4. Pengaruh kondisi profitabilitas terhadap pemberian kredit
Berdasarkan teori profitabilitas, rasio ini berguna mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari berbagai sumber yang dimilikinya. Sebagaimana telah
dikemukakan penulis pada awal skripsi bahwa kondisi profitabilitas perusahaan diwakili oleh Return On Investment ROI terhadap pemberian kredit modal kerja, maka dikemukakan
hipotesis sebagai berikut : H0 = Return On Investment tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit modal kerja
Ha = Return On Investment berpengaruh terhadap pemberian kredit modal kerja Berdasarkan tabel, variabel Return On Investment mempunyai t hitung = 0,813 sedangkan t
tabel adalah t 0,025 ; 28 = 2,048 karena t hitung 0,813 t tabel 2,048 dan tingkat signifikansi 0,425 0,05 maka disimpulkan bahwa H0 diterima atau
koefisien regresi yang berarti Return On Investment tidak berpengaruh secara statistik terhadap pemberian kredit. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi atau semakin
rendah Return On Investment tidak mempengaruhi pemberian kredit modal kerja.
D. Pembahasan Hasil Analisis Statistik
1. Pengaruh Working Capital To Total Asset Ratio, Current Ratio, Account Receivable Turn
Over, Debt To Equity Ratio, dan Return On Investment secara individu parsial terhadap pemberian kredit modal kerja adalah :
a. Working Capital To Total Asset Ratio secara individual parsial tidak berpengaruh
terhadap pemberian kredit modal kerja. Ini berarti kondisi likuiditas debitur yang tercermin dalam perputaran modal kerjanya tidak
berpengaruh secara statistik terhadap pemberian kredit modal kerja pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Puteri Hijau Medan. Hal ini diduga data yang digunakan dalam
penelitian terpengaruh oleh dampak kenaikan harga bahan bakar minyak pada 1 Oktober
Universitas Sumatera Utara
2005 sumber : www.bi.go.id
sehingga terjadi peningkatan nilai persediaan. Dan diduga terjadi peningkatan dalam volume penjualan sehingga perusahaan dapat memperoleh
penjualan bersih lebih tinggi dari biasanya sehingga dapat melunasi hutang jangka pendeknya.
Begitu juga dengan variabel pemberian kredit, diduga karena kondisi diatas membuat pihak bank dalam pemberian kreditnya secara selektif meninjau jaminan yang disertakan debitur
apakah dapat menutupi kerugian jika debitur tidak mampu membayar kreditnya di masa depan.
b. Current Ratio secara individual parsial tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit
modal kerja. Ini berarti kondisi likuiditas debitur yang tercermin dalam rasio lancarnya tidak berpengaruh
secara statistik terhadap pemberian kredit pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Puteri Hijau Medan. Hal ini diduga disebabkan kondisi keuangan yang digunakan dalam
penelitian dipengaruhi oleh dampak yang kenaikan bahan bakar minyak pada 1 Oktober 2005 yang mengakibatkan kenaikan produk barang dan jasa. sumber :
www.bi.go.id Current ratio yang merupakan hasil perbandingan aktiva lancar dan hutang lancar mengalami
beberapa perubahan. Peningkatan aktiva lancar diduga bukan disebabkan oleh aktivitas normal perusahaan tetapi karena perusahaan menetapkan harga baru diatas harga normal
untuk produk-produknya sebagai penyesuaian terhadap biaya-biaya yang mengalami kenaikan akibat kenaikan BBM pada 1 Oktober 2005. Ini menyebabkan nilai aktiva lancar
harus disesuaikan dengan nilai LIFO Last In First Out yaitu nilai persediaan merupakan harga pokok yang berasal dari pembelian terakhir. Metode ini yang paling sesuai digunakan
pada saat terjadi inflasi sehingga dapat meminimalisir dampak kerugian akibat penurunan nilai uang. Sehingga penyesuaian harga produk ini secara otomatis meningkatkan nilai
persediaan yang ada. Kemudian persediaan tersebut dijual kepada customer ataupun retailer
Universitas Sumatera Utara
yang pembayarannya dilakukan secara tunai maupun kredit. Kondisi ekonomi yang cukup sulit memaksa customer ataupun retailer untuk melakukan pembelian secara kredit sehingga
meningkatkan jumlah peredaran piutang. Utang lancar mengalami penurunan akibat debitur diwajikan untuk segera membayar hutang-
hutang jangka pendeknya kepada supplier sebab pihak supplier khawatir dampak inflasi terhadap kemampuan uang untuk digunakan membeli barang semakin menurun. Sehingga
dapat dilakukan tindakan preventif seperti investasi pada aktiva tetap misalnya tanah dan properti. Selain itu, hutang jangka pendek yang jumlahnya kecil dapat menstimulus pihak
bank untuk mempermudah pemberian kredit modal kerja. Begitu juga variabel pemberian kredit, diduga fluktuasi kondisi keuangan debitur akibat
hal tersebut menyebabkan pihak bank dalam pemberian kredit modal kerja bukan hanya secara selektif melihat kondisi keuangan debitur, tetapi juga meninjau jaminan yang
disertakan apakah dapat menutupi kerugian jika debitur tidak mampu memenuhi kewajibannya di masa depan karena resiko-resiko yang mungkin timbul akibat dampak
perubahan kondisi ekonomi diatas.
c. Account Receivable Turn Over secara individu parsial berpengaruh terhadap pemberian
kredit modal kerja. Ini berarti kondisi aktivitas debitur yang tercermin dalam perputaran piutang dagangnya
berpengaruh secara statistik terhadap pemberian kredit modal kerja pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Puteri Hijau Medan.
Universitas Sumatera Utara
d. Debt to Equity Ratio DER secara individu parsial berpengaruh terhadap pemberian
kredit modal kerja. Ini berarti kondisi leverage debitur yang tercermin dalam rasio hutangnya tidak berpengaruh
secara statistik terhadap pemberian kredit modal kerja pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Puteri Hijau Medan. Hal ini juga diduga akibat kenaikan harga bahan bakar minyak
pada 1 Oktober 2005 sumber :
www.bi.go.id . Variabel Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan total
hutang terhadap total modal. Umumnya total utang mengalami penurunan disebabkan debitur melunasi hutang-hutangnya untuk mempermudah dalam memperoleh pinjaman kredit modal
kerja dari bank. Sedangkan, total modal mengalami peningkatan akibat adanya kenaikan laba dari perubahan nilai jual produknya disebabkan dampak inflasi terhadap kenaikan harga
barang. Begitu juga dengan variabel pemberian kredit, diduga karena kondisi diatas membuat
pihak bank dalam pemberian kreditnya juga secara selektif meninjau jaminan yang disertakan debitur apakah dapat menutupi kerugian jika debitur tidak mampu membayar kreditnya di
masa depan.
e. Return On Investment
Ini berarti kondisi profitabilitas debitur yang tercermin dalam rasio laba terhadap total aktivanya tidak berpengaruh secara statistik terhadap pemberian kredit modal kerja pada PT
Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Puteri Hijau Medan. Hal ini juga diduga karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM pada 1 Oktober 2005
sumber : www.bi.go.id
. Variabel Return On Investment meliputi laba bersih dan total aktiva. Kenaikan laba
bersih diduga karena persediaan yang dibeli dengan harga lama dijual dengan harga baru
Universitas Sumatera Utara
diatas harga normal karena dampak inflasi. Sedangkan total aktiva mengalami peningkatan umumnya karena investor pada awal terjadinya inflasi langsung menginvestasikan modalnya
pada aktiva tetap karena aktiva tetap dapat digunakan dalam jangka panjang dan nilainya tidak akan
mengalami penurunan
kecuali bila
disusutkan.
Begitu juga variabel pemberian kredit, diduga fluktuasi kondisi keuangan debitur akibat hal tersebut menyebabkan pihak bank dalam pemberian kredit modal kerja bukan hanya
secara selektif melihat kondisi keuangan debitur, tetapi juga meninjau jaminan yang disertakan apakah dapat menutupi kerugian jika debitur tidak mampu memenuhi
kewajibannya di masa depan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Analisis pada penelitian ini masih terbatas pada perusahaan-perusahaan debitur yang menerima Kredit Modal Kerja pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Puteri Hijau
Medan periode Januari 2006 sampai dengan Januari 2008. Fokus terbatas hanya pada beberapa rasio, dan periode waktu yang singkat sehingga hasil penelitian masih belum dapat
memberikan konklusi yang bersifat general.
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, penulis mengambil kesimpulan bahwa :
Pengujian secara individual parsial menunjukkan hasil bahwa hanya Account Receivable Turn Over yang secara parsial berpengaruh terhadap pemberian Kredit Modal Kerja,
sedangkan Working Capital To Total Asset Ratio, Current Ratio, Debt To Equity Ratio, dan Return On Investment secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemberian Kredit Modal
Kerja. Hal ini diduga karena data penelitian dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak BBM pada 1 Oktober 2005, sehingga menyebabkan harga-harga bahan baku mengalami kenaikan.
Ini memicu perubahan variable-variabel yang terdapat dalam laporan keuangan debitur. Sebab diduga karena hal tersebut, perusahaan menetapkan harga baru diatas harga normal
sebagai penyesuaian terhadap biaya-biaya yang mengalami kenaikan akibat kondisi diatas. Begitu juga dengan variabel pemberian kredit modal kerja, diduga fluktuasi kondisi keuangan
debitur menyebabkan pihak bank dalam pemberian kreditnya bukan hanya secara selektif
Universitas Sumatera Utara