Studi infestasi ektoparasit pada anjing di Pondok Pengayom Satwa Jakarta^cGrady Priasdhika

STUDI INFESTASI EKTOPARASIT PADA ANJING DI
PONDOK PENGAYOM SATWA JAKARTA

GRADY PRIASDHIKA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Studi Infestasi
Ektoparasit pada Anjing di Pondok Pengayom Satwa Jakarta” adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Desember 2014
Grady Priasdhika
NIM B04100141

ABSTRAK
GRADY PRIASDHIKA. Studi Infestasi Ektoparasit pada Anjing di Pondok
Pengayom Satwa Jakarta. Dibimbing oleh UPIK KESUMAWATI HADI.
Anjing merupakan hewan peliharaan yang paling sering dipelihara oleh
manusia. Masalah yang sering ditemukan adalah adanya ektoparasit seperti
caplak, pinjal, tungau, dan kutu. Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya
kasus infestasi ektoparasit pada pasien anjing di Pondok Pengayom Satwa Jakarta
(PPSJ) dari tahun 2009 sampai 2013. Data rekam medis dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, jenis anjing, dan umur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 538 dari 3 478 pasien anjing yang datang di PPSJ terinfestasi ektoparasit
(15.47%). Jenis ektoparasit yang tercatat adalah caplak (41.96%), kutu (23.94%),
pinjal (21.48%), dan tungau (12.63%). Infestasi ektoparasit ditemukan lebih
banyak pada anjing jantan (16.55%) dibandingkan anjing betina (14.15%). Selain
itu, anjing ras murni memiliki prevalensi tertinggi (17.87%) diikuti anjing
campuran (mix) (13.27%), dan anjing lokal (12.43%). Anjing dengan umur lebih
dari 1 tahun (17.21%) lebih banyak terinfestasi dibandingkan anjing berumur 1

tahun atau kurang (13.59%). Hasil uji Chi-square (p1 tahun. Menurut
Rao et al. (2013) yang membagi menjadi empat kelompok umur, yaitu 0–6 bulan,
7–12 bulan, 13–18 bulan, dan lebih dari 18 bulan, kejadian tertinggi terjadi pada
umur lebih dari 12 bulan. Tesfaye dan Chanie (2011) di Gondar, Ethiopia
melaporkan prevalensi tertinggi terjadi pada anjing berumur antara 8–18 bulan
(96.6%), kemudian umur dibawah 8 bulan (87%), diatas 18 bulan (85.1%). Hal ini
didukung oleh Kumsa dan Mekonnen (2011) di Hawassa, Ethiopia bahwa anjing
berumur tua (100%, 168/168) lebih tinggi prevalensi infestasi ektoparasit
dibandingkan anjing berumur muda (96.9%, 31/32). Walaupun Chee et al. (2008)
di Gwang-ju, Korea dan Mosallanejad et al. (2011) di Ahvaz, Iran melaporkan
anjing kurang dari satu tahun lebih banyak terinfestasi ektoparasit, yaitu 66.7%
(6/9) dan 59.09% (26/44).
Tabel 4 Jumlah pasien anjing yang terinfestasi ektoparasit berdasarkan umur di
Pondok Pengayom Satwa Jakarta
Jumlah Pasien Anjing (ekor)
Tahun
2009
2010
2011
2012

2013
Jumlah
Rata-rata

≤1
274
328
328
435
306
1671
334.2

>1
307
265
379
481
375
1807

361.4

Umur Anjing yang
Terinfestasi (ekor)
≤1
>1
44
43
40
60
42
54
57
94
44
60
227
311
45.4
62.2


Prevalensi (%)
≤1
16.06
12.20
12.80
13.10
14.38
13.59
13.59

>1
14.01
22.64
14.25
19.54
16.00
17.21
17.21


14
25
20
15

≤1 tahun
>1 tahun

10
5
0
2009

2010

2011

2012

2013


Gambar 8 Perbandingan jumlah pasien anjing yang terinfestasi ektoparasit dari
tahun 2009 sampai 2013 berdasarkan umur
Anjing berumur tua banyak terinfestasi ektoparasit kemungkinan berkaitan
dengan sistem kekebalan tubuh anjing. Anjing yang sudah tua akan mengalami
penurunan sistem kekebalan dibandingkan dengan anjing yang masih muda
karena adanya antibodi maternal. Menurut Radji (2010) faktor yang
mempengaruhi sistem imun adalah usia, semakin tua usia, maka akan semakin
berkurang kemampuan sistem imun untuk memproduksi antibodi.
Apabila dianalisis lebih lanjut, dari seluruh kasus infestasi ektoparasit pada
anjing dari tahun 2009 sampai 2013 (Tabel 5), maka total anjing terinfestasi pada
jantan (307 ekor) lebih banyak daripada anjing betina (231 ekor). Anjing jantan
dengan ras rambut pendek paling banyak terinfestasi oleh ektoparasit (107 ekor),
diikuti oleh ras rambut panjang (70 ekor), mix atau campuran (69 ekor), dan
paling sedikit pada anjing lokal (61 ekor). Jika dilihat dari segi umur, maka anjing
berumur 1 sampai 3 tahun paling banyak terinfestasi oleh ektoparasit baik pada
jantan (187 ekor) maupun pada betina (118 ekor). Berdasarkan analisis uji Chisquare (Chi-kuadrat) ternyata terdapat hubungan yang signifikan antara infestasi
ektoparasit dengan jenis kelamin, jenis anjing, dan umur (p1 tahun paling banyak (8.85%) terinfestasi ektoparasit daripada
umur ≤1 tahun (6.59%). Berdasarkan uji Chi-square, terdapat hubungan antara
jenis kelamin, jenis anjing, dan umur dengan infestasi ektoparasit (p1 ≤1 >1 ≤1 >1 ≤1 >1 ≤1 >1 ≤1 >1 ≤1 >1 ≤1 >1 ≤1 >1 ≤1 >1 ≤1 >1 ≤1 >1

4 1 4 3 3 7 3 3 4 5 4 1 3 5 2 5 8 6 3 1 3 5 3 1
87
4 3 2 6 7 5 4 6 5 4 3 6 5 9 4 7 4 4 - 3 1 5 1 2 100
5 6 3 2 3 6 4 5 5 3 3 4 1 3 3 3 4 6 2 5 5 8 4 4
96
10 6 5 10 7 7 3 4 4 5 2 12 - 8 7 8 2 10 2 11 10 6 5 7 151
2 3 8 13 4 7 - 7 1 6 4 4 1 2 3 3 6 3 8 3 5 6 2 3 104
25 19 22 34 24 32 14 25 19 23 16 27 10 27 19 26 24 29 15 23 24 30 15 17 538
R
5
4
5
11
3
28

Jan
L
1
1

3
5

M
2
5
2
2
11

R
4
3
3
15
9
34

Feb
L

3
2
1
5
11

M
3
1
7
11

R
7
4
8
9
9
37


Mar
L
1
6
3
10

M
2
2
1
2
2
9

R
2
7
7
2
1
19

Apr
L
1
1
2
1
5

R
6
10
2
7
2
27

Juli
L
1
1

M
2
3
2
1
1
9

R
7
7
5
12
4
35

Agst
L
1
1
2
4

M
4
2
6

R
4
7
3
4
6
24

Sep
L
6
1
4
6
17

M
4
3
2
3
12

R
2
3
5
7
4
21

Okt
L
1
2
5
6
14

M
3
3
1
3
5
15

M
1
1
1
3

R
7
8
3
7
7
32

R
6
4
7
9
6
32

Mei
L
1
4
2
7
Nov
L
1
5
3
2
11

M
2
1
3

Juni
L
1
2
8
11

R
1
5
2
5
5
18

M
2
1
1
4
3
11

R
4
6
5
3
18

Des
L
2
5
2
9

M
3
2
4
1
3
13

M
1
2
2
5

Total
87
100
96
151
104
538

19
Lampiran 2 Hasil uji Chi-square
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Jenis_anjing * Umur *
Jenis_kelamin

Missing
Percent

538

N

100.0%

Total

Percent
0

N

.0%

Percent
538

100.0%

Jenis_anjing * Umur * Jenis_kelamin Crosstabulation
Count
Umur
Jenis_kelamin
Jantan

3

21

39

1

Mix

27

42

0

69

Ras pendek

36

67

4

107

61

22

39

9

70

106

187

14

307

14

27

2

43

8

22

9

39

Ras pendek

47

47

5

99

Ras panjang

22

22

6

50

91

118

22

231

Total
Jenis_anjing

1-3

Lokal

Ras panjang
Betina

Total

Lokal
Mix

Total

Chi-Square Tests

Jenis_kelamin
Jantan

Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Betina

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Asymp. Sig.
(2-sided)

df

16.108(a)
16.113

6
6

.013
.013

3.107

1

.078

19.060(b)

6

.004

18.179

6

.006

2.496

1

.114

307

231

a 4 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.7.
b 3 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.71.

Asymp. Sig. (2-sided) sebesar 0.013 dan 0.004 < (0.01), artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin, jenis anjing, dan umur.

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 September 1991 dari ayah Heniri
Muhali dan ibu Puspa Sari Tanuwijaya. Penulis adalah putra kedua dari tiga
bersaudara. Dalam masa pendidikannya, penulis bersekolah di SD Slamet Riyadi I
Jakarta, SMP Slamet Riyadi Jakarta, dan SMA Gonzaga Jakarta. Tahun 2010
penulis lulus dari SMA dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan
diterima di Fakultas Kedokteran Hewan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis
pernah menjadi asisten mata kuliah agama Katolik pada tahun ajaran 2011.
Penulis juga menjadi anggota Himpunan Profesi Satwa Liar FKH IPB, pernah
menjadi anggota Departemen Budaya, Olahraga, dan Seni BEM FKH IPB tahun
2011/2012, dan anggota Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia
(IMAKAHI) cabang IPB tahun 2013/2014.
Penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitian seperti lomba olahraga
Olimpiade Veteriner (OLIVE), Masa Perkenalan Fakultas (MPF), Veterinary
Integrity and Skill Improvement (VISI), dan Pekan Ilmiah Nasional Kedokteran
Hewan. Dalam menunjang kegiatan pendidikan, penulis pernah mengikuti
kegiatan magang di Taman Nasional Way Kambas dan klinik hewan di
Yogyakarta.