Investor Preference Toward Sharia Financial Products

PREFERENSI KEPUTUSAN INVESTOR TERHADAP
ALTERNATIF PRODUK KEUANGAN SYARI’AH

ADRIANNA SYARIEFUR RAKHMAT

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul “Preferensi
Keputusan Investor Terhadap Alternatif Produk Keuangan Syari’ah” adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013
Adrianna Syariefur Rakhmat
H151110081

RINGKASAN
ADRIANNA SYARIEFUR RAKHMAT. Preferensi Keputusan Investor
Terhadap Alternatif Produk Keuangan Syari’ah. Dibimbing oleh MUHAMMAD
FIRDAUS dan DEDI BUDIMAN HAKIM.
Riset tentang preferensi keputusan investor terhadap alternatif produk
keuangan syari’ah menjelaskan prilaku investor mengenai faktor faktor yang
mempengaruhi keputusan invetasi. Intinya bagaimana prilaku ini menjelaskan
mengenai apa, kenapa, dan bagaimana berinvestasi menurut perspektif investor.
Riset ini dapat membantu lembaga keuangan penyedia produk keuangan dalam
menetapkan strategi untuk menarik investor agar berinvestasi secara efektif dan
sesuai dengan kebutuhan maupun keinginan investor. Kebutuhan dan keinginan
investor tersebut dapat dipelajari melalui proses pengambilan keputusan
berinvestasi. Selain itu, hasil riset juga akan bermanfaat sebagai referensi calon
investor lainnya dalam menentukan keputusan investasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan investasi
keuangan syari’ah di Indonesia, membandingkan alternatif produk keuangan

syari’ah dengan produk keuangan konvensional, dan menganalisis faktor faktor
yang mempengaruhi preferensi investor terhadap alternatif produk keuangan
syari’ah.
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil survey dengan menggunakan kuesioner. Responden yang
dianalisis berjumlah 87 orang, yaitu terdiri dari peserta Sekolah Pasar Modal
Syari’ah (SPMS) dan non peserta SPMS di Jakarta. Sedangkan data sekunder
didapat dari berbagai buku, jurnal dan website. Untuk menganalisis data yang
terkumpul, analisis yang digunakan adalah; analisis deskriptif untuk memaparkan
perkembangan investasi keuangan syari’ah di Indonesia dan perbandingan antara
alternatif produk keuangan syari’ah dan produk keuangan konvensional. Analisis
logit digunakan untuk menjelaskan faktor faktor yang mempengaruhi preferensi
investasi keuangan syari’ah dibanding investasi keuangan konvensional.
Berikutnya, analisis multinomial logit digunakan untuk menerangkan faktor faktor
yang mempengaruhi preferensi investasi reksa dana syari’ah, deposito syari’ah,
asuransi syari’ah dan dinar dibanding saham syari’ah.
Berdasarkan analisis logit, bahwa faktor yang mempengaruhi preferensi
investor terhadap investasi keuangan syari’ah adalah tingkat pengetahuan, dimana
semakin bertambah pengetahuan seseorang mengenai keuangan syari’ah, maka
akan cenderung lebih prefer berivestasi di produk keuangan syari’ah dibanding

berivestasi di produk keuangan konvensional. Memiliki pengetahuan mengenai
keuangan syari’ah adalah proses awal dalam menentukan keputusan investasi.
Oleh karena itu, hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap preferensi
investasi keuangan syari’ah adalah positif.
Sedangkan berdasarkan analisis multinomial logit, bahwa keikutseraan
sekolah pasar modal syari’ah berpengaruh terhadap preferensi investasi reksa dana
syari’ah, deposito syari’ah, asuransi syari’ah dan dinar. Namun hanya terhadap
preferensi investasi reksa dana syari’ah saja yang berpengaruh positif, sedangkan
lainnya adalah negatif. Kemudian untuk variabel tabungan, bahwa semakin tinggi
tingkat tabungan investor, maka akan lebih prefer berinvestasi di saham syari’ah

dibanding reksa dana dan asuransi syari’ah. Selanjutnya, investor dengan tingkat
pendidikan yang tinggi lebih prefer berinvestasi di saham syari’ah dibanding
asuransi syari’ah. Investor dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung
risk seeker dan lebih prefer berinvestasi di produk keuangan yang berisiko tinggi.
Berikutnya semakin bertambah usia investor, maka akan lebih prefer berinvestasi
reksa dana syari’ah dibanding saham syari’ah.
Kata kunci: Preferensi Investor, Keuangan Syari’ah, Logit, Multinomial Logit

SUMMARY

ADRIANNA SYARIEFUR RAKHMAT. Investor Preference Toward Sharia
Financial Products. Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS and DEDI
BUDIMAN HAKIM.

Investor Preference Toward Sharia Financial Products is a research about
investor behavior which explains factors influencing investment decision. In
essential, how the behavior pattern of investor describes about what, why, and
how to invest. This research is useful for financial institutions to help in analyzing
investor need. Investor need can be learned through investment decision process.
Furthermore, this research also useful as investors reference in determining
investment decision.
This research aims to describe the development of sharia financial
investment in Indonesia and to compare between sharia financial products and
conventional financial products, and to analyze factors influencing investor
preference of sharia financial investment.
This research was based on primary and secondary data. Primary data have
been obtained through a structure questionaire. The sample size was 87 and the
respondents were consisted of participant and non participant of sharia capital
market school in Jakarta. The secondary data have been collected from various
books, journals, and websites. The sampling technique followed in this research is

purposive sampling. In order to analyze the collected data, the following tools
were used. Descriptive analysis is used to describe the development of sharia
financial investment in Indonesia and the comparison between sharia financial
products and conventional financial product. Logit analysis is used to analyze
factors influencing sharia financial investment compared to conventional financial
investment. Afterward, multinomial logit is used to analyze factors influencing
sharia mutual fund, sharia deposit, sharia insurance, and dinar compared to sharia
stock.
The result of the logit model shows that the factor influencing investor
preference toward sharia financial investment is the level of knowledge. If the
level of knowledge increases, then the investors will prefer to put their fund in
sharia financial investment than conventional financial investment. This is
because that to have a knowledge about sharia financial theory, is the initial
process in determining investment decision. Therefore, the level of knowledge
positively correlated with investor preference in sharia financial investment.
Multinomial logit model indicates that the participation of sharia capital
market school influences toward investment preference in sharia financial
products. So it’s hoped to the institution related to sharia capital market and other
sharia financial institutions to increase literacy program about sharia financial
investment. Beside that, the level of saving shows significant influence toward

sharia insurance preference, which the investors with a higher saving more prefer
to put most of their funds in sharia stock than to put in sharia mutual fund and
sharia insurance. Afterward, the level of education also shows a significant
relation toward sharia insurance preference, which the investors with a higher
education tend to take more risk and consequently they prefer to invest in sharia

stock than sharia insurance. This result also suggest that age of respondent
correlates with the investment preference of sharia mutual fund, which the young
investor tend to have their money in sharia stock than sharia mutual fund.
Keywords: Investor Preference, Sharia Finance, Logit, Multinomial Logit

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PREFERENSI KEPUTUSAN INVESTOR TERHADAP
ALTERNATIF PRODUK KEUANGAN SYARI’AH

ADRIANNA SYARIEFUR RAKHMAT

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Noer Azam Achsani, MS

Judul Tesis : Preferensi Keputusan Investor Terhadap Alternatif Produk

Keuangan Syari’ah
Nama
: Adrianna Syariefur Rakhmat
NIM
: H151110081

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Muhammad Firdaus, SP, MSi
Ketua

Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir R Nunung Nuryartono, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 21 November 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis dengan judul “Preferensi Keputusan Investor
Terhadap Alternatif Produk Keuangan Syari’ah” dapat terselesaikan dengan baik.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata2 dan memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dari Program Studi Ilmu Ekonomi di
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof
Dr Muhammad Firdaus, SP MSi selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr Ir
Dedi Budiman Hakim, MEc selaku anggota komisi pembimbing atas arahan dan
masukannya dalam penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih selanjutnya penulis

sampaikan kepada Prof Dr Ir Noer Azam Achsani, MS (penguji luar komisi), Ibu
Dr Lukytawati Anggraeni, SP MSi (penguji perwakilan dari program studi), dan
Bapak Dr Ir R Nunung Nuryartono MSi (Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi), dosen
pengajar, pengelola program studi, serta teman-teman Ilmu Ekonomi Reguler-5.
Secara khusus, penulis menyampaikan terima kasih yang tak terkira kepada
kedua orang tua, Ahmad Suja’i Abdullah (ayah), Euis Komariah (ibu), kedua adik,
Khaeruni Aisya (adik), Zharfan Ghana (adik), dan seluruh keluarga besar atas
dukungan yang luar biasa, berupa moril dan materiil dari awal perkuliahan hingga
penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya dibutuhkan saran dan masukan yang konstruktif untuk perbaikan dan
penyempurnaannya. Akhirnya, besar harapan penulis agar tesis ini dapat bermanfaat
luas serta memberi kontribusi positif bagi dunia pendidikan dan penelitian.

Bogor, Desember 2013
Adrianna Syariefur Rakhmat

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan Penelitian
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
4
4
4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Teori Keuangan Syari’ah
Akad Akad Keuangan Syari’ah
Alternatif Investasi Produk Keuangan Syari’ah
Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian

5
5
6
11
21
23
25

3 METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengambilan Sampel
Pengujian Kuesioner
Metode Analisis
Model Penelitian
Definisi Operasional

26
26
26
27
28
30
33

4 GAMBARAN UMUM

34

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Uji Validitas dan Reliabilitas
Preferensi Investasi Keuangan Syari’ah Berdasarkan Model Logit
Preferensi Investasi Keuangan Syari’ah Berdasarkan Model Multi Logit
Implikasi Kebijakan

51
51
53
54
55
60

6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

61
61
62

DAFTAR PUSTAKA

63

LAMPIRAN

66

RIWAYAT HIDUP

71

DAFTAR TABEL
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18
19.
20
21.
22.
23.
24.
25.

Perkembangan Kapitalisasi Pasar Saham Syari’ah, Sukuk, Reksa Dana
Syari’ah, Deposito Syari’ah, Asuransi Syari’ah, dan Dinar di Indonesia
Tahun 2009-2012
Pangsa Pasar Investasi Keuangan Syari’ah di Indonesia Tahun 20092012
Perkembangan Kapitalisasi Pasar IHSG, LQ45, ISSI, dan JII tahun
2008-2012
Perkembangan Emiten IHSG dan ISSI Tahun 2008-2012
Perkembangan Indeks Saham IHSG dan ISSI Tahun 2008-2012
Perkembangan Sukuk Negara di Indonesia Tahun 2008-2012
Perkembangan Total Nilai (dalam miliar rupiah) dan Jumlah Emisi
Sukuk Korporasi dan Sukuk Outstanding di Indonesia Tahun 20022012
Perbandingan Jumlah Antara Reksa Dana Syari’ah dan Reksa Dana
Total di Indonesia Tahun 2008-2012
Perbandingan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Antara Reksa Dana Syari’ah
dan Reksa Dana Total di Indonesia Tahun 2008-2012
Jumlah dan Nilai Aktiva Bersih (dalam miliar rupiah) Reksa Dana
Syari’ah Berdasarkan Jenis di Indonesia Tahun 2012
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syari’ah di Indonesia
Tahun 2008-2012
Perkembangan Tingkat Bagi Hasil (%) Dana Pihak Ketiga Bank Umum
Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah di Indonesia Tahun 2008-2012
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Konvensional di
Indonesia tahun 2008-2012
Perkembangan Tingkat Bagi Hasil (%) dan Tingkat Suku Bunga (%) di
Indonesia tahun 2008-2012
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum dan Bank Syari’ah di
Aceh, DKI Jakarta dan Papua Tahun 2009-2012
Perkembangan Investasi Asuransi Syari’ah dan Nasional Tahun 20082012
Perkembangan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) di Indonesia
Dalam Rupiah dan Dinar Tahun 2008-2012
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Tabungan Per Bulan
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengeluaran Per Bulan
Uji Validitas dan Reliabilitas
Estimasi Parameter Model Preferensi Investasi Saham Syari’ah
Uji Signifikansi Parsial Model Multinomial Logit

2
2
35
35
36
38

39
40
41
41
43
44
44
45
45
47
49
51
51
52
52
53
54
55
56

DAFTAR GAMBAR
1. Kontrak Kontrak Dalam Keuangan Syari’ah
2. Kontrak Transaksional
3. Kontrak Intermediasi
4. Kerangka Pemikiran Penelitian

6
7
9
24

DAFTAR LAMPIRAN
1. Omnibus Test of Model Coefficients
2. Model Fitting Information
3. Estimasi Paramter Preferensi Investor Terhadap Reksa Dana Syari’ah
4. Estimasi Paramter Preferensi Investor Terhadap Deposito Syari’ah
5. Estimasi Paramter Preferensi Investor Terhadap Asuransi Syari’ah
6. Estimasi Paramter Preferensi Investor Terhadap Dinar
7. Kuesioner

66
66
66
66
67
67
68

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah perkembangan industri keuangan syariah yang meliputi
perbankan, asuransi dan pasar modal pada dasarnya merupakan suatu proses
sejarah yang sangat panjang. Awalnya, penerapan prinsip syari’ah pada industri
keuangan di Indonesia dipelopori oleh industri perbankan, yaitu dengan berdirinya
Bank Muamalat pada November 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Bank Muamalat mulai beroperasi
pada tahun 1992, yang didukung oleh cendekiawan Muslim dan pengusaha, serta
masyarakat luas. Bank Muamalat juga menjadi pelopor didirikannya industri
asuransi syari’ah, yaitu PT Syarikat Takaful Indonesia tahun 1994. Dan selang 3
tahun, yaitu pada tahun 1997, PT Danareksa Investment Management
mengeluarkan produk pasar modal syari’ah pertama, yaitu reksa dana syari’ah
berjenis reksa dana campuran yang dinamakan Dana Reksa Syari’ah Berimbang.
PT Danareksa Investment Management juga ikut andil bersama Bursa Efek
Jakarta dalam peluncuran Jakarta Islamic Index (JII) pada 3 Juli 2000. JII menjadi
tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal.
Selain itu JII juga memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara
syari’ah. Produk pasar modal syari’ah bertambah dengan kehadiran sukuk
(obligasi syari’ah), dimana perkembangannya dimulai dari dikeluarkannya Fatwa
Dewan Syari’ah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syari’ah.
Dalam hal ini, PT. Indosat menerbitkan obligasi syari’ah pertama dengan tingkat
bagi hasil sebesar 16.75%, yaitu suatu tingkat return yang cukup tinggi
dibandingkan dengan rata-rata return obligasi konvensional pada waktu itu.
Selang satu tahun setelah penerbitan sukuk, pasar modal syari’ah secara
institusional mulai didirikan. Pendirian tersebut dimulai dari MoU antara
Bapepam dan DSN-MUI pada tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya
kesepahaman antara Bapepam dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal
syariah di Indonesia.
Maraknya lembaga lembaga keuangan syari’ah saat ini merupakan salah
satu tanda bahwa industri keuangan syari’ah mulai berkembang. Selain itu,
pergerakan kapitalisasi pasar investasi keuangan syari’ah dari tahun ke tahun juga
menunjukkan perkembangan. Namun jika dilihat pangsa pasarnya, investasi
keuangan syari’ah masih jauh dari harapan. Padahal, potensi pasar investasi
keuangan syari’ah di Indonesia cukup besar sekali, dimana dapat dilihat dari
populasi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, dan bahkan Indonesia
adalah negara dengan jumlah polulasi muslim terbesar di dunia. Akan tetapi,
populasi muslim yang sangat besar tidak menjadikan Indonesia sebagai pangsa
pasar yang baik bagi produk produk investasi keuangan syari’ah. Hal tersebut
disebabkan oleh masih lemahnya payung hukum dan regulasi yang melandasi
produk produk investasi keuangan tersebut. Selain itu pemahaman masyarakat
terhadap keuangan syari’ah juga belum menyeluruh, sehingga pada prakteknya,
mereka masih menempatkan dananya pada produk investasi keuangan
konvensional.

2
Tabel 1 Perkembangan Kapitalisasi Pasar Saham Syari’ah, Sukuk, Reksadana
Syari’ah, Deposito Syari’ah, Asuransi Syari’ah (dalam triliun rupiah) dan
Nilai Dinar (dalam juta rupiah) di Indonesia Tahun 2008-2012
Tahun

Saham
Syari'ah

Sukuk
Korporasi

Sukuk
Negara

Reksa Dana
Syari'aha

Deposito
Syari'ahb

Asuransi
Syari'ahc

Dinard

2008

428.53

5.49

4.67

1.81

20.14

1.95

1.21

2009

937.92

7.01

19.33

4.63

29.6

3.86

1.42

2010

1 134.63

7.81

38.63

5.23

44.07

5.79

1.66

2011

1 968.09

7.91

59.83

5.56

70.81

7.77

1.94

2012

2 451.33

9.79

63.04

8.05

84.73

9.79

2.32

Sumber : aStatistik Pasar Modal Syari’ah 2013; bStatistik Perbankan Syari’ah
2013; cBapepam LK 2012; dGerai Dinar
Menurut data diatas, kapitalisasi Indeks Saham Syari’ah Indonesia tahun
2012 adalah 2 451.33 triliun rupiah dengan pangsa pasar 59.4% dari kapitalisasi
Indeks Harga Saham Gabungan. Selanjutnya, nilai sukuk korporasi tahun 2012
adalah 9.79 triliun rupiah dengan pangsa pasar 5.8% dari nilai obligasi korporasi
nasional, dan nilai sukuk negara adalah 63.04 triliun rupiah dengan pangsa pasar
7.7% dari total nilai obligasi negara nasional. Berikutnya, Nilai Aktiva Bersih
(NAB) reksa dana syari’ah tahun 2012 adalah 8.05 triliun rupiah dengan pangsa
pasar 3.8% dari NAB reksa dana nasional. Berikutnya, nilai deposito syari’ah
tahun 2012 adalah 84.73 triliun rupiah dengan pangsa pasar 5.8% dari pangsa
pasar deposito nasional, dan nilai investasi asuransi syari’ah tahun 2012 adalah
9.79 triliun rupiah dengan pangsa pasar 3.67% dari nilai investasi asuransi
nasional. Kemudian untuk dinar, dimana saat ini menjadi alternatif investasi yang
aman dan menguntungkan karena nilainya yang stabil, dan bahkan terus
meningkat terhadap rupiah. Perkembangan nilai dinar terhadap rupiah sejak tahun
2009 selalu meningkat diatas 15%. Persentase ini diatas tingkat bagi hasil
deposito syari’ah yang berada di kisaran 6% dan 7%. Adapun secara keseluruhan,
pangsa pasar investasi keuangan syari’ah tahun 2012 adalah mencapai 37.1%.
Nilai tersebut timpang sekali, mengingat hanya saham syari’ah saja yang pangsa
pasarnya mencapai 59%, sedangkan lainnya masih sekitar 5%.
Tabel 2 Pangsa Pasar Investasi Keuangan Syari’ah di Indonesia Tahun 2012
Investasi Keuangan
Saham
Obligasi Korporasi
Obligasi Negaraa
Reksa Danab
Depositoc
Asuransid
Total

Kapitalisasi Pasar (triliun rupiah)
Syari'ah Konvensional
Total
2 451.33
1 675.66
4 126.99
9.79
159.64
169.43
63.04
757.23
820.27
8.05
204.54
212.59
84.73
1 381.30
1 466.03
9.79
266.67
276.46
2 626.73
4 445.04
7 071.77

Pangsa Pasar (%)
Syari'ah Konvensional
59.4
40.6
5.8
94.2
7.7
92.3
3.8
96.2
5.8
94.2
3.7
96.3
37.1
62.9

Sumber : aIDX Statistics 2012; bStatistik Pasar Modal Syari’ah 2013; cStatistik
Perbankan Syari’ah dan Perbankan Indonesia 2013; dSiaran Pers
Bapepam LK 2012

3
Perumusan Masalah
Tantangan krusial bagi setiap calon investor adalah proses pengambilan
keputusan investasi. Setiap investor mempunyai pertimbangan pertimbangan
khusus dalam menempatkan dananya pada setiap alternatif produk keuangan.
Untuk mempertimbangkan salah satu alternatif produk keuangan syari’ah,
membutuhkan berbagai informasi untuk mempermudah keputusan. Informasi
mengenai keuangan syari’ah tersebut merupakan salah satu yang perlu dicermati
oleh lembaga lembaga keuangan syari’ah, pemerintah, atau lembaga lembaga
terkait lainnya. Informasi ini diperoleh melalui proses marketing atau program
literasi terhadap masyarakat yang dapat berupa pelatihan, seminar, ataupun
penelitian penelitian. Informasi seperti ini, bukan hanya mempermudah saja,
namun membuat keputusan tersebut lebih efektif. Keputusan investasi yang
efektif itu adalah keputusan yang sesuai dengan tujuan investasi, yaitu
memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan risiko.
Dengan semakin beragamnya alternatif produk keuangan, akan mendorong
calon investor untuk mencari informasi mengenai produk produk keuangan
tersebut. Dengan pengetahuan yang cukup dan akses informasi yang tepat sasaran
akan berpengaruh kepada efektifitas keputusan investor. Sehingga dari banyaknya
alternatif pilihan yang tersedia, investor dapat memilih produk investasi yang
sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan keinginan mereka. Sedangkan bagi para
lembaga lembaga keuangan penyedia produk keuangan dihadapkan pada
pengembangan produk keuangan dan penerapkan strategi yang efektif dalam
menarik minat investor untuk berinvestasi.
Dilihat dari produk atau instrumennya sendiri, investasi keuangan syari’ah
dapat terdiri atas saham syari’ah, sukuk, reksa dana syari’ah, deposito syari’ah,
asuransi syari’ah dan dinar. Dari instrumen investasi diatas, banyak pertimbangan
yang perlu diperhatikan dan dianalisis oleh investor, sehingga penempatan aset
yang diinvestasikan tepat sasaran dan menguntungkan semua pihak yang terlibat.
Dengan adanya berbagai macam produk keuangan syari’ah, tentunya akan
membuat calon investor berfikir secara rasional dalam menempatkan asetnya pada
salah satu produk diatas. Banyak faktor yang mempengaruhi preferensi calon
investor dalam investasi, diantaranya adalah faktor demografi dan ekonomi.
Kondisi demografi dan ekonomi calon investor memiliki pengaruh terhadap
preferensi investasi alternatif produk keuangan syari’ah. Sehingga penting sekali
untuk diketahui oleh lembaga keuangan agar pemasaran produk investasinya
tepat sasaran.
Saat ini, riset mengenai keuangan syari’ah belum banyak dan informasi
mengenai keuangan syari’ah pula belum memadai, belum lagi tingkat literasi
mengenai keuangan syari’ah juga masih rendah. Riset tentang preferensi
keputusan investor terhadap alternatif produk keuangan syari’ah menjelaskan
pengaruh faktor faktor demografi dan ekonomi terhadap preferensi keputusan
investor pada alternatif produk keuangan syari’ah. Intinya bagaimana prilaku ini
menjelaskan mengenai apa, kenapa, dan bagaimana berinvestasi menurut
perspektif investor. Riset ini adalah merupakan bagian dari proses literasi terkait
investasi keuangan syari’ah guna menambah wawasan dan kekayaan informasi
mengenai keuangan syari’ah. Sehingga, dengan bertambahnya informasi yang

4
tersedia dan meningkatnya pemahaman atau wawasan masyarakat, maka akan
mempermudah keputusan berinvestasi terhadap produk keuangan syari’ah.
Berikutnya, hasil riset ini dapat membantu lembaga keuangan penyedia
produk investasi dalam menetapkan strategi untuk menarik minat investor agar
berinvestasi sesuai dengan kebutuhan maupun keinginan investor, dimana
kebutuhan dan keinginan investor tersebut dapat dipelajari melalui proses
pengambilan keputusan berinvestasi. Kemudian, hasil riset juga akan bermanfaat
sebagai referensi dan informasi bagi calon investor lainnya dalam menentukan
keputusan, karena preferensi investor terhadap produk investasi dapat dipengaruhi
oleh preferensi investor sebelumnya terhadap produk investasi tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
disajikan dalam beberapa pertanyaan berikut ini, yaitu:
1. Bagaimana perkembangan investasi keuangan syari’ah di Indonesia?
2. Bagaimana alternatif produk keuangan syari’ah dibanding produk keuangan
konvensional?
3. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi investor terhadap
alternatif produk keuangan syari’ah?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian ini
diantaranya:
1. Mendeskripsikan perkembangan investasi keuangan syari’ah di Indonesia.
2. Menganalisis alternatif produk keuangan syari’ah dibanding produk keuangan
konvensional.
3. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi preferensi investor terhadap
alternatif produk keuangan syari’ah.
Manfaat Penelitian
Selain untuk menjawab permasalahan yang diteliti, penulis juga berharap
penelitian ini berguna di kemudian hari. Penelitian ini diharapkan mampu
memberi nilai tambah dalam memperkaya pengetahuan mengenai preferensi
investasi keuangan syari’ah, sehingga bagi calon investor sangat berguna untuk
membantu menetapkan keputusan investasi terhadap produk keuangan syari’ah.
Selain itu, penelitian ini bermanfaat bagi regulator jasa keuangan syari’ah dalam
menetapkan strategi untuk menarik calon investor produk keuangan syari’ah.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggambarkan faktor faktor yang mempengaruhi preferensi
investor terhadap produk investasi keuangan syari’ah, yaitu; saham syari’ah, reksa
dana syari’ah, sukuk, deposito syari’ah, asuransi syari’ah dan dinar. Ruang
lingkup penelitian ini adalah responden yang berjumlah 87 orang dimana terdiri
dari 48 orang peserta sekolah pasar modal syari’ah dan 39 orang non peserta
sekolah pasar modal syari’ah di DKI Jakarta.

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Teori Keuangan Syari’ah
Keuangan syari’ah adalah bagian penting dari ekonomi syari’ah yang
muncul akibat adanya larangan riba. Haramnya riba dan halalnya jual beli
merepresentasikan transaksi finansial yang berdasarkan aktivitas riil. Struktur
keuangan syari’ah sebenarnya hanya berbicara sekitar larangan atas pendapatan
yang diperoleh dari pinjaman atau utang berbasis bunga. Riba atau umumnya
dikenal sebagai bunga adalah tambahan yang diambil sebagai pembayaran dari
orang yang berutang. Bunga merepresentasikan pendapatan atas transaksi yang
melibatkan pertukaran uang terhadap uang dengan adanya tambahan. Keuangan
syari’ah dalam hal ini melarang transaksi seperti itu, karena menghasilkan
ketidakseimbangan dalam ekonomi. Seperti semua transaksi yang melibatkan
pembayaran bunga yang dilarang secara mutlak, utang juga tidak bisa
diperjualbelikan, dan transaksi pertukaran uang atau barang yang
merepresentasikan uang seperti emas dan perak adalah harus dalam jumlah yang
sama dan penyerahannya secara langsung dari tangan ke tangan.
Dalam konteks keuangan syari’ah, pinjaman dianggap hanya sebagai
transaksi finansial, yaitu membiayai atau memberikan pinjaman dengan jaminan
pembayaran yang utuh tanpa adanya tambahan dari peminjam. Berbeda dengan
investasi, dimana dalam konteks keuangan syari’ah bukan hanya sekedar transaksi
finansial, namun investasi akan menjadi bagian dari aktivitas riil. Oleh karenanya,
dengan membeli obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah atau korporasi atau
memiliki deposito di bank konvensional tidak bisa dianggap sebagai investasi.
Semuanya tersebut akadnya adalah pinjaman, dan dianggap hanya sebagai
transaksi finansial tanpa adanya aktivitas riil yang terlibat. Bagaimanapun juga,
jika dana tadi digunakan untuk membeli barang riil atau jasa dan kemudian
menjualnya dengan adanya keuntungan, maka penggunaan uang tersebut dapat
diperlakukan sebagai investasi. Akan tetapi, jika uang hasil pinjaman yang
berbasis bunga digunakan untuk membeli gedung atau aset riil, maka itu adalah
aktivitas yang dilarang. Sama seperti membeli dan menjual dokumen finansial
tidak dapat dikatakan investasi, karena tidak ada aktivitas riil yang terlibat di
dalamnya.
Dalam transaksi pinjam meminjam, pertukaran harus dalam jumlah yang
sama. Jika komoditas yang dipinjamkan adalah mata uang dan segala kontrak
pinjaman barang yang dibuat dalam istilah uang, maka tambahan atas dana
pinjaman jelas dilarang, walaupun dalam akad transaksi adalah jual beli bukan
pinjaman. Oleh karenanya, jika 1 ton tepung atau 1000 dollar dipinjamkan, maka
1 ton tepung atau 1000 dollar lah yang akan dibayarkan, dan jika ada tambahan
atas pinjaman tersebut, maka akan menjadi riba. Keuangan syari’ah memandang
bahwa uang merepresentasikan harga, dan perdagangan dalam uang dinyatakan
dalam hadits Rasulullah sebagai riba kecuali jika pertukarannya adalah dari
tangan ke tangan dan dalam jumlah yang sama (Ayyub, 2007).
Dalam pelarangan bunga, keuangan syari’ah memandang bahwa bunga
memindahkan risiko kerugian pinjaman kepada peminjam, yaitu sebuah risiko
yang seharusnya ditanggung oleh pemilik modal. Konsep keuangan syari’ah

6
melarang adanya pemisahaan ini. Risiko yang ada tidak bisa dipindahkan dan
dibebankan kepada salah satu pihak, tetapi harus ditanggung dan dibagi kepada
dua belah pihak (risk sharing) (Khan dan Ahmed, 2008).
Akad Akad Keuangan Syari’ah
Keuangan syari’ah memiliki serangkaian akad atau kontrak inti yang
berfungsi sebagai landasan bagi pendesainan instrumen keuangan yang lebih
rumit dan kompleks. Sebenarnya tidak ada klasifikasi kontrak baku dalam sistem
hukum Islam, tetapi dari sudut pandang bisnis dan komersial, seseorang dapat
mengelompokkan kontrak tertentu sesuai dengan fungsi dan tujuannya dalam
ekonomi dan sistem keuangan. Kontrak yang berhubungan dengan transaksi
komersial dan bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori besar, yaitu
kontrak transaksional, kontrak pembiayaan, kontrak intermediasi, dan kontrak
kesejahteraan sosial (Iqbal dan Mirakhor, 2008).
Kontrak/Instrumen

Kontrak
Transaksional
Bai’
(Jual Beli)

Sharf
(Pertukaran)

Kontrak
Pembiayaan

Murabahah
(Pembiayaan
Perdagangan)

Kontrak
Intermediasi

Kerja Sama

Ijarah
(Sewa)

Mudharabah

Musyarakah
(kerja sama)

Musyarakah

Jasa

Kontrak Kesejahteraan
Sosial

Asuransi
Takaful

Qardhul Hasan
(Pinjaman
Kebajikan)

Kafalah
(Jaminan)
Waqaf

Ijarah
(Sewa)

Istishna’

Ju’alah
(Jasa)
Amanah
(Simpanan)
Wakalah
(Perwakilan)

Gambar 1 Kontrak Kontrak Dalam Keuangan Syari’ah
Kontrak Transaksional
Kontrak transaksional berhubungan dengan sektor ekonomi riil yang
memfasilitasi perdagangan komoditas dan jasa. Perdagangan yang dimaksud
bukan hanya memperdagangkan aset fisik tetapi juga memperdagangkan hak
untuk menggunakan aset fisik. Oleh karena itu, kontrak dasarnya adalah kontrak
pertukaran, penjualan aset atau penjualan hak untuk menggunakan aset. Kontrak
pertukaran dan penjualan menimbulkan pengalihan kepemilikan, sedangkan
kontrak penggunaan aset hanya mengalihkan hak menggunakan barang dari satu
pihak ke pihak lain.

7
Kontrak Transaksional

Pertukaran dan
Penjualan

Pemindahan
Hak
Sewa (Ijarah)

Barang

Jual Beli
(Bai’)

Spot

Murabahah

Kredit

Barter

Mata Uang

Utang
(Hawalah)

Spot
(Sharf)

Future

Bai’ al muajjil

Gambar 2 Kontrak Transaksional
Kontrak pertukaran dan penjualan pada dasarnya berkaitan dengan
aktivitas perdagangan sekaligus penjualan dan pembelian. Secara ringkas, akad
akad dalam pertukaran dan penjualan adalah dapat diklasifikasikan menjadi akad
jual beli atau bai‟, alih piutang atau hawalah, sewa atau ijarah, dan pertukaran
mata uang atau sharf.
Ba’i atau Jual Beli
Untuk akad jual beli atau bai‟ sendiri adalah bermacam macam, yaitu
seperti bai‟ al muajjil, bai‟ as salam, bai‟ al istishna‟, bai‟ al murabahah, dan
bai‟ al musawamah. Bai‟ al muajjil adalah akad jual beli yang memungkinkan
penjualan produk berbasis pembayaran yang ditangguhkan, baik dibayarkan
secara keseluruhan ataupun dicicil. Harga produk telah disepakati antara pembeli
dan penjual pada saat penjualan dan tidak boleh dimasukkan pembebanan apa pun
akibat pembayaran ditangguhkan.
Bai‟ as salam adalah akad jual beli yang memungkinkan penjualan produk
berbasis pembayaran di muka dengan penyerahan barang yang ditangguhkan.
Dalam transaksi ini kuantitas dan kualitas produk harus ditentukan atau dipastikan
pada waktu kontrak dibuat.
Bai‟ al istishna‟ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan dan penjual, dimana spesifikasi, cara dan jangka waktu penyerahan, serta
harga aset tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
Bai‟ al murabahah, yaitu akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Karena

8
keuntungan harus disepakati antara penjual dan pembeli, maka si penjual harus
memberi tahu tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut (Iqbal dan Mirakhor, 2008).
Bai‟ al musawamah adalah akad jual beli yang memungkinkan penjualan
produk berbasis kesepakatan harga yang wajar melalui mekanisme tawar menawar
yang berkesinambungan. Akad bai‟ al musawamah digunakan pada saat
melakukan transaksi efek syari’ah di mesin perdagangan Bursa Efek Indonesia
(Handbook Level II Sekolah Pasar Modal Syari’ah, 2013).
Ijarah atau Sewa
Ijarah adalah akad dimana pihak yang memiliki barang atau jasa (pemberi
sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa untuk
menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan atau
memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa atau pemberi jasa dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa atau upah (ujrah), tanpa diikuti dengan
beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi obyek ijarah (Iqbal dan
Mirakhor, 2008). Adapun jika terjadi peralihan hak kepemilikan barang yang
menjadi obyek ijarah, maka hal tersebut adalah dinamakan ijarah muntahiyah bit
tamlik, dimana dalam hal ini terjadi perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa
atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan
si penyewa (Antonio, 2009)
Sharf
Sharf adalah transaksi jual beli mata uang, baik antar mata uang sejenis
ataupun antar mata uang berlainan jenis. Untuk jenis transaksi jual beli mata uang
yang diperbolehkan adalah transaksi spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan
valuta asing untuk penyerahan saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya
paling lambat dalam jangka dua hari. Sedangkan untuk jenis jenis transaksi valuta
asing yang berbentuk forward, swap dan option1 adalah dilarang atau hukumnya
haram (Sholihin, 2010).
Hawalah
Hawalah adalah akad pengalihan utang dari pihak yang berutang kepada
pihak lain yang wajib menanggung (membayar)-nya. Kemudian pada tahun 2007
dikeluarkan fatwa DSN-MUI mengenai hawalah bil ujrah, yaitu hawalah dengan
disertai pemberian fee atau ujrah dari orang yang berutang atau muhil kepada
orang yang menanggung utang atau muhal „alaih (Sholihin, 2010)
Kontrak Pembiayaan
Kontrak pembiayaan menawarkan jalan untuk menciptakan dan
memperluas kredit, memfasilitasi pembiayaan kontrak transaksional, dan
1

Transaksi forward adalah transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada
saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan
satu tahun. Transaksi swap adalah kontrak pembelian dan penjualan valas dengan harga spot yang
dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga forward.
Sedangkan transaksi option adalah kontrak untuk memeperoleh hak dalam rangka membeli atau
hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan
jangka waktu atau tanggal akhir tertentu.

9
memberikan saluran untuk pembentukan capital dan mobilisasi sumber daya
antara investor dan pengusaha. Ciri utama kontrak pembiayaan adalah tidak
adanya kontrak utang. Kontrak pembiayaan dimaksudkan untuk pendanaan
kontrak transaksional dalam bentuk trade finance atau pembiayaan perdagangan
seperti bai‟ al murabahah, bai‟ as salam, dan bai‟ al istishna‟ dan asset backed
securities atau sekuritas berbasis aset seperti ijarah dan bai‟ al istishna. Dan juga
menyediakan modal melalui equity partnership atau kemitraan dalam modal yang
dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk kemitraan seperti mudharabah dan
musyarakah.
Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih, yaitu
satu pihak sebagai penyerta modal (shahib al mal) dan pihak lain sebagai
penyedia tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerja sama tersebut
akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui sebelumnya, sedangkan
kerugian yang terjadi akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal,
kecuali kerugian disebabkan oleh kelalaian penyedia tenaga dan keahlian.
Sedangkan musyarakah, adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
menggabungkan modal, baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya dengan
tujuan memperoleh keuntungan, yang akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian yang timbul akan ditanggung
bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing masing (Handbook Level
II Sekolah Pasar Modal Syari’ah, 2013). Adapun untuk kontrak bai‟ al
murabahah, bai‟ as salam, bai‟ al istishna‟ dan ijarah sudah dijelaskan pada
kontrak transaksional.
Kontrak Intermediasi
Peran kontrak intermediasi adalah untuk memfasilitasi pelaksanaan
kontrak transaksional dan finansial yang efisien dan transparan. Kontrak
intermediasi memberikan kepada agen ekonomi seperangkat alat untuk
melaksanakan intermediasi keuangan sekaligus menawarkan jasa professional (fee
based) untuk aktivitas ekonomi. Kontrak ini mencakup mudharabah (kontrak
keuangan perwalian), musyarakah (penyertaan modal), kafalah (penjaminan),
amanah (kepercayaan), takaful (asuransi), wakalah (agensi), ju‟alah (jasa
professional).
Kontrak Intermediasi

Kerja sama

mudharabah

musyarakah

Keamanan

Kepercayaan

ju’alah

wadi’ah
amanah

kafalah

rahn

hawalah

wakalah

Gambar 3 Kontrak Intermediasi
Kontrak mudharabah dan musyarakah merupakan hal penting dalam
penciptaan kredit dan modal, namun kontrak lain seperti wakalah, ju‟alah,

10
wadi‟ah, kafalah, rahn, dan hawalah juga memainkan peran penting dalam
memberikan jasa ekonomi penting yang bisa ditawarkan oleh intermediator
finansial. Berbagai konsep akan dibahas dalam bagian ini kecuali mudharabah dan
musyarakah yang telah dibahas dalam bagian sebelumnya.
Wadi’ah
Dari segi bahasa wadi‟ah dapat diartikan sebagai meninggalkan atau
meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga. Secara teknis,
wadi‟ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik
individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penitip kehendaki. Umumnya wadi’ah terdapat dua jenis, yaitu wadi‟ah yad al
amanah dan wadi‟ah yad adh dhamanah. Untuk wadi‟ah yad al amanah,
karakteristiknya adalah bahwa barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan
dan digunakan oleh penerima titipan, dimana penerima titipan hanya sebagai
penerima amanah yang bertugas menjaga barang saja. Sedangkan wadi‟ah yad
adh dhamanah, karakteristiknya adalah barang yang dititipkan boleh dan dapat
dimanfaatkan oleh yang menerima titipan. Dan karena barang titipan tersebut
menghasilkan manfaat, akan tetapi bukan menjadi keharusan bagi penerima
titipan untuk memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip (Antonio, 2009).
Wakalah
Wakalah adalah akad dimana pihak yang memberi kuasa (muwakkil)
memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk melakukan
tindakan atau perbuatan tertentu. Kemudian untuk kontrak wakalah yang disertai
imbalan, sifatnya adalah mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak
(Sholihin, 2010).
Kafalah
Kafalah adalah akad dimana pihak penjamin (kafiil/guarantor) berjanji
memberikan jaminan kepada pihak yang dijamin (makfuul „anhu/ashil/debitur)
untuk memenuhi kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak lain (makfuul
lahu/kreditur). Dalam kafalah, penjamin dapat menerima imbalan (fee) sepanjang
tidak memberatkan. Dan kafalah yang disertai dengan imbalan, sifatnya adalah
mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak (Sholihin, 2010).
Rahn
Rahn adalah pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan
utang. Barang yang digadaikan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima barang
(murtahin) kecuali atas izin rahin atau yang menyerahkan barang. Penyimpanan
barang yang dilakukan oleh murtahin boleh disertai biaya pemeliharaan atau
penyimpanan, namun tidak boleh ditentukan berdasarkan besar pinjaman.
Kemudian apabila utang rahin sudah jatuh tempo, maka murtahin memberikan
peringatan kepada rahin untuk melunasi utangnya. Apabila utang tersebut tidak
dilunasi, maka barang tersebut terpaksa dijual melalui lelang, dan hasilnya
digunakan untuk melunasi utang dan biaya biaya terkait (Sholihin, 2010).

11
Ju’alah
Ju‟alah adalah akad yang merupakan janji atau komitmen (iltizam) untuk
memberikan imbalan (ju‟l) tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang
ditentukan dari suatu pekerjaan. Imbalan atas ju‟alah harus ditentukan besarannya
di awal dan diketahui oleh para pihak, dan harus diterima oleh pelaksana ju‟alah
apabila pekerjaan tersebut terpenuhi (Sholihin, 2010).
Kontrak Kesejahteraan Sosial
Kontrak kesejahteraan sosial adalah kontrak antara individu dan
masyarakat untuk memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi mereka yang
kurang mampu. Walaupun fasilitasi kontrak kesejahteraan adalah diluar cakupan
intermediasi, intermediasi dapat menawarkan layanan masyarakat dengan
menginstusionalisasikan kontrak kesejahteraan sosial. Adapun contoh kontrak
kesejahteraan sosial adalah seperti qardhul hasan atau pinjaman kebajikan dan
waqaf.
Alternatif Investasi Produk Keuangan Syari’ah
Alternatif investasi produk keuangan syari’ah adalah produk investasi
turunan dari aktivitas industri keuangan syari’ah. Seperti diketahui, industri
keuangan syari’ah sendiri terdiri dari industri perbankan syari’ah, industri asuransi
syari’ah, dan industri pasar modal syari’ah. Dari industri perbankan syari’ah,
investasi yang terkait dapat berupa deposito. Kemudian dari industri takaful
syari’ah adalah produk unit link syari’ah. Adapun dari industri pasar modal
syari’ah, adalah saham syari’ah, sukuk, dan reksa dana syari’ah. Dan terakhir,
penulis sengaja menambahkan dinar sebagai instrumen keuangan syari’ah karena
saat ini sudah mulai dijadikan alternatif produk investasi.
Saham
Saham adalah surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang
melakukan penawaran umum (go public) dalam nominal atau persentase tertentu.
Return dari saham diperoleh dari dividen atau bagi hasil dari keuntungan
perusahaan dan capital gain atau nilai keuntungan yang didapat dari selisih positif
dari harga beli dan harga jual. Selain manfaat yang bersifat finansial, stock holder
juga memiliki manfaat bersifat non finansial, yaitu hak suara dalam aktivitas
perusahaan.
Dalam pasar saham, sangat dikenal istilah spekulasi dimana banyak
spekulan yang memanfaatkan capital gain sebagai sumber profitnya. Adapun
investor yang memanfatkan pasar modal sebagai sarana untuk berinvestasi di
perusahaan perusahaan Tbk, dimana mereka mendasarinya pada informasi yang
terpercaya mengenai faktor faktor fundamental ekonomi dan perusahaan itu
sendiri melalui kajian yang seksama. Maka kegiatan investor seperti ini disebut
rational speculation (Huda dan Nasution, 2008).
Pada umumnya saham yang diterbitkan oleh emiten yang melakukan
penawaran umum ada dua, yaitu saham biasa dan saham istimewa (preferred
stock). Saham biasa merupakan klaim kepemilikan dasar atas suatu perusahaan.
Pemegang saham memiliki satu suara per satu saham atas hal yang sangat penting

12
seperti perubahan anggaran dasar dan pemilihan dewan direktur, lalu memiliki
klaim yang sama atas keuntungan perusahaan. Dividen saham biasa tidak dijamin,
dan sebuah perusahaan tidak menjadi ingkar janji atau default jika tidak ada
pembayaran dividen.
Saham preferen berbeda dengan saham biasa karena dividen tunai dijamin,
tidak meningkat kalau keuntungan naik, dan harus dibayarkan sebelum dibagikan
kepada para pemegang saham biasa. Lebih dari itu saham preferen bersifat
kumulatif. Saham preferen kumulatif menuntut bahwa jika ada dividen tidak
dibayar, dividen tersebut harus dibayarkan terlebih dahulu sebelum dividen untuk
saham biasa dibayarkan. Jika terjadi default, klaim pemegang saham preferen atas
aset perusahaan lebih didahulukan dari klaim pemegang saham biasa, akan tetapi
setelah pelunasan utang perusahaan. Namun pemegang saham preferen tidak
memiliki hak suara dalam operasi perusahaan kecuali perusahaan menunggak
dalam pembayaran dividen. Selain itu ada juga saham preferen konvertibel, yaitu
saham yang dapat diubah menjadi saham biasa pada rasio yang ditetapkan
sebelumnya, misalkan dua saham biasa untuk setiap saham preferen. Dengan
membeli saham seperti ini, seorang investor dapat memperoleh hasil dividen yang
bagus ditambah kemungkinan bahwa kalau saham biasa naik, investasi akan naik
dalam nilai (Puspopranoto, 2004).
Saham Syari’ah
Menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 20/DSN-MUI/IV/2001,
saham syari’ah adalah sertifikat yang menunjukkan kepemilikan suatu perusahaan
yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara pengelolaannya
tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah. Penyertaan modal dilakukan pada
perusahaan yang tidak melanggar prinsip syari’ah seperti perjudian, riba,
memproduksi barang yang diharamkan seperti minuman beralkohol. Akad yang
dilakukan dalam penyertaan modal ini biasanya menggunakan akad musyarakah
dan akad mudharabah. Akad musyarakah umumnya dilakukan pada saham
perusahaan privat, sedangkan akad mudharabah dilakukan pada perusahaan
publik.
Dalam penyertaan modal secara syari’ah, investor cukup melihat list
emiten yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks dan Indeks Saham Syari’ah
Indonesia. JII adalah indeks saham syari’ah yang likuid dimana hanya berjumlah
30 saham. Untuk masuk ke dalam kategori saham syari’ah, emiten harus
memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan, yaitu harus sesuai peraturan No.
IX.A.13 tentang penerbitan efek syari’ah, dimana kriteria kegiatan usahanya tidak
berkaitan dengan perjudian, perdagangan yang tidak sesuai syari’ah, jasa
keuangan ribawi, asuransi konvensional, barang dan jasa yang haram dan bersifat
mudharat atau membahayakan, dan transaksi suap. Berikutnya, harus memenuhi
kriteria rasio keuangan atau sesuai dengan peraturan No. II.K.1 tentang kriteria
dan penerbitan daftar efek syari’ah. Kriterianya adalah rasio utang berbasis bunga
dibandingkan total aset maksimal tidak lebih dari 45%. Terakhir rasio pendapatan
non halal dibandingkan total pendapatan tidak lebih dari 10%. Sedangkan ISSI
adalah indeks seluruh saham syari’ah di Indonesia.

13
Perbedaan Antara Saham Syari’ah dan Saham Konvensional
Saham syari’ah muncul akibat kebutuhan umat muslim akan transaksi
saham yang sesuai dengan norma agama. Kemunculan saham syari’ah tentunya
menimbulkan perbedaan dengan saham konvensional, diantaranya adalah bahwa
dalam syari’ah tidak diperkenankan saham preferen. Saham preferen cenderung
tidak adil dimana pemilik saham preferen mempunyai hak mendapat bagian dari
kelebihan yang dapat dibagikan sebelum dibagikan kepada pemilik saham biasa.
Selain itu saham preferen juga cenderung memiliki keuntungan tetap yang
dikategorikan oleh kalangan ulama sebagai riba .
Dalam saham konvensional juga ditemukan adanya praktik account margin,
dimana memungkinkan pembeli untuk membeli saham dengan menggunakan
leverage dan dana pinjaman dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Praktik
seperti ini dikategorikan sebagai ba‟i al maksyuf, yaitu jual beli secara tunai atas
efek padahal penjual tidak memiliki efeknya. Selain itu dalam praktiknya juga,
margin trading menggunakan fasilitas pinjaman yang berbasis bunga atau riba.
Selain itu penggunaan leverage dalam perdagangan saham akan mengeliminasi
banyak pembeli dari pasar. Berkurangnya partisipan pasar akan meningkatkan
biaya transaksi yang kemudian menimbulkan ketidakefisienan operasional pasar
(Iqbal dan Mirakhor, 2008). Selain itu, praktik short selling yang biasa ditemukan
dalam traksaksi saham konvensional juga dilarang dalam saham syari’ah. Short
selling merupakan penjualan sekuritas yang tidak dimiliki oleh investor tapi
dipinjam terlebih dahulu dari broker. Penjualan pendek dilakukan karena
pelakunya mengestimasi dan berharap harga sekuritas akan turun. Ide penjualan
pendek ini adalah jual sekarang dengan harga mahal, dan beli kalau harganya
murah (Nafik, 2009). Transaksi short selling ini digolongkan ke dalam bai‟ al
ma‟dum yang dilarang dalam syari’ah, yaitu jual beli yang objeknya tidak ada
pada saat akad.
Saham yang tergolong ke dalam saham syari’ah juga harus memenuhi
kriteria kriteria yang tidak ada di saham konvensional, yaitu kegiatan usahanya
harus sesuai prinsip syari’ah sebagaimana dalam peraturan No.IX.A.1