Aplikasi kalsium untuk mengendalikan cemaran getah kuning pada buah manggis (Garcinia mangostana) di Bogor dan Purworejo)

APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN
CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO

SITI NURJANNAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Kalsium untuk
Mengendalikan Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia
mangostana) di Bogor dan Purworejo adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Siti Nurjannah
NIM A24100143

ABSTRAK
SITI NURJANNAH. Aplikasi Kalsium untuk Mengendalikan Cemaran Getah
Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana) di Bogor dan Purworejo.
Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO.
Getah kuning merupakan permasalahan utama dalam produksi manggis.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa getah kuning pada buah
manggis dapat diatasi dengan pemberian kalsium. Penelitian bertujuan untuk
mendapatkan dosis efektif yang lebih rendah yang dapat digunakan di dua lokasi
penelitian, yaitu Bogor dan Purworejo. Penelitian dilaksanakan sejak Oktober
2013 hingga Maret 2014 di Leuwiliang-Bogor dan di Kaligesing-Purworejo.
Pengamatan uji kualitas fisik dan kimia buah dilakukan di Laboratorium Pasca
Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Rancangan yang digunakan
dalam penelitian adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan
menggunakan satu faktor yaitu faktor dosis. Perlakuan yang diberikan dalam

penelitian memiliki tiga taraf, yaitu: 0 kg Ca2+/tanaman, 1.5 kg Ca2+/tanaman, dan
3 kg Ca2+/tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kalsium
nyata menurunkan cemaran getah kuning pada buah manggis di dua lokasi
penelitian. Dosis efektif yang dapat menurunkan cemaran getah kuning di Bogor
dan Purworejo adalah 1.5 kg Ca2+/tanaman. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa pemberian kalsium tidak mempengaruhi padatan terlarut total dan asam
tertitrasi total.
Kata Kunci: manggis, getah kuning, kalsium, Bogor, Purworejo
ABSTRACT
SITI NURJANNAH. Calcium Aplication to Control Gamboge Disorder of
Mangosteen (Garcinia mangostana) in Bogor and Purworejo. Supervised by
ROEDHY POERWANTO.
Gamboge disorder is a main problem in mangosteen production. Result of
previous researches showed that calcium fertilization could control gamboge
disorder. This experiment was conducted to get lower effective dosage of calcium
in two locations i.e., Bogor and Purworejo. The experiment was held from
October 2013 to March 2014 in Leuwiliang-Bogor and Kaligesing-Purworejo.
Observation of physical and chemical quality was conducted in Postharvest
Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture. The design of this
expermient is Randomized Completely Block Design with one factor. The factor

is calcium dosage: 0 kg Ca2+/tree, 1.5 kg Ca2+/tree, 3 kg Ca2+/tree. The result
showed that application of calcium decreased the gamboge disorder in two
locations. The effective dosage which could decrease the gamboge disorder in
Bogor and Purworejo is 1.5 kg Ca2+/tree. The result also showed that application
of calcium didn’t affect total soluble solid and total titrated acid.
Keywords: mangosteen, disorder gamboge, calcium, Bogor, Purworejo

APLIKASI KALSIUM UNTUK MENGENDALIKAN
CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana) DI BOGOR DAN PURWOREJO

SITI NURJANNAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2010 ini ialah getah kuning,
dengan judul Aplikasi Kalsium untuk Mengendalikan Cemaran Getah Kuning
pada Buah Manggis (Garcinia mangostana) di Bogor dan Purworejo.
Penelitian ini dibiayai oleh Ditjen Dikti Kemendiknas melalui program
Hibah Kompetensi dengan judul “Perbaikan Kualitas Buah Manggis dan Mangga
sebagai Upaya Peningkatan Ekspor”, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Roedhy
Poerwanto, MSc selaku pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Bapak Dr Ir Eko Sulistyono MSi selaku pembimbing
akademik. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Adang
yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di Bogor, Bapak
Supangat dan Ibu Muji yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian
di Purworejo, serta semua rekan yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014
Siti Nurjannah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan

2

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Manggis

2

Budidaya Manggis

3


Getah Kuning

4

Kalsium

4

METODE

5

Lokasi dan waktu penelitian

5

Bahan dan alat penelitian

5


Rancangan percobaan

5

Pengamatan

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Cemaran Getah Kuning

10

Kualitas Fisik Buah

13


Kualitas Kimia Buah

15

SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

17


RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
Cemaran getah kuning pada aril
Cemaran getah kuning pada kulit buah
Diameter longitudinal dan transversal
Bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion
Ketebalan dan kekerasan kulit buah
PTT dan ATT

10
12
13
14
14
16

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manggis merupakan komoditas hortikultura yang telah diekspor ke
beberapa negara di dunia (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat 2011).
Produksi buah manggis yang dihasilkan Indonesia tahun 2012 adalah sebanyak
190 287 ton. Volume buah manggis yang telah diekspor pada tahun 2012
sebanyak 16.86% dari manggis yang telah diproduksi. Rendahnya volume ekspor
manggis tersebut salah satunya dipengaruhi oleh tingginya cemaran getah kuning
di beberapa sentra produksi manggis seperti di Lampung dan Purworejo (Deptan
2012). Persyaratan minimal mutu buah yang harus dipenuhi untuk pengkelasan
buah manggis adalah penampilan buah yang utuh, kelopak buah dan tangkai buah
lengkap, layak dikonsumsi, bebas dari benda-benda asing yang tampak, bebas dari
memar, mudah dibelah, bebas dari hama dan penyakit. Persyaratan minimal
lainnya yang harus dipenuhi untuk pengkelasan buah manggis adalah bebas dari
kelembaban eksternal yang abnormal kecuali pengembunan sesaat setelah
pemindahan dari tempat penyimpanan dingin, bebas dari aroma dan rasa asing,
daging buah bening dan getah kuning sesuai dengan pengkelasan, dan penampilan
buah segar serta memiliki bentuk, warna, dan rasa sesuai dengan sifat/ciri varietas.
Tingkat getah kuning yang dibatasi pada kelas super tidak lebih dari 5%,
sedangkan untuk kelas B yang merupakan kelas paling rendah tidak lebih dari
20% (BSN 2009). Penurunan mutu produksi manggis yang disebabkan getah
kuning dapat mencapai 30-50% (Deptan 2012).
Getah kuning pada buah manggis terdapat di seluruh bagian tanaman (Dorly
et al. 2008). Getah kuning ini akan menjadi masalah apabila mencemari aril buah
karena menyebabkan rasa buah menjadi pahit. Getah kuning ini mencemari buah
manggis karena rusaknya dinding sel epitelium yang merupakan saluran getah
kuning (Poerwanto et al. 2010). Rusaknya dinding sel epitelium disebabkan oleh
faktor buah dan faktor lingkungan. Faktor buah yang menyebabkan saluran getah
kuning adalah perbedaan perkembangan aril dan biji yang lebih cepat
dibandingkan perkembangan kulitnya (Dorly 2009). Faktor lingkungan yang
mempengaruhi adanya getah kuning adalah jumlah curah hujan yang tinggi. Curah
hujan tersebut menyebabkan adanya peningkatan potensial air tanah yang terjadi
secara tiba-tiba. Akibat peningkatan potensial air tanah tersebut adalah
meningkatnya penyerapan air pada getah. Hal tersebut menyebabkan volume air
pada getah semakin besar sehingga terjadi peningkatan tekanan terhadap dinding
sel epitelium yang menyebabkan dinding selnya pecah apabila kekurangan
kalsium (Poerwanto et al. 2010).
Getah kuning pada manggis muncul akibat kerusakan pada saluran sekretori
getah kuning yang berkaitan dengan konsentrasi kalsium yang rendah (Dorly
2009). Ketersediaan kalsium pada bagian dinding sel epitelium buah yang cukup
akan mengatasi pecahnya dinding sel manggis sehingga cemaran getah kuning
yang dialami buah akan mengalami penurunan. Salah satu sumber kalsium yang
dapat digunakan adalah dolomit CaMg(CO3)2 yang mengandung CaO sebesar
30% dan MgO sebesar 18%. Hasil penelitian Wulandari (2008) menunjukkan
bahwa penggunaan dolomit sebanyak 17.5 ton/ha atau setara dengan 4,725 kg

2
Ca2+/tanaman dapat menurunkan cemaran getah kuning pada buah manggis. Hasil
penelitian ini masih belum dapat diaplikasikan oleh petani manggis karena
dosisnya masih terlalu tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan dosis
kalsium efektif yang dapat diaplikasikan oleh petani manggis.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan dosis efektif kalsium dalam
mengurangi getah kuning yang terdapat pada buah (Garcinia mangostana) di dua
daerah sentra produksi yang berbeda.

Hipotesis
Terdapat dosis kalsium yang efektif untuk menurunkan cemaran getah
kuning pada buah manggis yang terdapat Bogor dan Purworejo.

TINJAUAN PUSTAKA
Manggis
Manggis merupakan tanaman dioecious yang mengalami pertumbuhan yang
lambat tetapi mempunyai masa hidup yang panjang. Tanaman ini mempunyai
batang yang tingginya mencapai 6-25 m dengan diameter batang 25-35 cm.
Batang tanaman ini mempunyai cabang yang simetris membentuk piramida.
Bagian ujung cabang tanaman ini membentuk tunas yang kemudian berkembang
menjadi daun. Daun tersebut memiliki petiole yang pendek dengan ukurvan 1.52.0 cm. Daun yang terbentuk dari tanaman ini merupakan daun tunggal yang
berpasangan dengan posisi berhadapan. Helaian daun tanaman manggis berbentuk
bulat telur, bulat lonjong, atau elips dengan ukuran panjang 15-25 cm x lebar 7-13
cm. Daun baru berkembang pada sebagian besar cabang yang dihasilkan dari
flushes baru yang terjadi sekali atau dua kali dalam setahun. Daun baru ini
memiliki semburat merah muda yang berubah menjadi hijau muda. Warna hijau
muda daun hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Warna daun berubah
menjadi hijau tua yang menunjukkan daun telah berkembang menjadi daun
dewasa. Daun dewasa bertahan selama beberapa tahun (Verheij 1992).
Bunga manggis muncul di ujung batang bergantian dengan flushes daun.
Bunga manggis merupakan bunga betina yang berdiameter 5-6 cm. Bunga
manggis mempunyai 4 sepal serta 4 petal dengan tangkai bunga pendek dan tebal.
Pada kuncup bunga, dua sepal bagian dalam tertutup oleh pasangan sepal bagian
luar yang panjangnya 2 cm. sepal bagian dalam berukuran lebih kecil dan
berwarna merah muda, sedangkan sepal bagian luar berwarna hijau kekuningkuningan, berbentuk cekung, dan tumpul. Petal pada umumnya lebih besar,
berbentuk bulat telur, tumpul, tebal, berdaging, berwarna hijau kekuningkuningan dengan pinggir kemerah-merahan. Petal berukuran panjang sebesar 3.0

3
cm dan lebar sebesar 2.5 cm. Benangsari pada bagian dalam bunga berjumlah
banyak, tersusun dalam 1-3 kelompok membentuk cincin di sekitar dasar ovari.
Benangsari ini bebas dan pendek serta muncul bersamaan pada dasar bunga
(Yacoob dan Tindall 1995).
Manggis umumnya berbuah pada umur 10-15 tahun. Tanaman
menghasilkan buah yang mempunyai biji berwarna putih. Biji pada buah manggis
merupakan biji yang bersifat apomiksis. Kulit buah berwarna ungu kehitaman.
Tangkai buah menempel di bagian atas buah yang berwana hijau. Buah manggis
umumnya berdiameter 4-7 cm. Satu buah manggis maksimal mempunyai tiga biji
yang sempurna. Buah manggis termasuk kedalam golongan buah buni yang
mempunyai kulit yang licin dan bentuk yang bulat. Kulit buah manggis terdiri dari
tiga bagian yaitu eksokarp yang merupakan bagian terluar kulit, mesokarp yang
merupakan bagian tengah kulit, dan endokarp yang merupakan bagian kulit yang
paling dalam (Ashari, 2004). Permasalahan utama buah manggis adalah adanya
getah kuning yang mencemari bagian aril dan kulit buah. Getah kuning yang
terdapat pada aril buah menyebabkan rasa pahit (Poerwanto et al. 2010).

Budidaya Manggis
Tanaman manggis adalah tanaman buah tropika yang dapat tumbuh di
daerah Indonesia karena membutuhkan cahaya dan kelembaban yang tinggi untuk
pertumbuhannya. Hal tersebut dibutuhkan untuk menginisiasi pembungaan pada
tanaman manggis (Ashari 2004). Daerah-daerah sentra manggis yang ada di
Indonesia diantaranya adalah Sawah Lunto, Sijunjung, Kampar, Kerinci,
Sarolangun, Lebong, Tanggamus, Lebak, Bogor, Sukabumi, Purwakarta,
Tasikmalaya, Purworejo, Trenggalek, Blitar, Banyuwangi, dan Lombok Barat
(Ditjen Hortikultura 2013).
Kondisi lingkungan tumbuh daerah-daerah sentra produksi manggis
berbeda-beda. Perbedaan kondisi lingkungan ini menyebabkan tingkat cemaran
getah kuning yang berbeda pada buah manggis. Kondisi lingkungan dari setiap
sentra produksi buah manggis dipengaruhi oleh jenis tanah yang beragam,
diantaranya adalah podsolik merah kuning, aluvial, organosol, andosol,regosol,
latosol, litosol, dan renzina. Tanah-tanah ini memiliki kandungan pH yang
berkisar 3.0-7.0 (Ditjen Hortikultura 2007a), sedangkan untuk pertumbuhan
tanaman manggis pH yang dibutuhkan berkisar 5.5-7.0 (Yaacob dan Tindall 1995).
Perbedaan tingkat cemaran getah kuning juga dipengaruhi oleh
pemeliharaan tanaman. Tingkat cemaran getah kuning tertinggi terdapat di daerah
Sijunjung, sedangkan tingkat cemaran getah kuning terendah terdapat di daerah
Purwakarta. Cemaran getah kuning di daerah Sijunjung tinggi dikarenakan
tanaman tidak dipelihara dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya semak
belukar di sekitar tanaman manggis. Cemaran getah kuning yang rendah di daerah
Purwakarta dihasilkan dari jenis pemeliharaan yang baik karena tanaman manggis
berada di antara tanaman teh yang dikelola dengan baik (Martias 2012).

4
Getah Kuning
Getah kuning adalah getah yang terdapat di seluruh bagian buah manggis
kecuali di bagian akarnya (Dorly 2009). Saluran getah ini berada di semua bagian
kulit buah manggis. Saluran getah kuning ini mengandung kalsium yang
memperkuat dinding saluran getah. Getah kuning ini akan mencemari bagian kulit
dan aril buah manggis apabila dinding sel epiteliumnya mengalami kerusakan
(Poerwanto et al. 2010). Getah kuning yang terdapat pada bagian luar kulit buah
terjadi dikarenakan proses pemanenan dan penanganan pasca panen yang kurang
tepat dan juga tusukan serta gigitan dari serangga (Ashari 2006a).
Getah kuning mulai mengotori aril pada saat buah bermur 14 MSA.
Keadaan ini ditunjukkan dengan adanya kerusakan pada sel-sel epitel penyusun
sekretori getah kuning. Getah kuning yang mengotori aril merupakan getah yang
keluar karena rusaknya dinding sel epitel penyusun saluran sekretori getah kuning
pada endokarp buah. Rusaknya saluran sekretori getah kuning dipengaruhi
rendahnya konsentrasi kalsium pada dinding sel penyusun sel-sel epitel. Cemaran
getah kuning pada kulit luar buah diduga karena rusaknya saluran getah kuning
pada bagian eksokarp buah manggis (Dorly 2009). Getah kuning yang terdapat
pada bagian kulit luar buah juga disebabkan oleh gangguan mekanis seperti
tusukan, gigitan serangga, benturan, cara panen yang ceroboh, dan pemanenan
pada buah yang belum matang (Syah et al 2007; Verheij 1992). Selain pada aril
dan kulit buah, getah kuning juga terdapat pada bagian tangkai buah. Saluran
sekretori getah kuning pada tangkai buah dijumpai pada bagian korteks dan di
antara jaringan penyusun berkas pembuluh. Diameter saluran getah kuning pada
tangkai buah di antara berkas pembuluh lebih besar dibanding pada bagian korteks
(Dorly 2009).

Kalsium
Kalsium adalah unsur makro yang diperlukan oleh tanaman yang
mempunyai sifat immobile. Collings (1955) menyatakan bahwa kalsium
dibutuhkan oleh tanaman untuk membentuk struktur dinding sel yang kuat.
Kalsium juga dibutuhkan oleh tanaman untuk mempertahankan permeabilitas
membran, pertumbuhan daun, dan pembentukan biji. Gardner et al. (1991)
menyatakan bahwa kalsium merupakan unsur immobile yang tidak dapat
didistribusikan kembali ke jaringan yang lebih muda, sehingga daun muda dan
buah yang sedang berkembang bergantung pada pengiriman Ca dari tanah.
Kalsium tersebut ditranslokasikan dengan air melalui pembuluh xilem..
Marschner (1995) menyatakan bahwa air ditranslokasikan pada buah melalui daun,
sehingga hanya sedikit kalsium yang tersedia dalam buah. Hal tersebut terjadi
dikarenakan sebagian besar kalsium yang ditranslokasikan terakumulasi pada
daun
Kalsium pada tanaman berfungsi sebagai penguat dinding sel. Unsur ini
berperan sebagai penyusun lamella dinding tengah sel. Peran kalsium secara
spesifik berhubungan dengan kemampuan mengubah permeabilitas membran pada
tanaman (Taiz dan Zeiger 1991). Kandungan kalsium terbanyak pada tanaman
terdapat dalam bentuk senyawa kalsium pektat. Senyawa kalsium pektat berperan

5
dalam menjaga turgiditas sel agar dinding sel semakin tegar, kuat, dan kokoh
(Marschner 1995).
Tanaman yang kekurangan kalsium akan menyebabkan jaringan mengerut
dan berubah bentuk serta mematikan jaringan meristematik lebih awal. Sebagian
besar tanah mengandung kalsium yang cukup untuk mendukung pertumbuhan
tanaman yang baik, tetapi ada beberapa jenis tanah yang mengalami defisiensi
kalsium (Salisbury dan Ross 1995). Jenis tanah yang kekurangan kalsium adalah
jenis tanah asam. Kandungan kalsium dalam tanah dapat ditingkatkan dengan
memberikan kapur dengan waktu dan konsentrasi tertentu (Hardjowigeno 1992).
Pemberian kalsium pada tanah asam meningkatkan pH tanah, kandungan kalsium
pada tanah dan tanaman, persentase kejenuhan basa, serta memperbaiki
mikroorganisme tanah (Collings 1995; Leiwakabessy dan Sutandi 2004). Sumber
kalsium yang dapat digunakan untuk memperkuat dinding sel pada buah manggis
adalah dolomit dan kaptan. Waktu pemberian kalsium yang dilakukan secara
berulang dimulai dari akhir masa stadia 1 perkembangan buah (Sembiring 2011).

METODE
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada November 2013 hingga April 2014 yang
bertempat di daerah Bogor dan Purworejo. Lokasi penelitian di Bogor bertempat
di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian di
Purworejo bertempat di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten
Purworejo. Analisis kualitas fisik dan kimia buah dilakukan di Laboratorium
Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Bahan dan alat penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman manggis yang
berada di dua lokasi penelitian. Tanaman manggis yang digunakan sebagai bahan
penelitian merupakan tanaman manggis yang sedang berbunga dan berumur 15-20
tahun. Bahan lainnya yang digunakan adalah kapur dolomit sebagai kalsium yang
akan diaplikasikan, larutan NaOH 0.1 N, indikator penalpthalein (PP), dan
akuades. Alat-alat yang digunakan adalah jangka sorong, timbangan manual,
timbangan digital, hand penetrometer, hand refraktometer, peralatan lapang, dan
peralatan laboratorium.

Rancangan percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) yang mempunyai satu faktor yang diujikan pada 2
lokasi yang berbeda. Faktor yang digunakan dalam rancangan penelitian ini

6
adalah faktor dosis. Faktor dosis terdiri dari 3 taraf, yaitu: 0 kg Ca2+/tanaman (0
kg dolomit/tanaman) sebagai P1, 1.5 kg Ca2+/tanaman (5 kg dolomit/tanaman)
sebagai P2, dan 3 kg Ca2+/ha (10 kg dolomit/tanaman) sebagai P3. Setiap
perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Setiap satuan
percobaan terdiri dari 5 tanaman manggis. Jumlah satuan yang diamati untuk
penelitian ini adalah 60 tanaman manggis di setiap daerah. Jumlah tanaman
manggis total yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 120 tanaman manggis.
Jumlah buah manggis yang diamati kualitas fisik dan kimia adalah 5 buah untuk
setiap satuan percobaan, sehingga buah yang dibutuhkan adalah 60 buah untuk
setiap lokasi. Buah yang dibutuhkan untuk diamati cemaran getah kuningnya
sebanyak 30 buah manggis untuk setiap tanamannya, sehingga dibutuhkan 1 800
buah manggis pada setiap lokasi. Model aditif linier yang digunakan pada
rancangan ini adalah:
Yij
= μ + τi + βj + εij
Keterangan:
i
= 1, 2, …, 6 dan j=1, 2,…,r
Yij
= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

= Rataan umum
i
= Pengaruh perlakuan ke-i
j
= Pengaruh kelompok ke-j
ij
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Analisis data yang digunakan untuk data kualitas fisik dan kimia buah
adalah uji F dengan menggunakan perangkat lunak SAS. Data cemaran getah
kuning yang merupakan data non parametrik dianalisis menggunakan uji
peringkat Friedman menggunakan perangkat lunak minitab. Uji lanjut yang
digunakan apabila hasil analisis menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata
adalah uji lanjut perbandingan Z pada taraf 5%. Rumus yang digunakan pada uji
Friedman adalah sebagai berikut:
2

T=
i – 3r(t+1)

Keterangan:
T
= Nilai Friedman dari hasil penghitungan
r
= Banyaknya kelompok
Ri
= Jumlah rank dari perlakuan ke-i
t
= Banyaknya perlakuan
Uji Z digunakan sebagai uji lanjut karena uji ini merupakan uji lanjut
perbandingan berganda yang digunakan untuk sebaran data yang normal. Rumus
yang digunakan pada uji Z adalah sebagai berikut:

Z

X1 X 2

n1 n2
1 1
p.q.  
 n1 n2 

Keterangan:
Z
= Nilai Z
X1
= Banyaknya kejadian kelompok 1

7
X2
p
q
n1
n2

= Banyaknya kejadian kelompok 2
= Proporsi kejadian secara keseluruhan
= Proposi tidak terjadinya kejadian secara keseluruhan
= Banyaknya sampel 1
= Banyaknya sampel 2

Pelaksanaan penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa tahapan pelaksanaan Tahapan-tahapan
yang ada dalam penelitian ini adalah:
1. Persiapan tanaman
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman yang akan
memasuki masa pembungaan. Jumlah tanaman yang digunakan adalah 60
tanaman di setiap lokasi.
2. Pembersihan gulma
Gulma yang terdapat di sekitar tanaman manggis dibersihkan secara manual
sampai ujung proyeksi tajuk tanaman manggis yang akan diberi perlakuan.
3. Aplikasi kalsium
Aplikasi kalsium dilakukan melalui proses pemupukan dengan
menggunakan kapur berupa dolomit. Pemupukan dilakukan di atas permukaan
tanah yang menjadi proyeksi tajuk tanaman manggis.
4. Pemanenan buah
Buah dipanen ketika telah memenuhi syarat umur panen. Hal ini dilakukan
untuk menghindari pemanenan buah yang masih mentah maupun buah yang
terlalu matang. Buah yang dipanen untuk pengamatan skoring sebanyak 30
buah setiap tanaman, sedangkan buah yang dipanen untuk pengamatan kualitas
fisik dan kimia buah sebanyak 5 buah untuk setiap ulangan perlakuaan.
5. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan
cemaran getah kuning dan pengamatan kualitas fisik dan kimia buah.
pengamatan cemaran getah kuning meliputi: pemberian skor getah kuning pada
kulit buah, pemberian skor getah kuning pada aril buah, persentase kulit buah
yang tercemar getah kuning, persentase aril buah yang tercemar getah kuning,
dan persentase juring bergetah. Pengamatan kualitas fisik buah meliputi
pengukuran diameter transversal buah, diameter longitudinal buah, bobot buah,
kekerasan kulit buah, dan penghitungan edible portion buah. Pengamatan lain
yang dilakukan adalah pengamatan kimia buah yang meliputi padatan terlarut
total dan asam tertitrasi total.

Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu pengamatan cemaran getah kuning dan kualitas fisik serta kimia buah. Jenisjenis pengamatan cemaran getah kuning dilakukan dengan memberikan skor pada
bagian kulit dan aril buah serta menghitung persentase buah manggis yang
tercemar getah kuning. Pemberian skor dan penghitungan persentase yang diamati

8
mengikuti metode pemberian skor yang dilakukan oleh Kartika (2004). Penentuan
pengamatan cemaran getah kuning adalah sebagai berikut:
a. Skor getah kuning pada aril buah manggis.
Skor getah kuning pada aril ditentukan sebagai berikut:
1. Skor 1: baik sekali, tidak ada sedikitpun getah kuning baik diantara aril dan
kulit maupun di pembuluh buah.
2. Skor 2: baik, aril putih dengan sedikit noda karena getah kuning yang masih
segar hanya pada satu ujung.
3. Skor 3: cukup, terdapat sedikit bercak getah kuning di salah satu juring atau
diantara juring.
4. Skor 4: buruk, terdapat gumpalan bercak getah kuning baik di ujung dan di
antara juring atau di pembuluh buah.
5. Skor 5: buruk sekali, terdapat gumpalan bercak baik juring, di antara juring
atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.
b. Skor getah kuning pada kulit buah manggis.
Skor getah kuning pada kulit buah ditentukan sebagai berikut:
1. Skor 1: baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning.
2. Skor 2: baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering
tanpa mempengaruhi warna buah.
3. Skor 3: cukup, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering
tanpa mempengaruhi warna buah.
4. Skor 4: buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang
menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah.
5. Skor 5: buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan
membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah
menjadi kusam.
c. Persentase buah bergetah kuning pada aril buah.
Pengamatan dilakukan pada saat panen. Pengamatan ini dilakukan dengan
melihat bagian aril buah yang tercemar getah kuning. Aril yang bergetah
kuning ditunjukkan dengan adanya noda getah kuning pada aril buah. Cara
menentukan persentase aril bergetah adalah:
X 100%
d. Persentase buah bergetah kuning pada kulit buah.
Pengamatan dilakukan dengan melihat cemaran getah kuning pada kulit
buah pada saat panen. Kulit buah yang tercemar getah kuning ditunjukkan
dengan adanya noda getah kuning pada kulit buah. Cara menentukan
persentase kulit bergetah adalah:
X 100%
e. Persentase juring bergetah kuning.
Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan melihat cemaran getah
kuning pada bagian juring buah. Juring yang tercemar getah kuning
ditunjukkan dengan adanya noda getah kuning pada juring buah. Cara
menentukan persentase juring bergetah adalah:
X 100%
Selain pengamatan cemaran getah kuning, pengamatan kualitas fisik dan
kimia buah juga dilakukan. Pengamatan kualitas fisik dan kimia buah ini

9
dilakukan secara bertahap. Tahapan pengamatan kualitas fisik dan kimia buah
adalah:
1. Diameter buah
Pengamatan dilakukan mengukur diameter transversal dan longitudinal
buah menggunakan jangka sorong. Diameter longitudinal diukur secara
membujur dari ujung hingga pangkal buah, sedangkan diameter transversal
diukur secara melintang pada bagian tengah buah.
2. Kekerasan kulit buah
Kekerasan kulit buah diukur dengan menggunakan hand penetrometer.
Pengukuran dilakukan dengan cara menusukan jarum hand penetrometer pada
bagian tengah, ujung, dan pangkal buah. Hasil pengukuran didapat dengan
menghitung rata-rata dari skala yang ditunjukkan pada bagian tengah, ujung,
dan pangkal.
3. Bobot buah
Pengamatn bobot buah diukur dengan menggunakan timbangan digital.
Pengamatan bobot buah dilakukan dengan menimbang bobot buah utuh, bobot
kulit buah, bobot cupat, bobot daging, dan bobot biji buah.
4. Persentase Edible portion
Persentase edible portion diukur denga cara membagi bobot daging buah
dengan bobot buah utuh yang. Rumus perhitungan persentase Edible portion
adalah:
X100 %
Edible portion =
5. Ketebalan kulit buah
Ketebalan kulit buah diukur menggunakan jangka sorong digital.
Ketebalan kulit buah diamati pada bagian kulit yang telah terkelupas dari
daging buah dari bagian endokarp hingga eksokarp.
6. Padatan terlarut total
Padatan terlarut total diukur menggunakan hand refractometer.
Pengamatan dilakukan dengan mengambil sari buah menggunakan sudip. Sari
buah yang telah diambil diteteskan pada lensa pembaca hand refractometer.
Padatan terlarut total ditunjukkan pada skala yang terdapat pada hand
refractometer. Satuan angka yang ditunjukkan padatan terlarut total adalah brix.
7. Asam tertitrasi total
Asam tertitrasi total diukur dengan menggunakan metode titrasi NaOH.
Nilai persentase asam tertitrasi total diketahui setelah dihitung menggunakan
rumus:
ATT =
X 100%
Keterangan:

mL NaOH
N NaOH
fp
64
mg contoh

= volume NaOH yang terpakai pada titrasi
= formalitas NaOH
= faktor pengenceran (100/10)
= faktor asam dominan
= 10 000 mg

10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Cemaran Getah Kuning
Hasil pengamatan cemaran getah kuning menunjukkan bahwa pemberian
kalsium nyata menurunkan cemaran getah kuning pada aril dan juring buah.
Pengamatan intensitas cemaran getah kuning ditunjukkan dengan persentase
cemaran getah kuning pada aril dan buah, sedangkan pengamatan tingkat
keparahan ditunjukkan dengan nilai skor yang telah diberikan. Hasil pemberian
skor getah kuning pada aril buah ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Cemaran getah kuning pada aril
Parameter
Persentase buah
tercemar getah
kuning
Persentase juring
tercemar getah
kuning per buah
Skor cemaran getah
kuning

Perlakuan
(kg Ca2+/tanaman)
0.0

Bogor
Purworejo
Rataan Peringkat Rataan Peringkat
53.9a
12
70.8a
12

1.5

15.6b

7

43.0b

8

3.0
0.0

14.6b
20.9a

5
12

35.3b
32.7a

4
12

1.5

4.6b

7

13.8b

8

3.0
0.0

4.9b
1.90a

5
12

10.5b
2.36a

4
12

1.5

1.19b

7

1.61b

8

3.0

1.21b

5

1.49b

4

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata berdasarkan uji Z pada taraf 5%.

Tabel persentase buah yang tercemar getah kuning pada bagian aril
menunjukkan bahwa pemberian kalsium nyata menurunkan cemaran getah kuning
pada aril buah. pemberian kalsium sebanyak 1.5 kg Ca2+/tanaman dan 3 kg
Ca2+/tanaman tidak berbeda nyata dalam menurunkan cemaran getah kuning di
kedua lokasi penelitian, sehingga dosis kalsium efektif yang dapat digunakan
adalah 1.5 kg Ca2+/tanaman.
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pemberian kalsium efektif menurunkan
persentase cemaran getah kuning pada juring buah. Perlakuan dengan dosis 1.5 kg
Ca2+/tanaman dan 3 kg Ca2+/tanaman berbeda nyata dengan 0 kg Ca2+/tanaman
dalam menurunkan persentase juring buah yang mengalami cemaran getah kuning.
Hasil analisis menunjukkan pengaruh yang sama antara pemberian kalsium
sebanyak 1.5 kg Ca2+/tanaman dengan pemberian kalsium sebanyak 3 kg
Ca2+/tanaman. Persentase getah kuning yang dapat direduksi pada juring buah
berkisar 15% sampai 20%.
Tabel cemaran getah kuning pada aril menunjukkan bahwa pemberian
kalsium dapat menurunkan cemaran getah kuning pada pemberian skor aril buah
manggis di daerah Bogor dan Purworejo. Penggunaan kalsium dengan dosis
sebanyak 1.5 Ca2+ kg dan 3 Ca2+ kg per tanaman tidak berbeda nyata dalam

11
menurunkan cemaran getah kuning di kedua lokasi penelitian, sehingga dosis
efektif untuk menurunkan cemaran getah kuning di kedua lokasi penelitan adalah
1.5 kg Ca2+/tanaman.
Pemberian kalsium dengan dosis 1.5 kg Ca2+/tanaman menurunkan
persentase cemaran getah kuning pada aril sebanyak 38.3% di Bogor dan 27.8%
di Purworejo. Dosis kalsium sebanyak 1.5 kg Ca2+/tanaman juga dapat
menurunkan persentase cemaran getah kuning pada juring buah sebanyak 16.3%
di Bogor, yaitu dari 20.9% menjadi 4.6%. Persentase cemaran getah kuning pada
juring buah manggis yang berasal dari Purworejo dapat diturunkan sebanyak
18.5% dari 32.7% menjadi 13.8% dengan dosis 1.5 kg Ca2+/tanaman. Skor
cemaran getah kuning pada aril menunjukan tingkat keparahan cemaran getah
kuning pada bagian buah ini. Tingkat keparahan cemaran getah kuning pada buah
manggis yang diberi penambahan kalsium sebanyak 1.5 kg Ca2+/tanaman
mengalami penurunan sebanyak 0.81 satuan di Bogor dan 0.75 satuan di
Purworejo.
Getah kuning mulai mencemari aril buah pada saat buah berumur 14
minggu setelah anthesis (MSA). Getah kuning yang mencemari buah manggis
berasal dari sel-sel epitel penyusun saluran getah kuning yang mengalami
kerusakan dinding sel pada bagian endokarp (Dorly et al. 2008). Dinding saluran
getah kuning pada bagian endokarp rusak karena gangguan fisiologis tanaman
yaitu berupa perubahan potensial air yang fluktuatif selama buah manggis sedang
mengalami pembuahan (Syah et al. 2007). Getah kuning yang mencemari bagian
aril buah disebabkan karena terjadinya peningkatan volume air pada getah
sehingga menyebabkan peningkatan volume getah. Peningkatan volume getah
kuning menyebabkan tekanan pada dinding saluran getah kuning semakin besar.
Peningkatan tekanan yang terjadi pada dinding sel epitel saluran getah kuning
yang lemah menyebabkan terjadinya kerusakan pada dinding tersebut (Poerwanto
et al. 2010).
Jumlah sel dan volume sel penyusun buah membesar pada fase pembesaran
buah, sehingga dibutuhkan kalsium dalam jumlah yang lebih banyak. Kekurangan
kalsium pada fase tersebut menyebabkan dinding sel penyusun sel-sel epitel
lemah. Dinding sel yang lemah dan tekanan mekanik yang terjadi akibat
perkembangan sel-sel aril dan biji selama fase perkembangan buah yang lebih
cepat dibandingkan perkembangan perikarp buah menyebabkan kerusakan sel-sel
epitel penyusun saluran getah kuning di bagian endokarp. Kerusakan sel-sel epitel
tersebut dapat diatasi dengan penambahan kalsium untuk memperkuat ikatan antar
dinding sel (Dorly 2009).
Pengamatan cemaran getah kuning dilakukan juga pada kulit buah manggis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kalsium dapat menurunkan
cemaran getah kuning pada kulit buah. Hasil pengamatan intensitas dan tingkat
keparahan cemaran getah kuning pada kulit buah ditampilkan pada Tabel 2.

12
Tabel 2 Cemaran getah kuning pada kulit buah
Parameter
Persentase buah
tercemar getah
kuning
Skor Cemaran getah
kuning

Perlakuan
(kg Ca2+/tanaman)
0.0

Bogor
Purworejo
Rataan Peringkat Rataan Peringkat
68.4a
12
63.5a
12

1.5

28.1b

6

52.6ab

8

3.0
0.0

28.9b
1.93a

6
12

42.9b
1.77a

4
12

1.5

1.32b

5

1.56ab

8

3.0

1.33b

7

1.45b

4

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata berdasarkan uji Z pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian kalsium memberikan pengaruh
yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian kalsium dalam
menurunkan persentase buah yang tercemar getah kuning pada bagian kulit.
Perlakuan kalsium yang efektif di daerah Purworejo adalah perlakuan kalsium
dengan dosis sebanyak 3 kg Ca2+/tanaman. Hal tersebut dikarenakan perlakuan
1.5 kg Ca2+/tanaman tidak berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan 3 kg
Ca2+/tanaman. Hasil pengamatan di daerah Bogor menunjukkan perlakuan 1.5 kg
Ca2+/tanaman dan 3 kg Ca2+/tanaman tidak berbeda nyata dalam menurunkan
cemaran getah kuning, sehingga dosis efektif yang dapat digunakan adalah 1.5 kg
Ca2+/tanaman. Getah kuning yang mencemari kulit buah menyebabkan
penampilan buah menjadi kurang menarik karena bernoda (Purnama 2014). Getah
kuning yang mencemari kulit buah tidak hanya disebabkan rendahnya kandungan
kalsium di bagian eksokarp kulit buah, tetapi juga disebabkan adanya gangguan
mekanis berupa curah hujan yang berlebih, tusuk serangga, benturan, dan
penanganan panen yang tidak hati-hati sehingga menyebabkan terjadinya
kerusakan pada kulit buah (Dorly 2009).
Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian kalsium sebanyak 1.5 kg
2+
Ca /tanaman tidak berbeda nyata dengan pemberian kalsium sebanyak 3 kg
Ca2+/tanaman di Bogor. Persentase getah kuning yang dapat dikurangi pada kulit
buah sebanyak 59%. Pemberian kalsium sebanyak 1.5 kg Ca2+/tanaman di
Purworejo dapat menurunkan persentase cemaran getah kuning sebanyak 17%.
Penurunan cemaran getah kuning dengan pemberian kalsium sebanyak 3 kg
Ca2+/tanaman di Purworejo lebih banyak dibandingkan dengan dosis kalsium
sebanyak 1.5 kg Ca2+/tanaman, yaitu sebanyak 32%. Hasil ini menunjukan bahwa
penurunan cemaran getah kuning di Bogor lebih signifikan dibandingkan dengan
yang di Purworejo.
Penggunaan kalsium di daerah Bogor cukup menggunakan dosis sebanyak
1.5 kg Ca2+/tanaman agar bisa mengurangi kejadian getah kuning pada bagian
kulit buah secara efektif. Manggis yang berasal dari Purworejo membutuhkan 3
kg Ca2+/tanaman untuk mengurangi tingkat keparahan cemaran getah kuning pada
kulit buah. Hasil penelitian di dua daerah ini menunjukan bahwa penggunaan
kalsium untuk mengurangi cemaran getah kuning dapat direduksi dari dosis yang
telah didapat pada penelitian Wulandari (2009) yaitu sebanyak 4,725 kg
Ca2+/tanaman. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Primilestari

13
(2011) yang menunjukan bahwa penambahan kalsium dapat meningkatkan
kandungan kalsium pada bagian eksokarp kulit buah manggis. Hal tersebut
menunjukan bahwa aplikasi kalsium meningkatkan jumlah kalsium yang
didistribusikan ke bagian ini. Dorly (2009) menyatakan bahwa peningkatan
kalsium pada eksokarp menurunkan tingkat keparahan cemaran getah kuning
terjadi karena eksokarp merupakan bagian terluar dari kulit manggis.
Hasil penelitian di Bogor yang lebih signifikan dibandingkan dengan hasil
penelitian di Purworejo diduga karena adanya pengaruh lingkungan dan
perawatan terhadap tanaman. Tanaman manggis di Bogor ternaungi oleh tanaman
durian dan melinjo yang ada disekitarnya. Tanaman di daerah Bogor memiliki
jarak tanam sekitar 5x5 m2 dengan menggunakan sistem teras. Tanaman di Bogor
lebih terawat dibanding dengan tanaman di Purworejo. Tanaman manggis di
Purworejo tidak mempunyai jarak tanam yang teratur. Gulma yang ada di sekitar
tanaman manggis di Purworejo juga lebih banyak dan pertumbuhannya tidak
dikendalikan.

Kualitas Fisik Buah
Kualitas fisik buah merupakan hal yang mempengaruhi penampilan buah
manggis. Kualitas fisik buah manggis yang diamati selama penelitian adalah
diameter transversal dan diameter longitudinal, bobot, kekerasan kulit, dan
ketebalan kulit buah. Hasil penelitian yang ditampilkan pada Tabel 3
menunjukkan bahwa pemberian kalsium tidak mempengaruhi ukuran diameter
transversal maupun diameter longitudinal buah manggis.
Tabel 3 Diameter longitudinal dan transversal
Diameter Bogor (mm)
Perlakuan
(kg Ca2+/tanaman)
Longitudinal Transversal
0.0
60.3
50.9
1.5
61.4
51.1
3.0
61.3
51.2
Uji F
tn
tn

Diameter Purworejo (mm)
Longitudinal Transversal
59.1
48.5
60.4
50.3
60.6
49.9
tn
tn

Hasil pengukuran diameter menunjukkan bahwa diameter buah manggis
pada perlakuan pemberian kalsium dengan dosis 1.5 kg Ca2+/tanaman dan 3 kg
Ca2+/tanaman tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0 kg Ca2+/tanaman di kedua
lokasi penelitian. Panjang diameter transversal berkisar 59.1-61.4 mm pada
diameter longitudinal. Berdasarkan standar buah manggis yang dikeluarkan oleh
Badan Standardisasi Nasional (BSN) pada tahun 2009, ukuran diameter
longitudinal buah ini termasuk ke dalam kode ukuran 2 dan diameter transversal
buah termasuk ke dalam kode ukuran 4 karena berada di kisaran 46-52 mm.
Parameter kualitas fisik buah lain yang diamati dalam penelitian ini adalah
bobot buah. Bobot yang ditimbang adalah bobot buah, bobot kulit, bobot cupat,
bobot aril, dan bobot biji. Bobot-bobot ini ditimbang untuk mengetahui persentase
bagian buah yang dapat dikonsumsi (Edible portion). Hasil penimbangan bobotbobot tersebut terdapat dalam tabel 4.

14
Tabel 4 Bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion
Bobot buah (g)
Bobot kulit (g)
Perlakuan (kg
Ca2+/tanaman)
Bogor Purworejo Bogor Purworejo
105.3
100.6
62.5
66.9
0.0
115.6
107.4
71.1
69.8
1.5
109.9
105.8
71.7
66.9
3.0
tn
tn
tn
tn
Uji F
Bobot aril (g)
Bobot biji (g)
Perlakuan (kg
Ca2+/tanaman)
Bogor Purworejo Bogor Purworejo
33.02
28.99
1.54
1.65
0.0
38.63
32.94
2.41
1.56
1.5
32.87
33.75
2.06
2.04
3.0
tn
tn
tn
tn
Uji F

Bobot cupat (g)
Bogor Purworejo
3.31
2.81
3.32
3.07
3.30
3.04
tn
tn
Edible portion (%)
Bogor Purworejo
33.43
28.87
33.27
30.56
29.61
31.93
tn
tn

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kalsium tidak
mempengaruhi bobot bagian-bagian buah dan edible portion. Kisaran rata-rata
bobot buah yang berasal dari Bogor adalah 105.38-115.65 g, sedangkan kisaran
rata-rata bobot buah yang berasal dari Purworejo adalah 100.67-107.47 g. Bobot
buah dari kedua lokasi ini termasuk ke dalam buah manggis dengan kode ukuran 2
berdasarkan pada Standar Nasional Indonesia (BSN 2009). Parameter bobot
lainnya yang diamati dalam penelitian ini juga tidak berpengaruh nyata. Kisaran
hasil pengamatan bobot aril buah adalah 28.9-38.6 g per buahnya. Bobot biji
yang diperoleh dari hasil pengamatan berkisar 1.5-2.4 g per buahnya. Bagian buah
yang dapat dikonsumsi dari hasil pengamatan adalah sebesar 28.9-33.4%. Bagian
buah yang dapat dikonsumsi ini akan berkurang apabila aril buah tercemar getah
kuning manggis yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit. Rasa pahit pada
bagian aril ini akan mengurangi selera dan tingkat konsumsi bagian buah. Dari
100 g bobot manggis per buahnya, bobot bagian buah terberat adalah bobot kulit.
Bobot kulit ini berada di kisaran 62.5-71.7 g per buahnya. Hasil ini menunjukkan
bahwa 60-70% bagian buah manggis merupakan kulit buah yang terdiri dari 3
lapisan, yaitu: endoderm, mesoderm, dan ektoderm. Bobot cupat merupakan bobot
bagian tangkai buah pada manggis. Bobot cupat hasil penelitian berkisar 2.82-3.32
g.
Parameter selanjutnya yang diamati untuk melihat kualitas fisik buah adalah
ketebalan dan kekerasan kulit buah manggis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian kalsium tidak mempengaruhi kekerasan dan ketebalan buah manggis.
Tabel 5 berikut menunjukkan besaran ketebalan dan kekerasan kulit buah lokasi
pada masing-masing perlakuan di setiap lokasinya.
Tabel 5 Ketebalan dan kekerasan kulit buah
Ketebalan (mm)
Perlakuan
(kg Ca2+/tanaman)
Bogor
Purworejo
0.0
8.8
9.1
1.5
9.0
9.2
3.0
9.1
9.3
Uji F
tn
tn

Kekerasan (kg dtk-1)
Bogor
Purworejo
1.3
1.1
1.3
1.1
1.2
1.0
tn
tn

15
Tabel di atas menunjukkan bahwa besarnya ketebalan kulit buah manggis
berada dikisaran 8.8-9.5 mm. Ketebalan kulit buah yang berasal dari kedua daerah
ini tidak berbeda nyata. Ketebalan kulit buah ini terdiri dari eksokarp yang
merupakan bagian terluar kulit buah, mesokarp yang merupakan bagian tengah
kulit buah, dan bagian aril buah yang merupakan bagian paling dalam kulit buah
yang dekat dengan aril buah. kulit buah ini mengandung saluran getah kuning.
Ketebalan kulit buah ini tidak dipengaruhi oleh pemberian kalsium yang diberikan
karena pembentukan sel pada bagian kulit ini tidak dipengaruhi oleh kalsium,
tetapi diduga dipengaruhi oleh pembesaran volume sel pada bagian kulit.
Kualitas fisik lainnya yang diamati adalah kekerasan kulit buah. Hasil
pengukuran menggunakan pnetrometer menunjukkan bahwa kekerasan buah yang
berasal dari Bogor lebih tinggi dibandingkan dengan kekerasan kulit buah dari
Purworejo.
Kekerasan kulit buah yang berasal dari daerah Bogor berkisar 1.24-1.28 kg
-1
dtk , sedangkan kekerasan kulit buah yang berasal dari Purworejo berkisar 1.051.09 kg dtk-1. Primilestari (2011) menyatakan bahwa kekerasan kulit buah
dipengaruhi oleh kandungan kalsium yang terdapat pada bagian kulit buah.
Kandungan kalsium ini berfungsi untuk memperkuat ikatan pada pektin. Ismadi
(2012) menyatakan bahwa kekerasan kulit buah manggis ini dipengaruhi oleh
peningkatan kandungan lignin yang menyusun bagian kulit buah dan penurunan
kadar air. Kekerasan kulit buah dipengaruhi oleh respirasi klimakterik dengan cara
memicu perubahan biokimia berupa aktivitas enzim dan peningkatan kadar lignin
dan ca-pektat perikarp. Pengerasan perikarp buah ditunjukkan dengan peningkatan
kadar pektin kulit buah manggis.
Penambahan kalsium tidak mempengaruhi kekerasan kulit buah karena
kekerasan kulit buah belum tentu menunjukkan ketegaran dinding sel, namun
kekerasan kulit buah ini berkaitan dengan tipe sel penyusun perikarp buah (Dorly
2009). Kekerasan buah disebabkan adanya lapisan sel-sel sklereid yang banyak
mengandung lignin. Kekerasan kulit buah juga dipengaruhi oleh aktivitas enzim
poligalakturonase (Srivastava 2002). Pengerasan kulit manggis diikuti perubahan
pektin, kalsium pektat, serta aktivitas enzim poligalakturonase. Enzim
poligalakturonase berfungsi untuk memutuskan ikatan polimer penyusun
komponen dinding sel (Auliani 2010).

Kualitas Kimia Buah
Padatan terlarut total dan asam tertitrasi total adalah faktor yang
mempengaruhi kualitas rasa yang dihasilkan pada buah manggis. Padatan terlarut
total menunjukkan kadar glukosa yang terdapat pada buahSemakin tinggi
kandungan PTT yang dimiliki buah, semakin manis rasa buah yang dihasilkan.
Berbeda dengan PTT. asam tertitrasi total (ATT) menunjukkan tingkat keasaman
buah. Semakin besar persentase asam yang tertitrasi pada suatu buah, maka
semakin masam rasa yang dihasilkan oleh buah tersebut. Kandungan PTT dan
ATT buah manggis yang telah diamati dapat dilihat dari tabel 6 berikut:

16
Tabel 6 PTT dan ATT
PTT (0Brix)
ATT (%)
Perlakuan
(kg Ca2+/tanaman)
Bogor
Purworejo
Bogor
Purworejo
0.0
17.2
17.3
0.64
0.62
1.5
17.1
17.3
0.67
0.62
3.0
17.5
17.3
0.67
0.61
Uji F
tn
tn
tn
tn
Ketarangan: PTT: padatan terlarut total. ATT: asam tertitrasi total
Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian kalsium tidak mempengaruhi
kandungan PTT maupun kandungan ATT buah manggis yang diteliti. Rentang
nilai PTT yang diperoleh dari hasil penelitian adalah 17.1-17.5 0Brix. Nilai rataan
PTT terendah dan tertinggi terdapat pada buah yang berasal dari daerah Bogor,
sedangkan nilai rata-rata PTT buah yang berasal dari Purworejo adalah 17.3 0Brix.
Kandungan ATT buah manggis yang berasal dari Bogor berkisar 0.63-0.67%,
sedangkan kandungan ATT buah yang berasal dari Purworejo berkisar 0.610.62%. Kisaran PTT penelitian ini sesuai dengan kisaran PTT yang ditetapkan
oleh Kader (2013) yaitu sebesar 17-20 0Brix. Hasil penelitian ini masih sejalan
dengan beberapa penelitian sebelumnya yaitu Dorly (2009), Setyaningrum dan
Tanari (2011), serta Septirosya (2012) yang menyatakan bahwa pemberian
kalsium tidak mempengaruhi kandungan PTT dan ATT buah manggis.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Aplikasi kalsium dengan dosis sebanyak 1.5 kg Ca2+/tanaman efektif
mengendalikan cemaran getah kuning pada buah manggis di daerah Bogor dan
Purworejo. Pemberian kalsium yang dilakukan dalam penelitian ini nyata
menurunkan cemaran getah kuning pada kulit buah, aril buah, dan juring bergetah.
Pemberian kalsium tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap kualitas fisik dan
kimia buah berupa diameter buah, bobot buah dan bagian-bagiannya, kekerasan
dan ketebalan kulit buah, PTT, dan ATT.

Saran
Petani diharapkan dapat mengaplikasikan kalsium pada budi daya buah
manggis untuk menurunkan cemaran getah kuning dengan dosis efektif yang
diperoleh dari hasil penelitian yaitu 1.5 kg Ca2+/tanaman untuk daerah Bogor dan
daerah Purworejo.

17

DAFTAR PUSTAKA
Ashari S. 2004. Hortikultura: Aspek Budidaya. Jakarta (ID): UI Press.
Auliani A. 2010. Perubahan kekerasan, kadar pektin, dan aktivitas
poligalakturonase kulit buah manggis (Garcinia mangostana) pada
penyimpanan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Standar Nasional Indonesia Manggis.
SNI 3211.
Collings GH. 1955. Comercial Fertilizer. 5th Edition. New York (US): Mc GrawHill.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2012. Komoditas unggulan hortikultura [Internet].
[diunduh 2013 Nov 28]. Tersedia pada: deptan.go.id.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2013a. Getah kuning [Internet]. [diunduh 2013
Nov 28]. Tersedia pada: deptan.go.id.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2011. Manggis [Internet]. [diunduh 2014 Jul 7].
Tersedia pada: diperta.jabarprov.go.id.
[Ditjen Hortikultura] Direktorat Jendral Hortikultura. 2013. Mangga, Manggis
[Internet]. [diunduh 2014 Sep 16]. Tersedia pada: horti.pertanian.go.id.
[Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2007a. Vademekum
manggis. Jakarta: direktorat Budidaya Tanaman Buah Direktorat Jenderal
Hortikultua.
Dorly S. Tjitrosemito S. Poerwanto R. Juliani. 2008. Secretory dust structure and
phytochemistry compounds of yellow latex in mangosteen fruit. Hayati Journal
of Bio Science 15:99-104.
Dorly S. 2009. Studi struktur sekretori dan fotokimia getah kuning serta aplikasi
kalsium untuk mengatasi getah kuning buah manggis (Garcinia mangostana).
[disertasi]. Bogor (ID): Prog Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Gardner FP. Pearce RB. Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tumbuhan Budidaya. Susilo
H. Subiyanto, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari: Physiology
of crop plants.
Hardjowigeno S. 1992. Ilmu Tanah. Jakarta(ID): Mediyatama Sarana Perkasa.
Ismadi. 2012. Studi fisiologi pengerasan dan perubahan warna perikarp dalam
hubungannya dengan respirasi klimakterik dan kadar air buah manggis
(Garcinia mangostana) pascapanen. [disertasi]. Bogor (ID): Prog Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Kader AA. 2013. Mangosteen: Recommendations for maintaining postharvest
quality
[Internet].
[diunduh
2014
Jun
15].
Tersedia
pada:
postharvest.ucdavis.edu.
Kartika JG. 2004. Studi pertumbuhan buah, gejala getah kuning dan burik pada
buah manggis (Garcinia mangostana). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Leiwakabessy FM. Sutandi A. 2004. Diktat Kuliah: Pupuk dan Pemupukan.
Bogor (ID): IPB Press.
Marschner H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Ed ke-2. London (ENG):
Academic-Press.

18
Martias. 2012. Studi peranan lingkungan (sifat kimia dan fisika tanah serta cuaca)
terhadap cemaran getah kuning buah manggis (Garcinia mangostana).
[disertasi]. Bogor (ID): Prog Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Poerwanto R. Dorly. Martias M. 2010. Getah kuning pada buah manggis dalam
Reorientasi Riset untuk Mengoptimalkan Produksi dan Rantai Nilai
Hortikultura. Seminar Nasional Hortikultura. 25-26 Januari 2010.