Identifikasi dan konfirmasi keberadaan E.coli pada jamu kunyit asam

Gambar 2. Hasil Isolasi E.coli media TBX Keterangan: K + = kontrol positif P = sampel uji = koloni terpisah berwarna hijau kebiruan Berdasarkan hasil isolasi bakteri E.coli dalam jamu kunyit asam pada media TBX setelah inkubasi 24 jam, diperoleh bahwa sampel dari ketiga penjual jamu menunjukkan hasil negatif atau tidak terkontaminasi bakteri E.coli. Hasil isolasi tidak menunjukkan adanya pertumbuhan E.coli spesifik warna hijau, bentuk bulat dengan kilap logam serta bintik biru kehijauan di tengah Lampiran 9.

3. Identifikasi dan konfirmasi keberadaan E.coli pada jamu kunyit asam

Tujuan dari tahap identifikasi dan konfirmasi keberadaan E.coli pada jamu kunyit asam adalah untuk memastikan keberadaan bakteri E.coli berdasarkan uji biokimiawinya. Pada tahap identifikasi bakteri E.coli ini seharusnya dilakukan dengan uji karbohidrat dan uji IMVIC serta penegasan dengan pengecatan gram. Namun, peneliti tidak melakukan tahapan ini karena dari hasil pengkayaan dan isolasi bakteri E.coli tidak terdapat bakteri E.coli. Tahap identifikasi E.coli tidak dapat dilakukan karena pada tahap pengkayaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tidak terbentuk gas dalam tabung Durham serta sampel jamu tidak mengalami kekeruhan yang menandakan tidak ada bakteri yang mampu memfermentasikan laktosa yang terdapat pada media ECB. Media ECB merupakan media selektif untuk E.coli sehingga jika pada tahap pengkayaan memberikan hasil negatif E.coli, maka tidak perlu untuk dilakukan uji biokimia. Selain itu, hasil dari tahap isolasi yaitu tidak ada koloni bakteri apapun yang tumbuh pada media TBX sehingga tidak ada koloni bakteri yang dapat diinokulasikan untuk tahap identifikasi. Tahap isolasi tetap dilakukan untuk memastikan bahwa pada sampel jamu benar-benar tidak terpapar E.coli yang ditunjukan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni. Media TBX hasil inkubasi tidak ditumbuhi koloni spesifik E.coli yang memiliki ciri-ciri diameter 2-3 mm, berbentuk bulat, berwarna hijau dengan kilap logam serta terdapat bintik hijau kebiruan ditengahnya koloni berwarna hijau yang menandakan pertumbuhan koloni bakteri E.coli. Media TBX hasil isolasi berwarna bening seperti yang ditunjukkan pada lampiran 9. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jamu kunyit asam dari ketiga penjual jamu di wilayah Ngawen benar-benar bersih atau terbebas dari kontaminasi bakteri E.coli. Pembuatan jamu yang benar menurut petunjuk operasional dari Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik CPOTB, yaitu pertama adalah menjaga kehegienisan jamu dengan cara mencuci tangan menggunakan sabun. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah kualitas bahan baku yang akan digunakan. Bahan baku berupa rimpang kunyit dan asam jawa yang harus dicuci dengan bersih sebanyak 2-3 kali pencucian.Pembuat jamu harus selalu menggunakan pelindung tubuh untuk menghindari adanya kontaminasi terhadap jamu. Pembuat jamu harus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menjaga kebersihan dengan cara menggunakan alat pelindung diri agar tidak mengkontaminasi jamu. Jamu yang sudah jadi harus dikemas dengan menggunakan wadah sesuai yang memenuhi syarat higienitas BPOM RI, 2005. Proses pembuatan jamu yang dilakukan oleh ketiga penjual jamu di wilayah Ngawen dapat dikatakan sebagian besar prosedur pembuatannya telah sesuai dengan CPOTB seperti menjaga kehegienisan jamu dengan melakukan pencucian tangan terlebih dahulu sebelum membuat jamu, pencucian bahan-bahan yang dilakukan sebanyak 2 kali di bawah air mengalir dan penempatan produk jamu yang sudah jadi pada botol kaca. Proses pembuatan jamu yang sebagian besar telah sesuai dengan CPOTB tersebut memungkinkan jamu terhindar dari kontaminasi mikroba serta minimnya kapangkhamir yang dapat tumbuh karena kebersihan dan sanitasi jamu terjaga dari aspek bahan baku, penyimpanan bahan baku, tempat pengolahan, pengemasan, dan dari aspek penjual jamu itu sendiri. Rimpang kunyit merupakan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jamu kunyit asam memiliki tempat pertumbuhan di tanah. Kondisi lingkungan dari rimpang kunyit yang tumbuh di dalam tanah tersebut menunjang pertumbuhan kapangkhamir serta mikroba seperti E.coli karena keadaan tanah yang lembab Pratiwi, 2008. Proses pencucian bahan baku yang dilakukan secara berulang dengan air mengalir hingga bahan baku tersebut bersih dapat menghindarkan rimpang tersebut terhindar dari kapangkhamir serta mikroba karena dapat menghilangkan atau meminimalkan mikroba serta kapangkhamir yang menempel. Selain itu pembuat jamu dan tempat pembuatan jamu dijaga kebersihannya sehingga menghindarkan adanya kontaminan mikroba. Pemanasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang optimal dalam proses pembuatan jamu kunyit asam juga dapat membunuh mikroba yang mungkin ada dalam sampel jamu. Menurut Markova, N. 2010 E. coli akan mati pada suhu 60 ⁰C. Jamu yang telah dipanaskan sampai suhu ini tidak akan mengandung cukup populasi E. coli yang akan menyebabkan penyakit pada manusia. Bakteri lain yang memungkinkan terdapat pada sampel jamu kunyit asam adalah bakteri thermofilik yang dapat tumbuh dan bertahan hidup diatas 75 ⁰C. Terdapat beberapa bakteri yang tahan terhadap pemanasan seperti Pseudomonas aeruginosa, Bacillus circulans, Geobacillus stearothermophilus Melzoch, K., 2014. Sampel jamu kunyit asam dari ketiga penjual jamu di wilayah Ngawen memiliki kadar kunyit yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari warna serta kekentalan jamu kunyit asam yang berwarna kuning kecoklatan serta banyaknya ampas kunyit asam yang mengendap di dalam botol steril ketika belum dikocok. Kondisi ini memungkinkan dapat membunuh mikroba yang terdapat pada sampel jamu kunyit asam. Botol pengemas yang digunakan adalah botol kaca khusus untuk jamu cair yang sudah dicuci bersih sehingga kehegienisan jamu tetap terjaga serta menghindarkan adanya kontaminasi mikroba dari botol pengemas karena botol yang digunakan bukan merupakan botol bekas yang mungkin dapat ditumbuhi berbagai macam mikroba atau kapangkhamir yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Mikroba yang dimaksudkan adalah E.coli. Dengan demikian, kesesuaian cara pembuatan jamu kunyit asam oleh ketiga penjual jamu di wilayah Ngawen dengan CPOTB menurut BPOM 2005 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dapat menjaga kehigienisan dan kualitas jamu kunyit asam serta menghindari adanya kontaminan. 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN