Obesitas Rambe, Sp.SK dr. Amira Permatasari, Sp.P

Vasospasme yang berlanjut dapat menyebabkan terjadinya infark serebri sekunder, yang mengakibatkan semakin luasnya kerusakan jaringan otak Rambe, 2007

2.4 Obesitas

2.4.1 Definisi Obesitas

Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh Dorland, 2005. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan 20 pada pria dan 25 pada wanita karena lemak Ganong, 2008 Menurut Sugondo 2009, obesitas merupakan suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa. Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Menurut Ma’ruf 2005 dalam Amsriza 2007, secara ilmiah, obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan sistematik antara asupan kalori dengan pemakaian energi. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor, yaitu: genetik, lingkungan, psikis, jenis kelamin, kesehatan seperti penyakit hipotiroidisme, obat-obatan seperti kortikosteroid, perkembangan terutama yang gemuk pada masa kanak-kanak, dan aktivitas fisik.

2.4.2 Tipe Obesitas

Berdasarkan letak timbunan lemak, obesitas dapat dibagi menjadi dua tipe Emedicine Health, 2010 antara lain: 1. Obesitas Android Tipe Sentral Bila lemak banyak tertimbun di setengah bagian atas tubuh perut, dada, punggung, muka. Pada umumnya, tipe ini dialami oleh pria. 2. Obesitas Gynoid Tipe Perifer Bila lemak tertimbun di setengah bagian bawah tubuh pinggul dan paha. Pada umumnnya, tipe ini banyak dialami oleh wanita. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2: Tipe Obesitas Android Apple-Shaped dan Obesitas Gynoid Pear-Shaped Sumber: Medline Plus, The A.D.A.M. Medical Encyclopedia

2.4.3 Penilaian Obesitas

A. Indeks Massa Tubuh IMT Mengukur lemak tubuh secara langsung sangatlah sulit dan sebagai pengukur pengganti dipakai Body Mass Index BMI atau Indeks Massa Tubuh IMT untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas. IMT diukur dengan cara berat badan dalam kilogram kg dibagi tinggi badan dalam meter kuadarat m 2 . Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut WHO 2000 Klasifikasi IMT kgm 2 Berat badan kurang 18,5 Berat badan normal 18,50 −24,9 Berat badan berlebih ≥25,00 Pra-obes 25,00 −29,9 Obes derajat I 30,00 −34,9 Obes derajat II 35,00 −39,9 Obes derajat III ≥40,00 Sumber: Sugondo, 2009 Penggunaan Indeks Massa Tubuh IMT hanya berlaku untuk orang dewasa. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan dengan peningkatan massa otot, seperti pemain sepakbola, atlet angkat besi dan lainnya yang menggunakan angkat beban sebagai bagian dari program olahraganya Soegih, 2009. IMT juga tidak dapat diterapkan dalam keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dan hepatomegali Supariasa, 2001. B. Pengukuran Lingkar Perut Cara lain menilai obesitas ialah dengan mengukur lingkar perut LP. Pengukuran lingkar perut paling tepat untuk menentukan obesitas sentral dan merupakan pemeriksaan yang praktis dan tidak sulit. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita plastik atau pita meteran, di daerah setinggi umbilikus atau pada titik pertengahan antara batas bawah tulang iga dengan puncak tulang iliaka. Dengan menggunakan pita secara horizontal pada saat akhir ekspirasi dengan kedua tungkai dilebarkan 20-30 cm. Subyek diminta untuk tidak menahan perutnya. Menurut WHO 2000 dalam Sugondo 2009, untuk penduduk Asia, seseorang dikatakan obesitas apabila IMT-nya ≥25 kgm 2 atau lingkar perut ≥90 cm pada pria dan ≥80 cm pada wanita. Sedangkan untuk penduduk diluar Asia, Universitas Sumatera Utara apabila IMT-nya ≥30 kg m2 atau lingkar perut ≥102 cm pada pria dan ≥88 cm pada wanita. Lemak pada daerah abdominal viseral berhubungan dengan faktor risiko kardiovaskuler, sindrom metabolik, meliputi DM tipe 2, gangguan tolerannsi glukosa, hipertensi, dan dislipidemia. Pengukuran ini juga penting dilakukan pada saat pasien sedang menjalankan program penurunan berat badan, karena lingkar perut yang mengecil secara bermakna akan menurunkan risiko tersebut walaupun BB tidak terlalu berubah Soegih, 2009. Tabel 2.3 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik 2000 Klasifikasi IMT kgm 2 Risiko Komorbid Lingkar Pinggang 90 cm pria ≥ 90 cm pria 80 cm wanita ≥ 80 cm wanita Berat badan kurang 18,5 Rendah risiko meningkat pada masalah klinis lain Sedang Kisaran normal 18,5 −22,9 Sedang Meningkat Berat badan lebih ≥23,0 • Berisiko 23,0 −24,9 Meningkat Moderat • Obes derajat I 25,0 −25,9 Moderat Berat • Obes derajat II ≥30,0 Berat Sangat berat Sumber: Sugondo, 2009 C. Waist Hip Ratio WHR Waist hip ratio digunakan untuk menentukan adanya lemak di daerah abdomen, akan tetapi saat ini pemeriksaan ini jarang dilakukan. Pengukuran lingkar pinggul dilakukan di lingkaran terbesar dari pinggul, dan pasien berdiri dengan tegak, kedua tangan di samping tubuh dan kaki dirapatkan. WHR sudah jarang digunakan untuk menilai perubahan status lemak intraabdominal, karena Universitas Sumatera Utara pada saat terjadi penurunan lingkar perut akan diikuti juga dengan penurunan lingkar pinggul, sehingga WHR tidak berubah. D. Pemeriksaan Lain Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan, salah satunya adalah pemeriksaan komposisi lemak tubuh. Pemeriksaan ini mudah dilakukan karena menggunakan alat, seperti bioelectric impedance analysis BIA dan dual energy x-ray absorptiometry DEXA. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan metode underwater weighting, tetapi pemeriksaan ini sulit dan tidak praktis sehingga jarang digunakan. Sementara untuk pengukuran lemak viseralsentral yang paling akurat adalah dengan menggunakan CT scan atau MRI, tetapi mahal dan tidak praktis.

2.4.4 Komplikasi Obesitas

Kelebihan berat badan dan obesitas menghasilkan konsekuensi kesehatan yang serius. Peningkatan risiko secara progresif seiring dengan peningkatan Body Mass Index BMI. Menurut WHO 2006, peningkatan BMI merupakan risiko terbesar untuk penyakit kronik seperti: a. Penyakit kardiovaskular sistem terutama penyakit jantung dan stroke Penyakit ini sudah menjadi penyebab kematian yang pertama, membunuh 17 juta orang setiap tahunnya. b. Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus yang telah menjadi epidemik global. Proyek WHO dimana kematian diabetes akan meningkat 50 di seluruh dunia pada 10 tahun mendatang. c. Penyakit muskuloskeletal Khususnya osteoartritis yang berkaitan dengan Low Back Pain. d. Beberapa kanker endometrium, payudara, dan kolon Universitas Sumatera Utara

2.5 Pengaruh Obesitas Terhadap Stroke Iskemik