Rekomendasi Kebijakan Guna Mengurangi Ketimpangan di Kabupaten Jember

51 tingkat pendapatan tidak signifikan. Walaupun hipotesis itu diterima, namun sebagian besar dari studi-studi tersebut menunujukkan bahwa relasi positif antara pertumbuhan dan pemerataan pada periode jangka panjang hanya terbukti nyata untuk kelompok negara-negara industri maju kelompok Negara-negara dengan tingkat pendapatan yang tinggi. Namun Ketimpangan cenderung menurun untuk negara-negara pada tingkat pendapatan menengah dan tinggi. Jadi sejak bagian ketimpangan dari kurva tersebut terdiri atas negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah, maka relasi itu lebih tidak stabil untuk negara-negara tersebut. Kabupaten Jember yang termasuk kategori wilayah yang berpenghasilan rendah hingga menengah tidak dapat memasukkan pengaruh- pengaruh terhadap perkembangan di masing-masing kecamatan secara individu sebab konsep pendapatan unit penduduk dan cakupan survei yang berbeda.

4.3.4 Rekomendasi Kebijakan Guna Mengurangi Ketimpangan di Kabupaten Jember

Berikut beberapa rekomendasi kebijakan yang diharapkan membantu mengurangi tingkat ketimpangan ekonomi di Kabupaten Jember : 1. Sasaran utama dari pembangunan ekonomi bukanlah pertumbuhan saja tetapi juga kesejahteraan masyarakat. Hal ini belum disadari dari pihak pemerintah daerah dan perencanaan pembangunan Kabupaten Jember yang mengalokasikan dananya untuk daerah-daerah tertentu saja. Sedangkan ada beberapa daerah yang relatif tertinggal tidak mendapat penanganan serius. Aktivitas perekonomian yang terjadi antar kecamatan pada periode tertentu harus memberikan kontribusi terhadap proses pembangunan ekonomi di kemudian hari. 2. Otonomi daerah yang telah dilaksanakan di berbagai daerah termasuk di Kabupaten Jember adalah demi tercapainya pemerataan. Namun, setelah berjalan beberapa tahun, implementasi otonomi daerah menuai beragam hasil. Dari tahun 2006 ada beberapa kecamatan yang menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, karena daerah tersebut kaya akan potensi sumber daya alam, memiliki sumber 52 daya manusia yang berkualitas sampai pada tingkat pembangunan yang memuaskan dan ada sebagian kecamatan menunjukkan hasil yang jauh dari harapan karena daerah tersebut merupakan daerah yang minim akan potensi sumber daya alam, kualitas sumber daya manusia dan fasilitas pembangunan. Ketimpangan antar kecamatan pun tidak dapat dihindari sehingga memunculkan adanya konflik atau kecemburuan. 3. Dampak ketimpangan di Kabupaten Jember tidak begitu terlihat jika ada suatu implementasi yang konsisten dari pihak pemerintah maupun perencanaan pembangunan daerah. Otonomi daerah memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk terbebas dari kekangan pemerintah pusat sehingga dianggap tidak ada pengawasan yang kuat. Hal inilah yang seringkali disalahgunakan oleh sebagian pihak. Perlu adanya reformasi birokrasi di Kabupaten Jember agar dalam pengembangan dan pemerataan antar wilayah dapat berjalan dengan baik. 4. Pemanfaatan dampak globalisasi sebagai upaya pengembangan dan pemerataan daerah dapat menyangkut banyak aspek kehidupan. Era globalisasi memberikan ruang yang sangat bebas bagi siapapun untuk mengekspresikan dirinya dan disebarkan kepada dunia, termasuk juga bagi daerah yang ingin mengembangkan budaya yang dimilikinya. Dengan semakin dikenalnya budaya suatu daerah dengan keunikan serta ciri khas yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia apalagi di luar negeri, maka potensi daerah di bidang budaya akan semakin berkembang dan mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan daerah. Untuk di Jember sendiri, kebudayaan yang telah dikembangkan adalah Jember Fashion Carnival JFC, yaitu Festival Mode Jalanan yang kini telah menarik perhatian dunia. Dengan hadirnya JFC ini, Jember semakin dikenal di mata nasional maupun internasional. 5. Selain kebudayaan, secara ekonomi Kabupaten Jember juga dapat mengembangkan pendapatan per kapitanya melalui globalisasi. Dengan menarik minat investor-investor asing untuk dapat menanamkan modalnya di Jember agar perekonomian Jember dapat mengalami peningkatan yang signifikan. Adanya 53 perusahaan di sebuah daerah dapat menyedot banyak sumber daya manusia sehingga kesejahtaraan masyarakat di daerah tersebut secara tidak langsung juga akan meningkat. Contoh konkret di Jember ada investor China yang menanamkan modalnya untuk membangun Pabrik Semen, yaitu Semen Puger. Potensi pasir besi juga sempat menarik minat investor, namun masih terkendala perijinan. 6. Selain dalam hal penanaman modal, pengembangan pariwisata dengan mempromosikan potensi wisata daerah yang ada akan mampu menarik wisatawan baik domestik maupun asing. Kedatangan wisatawan juga mampu menyumbangkan pendapatan bagi daerah. Kedua hal inilah yang mampu mendongkrak keadaan perekonomian serta membantu untuk memajukan daerah tersebut. Untuk di Jember sendiri, Pantai Papuma menjadi primadona bagi wisatawan domestik maupun asing. Apabila dapat lebih dikembangkan, maka wisata di Jember dapat lebih banyak menyumbangkan pendapatan daerah. 54

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari seluruh hasil analisis di atas dapat disimpulkan beberapa hal seperti tersebut di bawah ini: 1. Masalah fundamental yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Jember adalah kemiskinan dan ketimpangan, di mana ada kecenderungan bahwa ketimpangan ini meningkat sepanjang waktu. Ada daerah yang relatif maju yaitu Kecamatan Kaliwates, Sumbersari, Patrang dan ada daerah yang relatif tertinggal yaitu Kecamatan Kencong, Gumukmas, Silo, Umbulsari, Panti, Sukowono, Kalisat, Jenggawah, Semboro, Tempurejo, Ajung, Ledokombo, Arjasa, Sumberjambe, Jombang, Mayang, Mumbulsari, Sukorambi, Pakusari dan Jelbuk. Peningkatan ketimpangan ini disebabkan oleh perbedaan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia serta pola pembangunan yang berbeda antar daerah. 2. Berdasarkan hasil analisis Indeks Williamson dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 hasil pembangunan yang berhasil dicapai berada pada tingkat ketimpangan sedang. Namun pada Indeks Entropi Theil menunjukkan tingkat ketimpangan cenderung merata. Analisis korelasi pearson antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat ketimpangan juga menunjukkan hubungan yang kurang kuat dan tidak signifikan sehingga hipotesis Kusnetz tidak berlaku. 3. Rekomendasi kebijakan diberikan guna membantu mengurangi tingkat ketimpangan ekonomi di Kabupaten Jember, antara lain: sasaran utama dari pembangunan ekonomi bukanlah pertumbuhan saja tetapi juga kesejahteraan masyarakat, pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Jember belum memuaskan, perlu adanya reformasi birokrasi di Kabupaten Jember agar dalam pengembangan dan pemerataan antar wilayah dapat berjalan dengan baik, Pemanfaatan dampak globalisasi sebagai upaya pengembangan dan pemerataan daerah dapat menyangkut berbagai aspek kehidupan, secara ekonomi Kabupaten Jember seharusnya menarik minat investor-investor asing untuk dapat