dapat dilakukan pengajar dan pembelajar secara bersama. Pengajar dalam hal ini adalah guru terlebih dahulu memberikan contoh-contoh mengenai
satu jenis kesalahan, kemudian pembelajar dalam hal ini adalah siswa, harus mengoreksi tulisan untuk jenis kesalahan yang sama dengan
bimbingan pengajar, selanjutnya pembahasan dapat dilakukan pada jenis kesalahan yang lain.
Jenis-jenis kesalahan yang dapat dikoreksi dengan memberi contoh-contoh adalah penempatan tanda baca, misalnya: tanda titik dan
koma, pemakaian huruf kecil dan kapital, penulisan kata depan dan imbuhan. Untuk menentukan jenis kesalahan yang bisa dikoreksi dengan
cara ini, pengajar dapat melakukannya berdasarkan tingkat kemampuan pembelajar.
3. Menggunakan referensi tentang kaidah-kaidah bahasa tulis Untuk menerapkan cara ini, terlebih dahulu pengajar atau guru
menyeragamkan buku-buku atau referensi mengenai kaidah-kaidah penulisan yang dipakai para pembelajar maupun yang menjadi
pegangannya. Referensi yang memuat kaidah-kaidah bahasa tulis tersebut seperti buku pedoman penulisan komposisi, buku pedoman pembentukan
istilah, dasar-dasar komposisi, dan tata kalimat maupun kamus. Dengan berpedoman pada buku-buku yang telah dimiliki
pembelajar, pengajar dapatr menandai bagian-bagian tulisan yang salah dengan menuliskan nomor halaman buku dan identitas yang lebih khusus
berkenaan dengan kaidah penulisan yang dapat membantu pem,belajar untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
c. Langkah-langkah yang Dilakukan Peneliti dalam Penerapan Teknik Koreksi Teman Sebaya
Dalam praktiknya atau secara konkrit penerapan teknik koreksi teman sebaya dalam setiap siklusnya dilakukan dalam 2 x pertemuan yang
setiap pertemuan mencakup waktu 2 x 45 menit. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1 Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, kegiatan yang dilakukan meliputi: 1 pemberian materi menulis karangan oleh guru; 2 pemberian latihan
menulis karangan; 3 pemberian latihan mengoreksi hasil tulisan teman; 4 guru menugasi siswa untuk menulis karangan; 5 guru
meminta siswa untuk mengumpulkan karangan. 2
Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua, kegiatan yang dilakukan meliputi: 1
guru memberikan materi penegasan mengenai teknik koreksi teman sebaya; 2 guru membagikan hasil karangan siswa yang telah
dikumpulkan sebelumnya; 3 guru meminta siswa menukarkan hasil karangannya, secara teknis hasil karangan siswa ditukar dengan
diputar ke kanan sebanyak lima kali hitungan; 4 guru meminta siswa mengoreksi karangan temannya; 5 guru sebagai fasilitator dan
membimbing siswa dalam mengoreksi; 6 setelah koreksi selasai, siswa diminta mengembalikan karangan yang dikoreksi pada siswa
yang bersangkutan; 7 seluruh siswa diminta memperbaiki karangannya berdasarkan hasil koreksi teman sebaya; 8 karangan
yang telah diperbaiki dikumpulkan dan dinilai. Berdasarkan langkah-langkah yang diuraikan dalam dua pertemuan
tersebut, secara singkat dapat diringkas bahwa penerapan teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan adalah sebagai
berikut: 1 pemberian materi; 2 pemberian latihan menulis dan mengoreksi; 3 pemberian tugas menulis; 4 hasil tulisan ditukarkan
dengan teman sebaya; 5 pengoreksian hasil karangan dengan teman sebaya; 6 perbaikan hasil karangan berdasarkan koreksi teman; dan 7
penilaian.
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan atau sesuai dengan penelitian ini, diantaranya adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Handoko Pujobroto, Bambang Agus Purwanto, dan Sujoko pada tahun 2004 dengan judul ”Optimalisasi Penerapan
teknik Self-Correction dalam Pembimbingan Skripsi untuk meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Kesalahan berbahasa Mahasiswa Bahasa
Inggris FKIP UNS Penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di LPTK”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan teknik self-
correction dapat meningkatkan kemampuan dan motivasi menulis mahasiswa. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Joko Purwanto pada
tahun 2008 dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah Melalui Teknik Peer Correction pada Siswa Kelas XI IA SMA
Muhammadiyah 3 Masaran”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran serta peningkatan kemampuan
menulis ilmiah siswa setelah diterapkannya teknik peer correction. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarwati, Suyatmin, dan Siti Mulyani
pada tahun 2008 dengan judul “Penerapan Teknik Peer-Correction dalam Pembelajaran Menulis untuk Meningkatkan Penguasaan Bahasa Indonesia
Tulis Siswa Kelas VIII SMP”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan keaktifan dan kesungguhan siswa dalam pembelajaran menulis
disamping adanya peningkatan kualitas hasil dan kualitas proses dalam pembelajaran menulis setelah diterapkankan teknik peer-correction.
Berdasarkan kesimpulan dari ketiga penelitian di atas maka relevansinya dengan penelitian yang peneliti ini adalah bahwa keterlibatan
serta keaktifan siswa dalam memberikan umpan balik dari hasil pekerjaan, baik pekerjaannya sendiri maupun pekerjaan temannya, mempunyai pengaruh
yang positif dalam meningkatkan kemampuan, khususnya kemampuan produktif siswa atau mahasiswa. Atau secara singkat dapat dijelaskan bahwa
apabila siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran, makan akan