Aplikasi Berbagai Komposisi dan Konsentrasi Pupuk Majemuk untuk Pembentukan Kantong Nepenthes x ventrata

APLIKASI BERBAGAI KOMPOSISI DAN KONSENTRASI
PUPUK MAJEMUK UNTUK PEMBENTUKAN
KANTONG Nepenthes x ventrata

ROMY AGUS SAPUTRO
A24070067

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ABSTRACT
 

Nepenthes is a kind of carnivorous plant which can trap insects or the
others animal and can digest this to get some nutrient. As an ornamental plant,
Nepenthes have to appear the attractive of this form espescially this pitcher. Plants
generally need fertilizer to promote their growth and development. This study
aimed at determining the effect of fertilization on the growth and pitcher
formation of Nepenthes x ventrata. In the original habitat Nepenthes form pitchers

if they lack of nutrients. This is make a question that can fertilization improve the
pitcher formation of Nepenthes x ventrata.
Experiment was conducted at Suska Nursery from February until June
2011. Plants were treated with the N: P: K, 60-30-30, 32-10-10 and 10-55-10 and
at different concentrations ie, 0.5, 1 and 2 gL-1. Fertilizer was applied weekly to
the growing media. Scoring were made on number of leaves,continuous leaf
length, plant height, time of pitchers initiation, the number of pitchers and pitcher
diameter and length weekly. During the course of the experiment, daily relative
temperature, humidity and EC (Electrical Conductivity) of the growing media
were recorded.
The results showed that combination of fertilizer with different
composition and concentration did not affect Nepenthes growth and development.
Application of fertilization resulted in smaller size pitchers compared to control
plants. Nepenthes x ventrata is incuding a kind of Nepenthes which is easy to be
cultivated, but the pitcher can be appeared in 10 weeks and in 12 weeks they
haven’t been appeared from all of these leaves.Future research on Nepenthes
should be conducted in a longer period since it take a lont time for the plants to
adapt to the new growing environment, and require a relatively longer time
compared with other types of ornamental plants in general.
 


i
 

RINGKASAN
ROMY AGUS SAPUTRO. Aplikasi Berbagai Komposisi dan Konsentrasi
Pupuk Majemuk untuk Pembentukan Kantong Nepenthes x ventrata.
(Dibimbing oleh SINTHO WAHYUNING ARDIE dan KRISANTINI).
Kantong Semar (Nepenthes) merupakan jenis tanaman karnivora yang
mampu memerangkap serangga atau hewan lain dan mencernanya sehingga
menjadi sumber hara untuk mempertahankan hidupnya. Sebagai tanaman hias
yang mulai dibudidayakan, tanaman Nepenthes harus menampilkan sosok yang
menarik terutama pada kantongnya. Salah satu perlakuan yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas tanaman hias ialah pemupukan. Penelitian ini
bertujuan mengetahui pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan kantong
Nepenthes x ventrata. Di habitat aslinya tanaman ini membentuk banyak kantong
pada kondisi kekurangan unsur hara. Hal tersebut yang menimbulkan pertanyaan,
apakah pemupukan akan meningkatkan pembentukan kantong pada Nepenthes x
ventrata.
Tanaman Nepenthes x ventrata yang digunakan adalah hasil stek yang

telah berumur 2 bulan. Tanaman ini

diberi perlakuan pemupukan dengan

komposisi N:P2O5:K2O yang berbeda yaitu 60-30-30, 32-10-10 dan 10-55-10
dengan konsentrasi 0.5 g.L-1,1 g.L-1, dan 2 g.L-1. Pemupukan ini dilakukan pada
media tanam setiap minggu diikuti pengamatan yang meliputi, jumlah tunas,
panjang daun, tinggi tanaman, waktu munculnya inisiasi kantong, jumlah kantong
dan diameter serta panjang kantong. Pengamatan lingkungan dilakukan terhadap
suhu, kelembaban, pH, dan EC (Electrical Conductivity) media tanam. Data
parametrik hasil pengamatan diuji dengan sidik ragam dan jika menunjukkan
pengaruh nyata dilanjutkan dengan pengujian Duncan pada taraf α= 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk dengan perbedaan
komposisi dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan pembentukan kantong Nepenthes x ventrata. Tanaman yang
dipupuk menghasilkan kantong dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan
kantong pada tanaman yang tidak dipupuk. Nepenthes x ventrata tergolong jenis

ii
 


Nepenthes yang relatif mudah dibudidayakan, sehingga pengamatan hanya
dilakukan selama 12 minggu setelah perlakuan. Namun, rata-rata kantong pertama
baru muncul pada minggu ke 10, sehingga pada minggu ke 12 belum semua daun
memunculkan kantongnya. Untuk penelitian selanjutnya disarankan lama
penelitian diperpanjang menjadi lebih dari 16 MSP.

iii
 

APLIKASI BERBAGAI KOMPOSISI DAN KOMPOSISI
PUPUK MAJEMUK UNTUK PEMBENTUKAN
KANTONG Nepenthes x ventrata

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ROMY AGUS SAPUTRO
A24070067


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

iv
 

Judul

:

APLIKASI

BERBAGAI

KONSENTRASI

KOMPOSISI


PUPUK

MAJEMUK

DAN
UNTUK

PEMBENTUKAN KANTONG Nepenthes x ventrata
Nama

:

ROMY AGUS SAPUTRO

NIM

:

A24070067

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Sintho Wahyuning Ardie, SP., M.Si.

Dr. Ir. Krisantini, M.Sc.

NIP. 19820706 200501 2 001

NIP. 19620110 198503 2 002

Mengetahui.
Ketua Departemen
Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003


Tanggal Lulus :

v
 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotamadya Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 12
Agustus 1989. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara keluarga
Bapak Abdul Rochim, SH dan Almh. Ibu Mulyanah.
Penulis memulai pendidikannya di SD Negeri Subah 1 pada tahun 1995.
Pada tahun 2001 penulis melanjutkan studi di SLTP Negeri 3 Batang, dan pada
tahun 2004 penulis masuk SMA Negeri 1 Pekalongan. Sejak tahun 2007 penulis
menjadi mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian di Institut Pertanian Bogor dengan jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Penulis juga mengambil minor di Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor untuk memperdalam ilmu mengenai
tanaman hias dan lanskap.
Selama masa perkuliahan, penulis cukup aktif dalam beberapa kepanitiaan

dan organisasi. Berbekal hobi mengembangkan dan budidaya tanaman hias,
penulis mengikuti organisasi Club Tanaman Hias dan Bunga (CTHB) di bawah
organisasi Himpunan Mahasiswa Agronomi dan pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Pembiakan Tanaman pada tahun 2011. Penulis juga
mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa dalam tiga bidang yaitu kewirausahaan
tanaman hias, kultur jaringan dan budidaya. Penulis juga mengikuti Organisasi
Mahasiswa Daerah Pekalongan (IMAPEKA). Selama kuliah penulis juga pernah
mengikuti kegiatan magang di Kebun Percobaan PT Petrokimia Gresik.

vi
 

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Aplikasi Perbedaan Komposisi dan
Konsentrasi Pupuk Majemuk untuk Pembentukan Kantong pada Nepenthes x
ventrata” ini disusun oleh penulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
di Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Sintho Wahyuning Ardie, SP., MSi. dan Dr. Ir. Krisantini, MSc. selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan saran untuk
pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi.
2. Dr. Ir. Ketty Suketi, MSi. selaku penguji/ wakil urusan ujian skripsi yang
memberikan masukan dan saran untuk perbaikan penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Sugiyanta, MS. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing
selama menjalani perkuliahan hingga penyelesaian studi.
4. Bapak Muhammad Apriza Suska selaku pemilik dan penanggungjawab Suska
Nursery sebagai tempat penelitian penulis yang telah memberikan bimbingan
selama penelitian.
5. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Departemen Agronomi dan Hortikultura yang
telah memberikan ilmu dan pelayanan terbaik selama menjalani perkuliahan.
6. Bapak, almh. Ibu dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan kasih
sayang dan mendukung serta memberikan motivasi dalam segala aktivitas
penulis dalam menyelesaikan studi.
7. Teman-teman Departemen Agronomi dan Hortikultura angkatan 44 yang telah
memberikan motivasi dan masukan selama menjalani perkuliahan.
8. Keluarga besar IMAPEKA yang selalu memberikan motivasi dan menjadi
keluarga yang sanggup memajukan daerah asal, Pekalongan.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.


vii
 

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan terutama di bidang pertanian. Terima kasih.

Bogor, Februari 2012

Penulis

viii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...............................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xi

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan ..................................................................................................
Hipotesis ..............................................................................................

1
1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Botani Nepenthes .................................................................................
Pemupukan Nepenthes .........................................................................

4
4
8

BAHAN DAN METODE ...........................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
Bahan dan Alat .....................................................................................
Metode Penelitian ................................................................................
Pelaksanaan Penelitian .........................................................................
Pengamatan ..........................................................................................

9
9
9
10
11
12

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
Kondisi Umum .....................................................................................
Pengamatan Lingkungan ......................................................................
Suhu ..............................................................................................
Kelembaban Relatif Harian...........................................................
Electrical Conductivity .................................................................
Derajat Keasaman (pH).................................................................
Pengaruh Pemupukan terhadap Jumlah Daun dan Tinggi Tanaman ...
Pengaruh Pemupukan terhadap Inisiasi Kantong.................................
Pengaruh Pemupukan terhadap Kualitas dan Ukuran Kantong ...........
Diameter Kantong .........................................................................
Panjang Kantong ...........................................................................
Warna Kantong .............................................................................

14
14
15
15
17
17
18
19
23
25
25
28
29

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan ..........................................................................................
Saran.....................................................................................................

32
32
32

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

33

LAMPIRAN ................................................................................................

35

ix

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Bagian-bagian Kantong pada Nepenthes. .......................................

5

2. Kantong N. x ventrata dan kedua tetuanya, N. alata dan

N. ventricosa. ..................................................................................

6

3. Bahan Tanam Nepenthes x ventrata Berupa Stek Berakar yang

Berumur 8 Minggu (a), dan Kondisi Awal Penelitian (b)...............

9

4. Siklus Pembentukan Kantong Nepenthes x ventrata ......................

15

5. Hama Kutu Putih (Pseudococcus spp.) pada Nepenthes x ventrata.

16

6. Rata-Rata Suhu Harian selama Penelitian.......................................

16

7. Rata-Rata Kelembaban Relatif Harian selama Penelitian. ..............

17

8. Konduktivitas Elektrik Media Tanam Nepenthes x ventrata selama

Penelitian .........................................................................................

18

9. Jumlah Daun Tanaman Nepenthes x ventrata pada Beberapa

Minggu setelah Perlakuan. ..............................................................

20

10. Kenaikan Tinggi Tanaman Nepenthes x ventrata ..........................

22

11. Waktu Tanaman Nepenthes x ventrata membentuk kantong pipih.

23

12. Waktu Tanaman Nepenthes x ventrata Membentuk Kantong dari

Kantong Pipih. ................................................................................

24

13. Penampilan Kantong Nepenthes x ventrata ....................................

25

14. Diameter Kantong Tanaman Nepenthes x ventrata pada Perlakuan

C2K1, C2K2 dan Kontrol. ..............................................................

26

15. Perbandingan Diameter Kantong Tanaman Nepenthes x ventrata

pada Perlakuan C2K1, C2K2 dan Kontrol dengan Umur Kantong.27
16. Panjang Kantong pada Tanaman Nepenthes x ventrata pada

Perlakuan C2K1, C2K2 dan Kontrol. .............................................

28

17. Perbandingan Panjang Kantong Tanaman Nepenthes x ventrata

pada Perlakuan C2K1, C2K2 dan Kontrol dengan Umur Kantong.

29

18. Warna Kantong Nepenthes x ventrata pada Perlakuan Kontrol,

C3K1, dan C2K2 .............................................................................

30

19. Semut di mulut Nepenthes x ventrata .............................................

31

x

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Komposisi Unsur Hara Pupuk Majemuk yang Digunakan dalam
Penelitian .........................................................................................

10

2. Jumlah Daun pada Berbagai Perlakuan Pemupukan .......................

19

3. Pertumbuhan Vegetatif pada Akhir Pengamatan ............................

21

4. Inisiasi Kantong hingga 12 MSP.....................................................

25

 
 
 

 

 

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Tata Letak Percobaan .............................................................................

36

2. Sidik Ragam Jumlah Daun Nepenthes x ventrata ..................................

37 

3. Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Nepenthes x ventrata.......................

39

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kantong Semar (Nepenthes sp.) merupakan tanaman yang termasuk dalam
golongan tanaman perangkap. Tanaman ini juga biasa dikenal sebagai tanaman
karnivora karena dapat menjadi perangkap sekaligus memangsa serangga.
Nepenthes tersebar dari Madagaskar, Seychelles, India, Srilangka, Indocina, Cina
Selatan, Semenanjung Malaysia, Filipina, Indonesia, Australia bagian Utara
hingga kepulauan di Pasifik (Phillips, 2008).
Nepenthes sangat menarik untuk diteliti karena jenis tersebut digolongkan
ke dalam tanaman hias unik bersama Amorphophallus, Rafflesia, dan tanaman
karnivora lainnya. Berbeda dengan tanaman hias yang lain yang lebih
menonjolkan keindahan dari bunga atau daunnya, Nepenthes memiliki kantong
dengan keunikan bentuk dan corak sehingga mempunyai potensi yang baik
sebagai tanaman hias pot. Selain itu, Indonesia memiliki keragaman Nepenthes
yang sangat tinggi. Sekitar 65% spesies Nepenthes dunia berasal dari Indonesia
terutama di pulau Sumatra dan Kalimantan (Hernawati dan Akhriadi, 2006).
Nepenthes juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Menurut Redaksi
Trubus (2006), bahwa volume penjualan Nepenthes mencapai 100 000-500 000
tanaman per tahun dengan nilai Eur 1.5-7.5 juta sehingga dimanfaatkan oleh
negeri Belanda sebagai sumber penjualan di bidang tanaman hias pot.
Nepenthes termasuk dalam daftar CITES (Convention on International
Trade Endangered Species of Wild Flora and Fauna), yaitu pada apendiks I dan II
yang keberadaanya terancam kepunahan (Hernawati dan Akhriadi, 2006). Spesies
tanaman yang terdaftar dalam apendiks CITES

merupakan spesies yang

dilindungi karena terancam punah, sehingga perdagangan nya dilarang atau
dibatasi (Arief, 2010). Semua jenis Nepenthes dilindungi di habitat aslinya karena
keberadaanya yang terancam kepunahan akibat adanya pembukaan hutan
sehingga terjadi degradasi habitatnya (Hernawati dan Akhriadi, 2006). Nepenthes
yang boleh diperdagangkan adalah yang merupakan hasil dari penangkaran dan
bukan yang berasal dari habitat aslinya, sehingga tanaman yang tergolong langka

2

ini sudah mulai dikembangkan secara ex-situ dan ditangkarkan. Oleh karena itu,
para penggemar maupun penyilang mulai banyak mengembangkan Nepenthes
hibrida yang lebih tahan terhadap cekaman lingkungan, sehingga mampu hidup di
lingkungan yang berbeda dari habitat aslinya. Salah satunya yaitu Nepenthes x
ventrata yaitu silangan dari N. alata dan N. ventricosa. Nepenthes jenis ini
memiliki kantong yang cukup panjang dan hidup secara epifit dengan menjulur
dan merambat pada pohon. Nepenthes x ventrata juga merupakan jenis Nepenthes
yang relatif mudah dikembangbiakkan. Kantong dari Nepenthes x ventrata juga
biasa digunakan sebagai kantong potong setelah kering dengan penggunaan
pewarna dan zat pengawet sebagai aksen lain pendamping bunga potong.
Kantong pada Nepenthes terbentuk dari bagian daun yang termodifikasi
menjadi perangkap mangsa seperti serangga maupun hewan kecil lainnya. Oleh
karena itu, Nepenthes dapat hidup pada daerah yang sangat miskin hara karena
sudah mendapatkan nutrisi seperti protein dan mineral dari serangga yang
terperosok ke dalamnya.

Pemberian pupuk tambahan diharapkan dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga layak diperjualbelikan sebagai
tanaman hias. Pada beberapa tanaman karnivora pemberian pupuk dapat
meningkatkan pertumbuhan dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi
pupuk tambahan. Salah satu indikasi bahwa Nepenthes sehat yaitu dengan melihat
banyaknya kantong serta akar yang terbentuk. Dalam rangka mengembangkan
Nepenthes secara ex-situ, di mana ketersediaan serangga tidak sebanyak pada
habitat aslinya dan kondisi lingkungan tumbuh dapat dikontrol, perlu diketahui
komposisi dan konsentrasi pupuk yang optimal.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan konsentrasi
pupuk majemuk yang optimal untuk pembentukan kantong pada Nepenthes x
ventrata.
 

3

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dari penelitian ini adalah,
1. Pemupukan, baik komposisi maupun konsentrasi, dapat mempengaruhi
pembentukan kantong pada Nepenthes x ventrata.
2. Pemupukan, baik komposisi maupun konsentrasi, dapat mempengaruhi
kualitas kantong pada Nepenthes x ventrata.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Nepenthes
 

Nepenthes sp. yang umum dikenal dengan Kantong Semar digolongkan
dalam tumbuhan karnivora yang hidup di lingkungan hutan tropik basah yang
memiliki kelembaban udara di atas 70% (Mansur, 2007). Nepenthes sp. tumbuh
dan tersebar mulai dari Australia bagian Utara, Asia Tenggara hingga Cina bagian
Selatan. Menurut Mansur (2007) secara botani, Nepenthes diklasifikasikan ke
dalam,
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Dilleniidae

Ordo

: Nepenthales

Famili

: Nepenthaceae

Genus

: Nepenthes

Spesies

: Nepenthes spp

Kantong pada Nepenthes terbentuk dari bagian daun yang termodifikasi
menjadi perangkap mangsa seperti serangga maupun hewan kecil lainnya. Daun
yang termodifikasi menjadi kantong terdiri dari sulur, tutup, sayap dan bagian
lubang yang terdiri dari zona lilin dan kelenjar pencernaan yang dapat melumat
serangga dan menghisap nutrisi yang ada di dalamnya (Wang, 2007). Bagianbagian kantong pada Nepenthes ditunjukkan pada Gambar 1. Menurut Phillips et
al. (2008), serangga akan tertarik pada cairan nektar pada bagian bibir kantong,
penutup kantung dan pada zona lilin yang licin sehingga terperangkap ke dalam
zona pencernaan (digestive glands) yang mengandung enzim pencernaan yang
kental. Menurut Mansur (2007) bahwa enzim pencernaan pada Nepenthes sp.
disebut proteolase yang akan mengubah serangga yang terperangkap menjadi zatzat yang lebih sederhana.

5

Gambar 1. Bagian-bagian kantong pada Nepenthes. Kantong adalah daun yang
termodifikasi menjadi tendril (sulur), lid (tutup), wing (sayap), waxy
zone (zona lilin), dan digestive glands (zona pencernaan)(Clarke,
1997).
Nepenthes × ventrata merupakan hibrida alami dengan tetua N. alata dan
N. ventricosa. Seperti kedua spesies induknya, N. x ventrata adalah endemik dari
Filipina (Fleming, 1979). Nepenthes x ventrata memiliki bentuk yang memanjang
dengan warna jingga segar hasil perpaduan dari kedua induknya. Nepenthes alata
yang cenderung berwarna dominan hijau dan Nepenthes ventricosa yang memiliki
bibir kantong yang tebal dan berwarna jingga tergabung sifat fenotipenya pada
keturunannya yaitu Nepenthes x ventrata yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Nepenthes x ventrata merupakan salah satu jenis Nepenthes yang paling umum
dibudidayakan, dan sering disebut sebagai Nepenthes alata. Jenis ini relatif mudah
tumbuh dalam ruangan dan biasanya merupakan tanaman berkantong tropis yang
populer, karena spesies ini dapat hidup di dataran rendah hingga dataran tinggi.
Selain sebagai tanaman hias pot, kantong dari N. x ventrata juga biasa digunakan
sebagai kantong potong setelah kering dengan penggunaan pewarna dan zat
pengawet sebagai aksen lain pendamping bunga potong (Fleming, 1979).

6

Gambar 2.

Kantong N. x ventrata dan kedua tetuanya, N. alata dan N.
ventricosa (Sumber foto: Suska Nursery, Bogor).

Nepenthes merupakan tanaman tahunan yang hidup menjalar, merambat,
ataupun berbentuk perdu. Nepenthes dapat hidup pada dataran rendah maupun
dataran tinggi. Spesies Nepenthes yang hidup di dataran rendah membutuhkan
kelembaban yang cukup tinggi berkisar antara 70-90% dengan suhu 25-35 °C,
sedangkan spesies yang hidup pada dataran tinggi memerlukan suhu 20-30 °C
pada siang hari dan 12-20 °C pada malam hari (Clarke, 1997). Salah satu contoh
spesies dataran tinggi adalah Nepenthes argentii yang membutuhkan suhu rendah
maksimal 25

o

C, kelembaban yang tinggi dan drainase yang baik serta

pencahayaan yang optimal (Rybka et al., 2005). Umumnya Nepenthes yang hidup
di dataran rendah tumbuh di tempat-tempat yang berair atau dekat sumber air pada
substrat yang bersifat asam (Phillips et al., 2008). Nepenthes juga membutuhkan
cahaya matahari intensif dengan panjang siang hari antara 10-12 jam setiap hari
sepanjang tahun (Clarke, 1997).
Kelestarian Nepenthes mulai terancam karena meluasnya konversi lahan
hutan untuk perkebunan, industri, jalan, bangunan, maupun perumahan dengan

7

cara penebangan dan pembakaran hutan. Nepenthes termasuk dalam tanaman
langka berdasarkan International Union for the Conservation of Nature (IUCN)
dan World Conservation Monitoring Centre (WCMC), dan di Indonesia
dilindungi oleh Undang-undang konservasi PP No. 7 tahun 1999 tentang
Pengawetan dan Pelestarian Tumbuhan dan Satwa Liar. Nepenthes juga tergolong
dalam flora CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of
Wild Fauna and Flora) yang merupakan konvensi internasional yang
menggabungkan tema satwa liar dan perdagangan dengan alat yang mengikat
secara hukum untuk mencapai tujuan konservasi dan pemanfaatan secara
berkelanjutan (Redaksi Trubus, 2006). CITES terdiri atas tiga bagian yaitu
Apendiks I yang memuat daftar spesies terancam punah serta dilarang
diperjualbelikan, Apendiks II yang memuat daftar spesies yang tidak terancam
punah, tetapi perdagangan harus dikendalikan untuk menghindari kepunahan,
serta Apendiks III yang memuat daftar spesies yang perlu dilindungi dan dibatasi
perdagangannya oleh suatu negara (Arief, 2010). Hernawati dan Akhriadi (2006)
menyatakan bahwa Nepenthes yang sering dijumpai seperti Nepenthes x ventrata
termasuk dalam Apendiks II, yaitu spesies yang boleh diperjualbelikan jika
jumlahnya banyak dan berasal dari hasil budidaya. Dua jenis Nepenthes yang
termasuk dalam Apendiks I yaitu N. rajah dan N. khasiana (Redaksi Trubus,
2006), serta N. masoalensis yang termasuk dalam daftar merah IUCN (Schlosser,
2005) tidak dapat diperjualbelikan karena keberadaannya sangat dilindungi.
Perdagangan Nepenthes yang diperbolehkan dikenal dengan sebutan White market
dan dikategorikan dalam perdagangan legal untuk dikoleksi karena tanaman sudah
diintroduksi untuk perbanyakan secara in vitro maupun penangkaran (Cantley et
al., 2005).
Nepenthes hidup pada daerah yang terbuka dan agak terlindung di habitat
yang miskin unsur hara dan kelembaban yang cukup tinggi. Beberapa habitat
Nepenthes antara lain adalah hutan hujan tropik, hutan pegunungan, hutan
gambut, hutan kerangas, gunung kapur, padang savana dan danau. Meskipun
unsur hara yang terdapat pada habitat tersebut cukup rendah, kelembaban yang
cukup tinggi menjadi tempat hidup ideal bagi Nepenthes (Redaksi Trubus, 2006).

8

Pemupukan Nepenthes
 

Pada habitat aslinya, Nepenthes hidup pada daerah yang sangat miskin
hara sehingga sistem perakarannya tidak berkembang dengan baik (Adlassnig et
al., 2005), karena itu sebagian besar unsur hara yang dibutuhkannya diperoleh
melalui serangga yang dicerna di dalam kantongnya seperti pada N. mirabillis
(Schulze et al., 1997). Daun Nepenthes yang telah termodifikasi menjadi kantong
memiliki fungsi yang lebih dominan dan memiliki fungsi yang serupa dengan akar
pada tanaman bukan karnivora dalam hal penyediaan nutrisi (Adlassnig et al.,
2005). Secara umum, pada habitat aslinya Nepenthes sp memiliki kandungan N
daun yang lebih rendah dibandingkan tanaman lain yang hidup pada habitat yang
sama (Osunkoya et al., 2007), sehingga pemberian pupuk tambahan diharapkan
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pada beberapa tanaman karnivora
pemberian pupuk dapat meningkatkan pertumbuhan dibandingkan dengan
tanaman yang tidak diberi pupuk tambahan (Adamec, 1997), dan pada N.
talangensis, pemupukan dapat meningkatkan kandungan N pada daun, laju
fotosintesis, dan biomassa tanaman (Pavlovic et al., 2010). Salah satu faktor yang
menentukan efisiensi pemupukan pada Nepenthes adalah kelembaban media, yaitu
diperlukan media yang lembab tetapi tetap porous agar tidak merusak akar
(Redaksi Trubus, 2006; Budiana, 2007). Jika kelembaban dan pencahayaan tepat
Nepenthes akan memiliki kantong sehat. Ciri-ciri Nepenthes sehat yaitu daun
menghijau, kantong mempunyai corak yang menarik dan menjuntai dari setiap
sulur serta memiliki sosok tanaman yang kompak. Kriteria layak jual seperti ini
dapat terwujud melalui perawatan yang intensif salah satunya dengan pemupukan
(Redaksi Trubus, 2006).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di bawah struktur naungan plastik UV di
Suska Nursery, Kampung Ciderum, Caringin, Bogor, dengan curah hujan 2 5005 000 mm/tahun, ketinggian 400 m dpl, dan suhu 15-27 oC. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2011.

Bahan dan Alat
 

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman
Nepenthes x ventrata yang berasal dari stek dan telah berumur delapan minggu
setelah tanam (MST) serta memiliki empat ruas daun (Gambar 3). Media tanam
yang digunakan yaitu arang sekam dan cocopeat yang dicampur rata dengan
perbandingan 2:1 (v/v). Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk dengan
komposisi N:P2O5:K2O (6-30-30), (32-10-10), dan (10-55-10). Komposisi unsur
hara dalam pupuk majemuk yang digunakan disajikan dalam Tabel 1. Alat yang
digunakan untuk penelitian ini adalah pH strip, Total Dissolve Solids (TDS) meter
yang sudah dikalibrasi, gelas ukur, serta termometer bola basah - bola kering.

 

(a)

 

(b)

Gambar 3. Bahan Tanam Nepenthes x ventrata Berupa Stek Berakar yang
Berumur 8 MST (a), Kondisi Awal Penelitian (b).

10

Tabel 1. Komposisi Unsur Hara Pupuk Majemuk yang Digunakan dalam
Penelitian
 

Unsur Hara
Nitrogen (N)

NPK 6-30-30
NPK 32-10-10
NPK 10-55-10
..............................%...........................
6.00
32.00
10.00

Fosfor (P2O5)

30.00

10.00

55.00

Kalium (K2O)

30.00

10.00

10.00

Kalsium (Ca)

0.05

0.05

0.05

Magnesium (Mg)

0.10

0.10

0.10

Sulfur (S)

0.20

0.20

0.20

Boron (B)

0.02

0.02

0.02

Tembaga (Cu)

0.05

0.05

0.05

Besi (Fe)

0.10

0.10

0.10

Mangan (Mn)

0.05

0.05

0.05

0.0005

0.0005

0.0005

0.05

0.05

0.05

Molybdenum (Mo)
Seng (Zn)

Sumber : http://agroshops.awardspace.com/growcalc.htm [18 Januari 2011]

Metode Penelitian
 

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu
komposisi pupuk majemuk dengan tiga taraf yaitu NPK 6-30-30, 32-10-10, dan
10-55-10. Faktor kedua adalah konsentrasi pupuk majemuk dengan tiga taraf,
yaitu 0.5 g.L-1, 1 g.L-1, dan 2 g.L-1. Tanaman yang tidak diberi pupuk digunakan
sebagai kontrol. Tiap perlakuan terdiri atas 5 ulangan dengan 1 pot tanaman
sebagai satu satuan percobaan. Unit percobaan disusun secara acak (Lampiran 1).

11

Model matematika rancangan percobaan ini sebagai berikut :
Yij = µ + αi +βj+(αβ)ij+ εij, dimana :
Yij

: nilai peubah yang diamati

µ

: nilai rataan umum

αi

: pengaruh perlakuan komposisi pupuk ke-i

βj

: pengaruh perlakuan konsentrasi pupuk ke-j

(αβ)ij : interaksi yang terjadi antara komposisi ke-i dan konsentrasi pupuk
ke-j
εij

: pengaruh galat percobaan

Analisis data dilakukan dengan uji F dan apabila hasilnya berpengaruh
nyata, dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α =
5% untuk melihat perlakuan yang terbaik.

Pelaksanaan Penelitian
 

Penelitian ini terdiri dari beberapa kegiatan antara lain:
1. Persiapan alat dan bahan
Persiapan alat dan bahan penanaman diantaranya persiapan alat
penanaman seperti tray dan pot sebagai tempat penanaman stek serta
gunting tanaman untuk memotong batang Nepenthes sebagai bahan tanam
stek. Media yang dipersiapkan yaitu sekam bakar dan cocopeat dengan
perbandingan 2:1 (v/v).
2. Persiapan tanaman Nepenthes x ventrata dari stek 8 MST
Penanaman Nepenthes x ventrata dilakukan pada bulan Februari
2011. Bahan tanamnya yaitu stek batang muda Nepenthes x ventrata yang
diambil dari batang yang berdekatan dengan tanah, bukan yang telah
menjalar. Batang tersebut dipilih karena menurut Suska (komunikasi
pribadi)

lebih berpotensi mengeluarkan kantong daripada batang yang

telah menjalar. Selain itu batang muda dipilih agar pertumbuhannya dapat
seragam karena ruas-ruasnya yang tidak terlalu jarang (jauh). Aplikasi
pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 8 MST.

12

3. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi pemberian perlakuan pupuk majemuk
dengan kombinasi antara komposisi dan konsentrasi yang sudah
disebutkan, penyiangan gulma, dan pengendalian hama dan penyakit.
Pupuk majemuk diberikan langsung ke media tanaman kecuali pada
tanaman kontrol. Masing-masing pupuk diaplikasikan sesuai dengan
perlakuan dengan disiramkan ke media sebanyak 20 mL (kapasitas lapang
satuan pot). Tanaman diletakkan pada tempat ternaung menggunakan net
yang melalukan cahaya ± 50%

Pengamatan
 

Pengamatan dilakukan sejak awal penelitian pada tanggal 4 April 2011,
sebelum pemupukan, dan setiap minggu setelah perlakuan selama 12 minggu,
pengamatan yang dilakukan ialah
1. Jumlah tunas atau daun pada bibit tanaman,
2. Kenaikan tinggi tanaman (cm), dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal
batang hingga titik tumbuh tanaman,
3. Waktu muncul kantong pertama,
4. Jumlah kantong per tanaman,
5. Diameter dan panjang kantong utuh (cm) dengan cara menggunakan jangka
sorong dan diukur diameter pada perut kantong dan panjangnya dari ujung
hingga pangkal kantong.
Pengamatan dilakukan selama 12 minggu setelah aplikasi, yaitu hingga tanaman
dewasa dan membentuk kantong. Pengamatan lingkungan yang diamati ialah
y Suhu rata-rata harian dan kelembaban relatif (RH),
Suhu dan RH harian diamati sebagai data penunjang untuk memonitor
kesesuaian lingkungan terhadap perkembangan tanaman Nepenthes x
ventrata . Pengamatan dilakukan menggunakan termometer bola basahkering yang ditempatkan di tengah lay out tanaman.
y Electrical Conductivity (EC) dan pH.
Pengamatan EC dan pH media dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kadar asam,basa ataupun garam yang terdapat dalam media. Pengukuran

13

EC menggunakan TDS meter yang sudah dikalibrasi dan pH
menggunakan pH strip setiap dua minggu sekali.

 

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
 
 

Kondisi Umum
 

Penelitian dimulai pada bulan Februari dengan menanam stek tanaman
Nepenthes x ventrata yang berasal dari tanaman induk yang berumur ± 2 tahun
Panjang stek yang digunakan tidak seragam karena sulitnya mendapatkan tanaman
induk dengan panjang ruas maupun batang yang sama. Stek yang digunakan
terdiri atas 4 ruas dan memiliki 4 daun (tinggi antara 5-10 cm). Stek tersebut
dipelihara selama 8 minggu sehingga terbentuk akar sebelum diberi perlakuan.
Pertumbuhan stek tanaman Nepenthes sangatlah lambat. Sebagian besar stek
(50%) yang ditanam mati sehingga hanya terdapat 50 tanaman yang tersisa dan
dapat digunakan untuk diberikan perlakuan pemupukan.
Pengamatan pertumbuhan tanaman Nepenthes x ventrata ini dilakukan pada
bulan April 2011 setelah tanaman sudah berumur 8 MST dan telah memiliki akar
yang cukup kokoh untuk diberi perlakuan. Sedangkan pengamatan dihentikan
pada minggu ke 12 setelah perlakuan atau 3 bulan, karena pada umur inilah
tanaman Nepenthes sudah mulai membentuk kantong dan layak untuk dipasarkan.
Awal sebelum perlakuan, tanaman terdiri atas 4 ruas dan 4 daun yang
sebagian daunnya dipotong untuk mengurangi transpirasi. Setelah diberikan
perlakuan pada 8 MST, sulur terbentuk dari ujung daun pada 8 minggu setelah
perlakuan. Ujung sulur tersebut membentuk kantong pipih yang akan terbuka
menjadi kantong utuh pada selang waktu 2 minggu atau lebih (Gambar 4). Jadi
kantong utuh akan terbentuk setelah tanaman berumur 10 MSP atau lebih dari
setiap perlakuan.

15

a

b

e

c

d

 

Gambar 4. Siklus Pembentukan Kantong Nepenthes x ventrata, (a) stek 4 ruas,
(b) inisiasi membentuk kantong pipih, (c) kantong utuh tertutup, (d)
kantong utuh terbuka, (e) kondisi akhir pengamatan kantong
 
 

Pengamatan Lingkungan
Suhu
Suhu tempat penelitian berkisar antara 23-25 0C menandakan bahwa ratarata suhu harian cukup sejuk. Suhu diamati ketika pagi hari saat dilakukan
penyiraman. Suhu optimum tanaman Nepenthes dataran rendah berkisar antara
23-31 0C. Suhu rendah ini juga dipengaruhi sering turun hujan pada bulan April
dan Mei. Pada awal bulan April (1 MSP) mengalami perbedaan suhu yang cukup
berbeda yaitu 27 0C (Gambar 6). Meskipun suhu yang cukup rendah, tanaman
Nepenthes membutuhkan cahaya matahari penuh untuk memacu pertumbuhan
kantongnya. Pada penelitian ini diberikan naungan plastik UV agar dapat diatur
panyiramannya tetapi tidak mengurangi masuknya cahaya matahari. Kelembaban
tinggi akan berpengaruh baik pada pertumbuhan tanaman Nepenthes karena sesuai
habitat aslinya di alam yaitu di bawah hutan maupun di semak-semak rawa.

16

Namun pada penelitian ini suhu yang cukup rendah dan kelembaban yang
cukup tinggi menyebabkan adanya hama kutu putih (Pseudococcus spp.) yang
hidup menempel pada bagian bawah daun (Gambar 5). Hama ini muncul dan
berkembang pesat saat kondisi lingkungan tanaman lembab terutama pada
pergantian musim (Redaksi Trubus, 2006). Sanitasi dilakukan secara manual
setiap hari bersamaan dengan penyiraman. Tindakan pencegahan juga dilakukan
dengan menyemprot insektisida sistemik Pegasus 200EC dengan dosis 0.5 ml L-1
per dua minggu. Suhu yang rendah di malam hari yang berkisar 10-12 0C dan
suhu siang hari yang berkisar antara 25-30

0

C merupakan suhu optimum

perkembangan tanaman Nepenthes terrestrial seperti Nepenthes x ventrata.

 

Gambar 5. Hama Kutu Putih (Pseudococcus spp.) pada Nepenthes x ventrata.
 
26.5
26
25.5
Suhu (0C)

25
24.5
24
23.5
23
22.5
April
April
(0-3
(0-3 MSP)

Mei
Mei
(4-8
(4-8 MSP)

Juni
Juni
(9-12
(9-12 MSP)

Gambar 6. Rata-Rata Suhu Harian selama Penelitian bulan April-Juni 2011

 

17

Kelembaban Relatif Harian
Pada habitat aslinya tanaman Nepenthes hidup dalam lingkungan dengan
kelembaban 70-90%. Kelembaban relatif harian yang ditunjukkan oleh
termometer bola basah-bola kering menunjukkan bahwa lingkungan tempat
tumbuh tanaman mempunyai kelembaban berkisar 87-91%, sehingga kondisi
kelembapan di lokasi penelitian sudah sesuai dengan kebutuhan Nepenthes
(Gambar 7). Pada 3 MSP menunjukkan kelembaban relatif harian yang tertinggi
karena pada minggu tersebut hujan turun hampir setiap hari. Tanpa kelembaban
yang memadai kantong Nepenthes tidak terbentuk.

Kelembaban Relatif Harian (%)

92
91
90
89
88
87
86
85
84
April
April
(0-3
(0-3 MSP)

Mei
Mei
(4-8
(4-8 MSP)

Juni
Juni
(9-12

(9-12 MSP)

 

Gambar 7. Rata-Rata Kelembaban Relatif Harian selama Penelitian bulan AprilJuni 2011.
 

Electrical Conductivity
Konduktivitas elektrik atau EC (Electrical Conductivity) adalah ukuran
kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik, diukur dalam satuan
Siemens/m, atau mmhos/cm. EC menunjukkan bahwa media tanam yang
digunakan mengandung kadar garam tertentu yang dapat menghantarkan arus
listrik. Menurut Budiana (2007) bahwa nilai EC meningkat sejalan dengan
meningkatnya salinitas tanah dan pertumbuhan yang optimal terjadi pada kisaran
EC tertentu (100-1 000 ppm). Menurut Zoko (2011) konduktivitas elektrik media
tanam optimal tanaman merambat berkisar antara 1 400-1 680 ppm contohnya

18

pada tanaman Monstera sp.. Jadi pada pengamatan ini EC (