keluaga dalam tugas pertutusan Gereja dilaksanakan sesuai dengan kekhasan keluarga yaitu persekutuan suami-istri sebagai pasangan hidup, orang tua dan
anak-anak sebagai keluarga. Perjanjian nikah suami-istri yang keduanya dibaptis merupakan simbol
nyata dari perjanjian baru dan kekal antara Kristus dan Gereja. Hal ini menjadikan persekutuan hidup dan cinta suami-istri sebagai sakramen, berciri
menyatukan jiwa-badan, tak terceraikan, setia dan terbuka bagi keturunan. Ciri tak terceraikan menunjukkan bahwa perkawinan mempunyai akibat tetap dan
tidak dapat diceraikan atau diputuskan oleh kuasa manapun kecuali kematian. Pendampingan keluarga dimulai sejak masa pra-pernikahan, menjelang
peneguhan pernikahan dan dilanjutkan dengan pendampingan pasca pernikahan. Pendampingan masa pra-pernikahan dilakukan dalam beberapa
tahap, yaitu: pendampingan anak-anak, pendampingan remaja dan kaum muda, dan persiapan calon pengantin. Pendampingan menjelang peneguhan
pernikahan ditujukan agar calon pengantin siap menerima sakramen perkawinan secara iman. Pendampingan pasca pernikahan dikelompokkan
menjadi pendampingan keluarga muda, pendampingan keluarga madya, dan pendampingan keluarga dengan usia perkawinan lebih dari 25 tahun serta
pendampingan keluarga dengan kondisi khusus. Berdasarkan hasil penelitian yang terungkap dalam bab 3, disimpulkan
bahwa pada dasarnya keluarga muda telah memiliki pemahaman yang cukup akan pentingnya membangun keluarga sesuai dengan ajaran Gereja. Demi
mewujudkan pemahaman ini mereka perlu mendapatkan dukungan dari
Gereja. Dukungan yang mereka harapkan adalah dalam bentuk pertemuan katekese.
Berangkat dari harapan keluarga muda di paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran agar mereka mendapatkan pendampingan sesuai harapan
mereka demi mewujudkan kebahagiaan dan menjaga keutuhan perkawinan mereka, penulis mengusulkan sebuah program pendampingan keluarga dalam
bentuk katekese. Usulan program dilaksanakan dalam 6 enam pertemuan. Masing-masing pertemuan dilaksanakan dengan waktu kurang lebih 2 dua
jam. Tema yang penulis usulkan adalah Membangun Keluarga Katolik Bahagia dan Lestari Seturut Ajaran Gereja. Adapun tujuan dari program
pendampingan ini adalah agar melalui katekese keluarga muda dibantu dalam membangun keluarga yang bahagia dan lestari dengan mendalami dan
menghayati Ajaran Gereja.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, berikut ini akan diajukan beberapa saran untuk para pendamping keluarga pada umumnya,
secara khusus para pendamping keluarga, romo paroki, dan bagi para keluarga muda Katolik di paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
1. Bagi Para Pendamping Keluarga Pada Umumnya
Tantangan yang dihadapi keluarga seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi semakin berat dan beragam. Para
pendamping perlu terus mengembangkan kemampuan pendampingan dan
selalu mengikuti informasi-informasi baru melalui media cetak maupun elektronik ataupun sumber informasi lain. Supaya arah pendampingan
yang sesuai, pendamping perlu mengadakan observasi dan evaluasi secara berkala. Program pendampingan sebaiknya dilaksanakan berkelanjutan
dan disesuaikan dengan kebutuhan keluarga. Selain itu agar pendampingan selaras dengan ajaran Gereja dan tepat sasaran, perlu koordinasi yang baik
dengan berbagai elemen Gereja baik itu hierarki maupun para ahli seperti: ahli hukum perkawinan, ekonomi, pendidikan anak, psikologi dan
sebagainya yang berkaitan dengan pendampingan keluarga.
2. Bagi Para Pendamping Keluarga di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus
Ganjuran
Program yang disusun dalam skripsi ini telah disusun menurut tema-tema yang banyak dipilih oleh keluarga muda di paroki dan bisa
dijadikan alternatif dalam pelaksanaan pendampingan keluarga muda Katolik di paroki. Pendampingan yang disusun dalam bentuk katekese,
karena banyak dipilih oleh keluarga muda. Dalam melaksanakan program ini masih terbuka kesempatan bagi para pendamping untuk mengolah
materi yang ada sesuai dengan ketersediaan sarana dan prasarana. Selain itu bisa dilengkapi dengan sumber-sumber lain bila dirasa perlu.
Kerjasama antar pendamping diperlukan demi meningkatkan kualitas pendampingan. Program pendampingan yang disusun ini masih bersifat
komunal dan diadakan secara berkelompok belum menyentuh
pendampingan secara personal. Mengingat kekhasan masing-masing keluarga dalam menghadapi permasalahan yang terjadi, untuk ke depan
perlu dipikirkan juga pendampingan secara personal. Pendampingan personal ini sangat diperlukan terutama untuk keluarga dengan kasus
khusus.
3. Bagi Romo Paroki
Mengingat beberapa kasus yang dialami keluarga muda diparoki yang berujung pada pembatalan. Pendampingan keluarga menjadi masalah
yang perlu mendapat prioritas dan perhatian yang lebih. Untuk itu, dukungan dari romo paroki untuk para pendamping keluarga sangat
diperlukan baik itu dalam bentuk pembinaan, pendampingan, dukungan moral, spiritual, materi, pendanaan, dan sarana prasarana yang memadai.
Bila dirasa perlu, untuk tema-tema tertentu romo paroki bisa mengundang para ahli. Pendampingan akan lebih terarah bila dibentuk tim khusus yang
berisi orang-orang yang berkompeten. Tim khusus ini bertanggung jawab untuk membuat program pendampingan, meningkatkan kemampuan para
pendamping yang sudah ada dan mengkader pendamping-pendamping baru.
4. Bagi Para Keluarga Muda Katolik
Membangun keluarga Katolik tantangannya tidak semudah yang dibicarakan. Keluarga muda perlu menyadari bahwa masih membutuhkan