Depo Farmasi Rindu A Instalasi Pusat Sterilisasi

4.6 Depo Farmasi Rindu A

Pegawai di Depo farmasi Rindu A penyakit dalam pria terdiri dari 1 orang Apoteker, 12 orang asisten apoteker, 3 orang non asisten apoteker.Olehkarena keterbatasan ruangan maka ruangan penyimpanan obat tidak terpisah dari ruang administrasi yang merupakan tempat menganalisa resep dan entry data. Ruang penyimpanan ini juga digunakan sebagai tempat pengecekan ulang obat serta tempat penyerahan obat. Untuk obat-obat LASA look a like sound a like, sudah sesuai dengan prosedur yaitu diberi tanda hijau dengan tulisan LASA dan dibuatkan daftar- daftar untuk obat LASA agar tidak terjadi kesalahan pada saat mengambil obat. Selain itu juga obat-obat High Alert diberi tanda label peringatan berbentuk bulat dan berwarna merah dengan tulisan High Alert.

4.7 Instalasi Pusat Sterilisasi

Berdasarkan pengamatan di CSSD, tahap sterilisasi dapat dilihat sebagai berikut: a. Dekontaminasi terdiri dari kegiatan perendaman, pencucian dan pengeringan. Semua alatbahan medik yang digunakan di rumah sakit harus didekontaminasi secara terpusat di CSSD. Namun, masih terdapat pencucian alatbahan medik di ruangan. Sehingga hal ini belum sesuai Universitas Sumatera Utara dengan standar yang berlaku. b. Pengemasan yang dilakukan di CSSD meliputi pengemasan alatbahan dengan menggunakan film plastic dan kantong steril sterilization pouches. Pemberian label pada setiap alat yang akan disterilkan dan pengguanaan indikator luar dan dalam. Hal ini telah sesuai dengan standar yang berlaku, karena semua alatbahan steril terjamin dengan adanya indikator mutu. c. Sterilisasi yang dilakukan telah sesuai dengan standar yang berlaku. Sterilisator harus ditempatkan di dalam ruang khusus. Namun penempatan sterilisator belum sesuai standar, dimana sterilisator masih ditempatkan di jalur distribusi dan di dekat ruang administrasi. Hanya sterilisator etilen oksida yang ditempatkan diruang khusus terpisah namun masih dalam satu unit pusat sterilisasi. d. Pendistribusian alatbahan steril masih belum memenuhi standar, karena pendistribusian masih menggunakan alur 2 arah dimana alat kotor dan alat steril diberikan dari jalur yang sama sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang. e. Monitor dan evaluasi alatbahan medik steril dilakukan setiap hari, dengan menggunakan indikator. Indikator yang digunakan yaitu indikator mekanik untuk pengaturan suhu dan tekanan sterilisator, indikator kimia berupa autoclave tape, comply, dan bowie-dick, serta indikator biologis. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa alat yang disterilkan telah steril dan sesuai dengan standar yang berlaku. Universitas Sumatera Utara Luas bangunan CSSD di RSUP H. Adam Malik belum sesusai dengan persyaratan yang berlaku untuk 800-1000 tempat tidur yaitu 400-450 m 2 , namun hanya sebesar 250 m 2 sehingga ruang pengemasan alat dan ruang produksi dan prosesing masih bergabung. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bahwa instalasi pusat sterilisasi masih membutuhkan tenagapegawai yang bekerja sesuai dengan kapasitas tugas dan tanggung jawabnya masing- masing sehingga dapat mengoptimalkan proses sterilisasi dan mengurangi terjadinya kontaminasi silang. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Peran apoteker di RSUP H. Adam Malik tidak hanya pada instalasi farmasi rumah sakit tetapi juga berperan serta pada Panitia Farmasi dan Terapi PFT, Program Pengendali Resistensi Antibiotik PPRA, instalasi CSSD dan instalasi gas medis. b. Fungsi apoteker dalam pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUP H. Adam Malik meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang dilaksanakan oleh berbagai kelompok kerja, dan depo farmasi yaitu pokja farmasi klinis, pokja perencanaan dan evaluasi P2E, pokja perbekalan, pokja apotek I, pokja apotek II, depo farmasi IGD, depo farmasi rindu A, depo farmasi rindu B, depo farmasi instalasi anastesi dan terapi intensif, dan depo farmasi instalasi bedah pusat. c. Fungsi apoteker dalam pelayanan farmasi klinis belum terlaksana secara optimal, karena masih tedapat beberapa kendala seperti kurangnya tenaga apoteker pada pelaksanaan visite, masih terjadi medication error dalam hal administrasi obat dan kurangnya sarana dan prasarana yang memadai untuk pelaksanaan pelayanan farmasi klinis lainnya seperti untuk pelaksanaan konseling di ruang konseling. Universitas Sumatera Utara