Pembahasan .1 Pengaruh penambahan pati, gliserin, dan kitosan terhadap edible film dari
4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh penambahan pati, gliserin, dan kitosan terhadap edible film dari
nata de coco berdasarkan uji ketebalan,kekuatan tarik, dan kemuluran
Dari hasil penelitian diperoleh harga uji tarik sebesar 0,0563
kgf mm
2
�
, kemuluran sebesar 19,6025 dan ketebalan sebesar 0,2466 mm. Kekuatan tarik dari suatu bahan
lapis tipis dipengaruhi oleh ikatan antar atom, ikatan antar molekul, serta ketebalan dari bahan tersebut. Ikatan yang terbentuk dari edible film dengan bahan dasar nata de
coco dengan penambahan pati, gliserin, dan kitosan adalah ikatan kovalen antar atom dan ikatan glikosida antar molekul. Ketebalan juga mempengaruhi kekuatan tarik dari
suatu bahan film pelapis. Semakin tebal suatu bahan film pelapis, maka kekuatan tariknya akan semakin besar. Kemuluran film pelapis berkaitan dengan
pertambahan panjang, dimana sifat ini mempengaruhi kekuatan elastisitas film sebagai film pelapis.
4.2.2 Pengaruh penambahan pati, gliserin, dan kitosan terhadap sifat permukaan edible film dari nata de coco berdasarkan Scanning Electron
Microscopy SEM
Analisis SEM berfungsi untuk menunjukkan bentuk morfologi dan perubahan struktur dari suatu permukaan bahan, misalnya patahan, lekukan, dan perubahan
struktur lain dari suatu bahan yang mengakibatkan perubahan energi dari suatu bahan. Adanya perubahan struktur tersebut dapat diketahui oleh elektron – elektron yang
dipantulkan, serta diserap, dan diubah bentuknya menjadi gelombang elektron yang dapat ditangkap dan dibaca hasilnya. Pada pembesaran 2500x, dapat diketahui adanya
perbedaan dari struktur permukaan film.
Universitas Sumatera Utara
hasil SEM edible film dari nata de coco hasil SEM edible film dari nata de coco dengan penambahan pati
hasil SEM edible film dari nata de coco hasil SEM edible film dari nata de dengan penambahan gliserin coco dengan penambahan pati dan
gliserin
hasil SEM edible film dari nata de coco dengan penambahan pati, gliserin, dan
kitosan
Universitas Sumatera Utara
Hasil SEM edible film dari nata de coco, menunjukkan permukaan film yang masih belum rata. Hasil SEM edible film dari nata de coco dengan penambahan pati,
menunjukkan adanya pertambahan selulosa bakteri serat yang diperoleh dari pati yang ditambahkan. Hal ini disebabkan, pati yang berfungsi sebagai nutrisi juga
berfungsi untuk memperbaiki kualitas selulosa bakteri yang terbentuk. Hasil SEM edible film dari nata de coco dengan penambahan gliserin,
menunjukkan permukaan film yang dipenuhi bakteri Acetobacter xylinum dan selulosa bakteri yang dihasilkannya. Hal ini disebabkan, gliserin yang berfungsi sebagai
plasticizer dapat menurunkan gaya intermolekul dari molekul-molekul glukosa, urea, dan air. Molekul-molekul glukosa dan urea yang gaya intermolekulnya telah turun,
dimana glukosa dan urea juga berfungsi sebagai nutrisi, memudahkan bakteri untuk mengoptimalkan penggunaan glukosa dan urea untuk metabolisme selnya, dan
menghasilkan selulosa bakteri dalam jumlah yang tinggi. Hasil SEM edible film dari nata de coco dengan penambahan pati dan gliserin,
menunjukkan permukaan film yang dipenuhi selulosa bakteri seperti pada edible film dengan penambahan gliserin, dengan kualitas selulosa bakteri seperti pada edible film
dengan penambahan pati. Pati yang dapat memperbaiki kualitas dari selulosa bakteri yang dihasilkan, diturunkan gaya intermolekulnya oleh gliserin. Molekul-molekul
glukosa, urea, dan pati dapat dioptimalkan penggunaannya oleh bakteri Acetobacter xylinum untuk metabolism selnya, dan menghasilkan selulosa bakteri dalam jumlah
yang tinggi dengan kualitas yang baik. Pada hasil SEM edible film dari nata de coco dengan penambahan pati,
gliserin, dan kitosan, menunjukkan permukaan film yang lebih rata. Adanya gliserin yang dapat menurunkan gaya intermolekul dari molekul-molekul di dalam larutan,
mengisi pori-pori permukaan film, pati dan kitosan yang dapat meningkatkan kualitas selulosa bakter, dan kitosan yang dapat bertindak sebagai adsorben, menghasilkan
suatu permukaan film yang padat dan rata.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Pengaruh penambahan pati, gliserin, dan kitosan terhadap kadar air edible film dari nata de coco
Kadar air yang diperoleh pada edible film dari nata de coco dengan penambahan pati, gliserin, dan kitosan adalah 15,8952 . Air yang di dapat pada film berasal dari
selulosa yang mengandung molekul air. Kadar air pada edible film sebaiknya berada dibawah Aw bakteri 0,6, Aw khamir 0,87-0,91, dan Aw jamur 0,80-0,87. Hal ini
bertujuan agar edible film yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pengemas makanan, tidak ditumbuhi oleh jamur dan bebas dari bakteri dan khamir yang akan
tumbuh pada media yang mengandung kadar air tinggi dan memiliki Aw yang sesuai.
4.2.4 Pengaruh penambahan pati, gliserin, dan kitosan terhadap kadar abu edible film dari nata de coco
Kadar abu yang diperoleh pada edible film dari nata de coco dengan penambahan pati, gliserin, dan kitosan adalah 66,8561 . Menurut Sudarmadji, abu adalah zat
anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan,
kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Selain itu, pengaruh suhu, pH, dan bahan kimia lainnya juga dapat mempengaruhi kadar abu suatu bahan.
4.2.5 Pengaruh penambahan pati, gliserin, dan kitosan terhadap kadar lemak edible film dari nata de coco
Kadar lemak yang diperoleh pada edible film dari nata de coco dengan penambahan pati, gliserin, dan kitosan adalah 1,1416 . Pemilihan air kelapa dari buah kelapa
yang tidak terlalu tua sebagai media penumbuhan nata de coco mempunyai hubungan terhadap kadar lemak pada edible film yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini disebabkan karena dengan memilih kelapa yang tidak terlalu tua, kandungan lemak dalam air kelapa media penumbuhan nata tidak terlalu tinggi.
Kandungan lemak yang terlalu tinggi di dalam air kelapa dapat menyulitkan bakteri Acetobacter xylinum untuk tumbuh dan berkembang. Jika pertumbuhan Acetobacter
xylinum terganggu, maka produk nata de coco yang selanjutnya akan dijadikan edible film akan mempunyai kualitas yang rendah.
4.2.6 Pengaruh penambahan pati, gliserin, dan kitosan terhadap kadar protein edible film dari nata de coco
Kadar protein yang diperoleh pada edible film dari nata de coco dengan penambahan pati, gliserin, dan kitosan adalah 8,2072 . Protein yang diperoleh dari edible film
berasal dari kandungan protein yang ada pada air kelapa ditambah dengan kitosan yang ditambahkan kedalam nata de coco yang akan dijadikan edible film.
Kandungan protein pada edible film selain meningkatkan kadar nutrisi edible film sebagai bahan pengemas makanan, juga meningkatkan kemampuan edible film
dalam melindungi bahan makanan yang dikemas. Dengan pengaturan terhadap migrasi molekul oksigen dan karbondioksida melalui pori-pori edible film, dapat
memperlama proses pembusukan dari bahan makanan yang dikemas.
4.2.7 Pengaruh penambahan pati, gliserin, dan kitosan terhadap kadar karbohidrat edible film dari nata de coco
Kadar karbohidrat yang diperoleh pada edible film dari nata de coco dengan penambahan pati, gliserin, dan kitosan adalah 7,8998 . Karbohidrat yang diperoleh
dari edible film berasal dari air kelapa yang digunakan. Ditambah dengan gula, pati, dan kitosan yang ditambahkan kedalam nata de coco yang akan dijadikan edible film.
Universitas Sumatera Utara
Kandungan karbohidrat pada edible film selain meningkatkan kadar nutrisi edible film sebagai bahan pengemas makanan, bersama dengan protein dapat
meningkatkan kemampuan edible film dalam mengatur migrasi molekul oksigen dan karbondioksida melalui pori-pori edible film, sehingga dapat memperlama proses
pembusukan dari bahan makanan yang dikemas.
4.2.8 Pengaruh penambahan pati, gliserin, dan kitosan terhadap kadar serat edible film dari nata de coco
Kadar serat yang diperoleh pada edible film dari nata de coco dengan penambahan pati, gliserin, dan kitosan adalah 26,0717 . Kadar serat dari edible film yang tinggi
berhubungan dengan kualitas selulosa bakteri pada nata de coco. Serat yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum di dalam nata de coco berasal dari karbohidrat
sukrosa,glukosa,maltosa yang ditambahkan kedalam media penumbuhan nata. Bakteri Acetobacter xylinum menggunakan karbohidrat tersebut sebagai nutrisi
pertumbuhannya, sekaligus mempolimerisasi glukosa menjadi selulosa bakteri. Selulosa bakteri inilah yang menjadi serat pada edible film.
Universitas Sumatera Utara