ANALISIS UUD 1945 SEBELUM and SESUDAH AM
Nama : Ravi Dimas Arifin Kelas : X - 3
ANALISIS UUD 1945 SEBELUM & SESUDAH
AMANDEMEN PASAL 1 s/d 18B
Pasal 1 ayat 2 Sebelum Amandemen: Kedaulatan memang berada di tangan rakyat, tetapi dilaksanakan sepenuhnya
berada di tangan rakyat, sehingga kelemahan di sini MPR dalam menjalankan kedaulatnnya tidak dibatasi
oleh undang-undangSesudah Amandemen: Sesudah amandemen, kedaulatan masih berada di tangan rakyat tetapi semuanya
harus sesuai dengan undang-undang. Kelebihan dari amandemen ayat ini adalah mengurangi
kesewenang-wenangan penggunaan kedaulatan oleh rakyat dan harus sesuai dengan undang-undangPasal 1 ayat 3 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Negara Indonesia mempertegas statusnya sebagai negara hukum karena pada saat
Orde Baru kekuasaan banyak diselewengkan dan semuanya dikuasai oleh para ‘kerah-putih’ sehingga
dengan di tambahkannya pasal ini, maka semua orang Indonesia, tanpa melihat statusnya dalam berbuat
harus tetap dipertanggungjawabkan di depan hukum yang berlaku di IndonesiaPasal 2 ayat 1 Sebelum Amandemen: Kelemahan dari ayat ini adalah anggota MPR yang berasal dari golongan-
golongan daerah bisa saja tidak sesuai dengan kualifikasi yang diminta untuk duduk di kursi MPR
Sesudah Amandemen: Kelebihan dari amandemen ayat ini adalah anggota DPD yang akan duduk di
MPR haruslah melalui pemilihan umum sehingga bukan asal pilih saja
Pasal 3 ayat 1 Sebelum Amandemen: MPR hanya berperan untuk menetapkan UUD dan GBHN. Pengubahan UUD
bukan menjadi hak MPR
Sesudah Amandemen: MPR bisa melakukan perubahan pada UUD, selain menetapkannya. Apabila
dipandang suatu pasal tidak sesuai dengan zaman, maka MPR bisa melakukan perubahan sesuai dengan
UU yang berlaku.Pasal 3 ayat 2 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: MPR berwenang sebagai lembaga yang melantik presiden dan wakil presiden
saja, karena sebelumnya MPR juga memilih, mengangkat, dan memberhentikan presiden dan wakil
presidenPasal 3 ayat 3 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: MPR hanya berwenang untuk memakzulkan presiden dan wakil presiden
berdasarkan UUD, dengan alasan presiden/wapres itu gagal dalam melaksanakan pemerintahan. Mereka
tidak berwenang untuk memilihnyaPasal 5 ayat 1 Sebelum Amandemen: Presiden memiliki hak penuh untuk membentuk UU dengan persetujuan DPR
sehingga dengan demikian UU yang dibentuk itu pasti bisa disahkan
Sesudah Amandemen: Presiden hanya berhak untuk membuat dan mengajukan RUU kepada DPR untuk
kemudian dibahas dan disahkan. Kelebihan dari pengubahan ini adalah RUU yang sebelum dijadikan UU
bisa dilakukan wacana terlebih dahulu, apakah sesuai dengan kondisi yang ada di masyarakatPasal 6 ayat 1 Sebelum Amandemen: Latar belakang presiden Indonesia pada saat itu hanya disebutkan harus orang Indonesia tanpa menjelaskan syarat yang lebih jelas lainnya Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen latar belakang seorang presiden semakin dipertegas dengan
beberapa syarat, seperti harus mampu melaksanakan tugas kepresidenan secara jasmani dan rohani
Pasal 6 ayat 2 Sebelum Amandemen: Presiden dipilih langsung oleh MPR dengan suara terbanyak tanpa adanya
campur tangan rakyat, sehingga rakyat tak pernah tahu bagiamana sosok/figur yang akan menjadi
pemimpin negara waktu ituSesudah Amandemen: Syarat-syarat untuk menjadi presiden dan wapres diatur oleh UU sehingga sesuai
dengan ketentuan UU, maka dalam hal ini masyarakat Indonesia berhak untuk memilih presiden serta
wapres, tanpa ikut campur MPR secara langsungPasal 6A ayat 1 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Di sini menegaskan tentang hak pilih rakyat dalam pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden secara langsung, sehingga hal ini tentu berbeda dengan masa Orde Baru saat era kepemimpinan
mantan Presiden Soeharto
Pasal 6A ayat 2 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Calon Presiden dan Wakilnya merupakan usulan dari satu parpol ataupun
gabungan beberapa parpol (koalisi) sebelum dilaksanakan pemilihan umum
Pasal 6A ayat 3 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Ayat ini membahas mengenai syarat sah untuk menjadi seorang Presiden dan
Wakil Presiden berdasarkan jumlah suara yang diperolehnya pada saat pemilu, yakni lebih dari 50%
secara nasional dan lebih dari 20% di tiap provinsi di Indonesia
Pasal 6A ayat 4 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Apabila dalam penghitungan ditemukan suara yang terbanyak yang sama pada
dua calon pasangan presiden dan wapresnya, maka akan dilaksanakan pemilu ulang dengan calon para
pemenang suara pertama dan kedua tersebut oleh rakyat secara langsungPasal 6A ayat 5 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Syarat-syarat untuk menjadi seorang Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjutnya
akan diterangkan di undang-undang yang berlaku
Pasal 7 Sebelum Amandemen: Presiden memiliki hak untuk diangkat kembali sebagai presiden dalam jangka 5
tahun kepemerintahan dan selanjutnya bisa dipilih kembali tanpa batas yang ada. Hal ini bisa saja
membuat seorang Presiden untuk mencalonkan dirinya berkali-kali atau selamanyaSesudah Amandemen: Presiden memiliki hak kepemerintahan sebanyak dua kali masa jabatan yang
masing-masing berjangka 5 tahun untuk dipilih oleh masyarakat Indonesia secara langsung. Hal ini
diharapkan bisa menghilangkan kepemerintahan abadiPasal 7A Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: MPR dengan usul DPR bisa saja memberhentikan jabatan seorang Presiden
maupun Wakil Presiden apabila dia terbukti telah melakukan pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan serta tindakan pidana berat lainnya ataupun sudah tidak memenuhi syarat-syarat untuk
menjadi seorang Presiden ataupun Wakil Presiden lagiPasal 7B ayat 1 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Sebelum memberikan usulan kepada MPR untuk memberhentikan seorang
Presiden ataupun Wakil Presiden yang terbukti salah melakukan tindakan semacam korupsi, penyuapan,
dan semacamnya, maka DPR terlebih dahulu mengajukan permintaan ke MK sebelum memutuskan
apakah Presiden atau Wapres tersebut terbukti melakukan tindakan tersebutPasal 7B ayat 2 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: DPR memiliki fungsi pengawasan terhadap kinerja seorang Presiden beserta
Wakil Presidennya, dan apabila terbukti salah satunya ataupun keduanya melakukan kesalahan, maka
DPR telah menjalankan fungsi pengawasannya Pasal 7B ayat 3 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Sebelum mengajukan permintaan untuk memberhentikan seorang presiden atau
wapresnya yang terbukti melakukan kesalahan ke MK, DPR haruslah melakukan sidang & mendapatkan
suara paling tidak 2/3 dari anggotanya dan anggota yang hadir dalam sidang paling tidak sebanyak 2/3
dari keseluruhannya untuk bisa mengajukan permintaan pemberhentian presiden / wapresPasal 7B ayat 4 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: MK diberi waktu paling lambat 90 hari untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus usulan DPR setelah MK menerima usulan permintaan pemberhentian presiden atau wakilnya
Pasal 7B ayat 5 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Apabila MK telah menemukan bahwa usul yang disampaikan DPR itu benar
mengenai kesalahan-kesalahan yang dilakukan presiden atau wakilnya dan menyetujuinya, maka DPR
Pasal 7B ayat 6 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Setelah menerima persetujuan dari MK dan mendapat tembusan dari DPR, maka
MPR berhak menyelenggarakan sidang dan memutuskannya paling lambat 30 hari setelah usul dari DPR
tersebut diterima MPR
Pasal 7B ayat 7 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Presiden atau wakil presiden yang terbukti bersalah akan korupsi/suap/tindakan
tercela lainnya diberi hak untuk menyampaikan penjelasannya di sidang paripurna MPR sebelum MPR
melakukan penghitungan suara dari anggotanya dengan jumlah anggota yang hadir paling tidak ¾ dan
jumlah suara paling tidak sebanyak 2/3 dari yang hadir ituPasal 7C Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Presiden tidak meiliki hak untuk membekukan ataupun membubarkan DPR
karena DPR adalah lembaga wakil rakyat yang berfungsi utuk melaksanakan fungsi pengawasannya
terhadap kinerja pemerintahPasal 8 ayat 1 Sebelum Amandemen: Wakil presiden memiliki hak untuk menggantikan posisi presiden apabila ada
kondisi tertentu yang menghalanginya untuk berhenti bertugas. Wakil presiden tersebut akan
menggantikannya sampai habisSesudah Amandemen: Wakil Presiden berhak menggantikan posisi presiden dalam menjalankan
tugasnya sampai masa presiden yang mangkat itu habis, bukannya sampai masa seumur hidup
Pasal 8 ayat 2 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Apabila terjadi kekosongan jabatan wakil presiden yang disebabkan oleh
sakit/meninggal dunia/sebab lainnya, maka MPR akan menyelenggarakan rapat sidang untuk membahas
dua calon wapres yang sebelumnya diusulkan oleh presidenPasal 8 ayat 3 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Apabila terdapat keadaan di mana presiden & wakil presiden secara bersama-
sama tidak bisa melaksanakan kewajibannya, maka pelaksana tugas kepresidenan yang terdiri dari
kepresidenan untuk sementara. Sedangkan MPR diberi hak selambat-lambatnya 30 hari untuk melakukan
sidang dalam penentuan Presiden dan Wakil Presiden baru dengan calon yang diusulkan oleh dua partai
politik yang menduduki posisi dua dan tiga pada pemilihan umum sebelumnya. Calon Presiden dan Wakil
Presiden yang terpilih itu nantinya akan bekerja selama masa jabatan Presiden yang berhalangan
sebelumnya.Pasal 9 ayat 1 Sebelum Amandemen: Presiden diterangkan dalam janjinya untuk menjalankan peraturan dengan
seluas-luasnya tanpa batas yang nyata. Sehingga, hal ini membuat suatu kelemahan pada citra Presiden
tanpa memandang rakyatSesudah Amandemen: Janji presiden sesudah amandemen berubah yang dicirikan dengan Presiden
menjalankan peraturan selurus-lurusnya dengan UU sehingga diharapkan tidak terjadi penyelewengan
kekuasaanPasal 9 ayat 2 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Sumpah yang diucapkan oleh Presiden dan wakilnya haruslah disaksikan oleh
MPR dihadapan MA, apabila MPR atau DPR tidak bisa mengadakan sidang. Dengan demikian, kesaksian
oleh mereka bisa dibenarkan
Pasal 11 ayat 2 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Dalam pembuatan perjanjian Internasional dengan negara lain yang berdampak
pada perekonomian rakyat, Presiden haruslah melakukan perundingan/pembahasan dengan DPR
Pasal 11 ayat 3 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Segala ketentuan mengenai Perjanjian Internasional diatur oleh Undang-Undang
yang berlaku
Pasal 13 ayat 2 Sebelum Amandemen: Presiden berhak menerima duta dari negara lain tanpa melalui pertimbangan
siapapun
Sesudah Amandemen: Setelah diamandemen, ayat 2 mempertegas ayat pertama dalam hal pengangkatan
duta negara lain tapi harus melalui perundingan dengan DPR
Pasal 13 ayat 3 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Amandemen pada ayat 3 lebih mempertegas ayat 2 namun dengan perbedaan
dalam penempatan duta negara lain yang perlu memperhatikan usulan/melalui perundingan dengan DPR
Pasal 14 ayat 1 Sebelum Amandemen: Presiden berhak memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi kepada
siapapun yang dikehendakinya
Sesudah Amandemen: Pemberian grasi dan rehabilitasi oleh Presiden kepada orang tertentu harus
melalui pertimbangan Mahkamah Agung sehingga dengan demikian Presiden tidak sewenang-wenang
dalam memberikan grasi dan semacamnyaPasal 14 ayat 2 Sebelum Amandemen: Presiden berhak memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi kepada
siapapun yang dikehendakinya
Sesudah Amandemen: Pada ayat 2, pemberian amnesti dan abolisi oleh Presiden harus melalui
pertimbangan DPR, bukannya MA
Pasal 15 Sebelum Amandemen: Presiden berhak kapanpun dan sesuai dengan kemauannya memberikan gelar,
tanda jasa, dan tanda-tanda kehormatan kepada siapapun
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, Presiden dalam memberikan gelar, tanda jasa, dan tanda
kehormatan kepada seseorang haruslah sesuai dengan perundangan yang berlaku
Pasal 16 ayat 1 Sebelum Amandemen: Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan sesuai dengan perundangan
yang berlaku di Indonesia
Pasal 16 ayat 2 Sebelum Amandemen: DPA berkewajiban memberikan jawab kepada Presiden dan memajukan usul
kepada pemerintah
Pasal 16 ayat 1 dan 2 Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, Presiden berhak mengangkat DPA yang memiliki tugas
untuk memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Dengan demikian, pasal 16 ayat (1) dan (2) sesudah amandemen dilebur menjadi satu tapi
dirubah dalam hal kontenPasal 17 ayat 2 Sebelum Amandemen: Presiden memiliki hak untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
yang membantunya dalam bertugas
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, tidak ada perubahan pada ayat 2 ini secara kontekstual
Pasal 17 ayat 3 Sebelum Amandemen: Sebelum era reformasi, menteri-menteri bekerja memimpin departemen
pemerintahan
Sesudah Amandemen: Sesudah amandemen, para menteri membidangi dalam urusan tertentu
kepemerintahan
Pasal 17 ayat 4 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran jajaran dalam kementrian sesudah
amandemen harus disesuaikan/diatur dalam undang-undang yang berlaku. Bukan sepenuhnya ada di
tangan PresidenPasal 18 ayat 1 Sebelum Amandemen: Pembagian daerah-daerah di Indonesia, baik besar ataupun kecilnya tidak hanya
didasarkan pada undang-undang yang berlaku di Indonesia tetapi juga harus berdasarkan asas
permusyawaratan yang berlaku pada sistem pemerintahan yang ada. Selain itu hak-hak untuk membentuk
daerah-daerah istimewa di Indonesia, seperti Yogyakarta juga harus dipertimbangkanSesudah Amandemen: Ayat ini mempertegas struktur provinsi. Provinsi terdiri dari kabupaten dan kota
serta kesemuanya diatur dalam perundangan yang berlaku
Pasal 18 ayat 2 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Pemerintah daerah provinsi, kabupaten maupun kota memiliki hak untuk
mengurusi daerahnya sendiri menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
Pasal 18 ayat 3 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Di setiap pemerintahan daerah provinsi, kabupaten maupun kota memiliki DPRD
di tiap tingkatannya, tetapi para anggotanya harus dipilih melaui pemilihan umum
Pasal 18 ayat 4 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Gubernur, Bupati, dan Walikota harus dipilih berdasarkan pemilihan umum yang
diselenggarakan di provinsi, kabupaten ataupun kota secara demokratis sehingga peran serta masyarakat
sangat menentukan dalam pemilukada ini, selain pilpresPasal 18 ayat 5 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Pemda dapat menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya, semisal tambang yang
berfungsi demi kemaslahatan penduduk di situ namun masih dalam pengawasan pemerintah pusat dan
juga pajak daerah. Namun, urusan pusat bukanlah perhatian dari PemdaPasal 18 ayat 6 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Pemda bisa membuat peraturan daerahnya sendiri demi kepentingan otonomi
daerah dan tugas pembantuan. Peraturan lainnya juga termasuk hak otonomi daerah. Semuanya berfungsi
untuk memajukan kesejahteraan penduduk di dalamnyaPasal 18 ayat 7 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Penyelenggaraan pemerintah daerah untuk lebih lanjut diatur dalam undang-
undang, termasuk susunan dan tata cara penyelenggaraannya
Pasal 18A ayat 1 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Mengatur hubungan wewenang antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah (Pemprov, Pemkab, Pemkot) yang sesuai dengan undang-undang dengan memperhatikan
kehususan dan keistimewaan yang dimiliki oleh tiap daerah di Indonesia. Dengan demikian, tidak akan
terjadi kebebasan yang tidak bertanggungjawab di Pemda karena kesalahan pemahaman otonomi daerah
dan tidak adanya pemantauan dan kendali dari Pemerintah PusatPasal 18A ayat 2 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Mengatur masalah pemanfaatan sumberdaya alam antara pemerintah daerah
dengan pemerintah pusat demi kepentingan bersama, meskipun pemda diberikan hak otonomi untuk
mengelola sumberdaya yang terkandung di daerahnya masing-masing. Sumberdaya alam yang ada di
Indonesia sendiri dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat bersama, bukan hanya miliki suatu daerah
tertentu secara penuhPasal 18B ayat 1 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus ataupun istimewa akan
diakui oleh Pemerintah Pusat, seperti Satpol PP dan Kepolisian Pamong Praja. Namun, semuanya juga
harus diatur dengan Undang-Undang yang berlakuPasal 18B ayat 2 Sebelum Amandemen: (TIDAK ADA) Sesudah Amandemen: Adat istiadat yang berkembang di Indonesia, seperti kesatuan masyarakat adat
suku Bali, Kekeratonan Surakarta/Ngayogyakarta, dll secara resmi mendapat pengakuan dari Negara,
tetapi harus berdasarkan prinsip yang berlaku di NKRI ini, dan yang terutama mengutamakan asas
Ketuhanan