asam Ditjen POM, 1980 dilakukan oleh saudari Steffi 2010. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia dapat dilihat pada lampiran 2-9 halaman 46-53.
3.7 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia serbuk kulit jengkol meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, glikosida antrakinon Ditjen POM, 1979,
saponin Ditjen POM, 1979; Farnsworth, 1966, tanin, glikosida sianogenik dan triterpenoidsteroid Farnsworth, 1966 dilakukan oleh saudari Steffi 2010. Hasil
skrining fitokimia dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 54.
3.8 Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak mengunakan metode perkolasi dengan etanol 80 Farnsworth, 1966; Depkes, 1986. Pembuatan ekstrak dilakukan oleh saudari
Steffi 2010.
3.9 Pembuatan Sediaan 3.9.1 Pembuatan Salep
Formulasi salep dibuat dengan komposisi Ditjen POM, 1966 yang berdasarkan hasil orientasi sebelumnya:
R Ekstrak kulit buah jengkol
0,5 Adeps
lanae 5
Vaselin ad
10 g
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Formula salep dengan variasi konsentrasi ekstrak kulit buah jengkol
Bahan Formula salep
A B C D E Ekstrak kulit buah jengkol
- 0,1
0,3 0,5
0,7 Adeps
lanae 5 5 5 5 5
Vaselin ad
10 10 10 10 10
Keterangan: A = dasar salep tanpa ekstrak kulit buah jengkol B = salep dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 1
C = salep dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 3 D = salep dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 5
E = salep dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 7 Cara pembuatan:
Massa I: Ditimbang semua bahan yang diperlukan, ke dalam lumpang
masukkan adeps lanae, digerus dengan sebagian vaselin sampai homogen. Kemudian tambahkan sisa vaselin dan digerus hingga
terbentuk dasar salep. Massa II: Di dalam lumpang ekstrak kulit buah jengkol dilarutkan dengan
beberapa tetes etanol 80, gerus sampai homogen. Massa I ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam massa II sambil digerus
hingga terbentuk massa yang homogen. Salep dimasukkan dalam wadah yang tertutup rapat dan disimpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya.
Universitas Sumatera Utara
3.9.2 Pembuatan Gel
Formulasi gel dibuat dengan komposisi: R
Ekstrak kulit buah jengkol 0,1
Na-CMC 0,2
Air suling 2
Gliserin ad
10 g
Tabel 2. Formula gel dengan variasi konsentrasi ekstrak kulit buah jengkol
Bahan Formula gel
A B C D E Ekstrak kulit buah jengkol
- 0,1
0,3 0,5
0,7 Na-CMC
0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Air
suling 2 2 2 2 2
Gliserin ad
10 10 10 10 10
Keterangan: A = dasar gel tanpa ekstrak kulit buah jengkol B = gel dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 1
C = gel dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 3 D = gel dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 5
E = gel dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 7 Cara pembuatan:
Massa I: Ditimbang semua bahan yang diperlukan, Na-CMC ditaburkan di atas air panas di dalam lumpang. Biarkan beberapa menit sampai Na-CMC
mengembang, kemudian digerus sampai didapat massa transparan.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian ditambahkan gliserin sedikit demi sedikit dan digerus hingga terbentuk massa gel.
Massa II: Di dalam lumpang ekstrak kulit buah jengkol dilarutkan dengan beberapa tetes etanol 80, gerus sampai homogen.
Massa I ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam massa II sambil digerus hingga terbentuk massa yang homogen. Gel dimasukkan dalam wadah yang
tertutup rapat dan disimpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya.
3.10 Evaluasi Sediaan
Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan organoleptik, homogenitas, dan pemeriksaan pH selama 28 hari yaitu pada hari ke 1, 3, 5, 7, 14, 21, dan 28 hari
Herdiana, 2007.
3.10.1 Pemeriksaan organoleptis Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau yang diamati
secara visual Suardi, dkk., 2008.
3.10.2 Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Caranya
sejumlah tertentu sediaan jika diletakkan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM, 1979.
3.10.3 Pemeriksaan pH Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Satu
gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 10 ml. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa, jarum pH meter
Universitas Sumatera Utara
dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH yang ditunjukkam jarum pH dicatat Suardi, dkk., 2008.
3.11 Pengujian Sediaan Gel dan Salep Terhadap Penyembuhan Luka Bakar
Tikus dicukur pada bagian punggungnya, luka bakar pada tikus dilakukan dengan menempelkan lempeng logam berdiameter 2 cm yang telah dipanaskan
dalam penangas air dengan suhu 80
o
C pada punggung tikus selama 10 detik. Pada kulit yang melepuh atau yang mengalami luka bakar tersebut dioleskan sediaan
secara merata pada permukaan luka. Pengamatan dilakukan secara visual dengan memperhatikan perubahan diameter luka. Luka dinyatakan sembuh jika diameter
luka sudah mendekati nol. Hasil dapat dilihat pada lampiran 16-19 halaman 60- 65.
3.12 Perhitungan Diameter Rata-rata Luka bakar Cara mengukur diameter luka bakar dapat dilihat pada gambar 1 berikut
ini:
d1
d2
d3 d4
Gambar 1. Cara Mengukur Diameter Luka Bakar
Universitas Sumatera Utara
Diameter luka bakar dihitung dengan rumus: dx = d1 + d2 + d3 + d4
4 Dimana: dx = diameter luka hari ke x
d1 = diameter 1 d2 = diameter 2
d3 = diameter 3 d4 = diameter 4
Hasil pengukuran diameter rata-rata luka bakar cm dari masing-masing hewan percobaan tikus dengan interval pengukuran setiap hari dapat dilihat pada
lampiran 25-27 halaman 75-77.
3.13 Analisis Data
Data hasil pengujian efek sediaan gel dan salep ekstrak kulit buah jengkol terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar dianalisis secara statistik
menggunakan uji T dengan program Statistical Product Services Solution SPSS dengan taraf kepercayaan 95. Hasil analisis data dapat dilihat pada lampiran 28-
30 halaman 78-80.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sumatera Utara adalah tumbuhan jengkol Pithecellobium lobatum Benth. famili Mimosaceae.
Sediaan salep dan gel ekstrak kulit buah jengkol dibuat berdasarkan hasil orientasi sebelumnya dengan variasi konsentasi dari ekstrak kulit buah jengkol.
Kemudian dibandingkan bentuk sediaan salep dan gel dari ekstrak kulit buah jengkol yang memberikan efek penyembuhan terbaik dari masing-masing
konsentrasi terbaik. Sediaan salep menggunakan vaselin sebagai bahan dasar salep, vaselin
dapat digunakan sebagai pelumas emolien, pelindung sebagai salep penutup kulit dan merupakan film penutup pada kulit yang mencegah penguapan Anief,
1997. Sediaan gel menggunakan Na-CMC sebagai bahan dasar gel, Na-CMC
biasa digunakan dalam bentuk sediaan oral dan topikal. Utamanya, sediaan tersebut untuk meningkatkan kekentalan. Larutan cairan kental digunakan untuk
meningkatkan kelarutan serbuk, aplikasi topikal atau oral dan parenteral. Na- CMC juga digunakan pada tablet sebagai pengikat dan untuk stabilitas emulsi.
Dalam konsentrasi tinggi biasanya 3-6 pada tingkat kekentalan sedang, digunakan untuk menghasilkan gel Anonim, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Hasil evaluasi sediaan secara organoleptis selama waktu penyimpanan selama 28 hari pada suhu kamar dari sediaan salep dan gel ekstrak kulit buah
jengkol menunjukkan bahwa tidak terjadinya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan seperti terlihat pada tabel 3-4 halaman 28-29.
Selama waktu penyimpanan selama 28 hari pada suhu kamar, sediaan salep dan gel ekstrak kulit buah jengkol tetap konsistensi bentuk fisiknya tanpa
ada pemisahan ataupun ketidakseragaman dalam bentuknya. Hasil pemeriksaan warna pada sediaan salep dan gel ekstrak kulit buah
jengkol menunjukkan tidak adanya perubahan warna selama waktu penyimpanan selama 28 hari pada suhu kamar, yakni sediaan salep menunjukkan warna coklat
kehitaman, sedangkan sediaan gel menunjukkan warna coklat. Hasil pemeriksaan bau pada sediaan salep dan gel ekstrak kulit buah
jengkol selama waktu penyimpanan selama 28 hari pada suhu kamar menunjukkan bahwa tidak terjadinya perubahan bau, yakni bau yang teramati
pada sediaan salep adalah berbau khas lemak dan pada sediaan gel berbau khas jengkol.
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Sediaan Salep Ekstrak kulit Buah
Jengkol Selama 28 Hari pada Suhu Kamar Hari Bentuk
Warna Bau
A B C D E A B C D E A B C D E 1 - - - - - - - - - - - - - - -
3 - - - - - - - - - - - - - - - 5 - - - - - - - - - - - - - - -
7 - - - - - - - - - - - - - - -
14 - - - - - - - - - - - - - - - 21 - - - - - - - - - - - - - - -
28 - - - - - - - - - - - - - - -
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: + = terjadi perubahan - = tidak terjadi perubahan
A = dasar salep tanpa ekstrak kulit buah jengkol B = salep dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 1
C = salep dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 3 D = salep dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 5
E = salep dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 7
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Sediaan Gel Ekstrak kulit Buah Jengkol
Selama 28 Hari pada Suhu Kamar Hari Bentuk
Warna Bau
A B C D E A B C D E A B C D E 1 - - - - - - - - - - - - - - -
3 - - - - - - - - - - - - - - - 5 - - - - - - - - - - - - - - -
7 - - - - - - - - - - - - - - -
14 - - - - - - - - - - - - - - - 21 - - - - - - - - - - - - - - -
28 - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan: + = terjadi perubahan
- = tidak terjadi perubahan A = dasar gel tanpa ekstrak kulit buah jengkol
B = gel dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 1 C = gel dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 3
D = gel dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 5 E = gel dengan kadar ekstrak kulit buah jengkol 7
Hasil pemeriksaan homogenitas selama waktu penyimpanan selama 28 hari pada suhu kamar dari sediaan salep dan gel ekstrak kulit buah jengkol
menunjukkan bahwa sediaan tetap homogen selama waktu penyimpanan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Salep dan Gel Ekstrak Kulit
Buah Jengkol Selama 28 Hari pada Suhu Kamar Homogenitas
Hari 1 Hari 3
Hari 5 Hari 7
Hari 14 Hari 21 Hari 28
Dasar salep
- - - - - - - Salep
1 - - - - - - -
Salep 3
- - - - - - - Salep
5 - - - - - - -
Dasar gel
- - - - - - - Gel
0 - - - - - - - Gel
1 - - - - - - - Gel
3 - - - - - - - Gel
5 - - - - - - - Gel
7 - - - - - - -
Keterangan: + = terjadi perubahan - = tidak terjadi perubahan
Hasil pemeriksaan pH pada sediaan salep dan gel ekstrak kulit buah jengkol selama 28 hari menunjukkan bahwa pH dari sediaan salep tetap stabil
selama 28 hari dan nilai pH telah memenuhi persyaratan nilai pH salep yang aman untuk kulit, yaitu pH 5 hingga 10 dan hasil pemeriksaan pH pada sediaan gel
menunjukkan bahwa pH sediaan gel mengalami perubahan pH selama penyimpanan. Hal ini disebabkan terjadinya hidrolisis senyawa yang bersifat asam
pada ekstrak kulit buah jengkol selama penyimpanan, namun harga pH ini masih sesuai dengan persyaratan gel untuk kulit yaitu antara pH 5 hingga 10
Padmadisastra, 2007; Soebagio, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan pH dari Sediaan Salep dan Gel Ekstrak Kulit Buah
Jengkol Selama 28 Hari pada Suhu Kamar Pengamatan
Hari 1 Hari 3
Hari 5 Hari 7
Hari 14 Hari 21 Hari 28
Dasar salep
6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 Salep
1 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 Salep
3 5,7 5,7 5,7 5,7 5,7 5,7 5,7 Salep
5 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 Salep
7 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 6,4 Dasar
gel 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 Gel
1 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,5 Gel
3 6,8 6,8 6,8 6,8 6,8 6,6 6 Gel
5 6,7 6,7 6,7 6,7 6,5 6,5 6,5 Gel
7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,7 6,4 6,3
Pada penelitian ini evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan organoleptik, homogenitas, dan pemeriksaan pH. Pada penelitian ini uji viskositas sediaan tidak
dilakukan. Sebaiknya pada evaluasi sediaan juga dilakukan uji viskositas sediaan. Hasil pengujian sediaan salep dan gel terhadap luka bakar pada hewan
percobaan dimana luka bakar yang dibuat adalah luka bakar derajat I, ditunjukkan oleh adanya kerusakan terbatas pada bagian superfisial epidermis disebabkan oleh
panas. Perubahan diameter luka bakar diukur sampai luka dinyatakan sembuh untuk masing-masing perlakuan. Dari data perubahan diameter luka bakar untuk
masing-masing sediaan uji dihitung rata-rata perubahan diameter luka bakar dengan interval waktu pengukuran 1 hari, kemudian dilakukan analisis data
menggunakan Uji T untuk melihat ada tidaknya perbedaan percepatan
Universitas Sumatera Utara
penyembuhan luka bakar dari sediaan salep dan gel ekstrak kulit buah jengkol yang memberikan efek penyembuhan terbaik dari masing-masing konsentrasi
terbaik. Dari data hasil orientasi perubahan diameter luka bakar tersebut dapat
dibuat grafik sebagai berikut:
0,5 1
1,5 2
2,5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Hari D
iam ete
r c
m
Kontol negatif yang tidak diberi basis kontrol negatif
Salep 1 Salep 3
Salep 5 Salep 7
Gambar 2. Grafik Diameter Luka Bakar terhadap Waktu Hari dari Sediaan
Salep Ekstrak Kulit Buah Jengkol Dari grafik dapat dilihat bahwa kelompok tikus yang paling cepat sembuh
diameter luka telah mendekati nol adalah kelompok tikus yang diberi salep yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol dengan kadar 3 pada hari ke 12
sudah mendekati nol sembuh. Pada kelompok tikus yang diberi salep yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol dengan kadar 7, diameter luka bakar
mendekati nol sembuh dalam waktu 13 hari. Kelompok tikus yang diberi salep yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol dengan kadar 5, diameter luka
bakar mendekati nol sembuh pada hari ke 14. Kelompok tikus yang diberi salep yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 1, diameter luka bakar mendekati
nol sembuh pada hari ke 18. Waktu penyembuhan ini lebih baik dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
kelompok kontrol negatif yang hanya diberi basis salep, yang baru sembuh diameter luka bakar mendekati nol pada hari ke 22 dan kelompok kontrol negatif
yang tidak diberi basis, diameter luka bakar mendekati nol sembuh pada hari ke 28.
0,5 1
1,5 2
2,5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Hari D
iam ete
r c
m
Kontol negatif yang tidak diberi basis Kontrol negatif
Gel 1 Gel 3
Gel 5 Gel 7
Gambar 3. Grafik Diameter Luka Bakar terhadap Waktu Hari dari Sediaan Gel
Ekstrak Kulit Buah Jengkol Dari grafik dapat dilihat bahwa kelompok tikus yang paling cepat sembuh
diameter luka telah mendekati nol adalah kelompok tikus yang diberi gel yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 1 pada hari ke 10 sudah mendekati nol
sembuh. Pada kelompok tikus yang diberi gel yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 5 diameter luka bakar mendekati nol sembuh dalam waktu 13
hari. Kelompok tikus yang diberi gel yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 3, diameter luka bakar mendekati nol sembuh pada hari ke 20. Kelompok tikus
yang diberi gel yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 7, diameter luka bakar mendekati nol sembuh pada hari ke 21. Waktu penyembuhan ini lebih
baik dibandingkan kelompok kontrol negatif yang hanya diberi basis gel, yang baru sembuh diameter luka bakar mendekati nol pada hari ke 24 dan kelompok
Universitas Sumatera Utara
kontrol negatif yang tidak diberi basis, diameter luka bakar mendekati nol sembuh pada hari ke 28.
Berdasarkan hasil orientasi tersebut kemudian dibandingkan bentuk sediaan salep dan gel dari ekstrak kulit buah jengkol yang memberikan efek
penyembuhan terbaik dari masing-masing konsentrasi terbaik dan kemudian dibandingkan sediaan salep dan gel dari ekstrak kulit buah jengkol tersebut
terhadap sediaan salep dan gel yang ada di pasaran.
0,5 1
1,5 2
2,5
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15
Hari D
ia m
et er
cm
Gel 1 Salep 5
Gambar 4. Grafik Perbedaan Percepatan Penyembuhan Luka Bakar dari Sediaan
Salep dan Gel Ekstrak Kulit Buah Jengkol Dari grafik terlihat bahwa secara visual kelompok tikus yang diberi
sediaan gel yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 1 rata-rata memperlihatkan kesembuhan pada hari ke 10, sedangkan kelompok tikus yang
diberi sediaan salep yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 5 rata-rata memperlihatkan kesembuhan pada hari ke 14.
Hasil analisis data menggunakan Uji T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap percepatan penyembuhan luka bakar antara
sediaan salep dan gel dari ekstrak kulit buah jengkol yang memberikan efek
Universitas Sumatera Utara
terbaik dari masing-masing konsentrasi terbaik salep 5 dan gel 1 dimana nilai sig.2-tailed atau probabilitas yang dihasilkan lebih besar dari 0,05
probabilitas 0,194. Ini menunjukkan bahwa sediaan salep 5 dan gel 1 mempunyai efek yang sama dalam mempercepat penyembuhan luka bakar.
0,5 1
1,5 2
2,5
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15
Hari D
ia m
et er
cm
Salep 5 Madecassol®
Gambar 5. Grafik Perbedaan Percepatan Penyembuhan Luka Bakar dari Sediaan
Salep Ekstrak Kulit Buah Jengkol 5 dan Sediaan Salep di Pasaran Dari grafik terlihat bahwa secara visual kelompok tikus yang diberi
sediaan salep yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 5 rata-rata memperlihatkan kesembuhan pada hari ke 14, sedangkan kelompok kontrol positif
yang diberi salep yang ada di pasaran Madecassol
®
rata-rata memperlihatkan kesembuhan pada hari ke 6.
Hasil analisis data menggunakan Uji T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap percepatan penyembuhan luka bakar antara
sediaan salep ekstrak kulit buah jengkol 5 dan salep yang ada di pasaran Madecassol
®
dimana nilai sig.2-tailed atau probabilitas yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 probabilitas 0,960. Ini menunjukkan bahwa sediaan salep ekstrak
Universitas Sumatera Utara
kulit buah jengkol 5 dan salep yang ada di pasaran Madecassol
®
mempunyai efek yang sama dalam mempercepat penyembuhan luka bakar.
0,5 1
1,5 2
2,5
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
Hari D
ia m
et er
cm
Gel 1 Bioplacenton®
Gambar 6. Grafik Perbedaan Percepatan Penyembuhan Luka Bakar dari Sediaan
Gel Ekstrak Kulit Buah Jengkol 1 dan Sediaan Gel di Pasaran Dari grafik terlihat bahwa secara visual kelompok tikus yang diberi
sediaan gel yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 1 rata-rata memperlihatkan kesembuhan pada hari ke 10, sedangkan kelompok kontrol positif
yang diberi gel yang ada di pasaran Bioplacenton
®
rata-rata memperlihatkan kesembuhan pada hari ke 6.
Hasil analisis data menggunakan Uji T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap percepatan penyembuhan luka bakar
antara sediaan gel ekstrak kulit buah jengkol 1 dan gel yang ada di pasaran Bioplacenton
®
dimana nilai sig.2-tailed atau probabilitas yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 probabilitas 0,806. Ini menunjukkan bahwa sediaan gel ekstrak
kulit buah jengkol 1 dan gel yang ada di pasaran Bioplacenton
®
mempunyai efek yang sama dalam mempercepat penyembuhan luka bakar.
Universitas Sumatera Utara
Proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase penyudahan. Fase inflamasi yang ditandai dengan adanya
pembengkakan, fase proliferasi ditandai dengan adanya pembentukan eksudat dan fibroblast yang terlihat seperti kerak pada bagian atas luka, dan fase penyudahan
yang ditandai dengan terbentuknya jaringan baru yang berarti luka sudah mengecil atau sembuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberi sediaan salep yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 5 mengalami fase inflamasi
pada hari ke 2 sampai hari ke 5, fase proliferasi pada hari ke 5 sampai hari ke 11, dan fase penyudahan pada hari ke 8 sampai hari ke 14. Sedangkan kelompok
kontrol positif yang diberi salep yang ada di pasaran Madecassol
®
mengalami fase inflamasi pada hari 2 sampai ke 3, fase proliferasi pada hari ke 3 sampai hari
ke 5 dan fase penyudahan pada hari ke 5-6.
Tabel 7. Proses Penyembuhan Luka Bakar dari Salep Ekstrak Kulit Buah Jengkol
5 dan Sediaan Salep di Pasaran Hari Salep Ekstrak Kulit Buah Jengkol 5
Madecassol Fase Fase
Inflamasi Proliferasi Penyudahan Inflamasi
Proliferasi Penyudahan 0 - -
- - -
- 1 - -
- - -
- 2 + -
- + -
- 3 + -
- + +
- 4 + -
- +
- 5 + +
- +
+ 6 - +
- +
7 - + -
8 - + +
9 - + +
10 - +
+ 11 -
+ +
12 - -
+ 13 -
- +
14 - -
+
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: + = terjadi perubahan fase - = tidak terjadi perubahan fase
Kelompok tikus yang diberi sediaan gel yang mengandung ekstrak kulit buah jengkol 1 mengalami fase inflamasi pada hari ke 3 sampai hari ke 5, fase
proliferasi pada hari ke 6 sampai hari ke 7 dan fase penyudahan pada hari ke 7 sampai hari ke 10. Sedangkan kelompok kontrol positif yang diberi gel yang ada
di pasaran Bioplacenton
®
mengalami fase inflamasi pada hari 2 sampai ke 3, fase proliferasi pada hari ke 3 sampai hari ke 5 dan fase penyudahan pada hari ke
5-6.
Tabel 8. Proses Penyembuhan Luka Bakar dari Gel Ekstrak Kulit Buah Jengkol
1 dan Sediaan Gel di Pasaran Hari Salep Ekstrak Kulit Buah Jengkol 5
Gel 1 Fase Fase
Inflamasi Proliferasi Penyudahan Inflamasi
Proliferasi Penyudahan 0 - -
- - -
- 1 - -
- - -
- 2 + -
- + -
- 3 + -
- + +
- 4 + -
- +
- 5 + +
- +
+ 6 - +
- +
7 - + -
8 - + +
9 - + +
10 - +
+ 11 -
+ +
12 - -
+ 13 -
- +
14 - -
+ Keterangan: + = terjadi perubahan fase
- = tidak terjadi perubahan fase Pada penelitian ini hanya dilakukan uji in vitro terhadap penyembuhan
luka bakar. Sebenarnya perlu untuk melakukan uji in vivo terhadap penyembuhan
Universitas Sumatera Utara
luka bakar untuk mengetahui korelasi antara uji in vitro dan in vivo terhadap absorpsi perkutan.
Kulit yang utuh merupakan rintangan efektif terhadap penetrasi perkutan obat. Jalur masuk utama dari penetrasi obat lebih banyak melalui epidermis
daripada melaui kelenjar lemak atau kelenjar keringat. Kulit yang luka atau pecah, adanya celah-celah memberi resistensi sangat kecil sampai absorbsi yang cepat,
tetapi bagi kulit yang utuh merupakan peranan sawar yang vital dalam menjaga kehilangan cairan jaringan dan komponen badan dan mencegah terjadinya
pemasukan zat dari luar Anief, 1997. Pada penelitian ini tempat pengolesan dari sediaan terdapat pada bagian
punggung. Sebaiknya tempat pengolesan juga dilakukan pada bagian kulit yang lain untuk meneliti pengaruh tempat pengolesan dari sediaan terhadap absorpsi
obat. Absorpsi perkutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi
langsung obat melalui stratum korneum. Stratum korneum terdiri dari kurang lebih 40 air dengan lemak berupa pertimbangnya terutama sebagai trigliserida,
asam lemak bebas, kolesterol dan fosfat lemak. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membran buatan yang semi permeabel, dan molekul
obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif, jadi jumlah obat yang pindah menyebrangi lapisan kulit tergantung pada konsentrasi obat atau airnya. Bahan-
bahan yang mempunyai sifat larut dalam keduanya, minyak dan air, merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum korneum seperti juga melalui
epidermis dan lapisan-lapisan kulit Ansel, 1989.
Universitas Sumatera Utara
Prosedur tambahan diperlukan untuk melakukan korelasi antara Transepidermal Water Loss TEWL dan absorpsi perkutan untuk menemukan
hubungan antara kedua pengukuran untuk lebih mudah menaksirkan fungsi barrier kulit. Selanjutnya melakukan korelasi perubahan permeabilitas dari
senyawa hidrofilik dengan senyawa lipofilik.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan