Catatan Pembuka PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

71 segmentasi dan sasaran film tersebut. Dan terakhir dalam sociocultural practice disini didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang ada di luar media mempengaruhi wacana yang muncul dalam teks. Dalam film ini, konteks sosial yang ada di Arab Saudi adalah sebuah budaya patriarki yang sangat kuat. Melihat hal itu, Haifaa al-Mansour membentuk sebuah wacana akan praktik patriarki yang dinilai salah dan memberatkan posisi perempuan dalam memperjuangkan hak-hak mereka.

B. Analisis dan Sajian Data

1. Hambatan Mobilitas Perempuan Dalam Wilayah Publik

Dalam sub BAB pertama ini, peniliti akan membahas garis besar dari film “Wadjda” mengenai mobilitas perempuan khususnya masalah dalam hal berkendara yang sangat diharamkan bagi seorang perempuan Saudi. Peneliti melihat masalah mobilitas sangat ditonjolkan dalam film ini, hal ini mencerminkan bagaimana sulitnya seorang perempuan Saudi beraktifitas di luar rumah, dan harus terus menerus bergantung dengan laki- laki. Haifaa al-Mansour mencoba mengambarkan relaitas tersebut dari sudut pandang seorang anak perempuan tomboy berusia 12 tahun yang mencoba melawan batasan-batasan di wilayah konservatif, salah satunya larangan berkendara dengan keinginannya memiliki sebuah sepeda. Berawal dari kekesalan Wadjda yang diganggu oleh temannya bernama Abdullah yang mengendarai sepeda. Wadjda bertekat ingin memiliki sepeda 72 yang dia lihat disebuah toko, dan akan mengalahkan Abdullah dengan sepeda miliknya sendiri suatu saat nanti. Namun keinginan Wadjda sangat bertentangan dengan norma yang ada di budaya Arab, dimana seorang perempuan tidak diperbolehkan mengendarai guna menjaga kehormatannya. Perempuan masih dilarang menggunkan sepeda sebagaimana transportasi lainnya. Perempuan dilarang mengendarai sepeda dimana bersepeda sangat rentan terhadap pelecehan seksual. Sepeda telah lama menjadi simbol kebebasan dan pembebasan perempuan dalam masyarakat, memberikan mereka keebebasan yang lebih besar untuk melakukan perjalanan dan menjadi mandiri dan tidak bergantung dengan lakai-laki. Fatwa bahwa larangan perempuan mengemudi tetap menunjukann bahwa Arab Saudi tidak ingin perempuan untuk menjadi mandiri atau independent Russell, 6 April 2013. Pembatasan terus menunjukan bahwa Arab Saudi tidak benar-benar serius tentang kesetaraan perempuan. Seperti dimasukannya dua perempuan pada Olimpiade 2012, kemudian perempuan mulai boleh beerkendara namun hanya sebagai rekreasi dan bukan untuk transportasi, ini pun masih harus dalam pengawasan wali perempuan. Perubahan hukum serta aturan disini hanya sikap untuk mempertahankan posisinya dari mitra dagang dan sekutu Barat.