PEMBAHASAN Perbedaan Kekasaran Permukaan Enamel Gigi Pada Penggunaan Karbamid Peroksida 16% Dan Jus Buah Stroberi (Fragaria x ananassa) sebagai Bahan Pemutih Gigi

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian ini mengevaluasi efek dari bahan pemutih gigi terhadap kekasaran permukaan gigi. Salah satu bahan pemutih yang biasa digunakan adalah karbamid peroksida 16 yang dipakai dibawah pengawasan dokter gigi. Konsentrasi karbamid peroksida pada home bleaching yang aman antara 10-22. 6,7 Penggunaan bahan pemutih gigi karbamid peroksida masih diperdebatkan karena memiliki efek gigi sensitif, iritasi mukosa dan perubahan permukaan enamel. Adapun dari efek ini, para peneliti mencari bahan alami pemutih gigi yang salah satunya adalah stroberi. Penelitian Juwita dkk menyatakan bahwa sampel gigi yang diaplikasikan pasta stroberi menghasilkan warna putih yang sama dengan sampel gigi yang diaplikasikan karbamid peroksida. 10 Untuk mengetahui apakah bahan alami pemutih gigi jus buah stroberi memiliki efek negatif terhadap permukaan gigi maka dilakukan penelitian dengan menggunakan sampel gigi molar post ektraksi. Kemudian dilakukan proses pemutihan gigi dengan merendam sampel gigi kedalam jus buah stroberi dengan kelompok konsentrasi 100 dan 50 selama 2 menit setiap 6 jam dalam 2 minggu. Lamanya perendaman hanya 2 menit karena mempertimbangkan pH asam pada jus buah stroberi yang mencapai pH 3 dapat menyebabkan demineralisasi yang mempengaruhi perubahan permukaan gigi. 2,6 Setelah perendaman selama 2 minggu didapatkan hasil dengan uji Anova untuk melihat perbedaan antara kelompok sampel yang direndam jus buah stroberi konsentrasi 100 kelompok 1, kelompok sampel yang direndam jus buah stroberi konsentrasi 50 kelompok 2 dan kelompok sampel yang diaplikasikan dengan karbamid peroksida 16 kelompok 3 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini mungkin dikarenakan konsentrasi yang tinggi dan pH asam dari jus buah stroberi. 2 Penelitian Diana dkk yang melaporkan bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan pemutih gigi maka akan meningkatkan demineralisasi sehingga meningkatkan kekasaran permukaan gigi dan menurunkan kekerasan permukaan gigi. 17 Penelitian Birgul dkk menyatakan bahwa semakin rendah pH asam dari bahan pemutih gigi menyebabkan pelepasan mineral dari enamel sehingga meningkatkan kekasaran permukaan gigi. 18 Demineralisasi terjadi akibat adanya perbedaan konsentrasi dari larutan di permukaan dengan di dalam enamel gigi. Larutan yang berkonsentrasi tinggi dengan pH rendah akan berdifusi ke dalam enamel gigi melalui kisi-kisi kristal dan prisma enamel yang mengandung air dan matriks organikprotein. Demineralisasi enamel terjadi akibat lepasnya ion kalsium dari enamel gigi yang dipengaruhi oleh asam sehingga struktur enamel terurai. Saat berdifusi ke dalam enamel, asam akan terionisasi menjadi H + dan ion H + akan merusak kalsium hidroksiapatit, menguraikannya menjadi ion-ion Ca 2+ , OH - , PO 4 3- . ion yang terbentuk masuk ke dalam larutan enamel dan membentuk senyawa kompleks. Setelah konsentrasi senyawa kompleks ini cukup tinggi maka molekul-molekul tersebut akan lepas dan keluar dari susunan enamel. Jika proses ini terjadi secara terus-menerus maka akan terbentuk pori-pori kecil dari enamel yang mempengaruhi permukaan enamel meningkatkan kekasaran dan menurunkan kekerasan. 13,18 Hasil uji Post Hoc uji LSD menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok jus buah stroberi konsentrasi 100 dan kelompok jus buah stroberi konsentrasi 50 serta perbedaan yang signifkan antara kelompok jus buah stroberi konsentrasi 100 dan kelompok karbamid peroksida 16. Ini mungkin dikarenakan konsentrasi yang tinggi dan keasaman dari jus buah stroberi sehingga lebih meningkatkan kekasaran permukaan gigi. Kekasaran enamel gigi dapat menyebabkan plak mudah terjadi pada permukaan enamel gigi. Plak gigi merupakan deposit lunak pembentuk biofilm atau lapisan transparan yang mengandung bakteri beserta produknya yang terbentuk dan melekat pada permukaan gigi. Bakteri yang terdapat pada pelikel adalah bentuk coccus dan yang paling banyak dari genus Streptococcus. Setelah beberapa hari, plak ini akan bertambah tebal dan terdiri dari berbagai jenis bakteri. Akhirnya, flora plak yang tadinya di dominasi oleh bentuk coccus berubah menjadi flora campuran yang terdiri atas coccus, batang, dan filamen. Sehingga semakin kasar enamel gigi maka akan lebih mudah melekatnya biofilm yang membentuk plak dan menyebabkan karies. 32 Perbandingan antara kelompok jus buah stroberi 50 dan kelompok karbamod peroksida 16 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Kemungkinan semakin rendah konsentrasi dan tidak terlalu asam karena dilakukan pengenceran maka tingkat kekasaran pemukaan gigi kedua bahan ini hampir sama. Serta sampel direndam dalam saliva sehingga menyerupai kondisi didalam rongga mulut dan memungkinkan dapat terjadinya proses terjadinya remineralisasi setelah direndam dalam jus buah stroberi. Penelitian Larissa dkk melaporkan bahwa penggunaan bahan pemutih gigi ataupun merendamkan sampel gigi dalam pewarna, kemudian direndampenyimpanan dalam saliva akan terjadinya proses remineralisasi dari enamel. 15 Hasil penelitian Diana dkk menyatakan bahwa terdapat kehilangan struktur mineral dari enamel menyebabkan peningkatan kekasaran permukaan gigi setelah diaplikasikan karbamid peroksida 10 dan 16. Semakin tinggi konsentrasi dari karbamid peroksida menyebabkan terjadinya perubahan dari matriks organik enamel sehingga meningkatnya kekasaran dan menurunkan kekerasan permukaan gigi. 17 Kekasaran permukaan gigi yang dihasilkan setelah perendaman dalam jus buah stoberi konsentrasi 100 lebih tinggi tingkat kekasarannya, sedangkan perendaman dalam jus buah stroberi konsentrasi 50 hampir sama tingkat kekasarannya dengan kelompok yang diaplikasikan dengan karbamid peroksida 16. Dengan ini, jus buah stroberi konsentrasi 100 kurang efektif untuk digunakan dalam memutihkan gigi karena menimbulkan efek pada permukaan gigi. Sedangkan menggunakan jus buah stroberi konsentrasi 50 lebih efektif digunakan karena tingkat kekasarannya sama dengan bahan pemutih gigi pabrikan karbamid peroksida 16 untuk memutihkan gigi. Nilai kekasaran yang diperoleh dari masing-masing gigi menunjukkan nilai yang bervariasi. Kemungkinan dikarenakan pada sebelum pencabutan, gigi tersebut sering terkontaminasi dengan makanan dan minuman asam, telah dilakukan pemutihan gigi ataupun perawatan yang dapat mempengaruhi permukaan enamel gigi. Pada saat pencabutan, gigi tersebut dibiarkan dalam keadaan kering, direndam dalam air atau direndam dengan larutan lain yang dapat menyebabkan perubahan pada permukaan gigi. Dengan perlakuan yang tanpa diketahui oleh peneliti pada saat sebelum dan sesudah pencabutan yang menghasilkan nilai kekasaran dari tiap gigi berbeda dalam rentang yang jauh dapat mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Sebaiknya dalam penelitian memakai gigi yang awal nilai kekasarannya hampir sama agar hasil yang didapat lebih tepat.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN