Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Pada Komunitas Etnis Betawi

BAB IV TRADISI PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW SYAIR BARJANZI

PADA KOMUNITAS ETNIS BETAWI KELURAHAN KEBAGUSAN

A. Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Pada Komunitas Etnis Betawi

Kelurahan Kebagusan Almarhum Prof. Hamka kenal betul watak orang Betawi, hal itu dikarenakan Hamka yang menjadi ketua umum MUI pertama ini pernah bertahun-tahun bermukim di perkampungan Betawi Taman Sari, Jakarta Barat. Hamka kemudian menjadi Imam Besar Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru. Ulama besar ini sangat tertarik dengan ketaatan warga Betawi terhadap agamanya. Hingga dalam “Seminar Perkembangan Islam” di Jakarta pada tahun 1987, ia mengatakan: “Sungguh mengagumkan kita, menilik betapa teguhnya orang Betawi memeluk Islam. Selama 350 tahun antara penjajah Belanda dan anak negeri asli Betawi masih tetap sebagai ‘minyak dan air’. Sekalipun bertemu dalam satu botol namun tetap tidak pernah bersatu. Bagaimanapun keras mengaduk minyak dalam botol kecil dalam air, sehabis adukan itu, disaat itu mereka berpisah kembali.” 144 Hamka juga mengagumi ketahanan penderitaan yang dialami warga Betawi, namun itu semua disikapi dengan sikap tawakal kepada Allah. “Pukulan yang diderita warga Betawi dari Belanda sebagai rakyat terjajah sangatlah parah. Dari segi ekonomi, orang Betawi pada umumnya hidup dalam kemeralatan, dalam tanah-tanah terpencil… Rumah-rumah mereka terdiri dari dinding bambu anyaman atau atap rumbia. Mereka-pun tinggal di permukiman yang becek dan kotor. Namun bila waktu shalat telah masuk, fajar mulai menyingsing, kedengaranlah sayup-sayup sampai ke lorong-lorong kampung suara adzan yang mendayu-dayu. Hayya ‘alal shalah, hayya ‘alal falah… Maka dari lorong-lorong kampung Betawi yang becek 144 Hamka, Beberapa Perhatian Tentang Perkembangan Islam di Jakarta, dalam Ridwan Saidi, Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, LSIP, Jakarta, 1994, hlm. 210. Lihat juga Alwi Shahab, Robin Hood Betawi, op. cit, hlm. 93 itu keluarlah orang-orang kampung untuk shalat berjamaah. Sesudah itu mereka membaca ratib “Lailla Hailallah” dengan suara yang keras dan berulang-ulang sampai ada yang jadzab, yaitu kehilangan kesadaran diri lantaran teringat akan Allah dan lantaran berzikir itu bersama-sama dengan suara keras.” 145 Kini pun, setelah Jakarta menjadi kota Megapolitan, daerah pertanian dan persawahan telah berubah menjadi ‘hutan beton raya’, majlis-majlis taklim dan tempat peribadatan kian banyak bermunculan. Suara adzan yang sayup-sayup tiap saat bergema menembus pencakar-pencakar langit di Jakarta. Suara-suara tersebut dikumandangkan dari permukiman kumuh warga Betawi yang hidup menyedihkan di kotanya sendiri setelah kurang lebih 60 tahun merdeka. 146 Ketaatan warga betawi terhadap Islam tidak terlepas dari peran serta para ulama- ulama betawi pada saat itu yang diantaranya ialah Habib Ali Al-Habsyi, KH. Abdullah Syafi’I, Habib Salim Jindan, Habib Abdurrahman Assegaf, KH. Moh. Mansur, KH. Marzuki, Guru Mughni, KH. Achmad Zayadi Muhajir, KH. Muh. Amin, KH. Achmad Ali, KH. Ali Hamidy, KH. Nur Ali, KH. Muhammad Syafi’I Hadzami, dan banyak lagi yang lainnya. 147 Di tengah-tengah perjuangan melawan penjajah, para ulama Betawi ini terus menyiarkan Islam sampai ke seluruh permukiman warga Betawi. Tidaklah mengherankan bila saat ini para ulama Betawi tersebut masih terngiang diingatan warga Betawi. Begitu banyak peran mereka hingga warga Betawi kerapkali mendatangi majlis-majlis taklim yang para ulama Betawi pimpin. 148 Kebagusan, kampung yang didominasi oleh warga Betawi ini pun tak lepas dari pengaruh ulama Betawi saat itu di dalam mensyiarkan agama Islam. Warga Betawi yang 145 Ibid., 146 Alwi Shahab, Robin Hood Betawi, op. cit, hlm. 94 147 Hasil pengamatan penulis di Forum Ulama dan Habaib Betawi Pusat 148 Hasil pengamatan penulis tahun 2007 sd 2008 hidup turun menurun di daerah ini sangatlah fanatik dengan Islam. Ini bisa dibuktikan dengan banyaknya sarana dan prasarana agama Islam di Kebagusan. Tidak ada satu pun tempat beribadah bagi agama lain di Kebagusan. Hal ini disebabkan hanya beberapa orang saja yang beragama non Islam. Itupun kebanyakan merupakan pendatang dan bukan warga Betawi. 149 Tabel 5 No. Sarana Ibadah Jumlah 1 Masjid 9 2 Mushalla 27 3 Majlis Taklim 43 Sumber : Data kelurahan Kebagusan pada tahun 2008 Warga Betawi Kebagusan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Tidaklah mengherankan setiap ada peringatan hari besar Islam seperti Maulid atau Isra’ Mi’raj masyarakat dengan penuh antusias menghadiri acara tersebut. Semua warga bergabung menjadi satu, mereka bersama-sama mengagungkan nama Allah dan bershalawat kepada Rasulullah. Islam bukan hanya menjadi sebuah keyakinan terhadap Yang Kuasa, namun bagi masyarakat Kebagusan Islam juga menjadi sebuah simbol dalam kehidupan sehari- hari termasuk dalam tradisi yang kerapkali dilakukan. 150 Sebut saja Tahlilan, Nujuh Bulan, Syukuran, Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, dan Pekan Muharram. Kegiatan-kegiatan yang bersifat religius seperti ini menjadi sebuah rutinitas yang hukumnya wajib dan harus dilaksanakan oleh masyarakat Kebagusan, khususnya warga Betawi. Mereka merasa tidak afdol bilamana tidak mengadakan 149 Hasil wawancara dengan Zainal Abidin 150 Hasil pengamatan penulis pada tahun 2007 sd 2008 kegiatan seperti ini minimal setahun sekali. Mereka merasa ada yang kurang bahkan hilang bila tidak mengadakan kegiatan-kegiatan bersifat religi seperti Maulid Nabi Muhammad Saw. Maulid Nabi yang diselenggarakan setiap tahun sekali menyedot pengunjung yang besar. Biasanya setiap masjid, mushalla ataupun majelis taklim di kelurahan Kebagusan mengundang jama’ah dari pengajian lainnya. Tidak mesti penduduk asli pada daerah setempat yang menghadirinya, namun warga yang berasal dari daerah sekitarnya turut menghadiri acara tersebut. 151 Pada umumnya, Maulid Nabi yang diadakan di kelurahan Kebagusan diisi oleh berbagai macam acara keislaman seperti pembacaan riwayat Nabi yang diiringi oleh rebana atau marawis, sambutan dari ketua panitia dan ketua masjid atau pengajian, serta ditutup dengan ceramah agama yang di berikan oleh para muballigh dari berbagai daerah. Untuk menarik minat jama’ah biasanya panitia juga mendatangkan da’i-da’i kondang yang umumnya sudah dikenal masyarakat melalui televisi atau radio. Sebelum mengadakan Maulid Nabi, setiap masjid, mushalla atau majelis taklim terlebih dahulu membentuk kepanitaan Dari kepanitiaan inilah yang nantinya merancang dan mempersiapkan susunan acaranya, anggaran biaya, jamuan-jamuan, serta penceramahnya. Anggaran dana yang telah dibuat lalu disebarluaskan kepada penduduk. Hal ini diharapkan dapat membantu panitia dalam mempersiapkan segala keperluan yang menyangkut Maulid Nabi termasuk isi berkat dan honor penceramah. Dalam pengamatan penulis, setiap anggaran dana yang ditujukan kepada masyarakat dan instansi pemerintah maupun swasta yang ada di sekitar kelurahan Kebagusan biasanya mencapai 70-80 151 Hasil pengamatan penulis tahun 2007 sd 2008 dari total anggaran. Ini disebabkan masyarakat kelurahan Kebagusan, khususnya warga Betawi sangat antusias dan berpartisipasi secara aktif dalam menyelenggarakan Maulid Nabi. 152 Perayaan Maulid Nabi pada komunitas etnis Betawi di kelurahan Kebagusan tergolong meriah. Hal ini disebabkan Perayaan Maulid Nabi terkadang menjadi ukuran atas kedudukan kampung itu sendiri. Tidaklah mengherankan bilamana setiap mengadakan Maulid Nabi, ibu-ibu kerapkali kerepotan memasak dan mempersiapkan jamuan yang akan dihidangkan yang lazim dikenal sebagai berkat. 153 Berkat bagi warga Betawi Kebagusan cukup menjadi daya pikat yang ampuh dalam menarik jama’ah. Warga Betawi akan merasa senang bilamana sepulang dari menghadiri Maulid Nabi mereka membawa hasil ke rumah masing-masing. Hasil yang pertama ialah nasihat-nasihat yang diberikan oleh para penceramah yang kelak dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil yang kedua ialah berkat yang berisi lauk pauk atau sembako. Ibu-ibu yang berada di rumah sangat senang karena pada bulan Maulid atau Rabi’ul Awwal mereka selalu kebanjiran gula pasir, mie instan, teh, kopi, dan lain-lain. Ini merupakan keberkahan tersendiri bagi dapur mereka. Disaat ibu-ibu sibuk mempersiapkan jamuan yang akan dihidangkan, bapak- bapak beserta remaja sibuk mempersiapkan dekorasi serta mencari dana untuk memenuhi anggaran yang dibuat. Bila anggaran itu melampaui target, maka tak segan-segan panitia akan mengundang dua atau tiga penceramah sekaligus. Walaupun materi uang tidak selamanya menjadi tolak ukur keberhasilan perayaan Maulid Nabi di kelurahan 152 Ibid., 153 Hasil wawancara dengan Zainal Abidin Kebagusan. Namun, tetap saja warga Betawi kelurahan Kebagusan selalu bersemangat dalam menyiapkan segala keperluan menyangkut acara ini. 154 Pahala menjadi ukuran atas partisipasi aktif yang warga Betawi lakukan. Mereka menganggap bantuan yang diberikan atas penyelenggaraan Maulid Nabi kelak akan dibalas oleh Allah di Yaumil Qiyamah nanti. Walaupun tak selamanya jumlah yang diberikan itu besar, namun warga Betawi menganggap Maulid merupakan kegiatan yang bukan hanya semata-mata menghambur-hamburkan uang semata namun juga merupakan ekspresi teologis atas kecintaan mereka kepada Rasulullah Saw. Untuk itulah mereka rela mengorbankan tenaga, pikiran, bahkan uang demi terselenggaranya Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. ini. Tidak semua warga Betawi Kebagusan merupakan muslim yang taat, ada saja diantara mereka yang masih suka bermain judi, mabuk-mabukan, atau melakukan maksiat lainnya. Namun, ketika diadakan Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. mereka bergegas meninggalkan semua aktifitas dosa mereka untuk ikut berpartisipasi membantu mempersiapkan segala keperluan Maulid. Bahkan tak jarang dari mereka yang juga menjadi panitia penyelenggara Maulid. Walaupun tidak selamanya mereka selalu berada di masjid namun jika menyangkut kegiatan Islam mereka selalu ikut berperan serta. Sungguh mengagumkan kecintaan orang Betawi Kebagusan terhadap Islam. 155 Dalam merayakan Maulid Nabi, panitia penyelenggara terlebih dahulu menyebarkan informasi pemberitahuan kepada jama’ah, baik yang berada di sekitar lokasi diadakannya Maulid maupun dari jama’ah luar. Dahulu, mereka kerapkali membunyikan petasan sebagai komunikasi antar kampung. Kampung lain yang berada 154 Hasil pengamatn penulis tahun 2007 sd 2008 155 Ibid., disekitar Kebagusan pun akan bertanya-tanya akan ada kegiatan apa di Kebagusan bila petasan tersebut dibunyikan. Setelah mengetahui akan ada suatu acara, entah itu Maulid ataupun lainnya maka masyarakat disekitar Kebagusan akan beramai-ramai mendatanginya. Namun, saat ini mereka lebih suka menyebarkan pamflet ataupun spanduk-spanduk yang dipasang di persimpangan jalan. Hal ini merupakan hasil dari modernisasi yang diterima warga Betawi disamping makruhnya membunyikan petasan menurut sebagian ulama. 156 Sangat mudah menemukan masjid ataupun majlis taklim yang mengadakan perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. di Kebagusan, karena hampir setiap diadakan perayaan Maulid Nabi panitia memasang umbul-umbul pada setiap rute jalan yang tertuju kepada lokasi Maulid. Ini juga menjadi penunjuk jalan bagi para jama’ah dari luar kampung untuk dapat menghadiri acara tersebut. 157 Pada dasarnya masyarakat Betawi Kebagusan mengadakan perayaan Maulid Nabi sebagai tradisi atas para pendahulu-pendahulu mereka. Ini berlangsung dari tahun ke tahun. Namun, setelah ditelisik lebih jauh bahwa Perayaan Maulid Nabi di Kebagusan merupakan media komunikasi yang paling efektif dalam menjadikan kampung ini kampung yang bernuansa Islami. Maulid mampu menjadi obat atas penyakit-penyakit masyarakat seperti perjudian maupun mabuk-mabukan. Diharapkan selepas menghadiri Maulid Nabi masyarakat kembali mengingat perjuangan Rasulullah serta berupaya meneladani akhlak beliau. 158 B. Model Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Di Kelurahan Kebagusan 156 Alwi Shahab, Robin Hood Betawi, Republika, Jakarta, 2002, hlm. 89 157 Hasil pengamatan penulis tahun 2007 sd 2008 158 Ibid., Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw di Kelurahan Kebagusan memiliki beberapa urutan pelaksanaan yakni: 1. Pembukaan Setiap acara dimulai dengan pembacaan surah Al-Fatihah yang dipimpin oleh pembawa acara atau MC, lalu setelah itu dibacakan susunan acara Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. sambil memandu acara selanjutnya. MC di Kebagusan biasnya terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dua orang dengan bagian satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Oarng yang menjadi MC biasanya memiliki kecakapan vokal dan komunikasi yang baik, sehingga pelaksanaan acara Maulid Nabi Muhammad Saw. bisa terdengar jelas dan berjalan lancar. 2. Pembacaan Do’a Arwah Pembacaan do’a arwah ialah pembacaan surah Al-Fatihah yang dikhususkan kepada arwah Nabi Muhammad Saw, sahabat dan keluarganya, serta para sesepuh dan tokoh agama di Kebagusan, tidak lupa arwah kaum muslimin dan muslimat yang telah terlebih dahulu meninggal dunia. Setelah itu membaca surah Yaasin. Kemudian membaca surah Al-Ikhlas sebanyak tiga kali, Al-Falaq satu kali, An-Nass satu kali, membaca akhir surah Al-Baqoroh, membaca tahlil laa ila haa illallah sebanyak 33 kali, tahmid alhamdulillah, tasbih subhanallah, dan takbir Allahu akbar masing-maasing sebanyak tiga kali. 159 3. Pembacaan Riwayat Nabi Muhammad Saw. syair Barjanzi Pembacaan riwayat Nabi Muhammad Saw. syair Barjanzi, ialah pembacaan riwayat kehidupan Nabi Muhammad Saw. rawi dari awal sampai akhir hidupnya yang dikarang oleh Syeikh Ja’far al-Barjanzi, pembacaan ini dilaksanakan oleh tiga orang 159 Hasil pengamatan penulis tahun 2007 sd 2008 pembaca. Masing-masing orang membaca sebagian rawi sampai selesai. Pada saat Asyrakal, ketiga orang tersebut membacanya secara bersamaan diikuti para hadirin. Pada saat inilah, hadirin berdiri bersama-sama untuk mengikuti pembacaan rawi tersebut 160 . Saat Asyrakal diiringi oleh iringan Rebana. Pada saat Asyrakal pula terdapat satu orang yang berkeliling menyemprotkan minyak wangi ke tangan jama’ah diiringi oleh daun mawar dan melati yang sengaja disebar ke setiap penjuru jamaah. Hal ini dilaksanakan untuk menebarkan wewangian dan sebagai bukti pengagungan terhadap Nabi Muhammad Saw. yang memiliki keharuman bagaikan minyak kasturi. 4. Sambutan-sambutan Sambutan atau sepatah kata disampaikan oleh ketua pelaksana, ketua masjid atau mushalla, dan juga para instansi pemerintah yang hadir seperti Bapak Camat atau Lurah. Pada saat sambutan, ketua pelaksana atau ketua masjid menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat yang telah banyak membantu secara materil sekaligus permohonan maaf apabila pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad Saw. masih banyak kekurangan dan kesalahan. Sedangkan sambutan dari instansi pemerintah menyampaikan bebrapa himbauan yang dianggap penting untuk diketahui dan dilaksanakan masyarakat. 5. Pembacaan Al-Qur’an Qari’ atau pembaca Al-Qur’an membacakan sebagian dari ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan kelahiran maupun kehidupan Rasulullah Saw. Pada umumnya qari’ membacakan surah al-Ahzab ayat 21 dan 40, al-Qalam ayat empat, al-Araf ayat 158, dan al-Anbiya ayat 107. 160 Hasil pengamatan penulis tahun 2007 sd 2008 6. Ceramah Agama Ceramah agama adalah acara yang ditunggu-tunggu masyarakat. Hal ini disebabkan para penceramah biasanya adalah para da’i yang sudah cukup kondang. Bahkan terkadang para da’i yang dipanggil ialah da’i tingkat nasional yang sudah terkenal dan sering tampil di televisi. Ibu-ibu sangatlah antusias apabila penceramah menyampaikan nasihat agama disertai humor yang membuat isi ceramah lebih menarik. Namun tak selamanya pencermah yang dipanggil adalah para da’i kondang. Ada pula yang para penceramah dari wilayah Kebagusan pula. Hal ini tidak terlalu dipermasalahkan sebab masyarakat Kebagusan tidak melihat siapa penceramahnya namun isi yang disampaikan. 7. Penutup dan Ramah Tamah Setelah ceramah agama, perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. ditutup dengan do’a. Do’a dibacakan oleh sesepuh agama setempat. Namuin sebelum pembacaan do’a, panitia pelaksana membagikan berkat kepada para hadirin. Setelah semuanya telah terbagi, maka sesepuh agama setempat-pun mulai membacakan do’a. Setelah selesai pelaksaan acara, penceramah dan beberapa sesepuh agama dan tokoh adat, serta panitia pelaksana bekumpul pada satu ruangan untuk makan bersama. Inilah model perayaan Maulid Nabi Muhamad Saw. di Kebagusan, walau sudah banyak perubahan. Namun perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. selalu dilaksanakan dari tahun ke tahun bahkan diturunkan dari generasi ke generasi sehingga perayaan Maulid Nabi tetap diagungkan oleh masyarakat Betawi di Kebagusan.

BAB V PENUTUP