Mengenal Kalender Hijriyah

DIRASAH ISLAMIYAH

Mengenal Kalender Hijriyah
MUSA AL-AZHAR
Mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir Jurusan Hadits, Alumni Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta

K

24

26 SHAFAR - 11 RABIULAWAL 1432 H

Hisab ‘Urfi
Dalam praktiknya, tentunya sangat
mustahil menerapkan sebuah sistem
kalender lunar (matahari) yang tepat 100
% dengan masa perjalanan bulan sinodis
yang berjumlah 354 hari 8 jam 48 menit 35
detik setahun (354,367 hari). Tidak
mungkin ada satu hari yang panjangnya
hanya 8 jam 48 menit 35 detik. Oleh

karenanya, ada sebuah strategi hisab ‘urfi
dengan menggunakan sistem kabisat
(tahun panjang, dalam Kalender Hijriyah
panjangnya adalah 355 hari. Sedangkan
tahun basitah atau tahun pendek
panjangnya adalah 354 hari. Penambahan
satu hari tersebut diletakkan pada bulan
terakhir, Dzulhijah). Penanggalan
semacam inilah yang kita pakai di tanah
air. Adapun metode pembagiannya adalah
sebagai berikut:
1. Peredaran bulan sinodis: 29 menit
12 jam 44 menit 2,8 detik. Angka 2,8 detik
diabaikan karena sangat kecil sehingga
tidak berarti. Dengan demikian, rata-rata
hari dalam satu tahun adalah:
29,5 hari x 12 = 354 hari
44 menit x 12 = 528 menit
2. Dalam setahun ada 354 hari 528
menit. Berhubung manusia tidak mungkin

menggunakan kalender dengan jumlah
hari 0,5 maka untuk menyiasatinya
bilangan pecahan 29,5 hari tersebut
dikalikan dengan 2 sehingga menjadi 59
hari (hitungan 2 bulan). 30 hari diberikan
kepada bulan ganjil, 29 hari diberikan
kepada bulan genap. Sehingga, dalam satu
tahun ada 6 bulan yang berjumlah hari 29
dan 6 bulan yang berjumlah hari 30.
Apabila dijumlahkan, maka akan didapatkan angka 354 hari (jumlah hari dalam satu

litm
erg
er.
co
m)

htt
p:/
/w

w

w.

pd

fsp

Hilal (Newmoon)
Apakah arti hilal itu? Secara etimologis,
kata “al-hilal” (ÇáåáÇá) merupakan
bentukan dari kata “al-ihlal” (ÇáÅåáÇá)
yang berarti “teriakan” dan “mengangkat
suara.” Dalam Lisânu’l ‘Arab, dinyatakan
bahwa kata al-hilal merupakan permulaan
bulan karena manusia meneriakkan suara
ketika melihatnya di awal bulan. Sudah
merupakan kebiasaan orang Arab ketika
melihat hilal sebagai tanda munculnya bulan
baru, mereka kemudian mengumumkan

dengan meneriakkannya. Dalam
memaknai hilal secara umum, Ibnu
Manzhur berpendapat bahwa ia adalah
bulan sabit pada hari pertama dan kedua
bulan Qamariyah. (Ibnu Mandzur, Lisânu’l
‘Arab, hal. 4690).
Kalangan mufassir ketika membahas
hilal, mereka lebih menitikberatkan pada
fungsinya yang berhubungan dengan
asbabun nuzul ayat hilal. Sebab
diturunkannya ayat Al-Qur’an surat AlBaqarah ayat 189, misalnya, adalah
pertanyaan yang sering diajukan oleh orang
Yahudi terhadap kaum Muslimin tentang
fungsi hilal. Dalam berbagai riwayat
diterangkan bahwa kemunculan hilal
berfungsi sebagai pedoman penentuan
waktu bagi manusia khususnya dalam
pelaksanaan ibadah.
Secara astronomis, definisi hilal
(newmoon) adalah fase bulan setelah

berada di satu garis bujur yang sama
dengan matahari dan bumi. Dalam fase
ini, bulan terlihat hanya sebagian kecil dari
bagiannya setelah mengalami peristiwa

De
mo
(

Bulan sebagai Patokan
Bulan berevolusi sampai kembali
membentuk posisi satu garis lurus antara
matahari-bulan-bumi (fase ini disebut
dengan konjungsi) selama 29 hari 12 jam
44 menit 2,8 detik. Inilah yang dinamakan
dengan satu bulan.
Dua belas kali peristiwa ini berlangsung
lamanya adalah 354 hari 8 jam 48 menit
35 detik atau hampir sama dengan kala
edar bumi mengelilingi matahari (satu tahun

kalender Miladiyah). Al-Biruni (362-440 H),
seorang astronom Muslim, mengatakan
bahwa inilah yang menyebabkan satu
tahun dalam kalender Hijriyah ada 12 bulan (Ahmad Fuad Basya, Âfâqu’l Mu’âshirah fî Turâtsinâ al-‘Ilmi, hal. 148).
Apabila kita melacak kembali pada
kitab-kitab tafsir, seperti Jâmi’u’l Bayân,
Imam al-Thabari mengatakan bahwa
jumlah 12 bulan dalam setahun adalah
ketetapan Allah SwT sesuai firman-Nya
dalam surah At-Taubah ayat 36-37. Imam
al-Razi, dalam tafsir Mafathul Ghaib, juga
menambahkan bahwa jumlah 12 bulan
dalam setahun ini sudah ditetapkan di alLauh al-Mahfûdz dan tercantum dalam AlQur’an.

konjungsi. Bagian kecil yang disinari
matahari inilah, yang disebut dengan hilal
yang menandakan datangnya bulan baru.

Vi
sit


alender Hijriyah penting sekali
dipelajari karena menyangkut
beberapa ibadah yang dilakukan
oleh umat Islam. Bagi Muhammadiyah,
pengenalan kalender Hijriyah akan menjadi
lebih urgen lagi, karena organisasi ini adalah
gerakan Islam yang sangat akrab dengan
kalender tersebut.
Surat-surat, dokumen resmi dan
kejadian penting di Muhammadiyah selalu
mempersyaratkan adanya pencatatan dan
penulisan yang didasarkan pada kalender
Hijriyah. Tulisan sederhana ini mencoba
untuk mengkaji kalender Hijriyah dari
aspek normatif (astronomi-syar’i).

DIRASAH ISLAMIYAH
Di antara salah satu solusi yang
ditawarkan adalah penggunaan kalender

dengan hisab hakiki. Hisab hakiki adalah
metode penentuan awal bulan Qamariyah
yang dilakukan dengan menghitung gerak
faktual (sesungguhnya) bulan di langit
sehingga bermula dan berakhirnya bulan
Qamariyah mengacu pada kedudukan
atau perjalanan Bulan benda langit tersebut.
Hanya saja, untuk menentukan pada saat
mana dari perjalanan Bulan itu dapat
dinyatakan sebagai awal bulan baru
terdapat berbagai kriteria dalam hisab
hakiki untuk menentukannya.
Salah satu negara yang menggunakan
hisab hakiki dalam penanggalan adalah
Republik Arab Mesir sebagaimana
diungkapkan oleh Prof. DR. Muhammad
Ahmad Sulaiman, profesor dari Institut Riset
Nasional Astronomi dan Geofisika Helwan,
Mesir.
Terkadang, ada dua bulan berurutan

yang jumlah harinya sama-sama 29.
Namun, semua itu tidak menjadi masalah
karena kalender untuk beberapa tahun
sudah bisa disusun sebelumnya menggunakan perhitungan yang akurat di zaman
sekarang ini.l

htt
p:/
/w
w

w.

pd

fsp

litm
erg
er.

co
m)

tahun kabisat dengan tahun kabisat
berikutnya memang tidak teratur. Namun,
ada metode tersendiri dalam menetapkan
tahun kabisat. Untuk mengetahui apakah
suatu tahun itu kabisat atau basitah, caranya
dengan membagi bilangan tahun dengan
30 (1 daur), sisa pembagiannya apabila
terdapat pada salah satu angka di atas,
maka ia kabisat. Misalkan tahun 1359 : 30
= 45 daur sisa 9 tahun, berarti 1359
merupakan tahun basitah. Tahun 1431 :
30 = 47 daur sisa 21 tahun, berarti, 1431
merupakan tahun kabisat.
Konsekuensi dari metode penetapan
bulan Qamariyah seperti dikemukakan di
atas adalah bahwa mulainya bulan dalam
hisab ‘urfi tidak selalu sejalan dengan

kemunculan bulan di langit. Bulan
Ramadlan dalam hisab ‘urfi ditetapkan
umurnya 30 hari karena merupakan bulan
bernomor urut ganjil (bulan ke-9). Padahal
bulan Ramadlan berdasarkan kemunculan
Bulan di langit bisa saja berumur 29 hari
dan justru Rasulullah saw lebih sering
berpuasa selama 29 hari! Selain itu,
bagaimanapun perhitungan 2,8 detik yang
tadinya diabaikan akan terakumulasi
menjadi satu hari setelah 2.500 tahun.

De
mo
(

Vi
sit

tahun hisab ‘urfi). Angka 29 dan 30 ini juga
sejalan dengan Hadits Rasulullah saw yang
menyatakan bahwa bulan itu bisa
berjumlah 30 hari atau 29 hari.
3. Terdapat sisa 44 menit setiap bulan
yang akan menjadi 528 menit setiap tahun.
Dalam waktu 3 tahun, jumlah ini akan
menjadi 1 hari lebih sedikit (528 x 3 = 1548
menit, 1 hari = 1440 menit). Dalam siklus 1
daur (1 daur ada 30 tahun karena apabila
0,367 hari yang merupakan sisa hari setiap
tahun dikalikan dengan 30 tahun akan
menghasilkan 11,01 hari dengan angka di
belakang koma terkecil) akan menjadi
15.480 menit atau genap 11 hari (15.480 :
1.440 = 11). Sisa 11 hari tersebut
didistribusikan ke dalam tahun-tahun
selama 1 daur (30 tahun). Masing-masing
akan mendapatkan 1 tahun.
Adapun tahun-tahun yang mendapatkan tambahan satu hari dalam periode 30
tahun itu adalah tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 15
(ada yang mengatakan bahwa tahun
kabisat adalah tahun ke 16), 18, 21, 24, 26
dan 29. Juga tahun-tahun yang angkanya
merupakan kelipatan 30.
Terlihat adanya ketidakteraturan dalam
penetapan kabisat, interval antara satu

SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 96 | 1 - 15 FEBRUARI 2011

25