cara untuk mendapatkan capital gain dengan relative cepat, karena saham memberikan penghasilan berjalan atau deviden. Hal tersebut sesuai dengan tujuan investasi yaitu mendapatkan keuntunagan atau profit dari dana yang ditanamkan pada suatu perusahaan.

Adapun pengertian saham menurut Dahlan Siamat (2004:268) yaitu : “Saham atau stock adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas”.


(40)

Bukti kepemilikan ini terdapat dalam 2 bentuk yaitu saham yang dikeluarkan atas nama pemiliknya disebut saham atas nama dan saham yang tidak mencantumkan nama pemiliknya disebut saham atas unjuk.

Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan pada perusahaan tersebut.

Selain itu terdapat beberapa bentuk harga saham, yaitu harga nominal saham, harga pasar saham, dan harga penutupan saham (closing price).

Harga pasar saham adalah harga yang terbentuk dipasar jual beli saham (Abdul Halim, 2003:16).

Harga penutupan saham (closing price) menurut Mohammad Samsul (2006:387) yaitu :

“Harga saham pada saat penutupan jam perdagangan, pukul 16.00”

2.1.6.2 Jenis-jenis Saham

Saham dapat diklasifikasikan berdasarkan cara pengalihan dan hak tagih (Manurung dan Rahardja, 2004 :57) :

a. Saham atas nama dan saham atas unjuk

Saham atas nama (registered stock) adalah saham yang nama pemiliknya tertulis. Untuk dapat dialihkan kepada pihak lain harus


(41)

28

melalui prosedur tertentu. Saham atas unjuk (bearer stock) adalah saham yang tidak mempunyai atau tidak tertulis nama pemiliknya. Saham jenis ini mudah untuk dialihkan atau dijual kepada pihak lain. b. Saham biasa dan saham preferen

Saham biasa :

• Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba • Memiliki hak suara

• Jika perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan baru dipenuhi setelah seluruh kewajiban perusahaan dilunasi

• Mudah diperjualbelikan Saham preferen :

• Memiliki hak paling dulu (diprioritaskan) dalam hal pembagian deviden

• Bila perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, hak memperoleh pembayaran maksimum sebesar nilai saham didahulukan, setelah kewajiban kepada kreditur dipenuhi

• Dapat memperoleh tambahan pembagian laba perusahaan selain deviden yang dibagikan secara berkala

• Tidak memiliki hak suara

• Saham preferen sulit diperjualbelikan

Nilai-nilai dalam harga saham dibagi dalam 4 konsep, yaitu : 1. Nilai buku (book value)


(42)

Nilai buku adalah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban-kewajiban perusahaan (termasuk pembayaran dividen saham preferen). Nilai saham per lembar mencerminkan berapa besar jaminan yang diberikan kepada pemegang saham. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan likuidasi, sebab besarnya nilai buku per saham menunjukan berapa bagian yang akan diterima investor jika emiten dilikuidasi. Nilai buku tidak akan mempengaruhi atau tidak ada hubungan dengan penghasilan perusahaan dan harga pasar saham yang bersangkutan.

2. Nilai pasar (market value)

Nilai pasar adalah harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli efek di pasar modal, atau harga yang terbentuk dari interaksi penawaran dan permintaan saham. Harga saham bukanlah suatu eksak karena selain ditentukan dan diperoleh dari hal-hal yang bias dikuantifikasi, juga diperoleh dari hal-hal kualitatif dan kadang-kadang tidak rasional antara lain adalah keadaan psikologis dari pasar dan para investor.

3. Going concern value

Going concern value meupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima dari dimilikinya saham tersebut dan perusahaan tetap melakukan operasi usahanya, yang mana kemudian hasil atau pendapatan yang akan diterima dikemudian hari di- present value-kan.


(43)

30

4. Likuidation value

Jika perusahaan itu berhenti beroperasi dan kemudian asetnya dijual, uang hasil penjualan asset tersebut kemudian dikurangi dengan kewajiban-kewajiban untuk membayar hutang-hutang perusahaan dan dibagikan kepada pemegang saham.

2.1.6.3 Harga Saham

Menurut Sunariyah , (2006:128) mengemukakan bahwa :

“Harga Saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di Bursa Efek.”

2.1.6.4 Penilaian Harga Saham

Bila seorang investor akan membeli atau menjual saham, ia akan melakukan analisis terhadap suatu saham yang akan dijual atau dibelinya. Kadang-kadang keputusan beli atau jual dilakukan karena adanya rumor atau memiliki kekuatan pasar.

Penelitian empiris di Amerika Serikat menunjukan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi gerak naik turunya harga suatu saham, yaitu kinerja suatu perusahaan yang menerbitkan saham tersebut dan sentimen pasar. Penelitian itu menunjuakan bahwa 60% arah gerak harga saham ditentukan oleh gerak pasar (market movement), 30% ditentukan oleh karfakteristik individual perusahaan, dan 10% sisanya adalah faktor-faktor yang tidak diketahui.


(44)

Penilaian saham melalui penilaian atas kinerjanya dapat dilihat dari kualitas dan keandalan manajemennya, sistem perencanaan dan rencana strategis, dominasi pasar, kredibilitas dan strategi perusahaan. Hal-hal diatas dapat dilihat melalui laporan tahunan, melakukan interview terhadap manajemen perusahaan dan mengukur kemampuan perusahaan untuk mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping memperhatikan kinerja perusahaan, penilaian atas saham juga perlu memperhatikan lingkungan dimana perusahaan berada, khususnya prospek industry sejenis.

Menurut Abdul Halim (2005:21) menyatakan bahwa pendekatan penilaian harga saham yaitu dengan dua pendekatan diantaranya:

Analisis Fundamental

Analisis fundamental mengagap bahwa setiap investor adalah mahluk rasional. Seorang fundamentalis mencoba untuk mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Menurut fundamentalis ini nilai saham mewakili nilai perusahaan tidak hanya nilai intrinsiknya pada suatu saat, tapi juga harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai dikemudian hari dengan mengidentifikasikan prospek perusahaan berdasarkan informasi-informasi dari perusahaan.

Analisi Teknikal

Analisis teknikal dimulai dengan cara memperhatikan perubahan harga saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini beranggapan bahwa harga


(45)

32

suatu saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut. Sehingga asumsi dasar yang berlaku dalam analisis ini adalah :

a. Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan. b. Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik

yang rasional maupun yang irasional.

c. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti tren tertentu.

d. Tren tersebut dapat berubah karena bergesernya penawaran dan permintaan. e. Pergeseran permintaan dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari

perilaku pasar.

f. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali dimasa mendatang.

2.1.6.5 Faktor-faktor yang Mempengruhi Pergerakan Harga Saham

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, faktor tersebut antara lain:

• Adanya demand dan suplly, harga saham akan cenderung naik apabila terdapat lebih banyak pembeli dari pada penjual, dan sebaliknya.

• Antisipasi investor, antisipasi hasil kinerja suatu emiten, baik itu per tahun, per semester, maupun per triwulan akan mendorog investor untuk memburu saham emiten tersebut atau bahkan melepasnya.


(46)

Corpotate action, merupakan langkah-langkah strategis yang diambil oleh perusahaan, seperti pengumuman/ pembayaran deviden aau bonus, publikasi laporan keuangan, righ issue, warrant, stock split, hasil RUPS, dan lain-lain.

• Berita dikoran atau rekomendasi saham. Harga saham sering bergerak atas dasar berita dikoran atau rekomendasi saham yang ditulis oleh wartawan atau analis saham.

• Intervensi pemerintah. Walaupun jarang terjadi namun pemerintah terkadang melakukan intervensi secara diam-diam melalui lembaga tertentu untuk membeli/menjual saham sebagai upaya untuk mengembalikan kepercayaan pasar.

• Koreksi teknis. Pergerakan pasar jarang yang terus menerus bergerak naik atau selalu turun. Sesudah peride kenaikan atau penurunan yang cukup lama, baisanya akan dijumpai koreksi teknis

• Sentiment pasar. Berita atau isu dari bidang politik, ekonomi, dan lain-lain akan mapu mempengaruhi aktivitas ekonomi, termasuk harga-harga saham di bursa. Salah satu pengaruh kuat dan konsisten pada pasar modal Indonesia adalah kinerja harga saham di bursa-bursa luar negri, yang sering terrefleksi pada harga saham di Indonesia.

2.1.7 Hubungan Kinerja Keuangan Perbankan dengan Harga Saham

Setiap perusahaan melakukan kegiatan pendanaan (financing) untuk memperoleh tambahan dana dengan menerbitkan saham ataupun sekuritas hutang.


(47)

34

Dalam menerbitkan saham, perusahaan dituntut untuk bisa menunjukan bahwa perusahaan adalah perusahaan yang prospektif agar saham yang ditawarkan dapat diserap oleh pasar (investor potensial). Untuk perbankan, prospek tersebut ditandai dengan ‘sehatnya’ kondisi keuangan bank.

Tingkat kesehatan keuangan bank dapat dinilai dengan rasip-rasio keuangan yang dihitung berdasarkan angka-angka yang terdapat didalam laporan keuangan.artinya publikasi laporan keuangan menjadi sangat penting bagi investor dan calon investor dalam menilai kesehatan perbankan, yang digunakan untuk analisis fundamental dalam penilaian harga saham.

Investor sebagai pihak yang menginvestasikan modalnya, tentu menginginkan agar nilai saham yang dimilikinya dapat semakin meningkat yang secara otomatis akan meningkatkan return saham yang diterima para pemegang saham. Tingkat kesehatan keuangan bank dianggap dapat memberikan sinyal terhadap keputusan investasi. Semakin tinggi tingkat kesehatan keuangan bank maka semakin bagus kondisi keuangannya. Hal ini diharapkan dapat diserap oleh investor sebagai kabar baik (good news), sehingga meningkatkan permintaan investor yang mengharapkan return tinggi, sehingga meningkatkan harga sahamnya.

Dalam jangka panjang, nilai suatu saham pada umumnya bergerak searah dengan kinerja perusahaannya. Hal ini disebabkan karena investor menilai kinerja perusahaan saat ini dan memiliki persepsi terhadap kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Semakin baik kinerja perusahaan setiap tahunnya, hal ini akan


(48)

meningkatkan minat investor terhadap saham perusahaan tersebut dan tentu saja hal ini akan menyebabkan harga saham naik.

Penilaian perbankan pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif atas berbagi aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan mengkualifikasikan komponen permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.

Investor sebagai pihak yang menginvestsikan modalnya, tentu menginginkan agar nilai saham yang dimilikinya semakin meningkat dan secara otomatis akan meningkatkan nilai kekayaan para pemegang saham tersebut. Jadi, tingkat kinerja yang tinggi suatu bank biasanya akan memberikan pengaruh para investor dalam melakukan pengambilan investasi. Kepuasan investor terhadap suatu saham tercermin dalam kinerja saham di bursa efek. Semakin investor puas terhadap saham, maka saham tersebut akan semakin aktif diperdagangkan yang secara otomatis meningkatkan likuiditasnya dan harga sahamnya.

www.ejournal.com

Dengan meningkatnya kinerja saham perbankan, diharapkan dapat menambah modal perbankan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Penambahan modal perbankan ini secara tidak langsung akan meningkatkan tingkat kesehatan perbankan. Dalam kenyataannya dari tahun ketahun para pemegang saham umumnya dapat melakukan investasinya terhadap sektor perbankan dengan melihat tingkat kinerja keuangan pada suatu bank yang


(49)

36

memiliki kesehatan yang cukup stabil, agar tidak mengalami kerugian yang sebaliknya dengan tujuan memperoleh capital gain.

Melalui sumber Republika Online.com tahun 2008 Alfiansyah, analis dari Sinarmas Sekuritas menyarankan untuk memperhatikan tiga fokus utama sebelum memutuskan suatu transaksi. Pertama, lihat profitabilitas perusahaan terkait. Jika profitabilitasnya naik dibanding tahun lalu maka dengan mudah investor menentukan bahwa kinerja perusahaan tersebut naik. Kedua, lihat solvabilitas (kemapuan membayar utang) perushaan tersebut. Jika solvabilitas menurun artinya perbandingan utang dengan kemampuan membayar utang mengecil, maka investor boleh melanjutkan investasi di emiten terkait. Lantas hal ketiga yang perlu diperhatikan adalah likuiditas perusahaan terkait. Jika likuiditas perusahaan tersebut naik, lagi-lagi jangan ragu untuk melanjutkan investasi di perusahaan terkait. Namun, jangan dulu berhenti disana. Ada satu langkah lagi yang perlu diakukan. Hitung bagaimana rata-rata rasio keuangan perusahaan tersebut. Bandingkan masing-masing emiten. “dari sana bisa dilakukan perbandingan lebih tajam “katanya.

Jika telaah terhadap laporan keuangan sudah cukup detail, investor baru biasa membuat perbandingan kinerja perusahaan dengan harga saham di pasar. Artinya, dari sana bisa dinilai apakah harga saham dipasar sudah mencerminkan kondisi fundamental perusahaan. Apakah harga saham sudah seiring dengan pertumbuhan kinerja perusahaan. “jika semua itu sudah dilakukan, dan ternyata harga saham ternyata masih rendah dibandingkan pertumbuhan kinerja


(50)

perusahaan, boleh beli. Jika yang terjadi sebaliknya, waktunya cepat-cepat melepas saham tersebut,”ujar analis tadi.

2.2 Kerangaka Pemikiran dan Hipotesis 2.2.1 Kerangka Pemikiran

Investasi di pasar modal saat ini telah dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu bentuk alternatif berinvestasi. Pada hakikatnya investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan dapat menghasilkan keuntungan di masa depan (Abdul Halim, 2005:12). Investasi tersebut diharapkan akan dapat menghasilkan pengembalian return, yang juga merupakan pendapatan bagi investor. Investasi saham dipasar modal umumnya dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, dibandingkan jika investor menaruh dananya dalam bentuk tabungan atau alternatif lainnya. Oleh karena itu jenis investasi ini menjadi cukup menarik dimata para investor sehingga membuat transaksi perdagangan saham dipasar modal semakin meningkat dari tahun ketahun.

Menurut Mohammad Samsul (2006: 20), pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang yang umumnya lebih dari satu tahun. Pasar modal menjembatani hubungan antara pemilik modal yang dalam hal ini disebut investor, dengan pihak yang membutuhkan dana yang dalam hal ini disebut emiten (perusahaan yang go publik).

Berbicara mengenai investasi tidak akan pernah lepas dari istilah risiko. Risiko dalam pengertian yang paling dasar, adalah peluang atas terjadinya


(51)

38

kerugian financial (Gitman, 2003:104). Aset dengan peluang kerugian yang lebih besar dikatakan lebih beresiko daripada aset dengan peluang kerugian yang lebih kecil. Resiko dapat disamakan dengan ketidakpastian, untuk menerangkan mengenai variabilitas return yang dihasilkan oleh suatu aset.

Untuk dapat memilih investasi yang aman, diperlukan suatu analisis investasi yang cermat, teliti, dan didukung dengan data-data yang akurat. Secara umum, ada banyak teknik analisis dalam melakukan penilaian investasi, tetapi yang paling banyak digunakan adalah analisis yang bersifat fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan analisis rasio keuangan. Teknik yang benar dalam analisis akan mengurangi resiko bagi investor dalam berinvestasi.

Dalam melakukan prediksi harga saham terdapat pendekatan dasar yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Secara tradisional analisis fundamental telah memperoleh perhatian yang cukup besar dari para analisis sekuritas. Para praktisi cenderung menyukai penggunaan model yang tidak terlalu rumit, mudah dipahami, dan mendasarkan diri atas informasi akuntansi. Husnan (2003:303) menjelaskan bahwa analisis fundamental mendasarkan pola pikir perilaku harga saham ditentukan oleh perubahan-perubahan variasi perilaku variabel-variabel dasar kinerja perusahaan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa harga saham tersebut ditentukan oleh nilai perusahaan.

Abdul Halim (2005:21) mendukung pernyataan diatas bahwa ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham.


(52)

Sebaliknya apabila terdapat berita buruk mengenai kinerja perusahaan maka akan menyebabkan penurunan harga saham pada perusahaan tersebut. Atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan. Kinerja perusahaan ini akan menjadi tolak ukur seberapa besar resiko yang akan ditanggung investor. Untuk memastikan kinerja perusahaan tersebut dalam kondisi baik atau buruk dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio. Dalam hal ini penulis lebih menitik beratkan kepada kinerja keuangan perusahaan perbankan. Kinerja keuangan menurut Payaman. J. Simanuntak (2005:1) :

“Kinerja keuangan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan”

Analisis teknikal adalah menganalisis harga saham berdasarkan informasi yang mencerminkan kondisi perdagangan saham, keadaan pasar, permintaan dan penawaran harga di pasar saham, fluktuasi kurs, volume transaksi di masa lalu. Analisis teknikal menegaskan bahwa perubahan harga saham terjadi berdasarkan pola perilaku harga saham itu sendiri, sehingga cenderung untuk terulang kembali. Asumsi dasar dari analisis teknikal adalah bahwa jual beli saham merupakan kegiatan berspekulasi (Husnan,2003:338).

Menurut Djoko Susanto dan Agus Sabaradi (2002:34) yang dimaksud harga saham adalah :

“Harga saham yaitu harga yang ditentukan secara lelang kontinyu (continuous auction system)”.

Sektor perbankan termasuk salah satu bentuk usaha yang ikut meramaikan pasar modal kita, dengan jumlah emiten terdaftar yang cukup banyak. Hal ini mengingat dalam menjalankan kegiatannya, perusahaan


(53)

40

perbankan memerlukan dana yang cukup besar. Dan pasar modal yang mampu menyerap dana begitu besar merupakan tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan dana dalam usaha memperkuat struktur permodalan perusahaan perbankan.

Sebagai investor, jika ingin menanamkan modalnya pada perusahaan perbankan, maka ia akan membutuhkan informasi-informasi yang relevan dalam rangka melakukan analisis investasi. Informasi mengenai kondisi dan kinerja perusahaan sangat diperlukan oleh investor untuk menilai prospek keuntungan yang dapat ia raih jika berinvestasi di perusahaan tersebut. Karena sebagai seorang investor akan menginginkan sebuah investasi yang dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi, namun juga aman. Dengan informasi yang cukup, akan dapat memperkecil resiko yang ada. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika calon investor mau mengeluarkan uang yang cukup besar untuk mendapatkan informasi dan analisis yang akurat.

Tetapi seringkali investor tidak mengetahui ukuran apa saja yang sebenarnya bisa digunakan dalam menilai kinerja sebuah bank. Hal ini dikarenakan aktivitas bisnis bank yang berbeda dengan jenis perusahaan lain pada umumnya. Kebanyakan perusahaan bergerak dengan melakukan perdagangan barang ataupun jasa, sedangkan aktivitas utama bank ialah menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Hal ini menyebabkan terdapatnya beberapa ukuran yang berbeda dalam menilai kinerja bank dibandingkan perusahaan jenis lain.


(54)

Bank Indonesia pada tahun 2004 telah menerbitkan peraturan mengenai kesehatan bank. Penilaian ini dapat menjadi bimbingan yang tepat bagi para investor untuk melihat kondisi suatu bank, apakah bank itu termasuk bank sehat atau tidak, atau malahan merupakan bank dengan kondisi dan kinerja yang buruk. Penilaian tingkat kesehatan bank ini meliputi berbagai aspek yang terkait dengan kegiatan usaha bank, sehingga dapat dijadikan alat yang baik bagi para pencari informasi termasuk investor.

Bila lembaga keuangan bank meningkat kesehatannya diharapkan kinerjanya juga meningkat sehingga menunjang reputasinya, terutama bagi bank yang terdaftar di pasar modal. Kinerja bank yang baik tentu akan memberikan keyakinan investor untuk bisa memperoleh return saham yang memadai. http://www.docstoc.com/docs/20428650/

Penelitian ini lebih dikhususkan untuk melihat penilaian rasio keuangan bank dari faktor rentabilitas, kualitas asset, likuiditas, dan permodalan. Keempat faktor tersebut meliputi hingga 75% dari total penilaian secara gabungan atau komposit, sehingga dapat menjadi indikator kinerja keuangan bank.

Analisis fundamental untuk menilai tingkat kesehatan bank telah diatur oleh Bank Indonesia. Penilaian tingkat kesehatan bank menurut peraturan bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang system penilaian tingkat kesehatan bank umum meliputi penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut : permodalan (capital), kualitas asset (assets quality) manajement (management), rentabilitas (earnings), likuiditas (likuidity), dan Sensitivitas resiko pasar. Faktor-faktor tersebut disebut CAMELS. Empat dari enam faktor tersebut menggunakan rasio


(55)

42

keuangan, yang dapat memberikan informasi bagi investor dan calon investor dalam keputusan investasinya. Informasi yang dianggap sebagai kabar baik dan kemungkinan dapat menguntungkan investor akan ditangkap sebagai good news, sehingga meningkatkan permintaan saham yang diikuti dengan peningkatan harga saham, begitu juga sebaliknya. Rasio-rasio keuangan tersebut adalah :

1. Faktor permodalan

Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber luar bank. Dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, seperti kredit yang diberikan.

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.3 /21/PBI/2001 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum, bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan perseratus) dari aktiva tertimbang menurut resiko terhitung sejak akhir bulan Desember 2001. Artinya bank wajib mempertahankan rasio KPMM minimum 8%.

Sesuai dengan matrik kriteria penetapan peringkat komponen permodalan dalam lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, semakin tinggi nilai CAR dibandingkan dengan standar yang ditetapkan (diatas 8%), menunjukan semakin tinggi


(56)

peringkat kesehatan bank tersebut, karena semakin baik kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Dengan demikian CAR yang tinggi memberikan informasi yang mengandung good news yang dapat meningkatkan kepercayaan investor, sehingga meningkatkan nilai saham perusahaan tersebut, yang dicerminkan oleh peningkatan harga saham.

2. Faktor kualitas asset (asset quality)

Non Performing Loan (NPL)

Resiko yang dihadapi bank adalah resiko tidak terbayarnya kredit dan atau bunga yang sering disebut default risk atau resiko keredit. Resiko kredit timbul dari berbagai kredit yang masuk dalam kategori bermasalah, yang dapat mengganggu tingkat kesehatan bank bila berada dalam tingkatan yang tinggi. Meskipun resiko kredit bermasalah tak dapat dihindari, tapi harus diusahakan dalam tingkat yang wajar. Rasio non performing loan ini menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas bank yang meyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.

Sesuai dengan matrik kriteria penetapan peringkat komponen kualitas asset, semakin tinggi perkembangan rasio ini (diatas 5%), maka semakin rendah peringkat kesehatan bank tersebut. Kredit bermasalah yang tinggi dapat menyebabkan menurunya laba yang akan diterima oleh bank. Penurunan laba


(57)

44

mengakibatkan deviden yang dibagikan juga semakin berkurang, sehingga investor akan memberikan respon negative terhadap informasi tersebut (bad news). Hal ini dapat memicu penurunan pada harga saham.

3. Faktor Rentabilitas (earnings)

Return on Equity (ROE)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. ROE merupakan suatu pengukuran efektivitas perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dengan menggunakan modal perusahaan yang dimilikinya. Jadi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tidak diukur menurut besar kecilnya laba yang dihasilkan namun dengan cara membandingkan antara berapa besar laba yang dihasilkan dengan setiap modal sendiri yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan laba tersebut.

Sesuai dengan matriks kriteria penetapan peringkat komponen rentabilitas, semakin tinggi permodalan ROE, maka semakin tinggi peringkat kesehatan bank tersebut.

Menurut C. Higgins ini dapat diterima bahwa ROE mempunyai hubungan yang positif dengan harga saham. Dengan peningkatan ROE, maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan tersebut juga meningkat. Akibatnya, masyarakat akan menilai bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang bagus sehingga membeli saham perusahaan tersebut. Meningkatnya permintaan kemungkinan dapat meningkatkan harga saham.


(1)

126 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh kinerja perbankan terhadap harga saham pada bank yang go public tahun 2004-2008, maka penulis menarik kesimpulan, sekaligus memberikan saran sebagai berikut.

1. Rasio kecukupan modal yang dimiliki kesebelas bank secara rata-rata mencapai 18,81% dan masih diatas batas minimum yang ditetapkan oleh BI, yaitu 8%.Secara keseluruhan terjadi penurunan rasio kecukupan modal sebesar 2,38% setiap tahunnya, yang mengalami penurunan rasio kecukupan modal yang paling besar adalah PNBN mencapai 13,33%, hal ini menandakan bahwa bank tersebut mengalami keterbatasan modal sehingga tidak dapat melakukan ekspansi kredit secara maksimal.

Rasio dana pihak ketiga yang dimiliki kesebelas bank secara rata-rata mencapai 70,45% dan masih tergolong cukup likuid menurut ketentuan BI, yaitu antara 50%-75%, secara keseluruhan dari ke 11 bank tersebut terjadi peningkatan rasio dana pihak ketiga sebesar 5,75% setiap tahunnya, dan terdapat beberapa bank yang mengalami peningkatan faktor likuiditas diatas standar Bank Indonesia diantaranya adalah BDMN, NISP, BNLI dan MAYA. Hal ini menandakan bahwa jumlah kredit yang disalurkan bank-bank tersebut lebih besar dari total dana pihak ketiga yang diterima oleh bank.


(2)

Return on equity yang diperoleh kesebelas bank rata-rata mencapai 17,92%, tidak ada bank yang mengalami kerugian, tetapi meskipun tidak ada yang mengalami kerugian namun secara keseluruhan dari ke 11 bank tersebut terjadi penurunan rasio rentabilitas sebesar 13,63% setiap tahunnya. Dari kesebelas bank yang mengalami penurunan faktor rentabilitas paling besar adalah BNGA dan NISP. Hal ini menandakan bahwa kemampuan bank tersebut dalam mengelola modalnya untuk menghasilkan laba mengalami penurunan.

Rasio kredit bermasalah yang dimiliki kesebelas bank rata-rata mencapai 4,54% dan masih dibawah batas maksimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu maksimal 5%. Secara keseluruhan dari ke 11 bank tersebut terjadi peningkatan rasio kredit bermasalah sebesar 0,38% setiap tahunnya, yang mengalami peningkatan kredit bermasalah paling tinggi adalah Bank MAYA mencapai 89,32%. Hal ini menandakan bahwa jumlah kredit yang disalurkan bank tersebut tiap tahunnya mengalami masalah, misalnya kredit yang tidak lancar, diragukan, sampai kredit macet.

2. Harga saham kesebelas bank mengalami peningkatan sebesar 16,01% setiap tahunnya. Harga saham tertinggi dimiliki Bank Danamon yang rata-rata mencapai Rp 5323 setiap tahun, hal ini dikarenakan bahwa harga saham pembukaan BDMN selalu tinggi dan harga saham penutupannya tidak berbeda jauh dengan harga saham pembukaan. Sebaliknya harga saham terendah dimiliki oleh BSWD yang rata-rata hanya mencapai Rp 585 setiap


(3)

tahun, hal ini dikarenakan bahwa harga saham pembukaannya selalu rendah dan harga saham penutupannya pun tidak berbeda jauh dari pembukaan. 3. Kinerja keuangan yang terdiri dari faktor permodalan, likuiditas, rentabilitas

dan kualitas aset memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia sebesar 22,3%, sedangkan sisanya 77,7% dipengaruhi oleh faktor teknikal misalnya faktor sentimen pasar, spekulasi, rumor, tingkat suku bunga, nilai tukar dan situasi politik. Diantara keempat faktor kinerja keuangan yang dianalisis, faktor rentabilitas yang signifikan pengaruhnya terhadap harga saham dengan pengaruh sebesar 21,81%. Hal ini dikarenakan bahwa investor cenderung lebih melihat Return on Equity (ROE) karena rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba. Laba inilah yang selalu menjadi ukuran para investor untuk memutuskan membeli atau menjual saham. Akibatnya masyarakat akan menilai bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik sehingga membeli saham perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya permintaan saham, kemungkinan akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka penulis dapat menyarankan sebagai berikut :


(4)

1. Rasio kecukupan modal yang dimiliki kesebelas bank tiap tahunnya mengalami penurunan, oleh karena itu bank-bank yang mengalami penurunan dalam faktor permodalan sebaiknya meningkatkan modalnya agar dapat menyalurkan kredit secara maksimal, terutama pada PNBN.

Rasio dana pihak ketiga yang dimiliki kesebelas bank tiap tahunnya mengalami kenaikan, terutama untuk bank yang mengalami kenaikan diatas standar Bank Indonesia yaitu BNLI, BDMN, NISP dan MAYA hendaknya menyesuaikan penyaluran kredit dengan total dana pihak ketiga yang diterima bank sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yaitu 50%- 75%.

Return on Equity yang dimiliki kesebelas bank yang diteliti mengalami penurunan terutama pada BNGA dan NISP, hendaknya bank tersebut lebih meningkatkan pengelolaan modalnya misalnya melakukan ekspansi kredit sehingga dapat meningkatkan laba.

Rasio kredit bermasalah pada kesebelas bank mengalami peningkatan terutama pada Bank MAYA, hendaknya Bank tersebut lebih meningkatkan pengawasan yang tinggi terhadap pemberian kredit.

2. Untuk meningkatkan harga saham hendaknya bank tersebut lebih meningkatkan Return on Equity misalnya dengan cara ekspansi kredit, baik usaha kecil, menengah, maupun besar, sehingga pengelolaan modalnya pun akan meningkat.

3. Berdasarkan keempat rasio keuangan yang dianalisis, faktor rentabilitas (ROE) yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu saran bagi pihak investor selain memperhatikan faktor teknikal, sebaiknya


(5)

memperhatikan rasio-rasio keuangan terutama ROE, karena dengan ROE yang tinggi maka laba yang akan dihasilkan perusahaan tersebut juga tinggi. Selanjutnya saran bagi pihak perbankan sebaiknya pihak bank lebih meningkatkan penerapan Prudential Banking (prinsip kehati-hatian bank), peningkatannya dapat dilakukan dalam proses kredit (pemberian, pengawasan dan pengembalian) dilakukan dengan kontrol yang tinggi. Melalui hal ini diharapkan akan menekan tingkat rasio kredit bermasalah (NPL) dengan penurunan kredit bermasalah dapat menyebabkan penuruanan aktiva beresiko bagi bank, sehingga kecukupan modal (CAR) bank dapat meningkat. Selain itu bank yang senantiasa menekankan pentingnya pelayanan yang berkualitas, serta menerapkan Good Corporate Governance, diharapkan dapat mengelola modal yang dimilikinya secara efektif dalam menghasilkan laba (ROE).


(6)

Data Pribadi

Nama : Rani Triatonifah

Tempat /Tgl Lahir : Bandung/ 10 September 1988

Alamat : Babakan Baru Rt 03/Rw 16 No.07 Sukapada Bandung

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Tinggi/Berat Badan : 167/ 45 kg

Golongan Darah : B+

e-mail : ra2_kempes@yahoo.com

Pendidikan

2006-2010 : Universitas Komputer Indonesia Bandung

Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Program Sarjana (S-1), Lulus

2004-2006 : SMA YAS Bandung, Lulus

2003-2004 : SMA Negeri 4 Cimahi

2000-2003 : SMP Negeri 9 Cimahi, Lulus


Dokumen yang terkait

Valuasi Harga Wajar Saham Sektor Perbankan Yang Go Public Di BEI

15 120 128

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

1 36 105

Pengaruh kinerja keuangan dan ukuran perusahaan terhadap return saham perbankan yang terdaftar di bei tahun 2004 2008

0 3 97

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 14

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 15

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KESEHATAN PERBANKAN (Studi Kasus Pada Perbankan Go Publik yang Terdaftar di BEI).

0 0 9

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 10

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 2

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 12

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

0 0 67