63
Triangulasi digunakan penulis sebagai parameter dalam mengkaji hasil penelitian, dalam proses perolehan data yang lebih akurat penulis melakukan
pengamatan tentang apa yang terjadi di luar instansi yaitu sebagai rumusan masalah penulis dengan melakukan wawancara langsung kepada pihak instansi
terkait yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, perwakilan BPCB Jawa Tengah, dan Organisasi Pemerhati Cagar Budaya PCBRS Kabupaten Semarang.
3.5. Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan Biklen, 1982 dalam Moleong 2007: 248 memberikan definisi:
Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data ilmiah, memilah-milah menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir, yaitu menyimpulkan hasil penelitian dari analisis data yang telah dilakukan. Simpulan hasil penelitian
merupakan jawaban dari rumusan masalah dan tujuan dari penelitian yang telah dilakukan.
Bagan 3.1 Tahapan analisis data kualitatif
Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut dan berulang terus-
menerus. “Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan Penyajian data
Pengumpulan data
Kesimpulan – Kesimpulan:
Reduksi Data
64
verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analis
is yang saling susul menyusul”Miles dan Huberman, 2007: 20. Dalam analisis data yang digunakan penulis adalah mengumpulkan data yang ada
di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang, serta sumber-sumber yang berkaitan dengan topik skripsi penulis, kemudian dianalisis menggunakan
teori yang ada di dalam landasan teori penulis, sehingga diperoleh hasil yang kemudian dibahas oleh penulis dan terjawabnya permasalahan yang ada di dalam
penulisan skripsi penulis yang kemudian dapat ditarik kesimpulan dari seluruh hasil dan pembahasan skripsi oleh penulis.
121
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan
Hasil yang bisa disimpulkan dari pembahasan pada Bab IV yaitu: 1.
Perlindungan hukum Situs Cagar Budaya Candi Ngempon oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang.
1 Perlindungan hukum terhadap cagar budaya di Kabupaten Semarang
belum berjalan dengan optimal, hal ini dikarenakan belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang cagar budaya di Kabupaten
Semarang yang menjadi dasar hukum perlindungan terhadap cagar budaya.
2 Pemerintah Kabupaten Semarang merencanakan peningkatan
anggaran untuk melestarikan cagar budaya di Kabupaten Semarang 2.
Faktor kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang dalam memberikan perlindungan hukum terhadap Situs Candi
Ngempon. a.
Faktor Internal: 1
kurangnya anggaran di bidang kebudayaan yang mengakibatkan program pelestarian cagar budaya yang telah disusun tidak
sepenuhnya bisa terlaksana. 2
Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang dalam hal ini eksekutif dan legislatif belum menganggap pelestarian cagar budaya