1. Konteks Masalah Cinta Satu Malam

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Konteks Masalah Cinta Satu Malam

Cinta satu malam Oh indahnya Cinta satu malam Buatku melayang Walau satu malam Akan selalu ku kenang Mojok di Malam Jumat Mojok di malam Jumat aduh asyiknya Cumbulah aku sesukamu Mojok di Malam Jumat aduh senangnya Melepas rindu tak tertahan Abangku sayang Aw Aw Tadi malam aw aw ku dibuai aw aw Sayang-sayangan aw aw mesra-mesraan aw aw Ku dimanja aw aw ku dicumbu aw aw Basah hatiku aw aw betapa indah aw aw Kutipan di atas merupakan penggalan dari lirik lagu- lagu penyanyi dangdut Melinda yang bernama asli, Eka May Linda, ia lahir di Jakarta pada 29 Mei 1982. Lirik- lirik lagu yang ia bawakan kebanyakan memiliki tema tentang percintaan dan segala masalah seputar percintaan, seperti cinta yang sementara, hubungan pria dan wanita yang tidak wajar hubungan seks. Lirik- lirik tersebut mengeksploitasi tema- tema seksual atau erotisme sebagai pemikat utamanya. Erotisme yaitu suatu bentuk estetika yang menjadikan dorongan seksual sebagai kajiannya. Dorongan seksual tidak harus selalu diikuti dengan melakukan perbuatan seksual. Tanda- tanda yang dapat menimbulkan dorongan seksual dapat berupa mimik, gerak, sikap tubuh, suara, kalimat, benda- benda, aroma, sentuhan, dan juga lirik; serta kombinasinya. Lirik lagu digunakan sebagai alat untuk berekspresi dan berkomunikasi. Pada lirik lagu ada pesan yang ingin disampaikan pencipta lagu kepada khalayak. Universitas Sumatera Utara Pesan dapat memiliki berbagai macam bentuk baik lisan maupun tulisan. Lirik lagu memiliki bentuk pesan berupa tulisan kata- kata dan kalimat yang dapat digunakan untuk menciptakan suatu perasaan, suasana hati atau semangat tertentu kepada setiap pendengarnya dan juga dapat menggetarkan setiap perasaan manusia seperti kasih, kelembutan, penghormatan, kesedihan, kemarahan, kebencian, dan nafsu. Sehingga lirik lagu menjadi sesuatu yang menarik dalam sebuah lagu, namun tak jarang juga dapat menjadi suatu persoalan apabila menampilkan unsur erotisme di dalamnya. Mengingat dalam lirik lagu adalah suatu bentuk pesan komunikasi yang dapat mempengaruhi sikap atau nilai. Satu inti persoalan yang belakangan ini banyak diperbincangkan orang tentang musik atau lagu dangdut adalah kedudukan liriknya. Kritik telah banyak dilontarkan mengenai pemilihan kata- kata yang dipakai guna mengangkat ide musik dalam sebuah lagu. Lagu dangdut seringkali menampilkan lirik- lirik yang erotis. Lagu “Cinta Satu Malam” diciptakan oleh Cahyadi dan dirilis pada awal November 2009. Lagu ini berirama dangdut house music, karena menurutnya irama ini lebih identik dengan anak muda. Sekilas lirik lagu yang dinyanyikan oleh Melinda ini menceritakan tentang seorang wanita yang bertemu dengan seorang pria, kemudian keduanya sepakat untuk berkencan dan akhirnya melakukan hubungan intim sebelum berpisah keesokan harinya. Wanita tersebut merasa bahagia dengan pengalaman percintaan yang singkat tersebut. Lagu “Cinta Satu Malam” menggunakan lirik yang dinilai terlalu vulgar. Lagu tersebut dinilai akan merusak mental masyarakat, tidak hanya pada kalangan anak muda, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat yang menikmati alunan lagu tersebut. Hal ini patut untuk diperhatikan, mengingat bahwa musik dangdut sangat akrab dengan khalayak. Sehingga tidak heran lagu tersebut akhirnya dicekal oleh Komisi Penyiaran Indonesia KPI. Uniknya lagu “Cinta Satu Malam” berhasil mendapat banyak penghargaan walaupun sempat dicekal oleh KPI, seperti Anugerah Musik Indonesia AMI Award dengan dua kategori “Lagu Terpopuler” dan “Artis Terpopuler”, Indosat Award dengan dua kategori “Lagu Terpopuler” dan “Artis Terpopuler”, Hongkong Award dengan kategori “Artis Populer”, Telkomsel dengan kategori Universitas Sumatera Utara “The Best House Music”. Tidak hanya single saja yang sukses di pasaran, Ring Back Tone RBT “Cinta Satu Malam” juga sukses dan Melinda juga berhasil terpilih menjadi duta budaya pada tahun 2008. Ini menunjukkan bahwa lagu dangdut tersebut diterima dan diminati oleh banyak orang, sehingga menjadi populer di berbagai kalangan. Selanjutnya, lagu “Mojok di Malam Jumat” dirilis pada tahun 2010. Sekilas lagu ini menceritakan tentang hubungan seorang wanita dan pria yang masih berstatus pacaran, namun hubungan mereka sudah mengarah pada perilaku seks bebas free sex. Seorang wanita yang ditampilkan berani mengekspresikan keinginannya untuk bermesra- mesraan di tempat sepi dengan kekasihnya yang ternyata belum datang untuk menemuinya hingga membuatnya kesal. Setelah sukses dengan single “Cinta Satu Malam” dan “Mojok di Malam Jumat”, Melinda kembali mendendangkan lagu “Aw Aw” pada tahun 2011. Lagu “Aw Aw” diciptakan oleh Endang Raes dan dirilis pada tanggal 13 September 2011. Lagu ini berirama dangdut house music, dengan mengandalkan lirik- lirik vulgar dan agak sedikit nakal. Lagu “Aw Aw” tidak jauh berbeda dengan lagu “Cinta Satu Malam” dan “Mojok di Malam Jumat”. Lagu ini mengisahkan tentang suatu hubungan asmara yang singkat dan mengarah kepada perilaku seks bebas. Lagu “Aw Aw” milik Melinda ini juga mendapat pencekalan. Lagu “Aw Aw” dicekal Komisi Penyiaran Indonesia Daerah KPID Provinsi Jawa Tengah setelah mendapat pengaduan dari masyarakat dan sejumlah tokoh agama yang merasa resah akibat beredarnya lagu- lagu dangdut yang dinilai terlalu vulgar baik goyangannya, gaya berpakaian dan juga liriknya, yang akan berpotensi untuk ditiru oleh masyarakat terutama anak- anak dan remaja. Lagunya dinilai terlalu vulgar karena berkonotasi pada aktivitas seksual dan kenikmatan seksual sehingga dapat membangkitkan rangsangan dan keinginan seks bagi siapa saja yang mendengar lagu tersebut. Hal ini tentu tidak baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat, karena dapat berpotensi merusak mental masyarakat. Akibatnya KPID Provinsi Jawa Tengah melarang atau membatasi penyiarannya http:kpid.jatengprov.go.idindex.php?option=com_contentview=articleid=5 2Itemid=102. Lagu ini sekilas mengisahkan tentang percintaan sepasang kekasih yang Universitas Sumatera Utara tengah kasmaraan yang terjadi hanya satu jam saja. Kemudian, bagaimana pasangan tersebut bergaul bebas menikmati pengalaman percintaannya yang erotis dan perempuan digambarkan hanya sebagai objek seksual. Lagu- lagu Melinda tersebut tepat menggambarkan bahwa lirik- liriknya mengandung unsur erotisme, terlihat dari pencekalan- pencekalan yang dilakukan oleh KPI. Tidak dapat dipungkiri bahwa pencipta lagu memiliki pengaruh dalam proses menghasilkan sebuah lagu. Sebuah karya seni selalu diidentifikasikan dengan seniman atau penciptanya. Seorang pencipta lagu dalam menciptakan sebuah lagu sangat berhubungan erat dengan cara berpikir, cara hidup, cara bermasyarakat serta pandangan hidup seniman pengkarya, pelaku serta masyarakat pemiliknya. Gambaran dari ide pencipta lagu terdapat pada lagu yang diciptakannya. Si pencipta lagu dalam menciptakan lagu yang bertema percintaan menggunakan lirik- lirik yang mengandung unsur erotisme agar karyanya tersebut diperhatikan orang. Mengingat sejak dulu seks adalah tema- tema yang tidak pernah habis dibicarakan serta menarik minat banyak orang. Lagu dangdut yang harus dituntut untuk dapat bersaing dengan lagu Pop, Rock, K-Pop, J-Pop sehingga si pencipta lagu melihat peluang ini. Menggunakan lagu- lagu yang bertemakan percintaan dengan menggunakan lirik- lirik yang mengandung unsur erotisme untuk menarik minat khalayak pendengar. Para musisi atau pencipta lagu akan meniru segala sesuatu yang sedang “naik daun” atau laris agar karyanya laku di pasaran dan secara otomatis akan menghasilkan untung yang besar. Sehingga tidak heran akhir- akhir ini lagu dangdut bertemakan seksualitas semakin populer. Jika pencipta lagu tidak mampu berusaha dengan menggunakan akal dan budi yang baik karena ia terlalu terpaku pada selera pasar, maka dengan begitu juga artinya pencipta lagu sebagai seniman telah membiarkan hal- hal yang dapat merusak moral terus berkembang. Melihat akhir- akhir ini musik atau lagu dangdut telah menjangkau semua kalangan masyarakat mulai dari kalangan kelas bawah, kalangan menengah hingga kelas ataspun sudah mulai menikmati seni musik dangdut. Banyaknya peminat lagu- lagu dangdut, menyebabkan lagu dangdut sering dihadirkan pada stasiun radio dan juga diapresiasi oleh hampir semua stasiun televisi swasta Universitas Sumatera Utara nasional dengan membuat acara- acara kontes dangdut, seperti acara “D’Academy” di Indosiar, “D’Terong” di Indosiar, “Tunjuk Satu Bintang” di MNC. Bahkan, acara- acara musik yang biasanya menampilkan musik- musik pop populer seperti “Dahsyat” di RCTI dan “Inbox” di SCTV juga menyuguhkan lagu- lagu dangdut yang populer saat ini. Namun musik atau lagu dangdut seringkali menuai kontroversi terkait unsur erotisme yang ditampilkan, tidak hanya pada goyangannya tetapi juga lirik lagunya. Ini tentu menjadi suatu fenomena dalam masyarakat. Bagi sebagian orang hal ini sangat menarik, tetapi bagi sebagian orang lainnya menganggap risih dan dianggap tidak layak diperdengarkan kepada khalayak luas. Perdebatan pro dan kotra yang muncul dari berbagai pihak, karena dianggap tidak sesuai dengan tata nilai budaya yang masih menjunjung tinggi adat ketimuran. Banyak kalangan merasa prihatin, mulai dari masyarakat biasa, pakar hukum, pakar media, bahkan raja dangdut sendiri Rhoma Irama menganggap lirik lagu- lagu dangdut sekarang erotis dan dapat merusak citra musik dangdut itu sendiri. Rhoma Irama mengaku sangat prihatin dengan semakin banyaknya penyanyi dangdut yang mempertontonkan goyangan vulgar. Tidak hanya itu saja “Raja Dangdut” itu juga menghimbau agar pencipta lagu tidak hanya menulis lirik- lirik lagu yang erotis, agar tidak mengundang kontroversi dan merugikan banyak pihak http:m.liputan6.comhealthread628867rhoma-irama-lirik-dan- goyang-dangdut-tak-harus-erotis . Lirik lagu yang menonjolkan unsur bermuatan cabul, memperolok, merendahkan, melecehkan, atau mengabaikan nilai- nilai agama dan martabat manusia Indonesia merupakan bentuk pelanggaran terhadap Undang- Undang no 32 tahun 2002 tentang Penyiaran yakni pasal 36 ayat 5 dan ayat 6. Dan juga bertentangan dengan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran P3 SPS tahun 2009 yakni pasal 9, pasal 17, pasal 18, dan pasal 19. Selain itu, lirik lagu bertema seksual dapat menimbulkan dampak erotis pada setiap orang yang menikmati lagu tersebut. Seperti yang ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Brian A. Primack, M.D., Ed.M, M.S., dari Pusat Penelitian Kesehatan di University of Pittsburgh School of Medicine, menemukan adanya hubungan antara lirik lagu bertema seks dalam perannya mensugesti otak Universitas Sumatera Utara untuk memberikan rangsangan seksual. Dr Primack juga mengatakan lagu- lagu bertema seks juga mempunyai pengaruh sebagai sugesti untuk melanjutkan ke sesi seks yang sebenarnya http:psychcentral.comnews20090226song-lyrics- influence-sexual-behavior4366.html. Lagu- lagu dangdut dengan menggunakan lirik- lirik yang mengandung aspek erotisme yang dulu dianggap tabu, tidak menutup kemungkinan akan menjadi dianggap lumrah dalam masyarakat. Seperti kata “dicumbu”, dulu dianggap tabu namun sekarang dianggap lumrah dan menjadi budaya baru. Lagu- lagu dangdut tersebut nantinya akan ditampilkan lewat media massa dan menjadi konsumsi masyarakat umum. Namun yang perlu diketahui bahwa masyarakat umum juga meliputi anak- anak dan kalangan remaja. Lagu- lagu yang memiliki aspek erotika memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap anak- anak dan remaja. Mengingat usia anak- anak dan remaja yang masih dalam tahap pencarian jati diri, sulit menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Di masa ini, seorang anak akan langsung mengikuti apa yang didengar atau dilihat. Bila masih usia dini sudah disuguhi dengan lirik lagu- lagu dangdut yang erotis, maka mereka akan sangat mungkin melakukan penyimpangan seksual. Dangdut adalah musik yang lahir dari perpaduan musik populer India, Arab, Barat, dan Melayu. Pada masa awal perkembangannya, musik dangdut disebut Orkes Melayu disingkat OM. Dalam periode awal itu, yaitu tahun 1960- an, muncul beberapa penyanyi dan pencipta lagu terkenal. Diantaranya, Emma Gangga, Hasnah Tahar, Said Effendi, Munif Bahaswan, Elly Khadam dan sebagainya. Peny ebutan nama „dangdut‟ sendiri merupakan peniruan bunyi tabla dalam dunia dangdut disebut gendang, yaitu dang dan ndut. Pada awalnya nama ini dianggap merendahkan musik tersebut. Selanjutnya perkembangan musik dangdut sudah banyak dipengaruhi oleh aliran musik lainnya, antara lain musik Pop, House Music, dan Rock. Pada awal tahun 1970- an, mantan pemusik rock Rhoma Irama sebelumnya bernama Oma Irama, bersama kelompok OM Soneta kemudian Soneta Group dan pasangan duet Elvie Sukaesih, masuk dalam blantika musik dangdut. Rhoma Irama mengurangi warna India dalam dangdut dan meningkatkan warna Timur Tengah serta warna rock. Dengan perubahan ini Universitas Sumatera Utara dangdut menjadi sangat populer, dan Rhoma Irama kemudian dinobatkan menjadi “Raja Dangdut” Purba Pasaribu, 2006: 78. Musik atau lagu dangdut mengalami pasang naik, dari segi penjualan rekaman, pertunjukan, dan produksi film. Kemudian semakin marak, seiring munculnya penyanyi- penyanyi baru yang memiliki gaya tersendiri, diantaranya, A. Rafiq, Mansyur S, Muchsin Alatas, Rita Sugiarto, Meggi Z, Rama Aiphama, Itje Tresnawati, Inul Daratista, Evie Tamala, Camelia Malik dan lain- lain. Hingga akhirnya memasuki dasawarsa 90- an ke tahun 2000, dangdut dapat diterima sebagai salah satu milik budaya bangsa. Dangdut terus berkembang dari tahun ke tahun. Dangdut kini terdengar lebih modern. Musik dangdut mulai mendapat sentuhan alat- alat musik modern seperti gitar elektrik, organ elektrik, perkusi, terompet dan lain- lain untuk meningkatkan kreativitas para musisi. Dangdut juga semakin populer akibat pengaruh dari berkembangnya industri kaset, peranan radio- radio swasta, surat kabar dan majalah hiburan populer, iklan, dan akhirnya menjangkau dunia film. Populer merupakan istilah yang menggambarkan musik yang memiliki daya tarik yang luas dan biasanya didistribusikan kepada khalayak yang besar melalui industri musik. Beberapa ciri dari musik populer adalah sebagai berikut: 1 Lagu dan lirik akrab dengan pendengar; 2 Pemain profesional dengan teknologi canggih; 3 Penyanyi adalah bintang; 4 Disebarluaskan lewat media; 5 Mencari konsumen audiens secara maksimal; 6 Strategi pasar, menawarkan unsur baru: penyanyi, gaya, lagu, aransemen, produksi, serta menyoroti gaya hidup si penyanyi sistem bintang idola; 7 Versi rekaman menjadi standar atau patokan Supanggah, Sumarno, Wijaya, Anwar, 2009: 35. Musik dalam hal ini lirik lagu merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Dimana komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan yang dikomunikasikan melalui media massa kepada sejumlah besar orang. Musik merupakan media yang efektif untuk menyampaikan pesan. Penyampaian pesan dapat dilakukan melalui lirik lagu kepada khalayak luas. Pada dasarnya lirik lagu mengandung pesan dan makna yang ingin disampaikan oleh pencipta lagu kepada khalayak. Musik, dalam hal ini lirik lagu adalah pesan yang akan disampaikan pada khalayak melalui media tertentu. Musik dikemas, dipasarkan, dan disebarkan Universitas Sumatera Utara lewat media massa. Media massa digunakan untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Dalam hal ini penyanyi sebagai komunikator untuk menyampaikan pesannya yang berbentuk lagu dengan menggunakan media massa tertentu seperti radio dan televisi kepada komunikannya yaitu khalayak luas. Pesannya yang bersifat linier, dan dari segi fungsi, musik dapat digunakan sebagai sarana hiburan, dan juga bisa digunakan sebagai media untuk menyalurkan aspirasi. Penelitian dengan objek lagu dangdut sudah pernah dilakukan oleh Ermita Febriani dari Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara dalam penelitian yang berjudul Membongkar Makna Pesan Verbal dalam Lagu Dangdut Kontemporer: Analisis Semiotika dalam Lirik Lagu Dangdut “Hamil Duluan” yang dipopulerkan oleh Tuty Wibowo 2013. Kesamaan penelitian dengan penelitian yang sudah ada terletak pada jenis lagu yaitu lagu dangdut, metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, dan paradigma yang digunakan yaitu konstruktivisme. Sedangkan perbedaan dari keduanya terlihat dari segi metode analisis dan kerangka teori. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, Peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap erotisme dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda.

I. 2. Fokus Masalah

Dokumen yang terkait

Pemaknaan Lirik Lagu Judas (Studi Analisis Semiotika Lagu Lady Gaga yang berjudul Judas)

22 172 89

ANALISIS ISI UNSUR EROTISME PADA LIRIK LAGU DANGDUT KOPLO

7 33 47

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda).

1 9 99

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 13

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 2

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 9

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 1 26

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 4

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 5

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda)

0 0 22