Sosiologi 009

  Sementara itu terkait dengan alasan berkeluarga, ada beberapa hal yang melatarbelakanginya : Pertama, alasan biologis (seks) dan mendapat keturunan. Alasan ini merupakan alasan yang yang paling umum dianut orang. Karena mereka berpandangan bahwa dengan kawin dan membangun keluarga, hasrat seksnya akan tersalurkan tanpa harus takut berdosa dan mendapat kutukan Tuhan, termasuk terkena penyakit kelamin. Selain itu mereka dapat memperoleh keturunan yang akan meneruskan sejarah kehidupannya, serta melanjutkan cita-cita orang tuanya yang belum tercapai. Kedua, alasan ekonomi. Alasan ekonomi sering diajukan (meskipun tidak selalu) oleh mereka yang akan kawin dengan anak keluarga kaya. Alasan ini mendasarkan pada asumsi bahwa materilah yang merupakan pembawa kebahagiaan dalam keluarga. Sehingga perkawinan dalam hal ini, dijadikan sebagai alat transaksi perdagangan belaka. Alasan ekonomi ini juga sering diajukan oleh keluarga petani (walau tersamar) yang memiliki sawah ladang luas dan membutuhkan seorang penggarap. Sehingga, ketika keluarga pertani itu mengawinkan anaknya, lebih didasarkan pada upaya memanfaatkan tenaga menantunya, dari pada membahagiakan anaknya dalam bahtera rumah tangga. Meskipun demikian, ada juga yang berpikir lebih realistis. Artinya, alasan ekonomi dijadikan dasar oleh calon pasangan supaya kelak jika berhemat.dibanding ketika mereka masih sama-sama membujang atau masa pacaran. Ketiga, alasan rasa keterjaminan atau keamanan, baik dalam arti fisik maupun psikologis. Alasan aman dan terjamin ini biasanya muncul pada wanita yang mengharapkan tempat bergantung dan berlindung demi ketenangan dan keamanan hidupnya. Meskipun hal ini juga sering dijumpai pada kaum pria dan terpelihara dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya. Mereka berpandangan, dalam kehidupan keluarga, rasa aman dan terjamin hanya akan dapat terpenuhi jika memiliki suami atau isteri yang setia, mau mengerti perasaannya, menghargai pendapatnya, dan mau membantu kesulitan-kesulitannya.

  Keempat, alasan agama. Alasan ini banyak disampaikan oleh orang-orang yang beragama taat, dengan maksud memelihara ketaqwaannya agar selamat di dunia maupun di akhirat. Alasan agama seringdijadikan dasaruntuk menentukan bobot dan kepribadian seseorang, tentang layak tidaknya untuk dijadikan suami atau isteri. Sehingga perkawinan atau pembentukan keluarga dalam artian ini, lebih didasarkan pada perkawinan seagama dan sangat jarang yang melakukannya dengan orang yang lain agama, kecuali karena ada alasan-alasan tertentu yang sangat kuat. sifat-sifat dan ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, memiliki ikatan batin dan emosional. Artinya di antara para anggota memiliki rasa kasih sayang dan kecintaan yang mendalam, termasuk kebanggaan terhadap eksistensinya. Kedua, memiliki hubungan darah. Artinya, setiap anggota keluarga tersebut berada dalam satu jalur keturunan kecuali suami dan isteri yang berasal dari garis keturunan yang berbeda. Ketiga, memiliki ikatan perkawinan. Artinya, pasangan pria wanita yang membentuk keluarga diikat oleh perkawinan yang sah (menurut agama dan pemerintah), sehingga secara resmi mereka telah menjadi pasangan suami isteri. Perkawinan ini bisa indogami, yakni kawin dengan golongannya sendiri, atau eksogami, yaitu kawin di luar golongan sendiri. Keempat, mempunyai kekayaan keluarga. Artinya, keluarga pasti mempunyai harta benda untuk kelangsungan para anggotanya. Kelima, memiliki tempat tinggal. Artinya, setiap keluarga pasti memiliki domisili dan menempati rumah tertentu, baik itu milik sendiri maupun bukan. Keenam, memiliki tujuan. Artinya, setiap keluarga pasti memiliki tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai seperti meneruskan keturunan, menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota. Ketujuh, setiap anggota keluarga saling berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sendiri-sendiri.