39 dilakukan oleh PT. X untuk dengan campuran scrap shaving dan trimming
shaving bubuk kulit serta karbit untuk diolah menjadi low grade paper. Komposisi bahan baku untuk pembuatan low grade paper ditunjukkan pada
Tabel 7. Tabel 7 Komposisi bahan baku untuk pembuatan low grade paper
No. Bahan Baku
Komposisi Karakteristik Umum
1 Paper sludge dan kemasan
kertaskarton bekas 70 +5
sludge dari pabrik kertas
2 Scrap shaving dan trimming
shaving 2.5 + 2.5
Beberapa bubuk kulit 3
Karbit 20
Dalam bentuk lumpur karbit
Sumber : PT.X 2014
Bahan-bahan tersebut dicampur terlebih dahulu dan diaduk mixing sampai berbentuk bubur kertas. Bubur kertas kemudian dipompa ke dalam mesin
pencetak kertas, dan setelah lembaran kertas terbentuk, kertas dipotong-potong dengan ukuran tertentu, dikeringkan dan dipress, dan siap untuk dijual. Low grade
paper biasanya dijual untuk pabrik sepatu untuk digunakan sebagai sol.
40
VI. KELAYAKAN PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH
B3 PT. X
Pelaksanaan proyek tidak hanya menyangkut biaya-biaya, tapi juga aspek- aspek lain yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang
diperoleh dari penanaman investasi. Seluruh aspek-aspek ini saling berhubungan. Penilaian kelayakan usaha pengolahan dan pemanfaataan limbah B3 dilakukan
dengan penilaian-penilaian pada aspek pasar, teknis, hukum, sosial-lingkungan, dan aspek finansial melalui analisis biaya dan manfaat.
6.1 Aspek Pasar
Dari sudut pandang output, analisa pasar untuk hasil proyek adalah sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada
suatu harga yang menguntungkan, termasuk kemana produk akan dipasarkan, dan tingkat harga dan pengaruhnya Gittingger, 1986. Untuk penilaian aspek pasar
pengelolaan limbah B3 oleh PT.X ini dibagi menjadi dua yakni jasa pengelolaan limbah dan pemasaran produk hasil pemanfaatan B3.
6.1.1 Jasa Pengelolaan Limbah
Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan industri di Indonesia menyebabkan meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan.
Limbah-limbah industri pada umumnya merupakan limbah yang berbahaya dan beracun sehingga harus dikelola sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Selain itu, pengawasan dari pemerintah yang semakin ketat terhadap aktivitas industri—seperti misalnya PROPER Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup—mengakibatkan meningkatnya upaya kesadaran masyarakat industri dalam pengelolaan
lingkungan khususnya mengenai limbah. Masalah pengelolaan limbah juga terkendala pada biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam pengelolaan limbah
maupun kemampuan teknis sumberdaya manusia, sehingga penanganan B3 ini menjadi sering ditunda sehingga menyebabkan masalah-masalah pencemaran dan
kerusakan lingkungan, serta kerugian pada masyarakat sekitar pelaku usaha.