Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Pembahasan

Penelitian ini membuktikan bahwa pemberian anastesi oles EMLA dan anastesi semprot Ethyl Cloride dapat mengurangi rasa nyeri sewaktu tindakan invasif di unit gawat darurat, terutama tindakan pungsi arteri. Sesuai dengan penelitian Giner J dkk, bahwa pemberian anastesi lokal Mepivakain Hydrochloride tanpa Epinefrin terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pungsi arteri dapat mengurangi rasa nyeri yang nyata, hal ini sangat membantu dalam pelaksanaaan prosedur invasif minor. 13 Beberapa studi mengindikasikan pemberian anastesi lokal terlebih dahulu sebelum pelaksanaan tindakan invasif minor. 10,13,14,19,41,43,46,47 Penggunaan anastesi oles untuk mengurangi nyeri juga telah diteliti oleh Arrowsmith dkk, dimana didapatkan penggunaan anastesi oles EMLA dan Ametop gel pada pungsi vena dapat menurunkan rasa nyeri. Ametop gel lebih efektif dan bermakna dalam menurunkan skor nyeri dibandingkan EMLA krim. 46 Pada penelitian kami digunakan anastesi oles berupa EMLA oleh karena keefektifannya dan kemudahan ketersediaannya di apotik. Hanya saja EMLA membutuhkan waktu yang lebih lama sekitar 30 - 60 menit setelah digunakan, baru dapat dilakukan tindakan invasif minor, dibandingkan Ametop gel hanya 20 hingga 30 menit. 47 EMLA juga mempunyai penetrasi yang jelek pada kulit yang intak , oleh karena itu biasa dilakukan dengan “ occlusive dressing” bila EMLA akan digunakan lebih lama maka biasanya ditutup ± 60 menit sebelum prosedur dilakukan. 19 Penggunaan anastesi oles dan anastesi semprot sama efektifnya dalam mengurangi rasa nyeri sewaktu tindakan pungsi arteri, hal ini ditandai dengan nilai xli rata- rata VAS dan FPS-R tidak berbeda bermakna antara grup EMLA krim dan Ethyl Chloride . Penelitian ini didukung oleh penelitian lain 43 tentang penggunaan anastesi oles dan semprot pada anak –anak usia sekolah dasar sewaktu melakukan imunisasi, menemukan bahwa anastesi oles sama efektifnya dengan anastesi semprot dalam menurunkan nyeri pada anak. Nyeri atau rasa tidak nyaman terkadang sulit untuk dikatakan, sehingga dibutuhkan suatu informasi yang dapat disampaikan kepada dokter yang dapat menggambarkan rasa nyeri sebagai suatu cara untuk memberi petunjuk penyamaan persepsi pada status kesehatan. 48-50 Pengalaman subjektif yang terjadi pada nyeri menyebabkan pelaporan sendiri oleh individu self report merupakan standard utama penilaian nyeri. Kami menggunakan skala nyeri VAS Visual Analog Scale dan FPS-R Faces Pain Scale–Revised untuk menilai nyeri. Penelitian di Thailand dengan rentang umur anak yang luas 4-15 tahun menemukan bahwa anak lebih sulit dalam menggunakan VAS dibandingkan FPS- R oleh karena anak lebih sulit menggambarkan nyeri berdasarkan suatu gradasi angka dibandingkan apabila melihat gambar, 33 namun keduanya valid digunakan pada anak di unit gawat darurat. 20,22 Pada penelitian kami dimana rentang umur yang lebih sempit dan karakteristik dasar yang sama, pemakaian VAS dan FPS-R tidak menimbulkan masalah yang berarti. Penelitian yang dilakukan oleh Lord AB dkk tentang pemakaian VAS untuk mendeteksi nyeri pada pasien di unit gawat darurat menemukan masih tidak adekuatnya penanggulangan nyeri di unit gawat darurat, namun VAS masih dapat digunakan untuk penilaian nyeri pasien di unit gawat darurat. 51 Penelitian kami mendukung penggunaan VAS untuk penilaian nyeri pada anak di unit gawat darurat yang menjalani prosedur pemeriksaan invasif minor. xlii Salah satu usaha untuk meminimalisasi nyeri dan kecemasan pada anak sewaktu dilakukan tindakan pungsi arteri di unit gawat darurat adalah menciptakan ruangan yang nyaman, bersahabat misalnya dengan memakai dinding penuh warna, adanya gambar - gambar yang menyenangkan bagi anak dan kumpulan permainan yang dapat mengurangi ketakutan pada anak. Tindakan ini dilakukan dengan maksud meminimalisasi nyeri mengurangi ketegangan dan kecemasan anak hal ini terlihat bahwa pada penelitian ini dimana denyut jantung anak meningkat bermakna pada denyut jantung setelah intervensi dibandingkan dengan sebelum intervensi. Penelitian oleh Sinha M dkk, tentang evaluasi metode nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri dan kecemasan sewaktu anak di unit gawat darurat menemukan bahwa penggunaan tehnik nonfarmakologik diatas walaupun tidak ada perbedaaan skor nyeri antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi namun dapat menurunkan kecemasan pada anak dan juga meningkatkan peran serta orang tua selama anak dirawat di unit gawat darurat. 52 Tran dkk membandingkan penggunaan ametokain dan placebo sebelum dan sesudah pungsi arteri, dengan hasil tidak dijumpainya perbedaan bermakna denyut jantung sebelum, selama atau setelah punksi arteri antara grup placebo dengan grup ametokain. 41 Pada pemakaian grup anastesi sebelum pungsi arteri tidak berhubungan langsung dengan grup anastesi sesudah pungsi arteri, namun penilaian peningkatan denyut jantung berkaitan secara langsung pada saat akan dilakukan tindakan pungsi arteri sebelum pemberian anastesi. Hal ini menunjukkan reaksi yang wajar pada anak berupa kecemasan dan rasa takut sewaktu tindakan pungsi arteri. Pada penelitian ini kami tidak menjumpai efek samping yang serius pada kedua kelompok. Beberapa efek yang sering dikeluhkan seperti perasaan “ tingling xliii dan numbness” , maupun kemerahan pada tempat olesansemprot juga tidak dijumpai. Hal ini juga didukung penelitian oleh Eichenfield dkk dengan hasil yang sama. 19 xliv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN