Kesimpulan Go`et (ungkapan tradisional) Manggarai ditinjau dari segi makna dan fungsi.

108 BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan mengenai makna dan fungsi go’ét ungkapan tradisional Manggarai, dapat disimpulkan sebagai berikut: Go’ét sudah lama dikenal masyarakat Manggarai karena merupakan milik masyarakat Manggarai, namun hanya segelintir orang yang menguasai serta memahami go’ét dengan baik dan sempurna. Go’ét umumnya hanya dikuasai dengan baik dan sempurna oleh para orang tua tertentu di lingkungan masyarakat Manggarai tetua adat, tokoh masyarakat sedangkan dalam lingkungan orang-orang muda termasuk para intelektual, sangat jarang yang menguasainya apalagi menghafalnya. Jenis-jenis makna yang terdapat dalam go’e t ungkapan tradisional dalam bahasa Manggarai adalah makna literal dan makna figuratif, dalam hal ini makna idiom dan makna kias. Go’e t merupakan sebuah peribahasa, perumpamaan, bahasa kiasan serta kata-kata bijak yang digunakan untuk berbagai kepentingan tertentu dalam lingkungan masyarakat Manggarai. Untuk dapat memahami pesan atau maksud yang disampaikan penutur, orang harus memahami situasi serta kondisi ketika go’ét diucapkan. Go’e t merupakan tindak tutur lokusi, ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Tindak tutur tersebut digunakan untuk menganalisis maksud ujaran penutur sehingga dapat dipahami oleh mitra wicara pendengar. Manusia berbudaya memiliki cara tersendiri untuk menyampaikan pesan dan mengungkapkan pikiran atau isi hatinya. Demikian halnya dengan masyarakat Manggarai yang menggunakan go’e t sebagai sarana untuk menyampaikan pesan kepada lawan bicara, yaitu sarana yang dianggap paling tepat dengan tetap berpegang teguh pada adat-istiadat serta norma yang berlaku di lingkungan masyarakat. Sebagai sebuah sarana dalam menyampaikan pesan, go’e t mengandung nilai-nilai serta norma yang menjadi pegangan serta pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai tersebut antara lain, nilai pendidikan, nilai religi, nilai moral, nilai sosial, nilai etis, dan nilai estetis. Nilai-nilai tersebut harus diketahui serta dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat demi kelancaran dan kelangsungan hidup bermasyarakat serta untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan seratus tiga puluh satu buah tujuh ungkapan tradisional yang terdapat dalam lingkungan Manggarai. Ungkapan- ungkapan tersebut masih banyak yang tersebar luas dalam lingkungan masyarakat Manggarai dan belum berhasil dikumpulkan secara lengkap karena beberapa alasan tertentu. Ungkapan-ungkapan tersebut antara lain, ungkapan yang berkaitan dengan kepercayaan berjumlah enam belas buah, berkaitan dengan kegiatan hidup berjumlah dua puluh satu buah, ungkapan yang berfungsi untuk mengenakkan pembicaraan berjumlah tiga buah, ungkapan yang berkaitan dengan bahasa larangan berjumlah delapan buah, ungkapan yang berkaitan dengan status sosial seseorang berjumlah dua buah, ungkapan yang berkaitan dengan bahasa rahasia berjumlah enam puluh delapan buah, ungkapan yang berkaitan dengan ejekan berjumlah satu buah, dan ungkapan yang menunjukkan pertalian kekeluargaan berjumlah tiga belas buah. Ungkapan yang berkaitan dengan kepercayaan berfungsi untuk menggambarkan relasi masyarakat Manggarai dengan Sang Pencipta. Dalam kehidupan sehari-hari, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ungkapan tersebut digunakan sebagai nasihat dari para orang tua kepada generasi muda yang berfungsi untuk mendidik moral para generasi muda. Dalam upacara- upacara tradisional, ungkapan yang berkaitan dengan kepercayaan berfungsi sebagai sebuah doa, pujian, serta harapan dari umat manusia kepada Sang Pencipta. Ungkapan yang berkaitan dengan kegiatan hidup berfungsi untuk menggambarkan keseharian masyarakat Manggarai dalam memenuhi kebutuhan hidup, serta mengungkapkan relasi dalam kehidupan bermasyarakat. Ungkapan yang berfungsi untuk mengenakkan pembicaraan berfungsi untuk memperhalus kata ucapan seseorang ketika hendak menyampaikan keinginan atau maksud tertentu dengan menggunakan bahasa kiasan. Ungkapan yang berkaitan dengan bahasa larangan berfungsi untuk mengatur tata kehidupan sosial dalam masyarakat, mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam lingkungan keluarga, ungkapan yang berkaitan dengan bahasa larangan digunakan sebagai nasihat para orang tua kepada para generasi muda agar tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Ungkapan yang berkaitan dengan bahasa rahasia digunakan untuk berbagai kepentingan dalam masyarakat, diantaranya untuk tujuan etis dan estetis, untuk menyindir, dan lain-lain. Ungkapan yang berkaitan dengan ejekan berfungsi untuk mengejek atau untuk menyindir seseorang. Ungkapan yang menunjukkan pertalian kekeluargaan berfungsi untuk mengungkapkan hubungan kekerabatan dalam lingkungan keluarga.

4.2 Saran