Produktivitas Primer Dan Serapan Nutrien Harian Spirogyra Sp. Dan Hydrodictyon Sp

PRODUKTIVITAS PRIMER
DAN SERAPAN NUTRIEN HARIAN
Spirogyra sp. DAN Hydrodictyon sp.

BAYU NUGRAHA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Produktivitas
Primer dan Serapan Nutrien Harian Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. adalah
benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada Perguruan Tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

.

Bogor, September 2015

Bayu Nugraha
C24110071

ABSTRAK
BAYU NUGRAHA, Produktivitas Primer dan Serapan Nutrien Harian
Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. Dibimbing oleh NIKEN TM PRATIWI
DAN INNA PUSPA AYU
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai produktivitas primer (PP) dan
serapan nutrien harian Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). RAK digunakan untuk menentukan pengaruh perlakuan jenis
mikroalga (Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.) dan pengaruh pengelompokan
penggal waktu terhadap nilai PP bersih, sementara RAL digunakan untuk
menentukan jenis mikroalga yang berbeda pada intensitas cahaya yang sama
terhadap nilai produktivitas primer bersih total (harian) dan pemanfaatan
jumlah nutrien total (harian). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. menghasilkan nilai PP bersih yang sama
(p>0,05), baik secara total (harian) maupun pada setiap penggal waktu
pengamatan. Tetapi hal yang berbeda ditunjukkan oleh nilai PP antar penggal
waktu pengamatan. Nilai PP bersih kedua jenis mikroalga pada penggal waktu
pagi berbeda dari siang (p0,05).
Kata kunci: Hydrodictyon sp., nutrien, produktivitas primer, dan Spirogyra sp.

ABSTRACT
BAYU NUGRAHA, Primary Productivity and Nutrient Uptake Daily
Spirogyra sp. and Hydrodictyon sp. Supervised by NIKEN TM PRATIWI
AND INNA PUSPA AYU
This research aimed to analyze of primary productivity value and daily
nutrients uptake of Spirogyra sp. and Hydrodictyon sp. The research was
conducted using Randomized Block Design and Completely Randomized
Design. Randomized Block Design was used to determine the effect of
microalgae treatment (Spirogyra sp. and Hydrodictyon sp.) and effect part of
time grouping towards net primary productivity, then Completely Randomized
Design was used to determine the different microalgae with same light
intensity towards total of net primary productivity (daily) and total amount of
nutrients utilization (daily). The observations showed that Spirogyra sp. dan

Hydrodictyon sp. has same net primary productivity (p>0,05), both in total
(daily) and time grouping. Net primary productivity of each microalgae has
different value between the morning and the daylight (p0,05).
Keywords : Hydrodictyon sp., nutrient, primary productivity, and Spirogyra sp.

PRODUKTIVITAS PRIMER
DAN SERAPAN NUTRIEN HARIAN
Spirogyra sp. DAN Hydrodictyon sp.

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya yang telah diberikan kepada Penulis sehingga penyusunan skripsi yang
berjudul Produktivitas Primer dan Serapan Nutrien Harian Spirogyra sp. dan
Hydrodictyon sp. dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi
2. Beasiswa Bidikmisi yang telah memberikan bantuan biaya perkuliahan.
3. Direktur Jendral Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),
DIPA IPB Periode 2014, kode Mak: 2013.109.524111, Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan judul kegiatan “Eksplorasi
Potensi Filamentus Mikroalgae sebagai Alternatif Sumberdaya
Terbarukan” yang dilaksanakan oleh Dr Ir Niken TM Pratiwi, MSi (sebagai
ketua peneliti), Dr Majariana Krisanti, SPi, MSi, dan Inna Puspa Ayu Spi,

MSi (sebagai anggota peneliti).
4. Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan
perwakilan komisi pendidikan S1 atas arahan dan masukan selama Penulis
melaksanakan studi.
5. Dr Ir Niken TM Pratiwi, MSi selaku dosen pembimbing I dan Inna Puspa
Ayu, SPi, MSi selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan,
maupun kritik dan saran kepada Penulis.
6. Zulhamsyah Imran, SPi, MSi, Phd selaku dosen penguji yang telah
memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Laboratorium Produktivitas Lingkungan (Proling), dan Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang telah membantu dalam
melengkapi data dalam skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan.
9. Kedua orang tua, Bapak (Ayi Cahya), Ibu (Cucum Sumiati), kedua kakak
(Imas Ismaya dan Yayang Taryana), adik (Annisa Nurmalan) serta seluruh
keluarga yang selalu memberikan dukungan semangat dan do’a
10. Teman-teman MSP 48, Gentra Kaheman IPB, Teater Anak Air MSP, MSP
49 dan 50, P05, Kak Apri, Mbak Aay, Tyas, Anes, Goran, Desy, Rosita,
Annisa, Nenden, Sigit, Ceppy, Putra, Nawaf, Gama, Fitri, Fida, Ilmi, Nopi,

Rismawaty, Bia, Yayuk, dan Riska atas segala bantuan yang diberikan.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, September 2015

Bayu Nugraha

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Penelitian
Tahap persiapan
Penelitian pendahuluan
Penelitian utama

Pengumpulan Data
Penentuan produktivitas primer
Penentuan pengukuran kualitas air
Analisis Data
Analisis pengaruh perlakuan terhadap unit uji berdasarkan penggal
waktu
Analisis pengaruh perlakuan terhadap unit uji secara total (harian)
Uji Beda Nyata Terkecil
Analisis keterkaitan antara nutrien terhadap nilai produktivitas
primer
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

x
x
x

1
1
1
2
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
6
7
8
9
9
9

15
17
18
21

DAFTAR TABEL
1 Parameter kualitas air yang diamati, metode, satuan, dan alat yang
digunakan.
2 Sidik ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK)
3 Sidik ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL)
4 Nilai produktivitas primer kotor (PG), respirasi (R) dan produktivitas
primer bersih (PN) dari Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. selama
satu hari (total/harian)
5 Nilai nutrien harian

6
7
8

9

14

DAFTAR GAMBAR
1 Skema perumusan masalah dalam menentukan produktivitas primer
Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.
2 Langkah-langkah tahap persiapan untuk mendapatkan biomassa
3 Pengaliran media ke dalam botol contoh
4 Nilai produktivitas primer (PP) selama penelitian
5 Nilai pengukuran intensitas cahaya selama penelitian
6 Nilai rataan suhu selama penelitian
7 Nilai rataan pH selama penelitian
8 Nilai rataan amonium (NH4+) selama penelitian
9 Nilai rataan nitrit (NO2-N) selama penelitian
10 Nilai rataan nitrat (NO3-N) selama penelitian
11 Nilai rataan ortofosfat (PO4-P) selama penelitian
12 Hubungan antara nitrogen anorganik terlarut (NAT) dengan nilai
produktivitas primer (PP) Spirogyra sp. (a) dan Hydrodictyon sp. (b)
13 Hubungan antara Ortofosfat dengan nilai produktivitas primer (PP)
dari mikroalga jenis Spirogyra sp. (a) dan Hydrodictyon sp. (b)


2
3
4
10
10
11
11
12
12
13
13
14
15

LAMPIRAN
1 Kandungan Gandasil-D
2 (a) Dokumentasi pengukuran pH dan (b) posisi inkubasi

20
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produktivitas primer (PP) merupakan laju penyimpanan energi radiasi
melalui aktivitas fotosintesis dari produser primer dalam bentuk bahan organik
(Odum 1993). Proses fotosintesis dipengaruhi oleh faktor konsentrasi klorofil a
dan intensitas cahaya matahari (Barus et al. 2008). Menurut Hermanto et al.
(2011), spektrum cahaya yang berperan penting pada fitoplankton untuk
berfotosintesis hanya spektrum dengan panjang gelombang 380-700 nm atau
sering disebut Photosyntetically Active Radition (PAR). Organisme yang
melakukan proses fotosintesis dan mempunyai pigmen fotosintetik salah satunya
adalah Chlorophyceae.
Chlorophyceae merupakan salah satu kelas fitoplankton yang melimpah di
perairan tawar. Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. merupakan alga berfilamen
yang termasuk ke dalam kelas ini. Dua jenis alga tersebut sering dijumpai pada
kolam perairan tawar yang jernih, misalnya di kolam budidaya ikan, danau, atau
pun kolam koleksi tumbuhan air. Fitoplankton yang termasuk ke dalam kelas
Chlorophyceae mempunyai beberapa ciri, antara lain berwarna hijau dan
mempunyai pigmen fotosintetik yang terdiri dari klorofil a dan b seperti pada
tumbuhan, karoten, dan beberapa xantofil.
Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. dalam melakukan aktivitas fotosintesis
selain membutuhkan cahaya memerlukan juga nutrien. Nutrien yang diperlukan
oleh mikroalga dari kedua jenis ini dan jenis lainnya terdiri dari makronutrien dan
mikronutrien. Menurut Schulet et al. (2007), unsur makronutrien terdiri dari
karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P), sedangkan unsur mikronutrien berupa Ca,
Mg, Na, dan S. Sumber nutrien ini akan berperan penting bagi kelangsungan
hidup mikroalga, karena dari nutrien tersebut kedua mikroalga ini mendapatkan
nutrisi secara langsung.
Tinggi rendahnya intensitas cahaya dan ketersediaan nutrien akan
berpengaruh terhadap nilai produktivitas primer. Berdasarkan hal tersebut, perlu
dilakukan penelitian dengan menentukan nilai produktivitas primer (PP) dan
serapan nutrien harian Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. Tingkat produktivitas
primer Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. diketahui melalui hasil produktivitas
primer kotor (PG), respirasi (R), dan produktivitas primer bersih (PN).

Perumusan Masalah
Fotosintesis merupakan proses yang sangat tergantung dengan
keberadaan cahaya. Proses ini berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama
adalah reaksi terang yang membutuhkan cahaya dan tahap kedua adalah reaksi
gelap yang tidak membutuhkan cahaya. Peristiwa yang terjadi pada reaksi terang
adalah proses anabolisme atau pemanfaatan nutrien untuk pertumbuhan,
sedangkan pada reaksi gelap terjadi proses katabolisme atau pembentukan energi
baru. Persamaan reaksi dari proses fotosintesis tersebut adalah sebagai berikut.

2
6

O+6

+ cahaya dan nutrien →

(glukosa) + 6O .

Kelompok alga, Chlorophyta, diantaranya Spirogyra sp. dan Hydrodictyon
sp. melakukan fotosintesis dengan proses biokimia untuk menghasilkan bahan
organik dan oksigen. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya informasi mengenai
produktivitas primer dan serapan nutrien harian dari mikroalga terhadap intensitas
cahaya yang sama dengan menggunakan metode oksigen (botol gelap-terang)
(Yulianto et al. 2014). Uraian mengenai hal tersebut disajikan pada Gambar 1.

Spirogyra sp.
dan
Hydrodictyon
sp.
Nutrien

Perubuhan
kandungan
oksigen
dan nutrien

(+)

-Produktivitas
primer
-Serapan
Nutrien

Cahaya

(-)

Gambar 1 Skema perumusan masalah dalam menentukan produktivitas primer
Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas primer dan
serapan nutrien harian Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Plankton, Laboratorium
Produktivitas dan Lingkungan Perairan (Proling), dan pelataran Laboratorium
Proling, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut pertanian Bogor. Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu tahap persiapan, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama. Tahap

3
persiapan dan penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Juni dan September
2014. Penelitian utama dilakukan pada bulan September 2014, serta pengambilan
data sekunder dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),
Dramaga Bogor pada bulan januari 2015.

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian produktivitas primer dan serapan nutrien harian Spirogyra sp.
dan Hydrodictyon sp. dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan,
penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Tahap persiapan bertujuan untuk
mendapatkan biomassa, sedangkan tujuan penelitian pendahuluan adalah
menentukan bobot basah spirogyra sp. yang sesuai untuk ditempatkan pada botol
contoh (botol BOD 250 mL), yang kemudian diterapkan pada penelitian utama.
Penelitian utama bertujuan menentukan produktivitas primer dan serapan nutrien
harian Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.
Tahap persiapan
Tahap persiapan diawali dengan pengambilan mikroalgae berfilamen dari
alam, yaitu Spirogyra sp (Gambar 2a) dan Hydrodictyon sp. (Gambar2b).
Spirogyra sp. didapatkan dari kolam koleksi tanaman air Kebun Raya Bogor dan
Hydrodictyon sp. didapat dari kolam petani tanaman air daerah Gunung Bunder.
Selanjutnya dilakukan purifikasi pada masing-masing mikroalgae berfilamen
(Gambar 2c).

a

b

c

e
d
Gambar 2 Langkah-langkah tahap persiapan untuk mendapatkan biomassa

4
Purifikasi merupakan proses untuk memurnikan mikroalgae berfilamen
yang digunakan dari mikroorganisme lain. Setelah didapatkan jenis mikroalgae
berfilamen yang homogen, dilakukan pengkondisian dan pemeliharaan di
laboratorium. Pemeliharaan di skala laboratorium bertujuan mendapatkan
biomassa dalam jumlah tertentu, yang akan digunakan pada penelitian
pendahuluan dan utama. Spirogyra sp. di kondisikan di laboratorium (Gambar
2d), sedangkan Hydrodictyon sp. dikondisikan pada semi outdoor (Gambar 2e).
Perbedaan pengkondisian ini dikarenakan masing-masing mikroalgae berfilamen
mempunyai suhu optimal untuk pertumbuhan. Suhu optimal untuk pertumbuhan
Hydrodictyon sp. berkisar 6-40ºC dan untuk Spirogyra sp. berkisar 20-25ºC
( awes dan Smith 1993, serta O’Neal et al. 1995).
Penelitian pendahuluan
Bobot Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. yang digunakan dalam
penelitian utama, ditentukan berdasarkan nilai produksi oksigen Spirogyra sp.
Hydrodictyon sp. tidak diikutsertakan dalam pengujian bobot pada penelitian
pendahuluan, karena dianggap sama dengan Spirogyra sp. (mikroalgae berfilamen
kelas Chlorophyceae). Bobot yang diujikan dalam kegiatan ini adalah 0,5; 0,75;
dan 1,0 gram. Ketiga perlakuan bobot tersebut dibuat dengan mengacu kepada
penelitian Apriadi et al. (2014).
Ketiga perlakuan dipaparkan di bawah lampu selama tiga jam dengan nilai
intensitas cahaya 500-750 ft-cd. Intensitas cahaya tersebut merupakan intensitas
optimum untuk pertumbuhan Chlorophyta (Ryther 1956). Setelah tiga jam,
dilakukan analis DO untuk mendapatkan nilai produksi oksigen. Nilai produksi
oksigen dari ketiga perlakuan (0,5; 0,75; dan 1,0 gram), adalah sebesar 0,4741;
0,6124; dan 1,1260 mg O2 L-1. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa
perlakuan bobot satu gram menghasilkan oksigen tertinggi.
Penelitian utama
Penentuan produktivitas primer dilakukan dengan menggunakan metode
oksigen (botol gelap-terang) yang diinkubasi di dalam akuarium berukuran
60x30x30 cm3 yang telah diisi air sebanyak 18 liter. Inkubasi dilakukan di bawah
cahaya matahari dengan penggal waktu 08.00-11.00 (pagi), 11.00-14.00 (siang),
dan 14.00-18.00 (sore).

Gambar 3 Pengaliran media ke dalam botol contoh

5
Inkubasi di dalam akuarium bertujuan untuk menyamakan kondisi
perlakuan dengan kondisi perairan di alam. Sebelum dilakukan inkubasi,
dilakukan pencampuran pupuk Gandasil-D (Lampiran 1) sebanyak 1,2 mL dengan
air sebanyak 12 L yang dimasukkan ke dalam botol BOD. Air tersebut dialirkan
ke botol contoh (botol BOD 250 mL) yang telah diisi mikroalga (Spirogyra sp.
dan Hydrodictyon sp.) dengan menggunakan selang ( 0,5 cm). Hal ini untuk
menghindari terjadinya bubling pada setiap botol contoh. Pengaliran media ke
dalam botol contoh disajikan pada Gambar 3.
Penambahan mikroalgae berfilamen Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.
pada setiap botol contoh (botol BOD 250 ml) adalah sebesar 1 gram. Bobot
Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan bobot basah yang telah dipaparkan di atas kertas tisu selama dua menit
agar kandungan air di mikroalga tersebut terserap (modifikasi Sulfahri et al. 2013;
Brubaker et al. 2011; McKernan dan Juliano 2001).
Selanjutnya dilakukan inkubasi (Lampiran 2) berdasarkan ketiga penggal
waktu. Setiap akhir penggal waktu dilakukan pengambilan botol contoh untuk
keperluan analisis produktivitas primer dan serapan nutrien. Pada penggal waktu
inkubasi berikutnya, botol contoh yang baru dimasukkan ke dalam media inkubasi.
Demikian pula dengan penggal waktu inkubasi yang terakhir.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan Rancangan Acak Kengkap (RAL). RAK
digunakan untuk menentukan pengaruh perlakuan jenis mikroalga Spirogyra sp.
dan Hydrodictyon sp. dan pengaruh pengelompokan penggal waktu terhadap nilai
PP bersih. RAL digunakan untuk menentukan jenis mikroalga yang berbeda pada
intensitas cahaya yang sama terhadap nilai produktivitas primer bersih total
(harian) dan pemanfaatan jumlah nutrien total (harian).
Terdapat tiga ulangan dalam penentuan produktivitas primer dan dua
ulangan dalam penentuan indikasi penyerapan nutrien oleh kedua jenis mikroalga
Parameter yang diukur dalam penentuan serapan nutrien meliputi amonia, nitrit,
nitrat, dan ortofosfat. Dengan demikian, jumlah botol BOD yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 148 buah, yang terdiri dari 36 botol terang dan 36
botol gelap untuk penentuan produktivitas primer, dan 76 buah untuk indikasi
penyerapan nutrien (N dan P).
Indikasi bahwa Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. dapat memanfaatkan
nutrien atau serapan nutrien (N dan P) didasarkan pada hasil pengukuran
kandungan amonium, nitrit, nitrat, dan ortofosfat pada ketiga penggal waktu
inkubasi serta total (harian) waktu inkubasi (08.00-18.00). Selanjutnya dilakukan
pengukuran kondisi lingkungan media inkubasi (suhu, pH, dan intensitas cahaya)
setiap jam dari pukul 06.00-18.00 WIB.

Pengumpulan Data
Penentuan produktivitas primer
Penentuan produktivitas primer Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.
diketahui melalui hasil produktivitas primer bersih (PN) yang didapat dari
produktivitas primer kotor (PG) dikurangi respirasi (R). Hubungan di antara
ketiganya, menurut Barus et al, (2008), dapat dinyatakan sebagai berikut.

6
Pg

= [O2] akhir pada botol terang mg O2 L-1 - [O2] akhir pada botol gelap mg O2 L-1

R

= [O2] awal mg O2 L-1 - [O2] akhir pada botol gelap mg O2 L-1

PN

=Pg mg O2 L-1 - R mg O2 L-1

Keterangan:
Pg
: Produktivitas primer kotor
R
: Respirasi
PN
: Produktivitas primer bersih
Satuan mg O2 L-1 dikonversi ke dalam satuan mg C m-3. Nilai yang didapat
pada satuan mg O2 L-1 diubah ke dalam mg C m-3 dengan dikalikan 375,36
(Barus et al. 2008).
Penentuan pengukuran kualitas air
Analisis kualitas air dilakukan dengan menggunakan prosedur APHA
(2012). Parameter kualitas air yang diamati, metode, satuan, dan alat yang
digunakan disajikan pada tabel 1.
Tabel 1

Parameter kualitas air yang diamati, metode, satuan, dan alat yang
digunakan.
Parameter
Satuan
Metode
Alat
Suhu
ºC
Probe elektroda Termometer digital
Cahaya
Lux
Lux meter
pH
Probe elektroda pH meter
Amonia
mg L-1
Phenate
Spektofotometer
Nitrit
mg L-1
Sulfanilamid
Spektofotometer
-1
Nitrat
mg L
Brucine
Spektofotometer
Ortofosfat
mg L-1
Ascorbic Acid
Spektofotometer
Sumber : APHA (2012)

Analisis Data
Analisis pengaruh perlakuan terhadap unit uji berdasarkan penggal waktu
Rancangan Acak Kelompok digunakan jika keheteregonenan unit
percobaan berasal dari satu sumber keragaman. Penelitian ini dirancang untuk
menentukan jenis mikroalga yang berbeda dan pengaruh pengelompokan penggal
waktu pada intensitas cahaya yang sama terhadap nilai produktivitas primer. Oleh
karena itu digunakan sidik ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK) untuk
menentukan pengaruh antara perlakuan (perbedaan jenis mikroalaga) yang
diberikan dan pengaruh pengelompokan penggal waktu terhadap unit uji (nilai
produktivitas primer). Tabel 2 merupakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
biasanya disajikan dalam bentuk sidik ragam.

7
Tabel 2 Sidik ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Jumlah
Kuadrat
Sumber
Derajat
kuadrat
Tengah
Fhitung
Keragaman Bebas (Db)
(JK)
(KT)
Perlakuan
p-1
JKP
KTP
KTP/KTS
Kelompok
q-1
JKB
KTK
KTP/KTS
Sisa
(p-1)(q-1)
JKS
KTS
Total
pq-1
JKT
Sumber : modifikasi Mattjik dan Sumertajaya (2006)

Ftabel
(,dbp,dBS)
(,dbk,dBS)

Keterangan:
p:
Pengaruh perlakuan jenis mikroalga
q:
Pengaruh pengelompokan penggal waktu
Hipotesis pengaruh perlakuan jenis mikroalga
H0: τ1 = τ2 = τ3; jenis mikroalga yang berbeda pada intensitas cahaya yang sama
meberikan nilai produktivitas primer yang sama
H1:
setidaknya ada satu jenis mikroalga yang berbeda pada intensitas
cahaya yang sama menunjukkan nilai produktivitas primer yang
berbeda.
Hipotesis pengaruh pengelompokan
H0 : β1 = β2 = β3; penggal waktu yang berbeda pada intensitas cahaya yang sama
meberikan nilai produktivitas primer yang sama
H1 :
setidaknya ada satu penggal waktu yang berbeda pada intensitas
cahaya yang sama menunjukkan nilai produktivitas primer yang
berbeda.
Penarikan kesimpulanya adalah jika FhitungFtabel, maka dapat disimpulkan setidaknya ada satu
jenis mikroalga atau salah satu pengaruh pengelompokan penggal waktu pada
intensitas cahaya yang sama menunjukkan nilai produktivitas primernya berbeda
dan harus diuji lanjut melalui uji BNT. Hipotesis dan kesimpulan tersebut berlaku
juga untuk penentuan serapan nutrien.
Analisis pengaruh perlakuan terhadap unit uji secara total (harian)
Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan untuk menentukan jenis
mikroalga yang berbeda pada intensitas cahaya yang sama terhadap nilai
produktivitas primer bersih total (harian) dan pemanfaatan jumlah nutrien total
(harian). Uji ini biasanya digunakan untuk mengetahui pengaruh antara perlakuan
(perbedaan jenis mikroalaga) yang diberikan terhadap unit uji (nilai produktivitas
primer bersih dan jumlah pemanfaatan nutrien total/harian). Tabel 3 merupakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) biasanya disajikan dalam bentuk sidik ragam.

8
Tabel 3 Sidik ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Jumlah
Sumber
Derajat
Kuadrat
kuadrat
Fhitung
Keragaman
Bebas
Tengah (KT)
(JK)
Perlakuan
p-1
JKP
KTP
KTP/KTS
Sisa
p(q-1)
JKS
KTS
Total
pq-1
JKT
Sumber : modifikasi Mattjik dan Sumertajaya (2006)

Ftabel
(,dbp,dBS)

Keterangan:
p:
Pengaruh perlakuan jenis mikroalga
q:
Ulangan perlakuan
Hipotesis pengaruh perlakuan jenis mikroalga
H0 : µ 1=µ 2=µ 3 ; jenis mikroalga yang berbeda pada intensitas cahaya yang sama
memberikan nilai produktivitas primer yang sama
H1 :
setidaknya ada satu jenis mikroalga yang berbeda pada intensitas
cahaya yang sama menunjukkan nilai produktivitas primer yang
berbeda.
Penarikan kesimpulanya adalah jika FhitungFtabel, maka dapat disimpulkan minimal jenis mikroalga
pada intensitas cahaya yang sama menunjukkan nilai produktivita primer bersih
total (harian) berbeda. Hipotesis dan kesimpulan tersebut berlaku juga untuk
penentuan serapan nutrien.
Uji Beda Nyata Terkecil
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) merupakan pengujian yang dilakukan
setelah uji hipotesis RAK atau RAL menyatakan H0 ditolak dan H1 diterima.
Pengujian dilakukan untuk melihat perbedaan pengaruh yang nyata antar
perlakuan.
Oleh karena itu diperlukan pembandingan pasangan-pasangan
perlakuan tersebut, yaitu dengan melakukan uji rataan. Rumus dari pengujian
tersebut adalah sebagai berikut.
BNT=t(

,dbs



( TS
n

Keterangan :

: taraf nyata ( = 0,05)
dbs
: derajat bebas sisa
KTS : kuadrat tengah sisa
n
: ulangan
Pengambilan keputusan pada pengujian beda nyata terkecil (BNT)
dilakukan dengan melihat dua nilai. Pertama, jika nilai d ≤ BNT, maka

9
keputusannya gagal tolak H0, yang artinya bahwa perlakuan jenis mikroalga atau
pengelompokan penggal waktu tidak meberikan pengaruh pada taraf 0,05. Kedua,
jika nilai d > BNT, maka keputusan yang diambil adalah tolak H0, yang artinya
bahwa perbedaan jenis mikrolaga tersebut meberikan pengaruh pada taraf 0,05.
Analisis keterkaitan antara nutrien terhadap nilai produktivitas primer
Regresi linier sederhana adalah peersamaan regresi yang menggambarkan
hubungan antara satu peubah bebas (X, independence variable) dan satu peubah
tak bebas (Y, dependence variable). Hubungan keduanya dapat digambarkan
sebagai suatu garis lurus (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Oleh karena itu, dalam
menentukan hubungan antara nutrien (N atau P) terhadap nilai produktivitas
primer (PP) diperlukan sebuah pengujian menggunakan regresi linier sederhana.
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini yang menjadi peubah bebas adalah
penyerapan nutrien (NAT atau P), sedangakan yang menjadi peubah tak bebasnya
adalah nilai dari produktivitas primer. Model untuk menentukan hubungan
tersebut adalah:
=

+ 1+

Keterangan:
Yi
: peubah tak bebas (nilai produktivitas primer)
: peubah bebas (nitrogen anorganik total (NAT) dan fosfat (P))
: intersep atau perpotongan dengan sumbu tegak
1
: kemiringan atau gradien

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Produktivitas primer
Produktivitas primer (PP) merupakan sintesis bahan organik melalui
proses fotosintesis yang dipengaruhi oleh keberadaan cahaya dan ketersediaan
nutrien. Nilai produktivitas primer kotor, respirasi dan produktivitas primer
bersih dari Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. selama satu hari (total) yang
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai produktivitas primer kotor (PG), respirasi (R) dan produktivitas
primer bersih (PN) dari Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. selama satu
hari (total/harian)
PG (produktivitas
R (Respirasi)
PN (Produksi primer
Jenis Mikroalga
primer kotor)
-3
mg C m
bersih) mg C m-3
mg C m-3
Spirogyra sp.
6281,977
4468,986
1812,991
Hydrodictyon sp.
5787,945
3777,897
2010,048

10

Nilai PP (mg C m-3)

Tabel 4 menunjukkan bahwa mikroalga jenis Hydrodictyon sp. memiliki
nilai PP bersih total (harian) lebih besar dari Spirogyra sp. Sebaliknya untuk nilai
produktivitas primer kotor dan respirasi, mikroalga jenis Spirogyra sp. memiliki
nilai lebih besar dari Hydrodictyon sp. Analisis ragam menunjukkan bahwa nilai
PP bersih total Spirogyra sp. sama dengan PP bersih Hydrodictyon sp. (p>0,05).
Nilai PP bersih pada setiap penggal waktu menunjukkan nilai yang berbeda
(Gambar 4) Nilai PP bersih Hydrodictyon sp. lebih tinggi dari pada nilai PP
bersih Spirogyra sp. pada setiap penggal waktu pengmatan. Kedua jenis
mikroalga tersebut menghasilkan nilai PP bersih paling tinggi pada penggal waktu
11.00-14.00.
1500
1000
500
0
Pagi

Siang

Sore

Penggal Waktu
Spirogyra sp.

Hydrodictyon sp.

Gambar 4 Nilai produktivitas primer (PP) selama penelitian
Gambar 4 menunjukkan bahwa Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.
menghasilkan nilai produktivitas primer yang sama (p>0,05), sedangkan pengaruh
pengelompokan penggal waktu terhadap nilai produktivitas primer menghasilkan
keputusan berbeda (p0,05)
Nitrat (NO3-N)
Nitrat merupakan sumber nutrien utama yang digunakan oleh mikroalgae
dan organisme lainnya bagi pertumbuhan. Nilai rataan nitrat selama penelitian
disajikan pada Gambar 10

13

NO3-N (mg L-1)

2.5
2

1.5
1

0.5
0
Pagi

Siang

Sore

Penggal waktu
Awal

Spirogyra sp.

Hydrodictyon sp.

Gambar 10 Nilai rataan nitrat (NO3-N) selama penelitian
Kandungan nitrat mengalami penurunan pada setiap penggal waktu.
Penurunan ini menandakan kedua jenis mikroalga tersebut memanfaatkan nitrat
sebagai sumber nutrien untuk pertumbuhan. Berdasarkan hasil uji statistika
diketahui bahwa Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. mempunyai kemampuan
yang sama dalam memanfaatkan nitrat pada setiap penggal waktu (p>0,05).

PO4-P (mg L-1)

Ortofosfat (PO4-P)
Ortofosfat merupakan fosfor anorganik terlarut yang dimanfaatkan oleh
mikroalgae dan tumbuhan air. Nilai rataan ortofosfat selama penelitian disajikan
pada Gambar 11.
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
Pagi

Siang

Sore

Penggal waktu
Awal

Spirogyra sp.

Hydrodictyon sp.

Gambar 11 Nilai rataan ortofosfat (PO4-P) selama penelitian
Kandungan ortofosfat di dalam media (botol BOD) pada kedua jenis
mikrolga untuk penggal waktu pagi dan sore mengalami penurunan (Gambar 11).
Akan tetapi pada penggal waktu siang mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil
uji statistika menunjukkan bahwa Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. mempunyai
kemampuan yang sama dalam memanfaatkan ortofosfat pada setiap penggal
waktu (p>0,05).
Nilai nutrien harian (amonium, nitrit, nitrat dan ortofosfat)
Nutrien harian merupakan nilai yang didapat dari pengukuran selama satu
hari pengamatan (08.00-18.00 WIB). Nilai rataan nutrien harian disajikan pada
Tabel 5.

14
Tabel 5 Nilai nutrien harian
Spirogyra sp.
awal (08.00) akhir (18.00)
0,0228
0,0119
0,0033
0,0844
2,3318
0,6316
0,0149
0,0225

Parameter
Amonium
Nitrit
Nitrat
Ortofosfat

Hydrodictyion sp.
awal (08.00) akhir (18.00)
0,0228
0,0081
0,0033
0,0799
2,3318
1,1125
0,0149
0,0269

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa nilai amonium dan nitrat harian
memperlihatkan penurunan, sedangkan nilai kandungan nitrit dan ortofosfat
harian memperlihatkan peningkatan dari nilai awal. Sidik ragam menunjukkan
bahwa Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp memanfaatkan nutrien secara total
sama (p>0,05).

8
7

lny =24,79-31,73lnx
R² =0,77

6
5
4
0.54

0.59
ln NAT (mg L-1)

a

0.64

ln PP (mg C m-3)

ln PP (mg C m-3)

Hubungan antara nitrogen anorganik terlarut (NAT) dengan nilai
produktivitas (PP) Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.
Nitrogen anorganik terlarut (NAT) merupakan penjumlahan dari amonium
(NH4+), nitrit (NO2-N), dan nitrat (NO3-N). NAT tersebut dimanfaatkan oleh
mikroalgae untuk pertumbuhannya. NAT yang di gunakan pada penelitian ini
merupakan nilai selisih antara nilai awal dikurangi nilai akhir. Keterkaitan antara
NAT dengan nilai PP bersih disajikan pada Gambar 12.
lny =10,35-6,09lnx
R² =0,75

8
7
6
5
4
0.4

0.6
ln NAT (mg L-1)

0.8

b

Gambar 12 Hubungan antara nitrogen anorganik terlarut (NAT) dengan nilai
produktivitas primer (PP) Spirogyra sp. (a) dan Hydrodictyon sp.
(b)
Nilai NAT dari kedua perlakuan (jenis mikroalga) memiliki keterkaitan
dengan nilai PP bersih yang dihasilkan (Gambar 12). Ln x merupakan nilai NAT,
sedangkan ln y adalah nilai PP bersih pada setiap penggal waktu. Gambar 12 a
dan b menunjukkan hubungan dan model yang berbeda. Akan tetapi keduanya
memliki arti yang sama, yaitu meskipun nutrien yang diserap rendah tetapi
menghasilkan nilai PP tinggi.
Hubungan antara Ortofosfat dengan nilai produktivitas primer (PP)
Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.
Ortofosfat atau fosfat anorganik adalah satu bentuk fosfor (P) yang terlarut
dalam air dan merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan langsung oleh
mikroalgae. Nilai ortofosfat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan nilai

15

8
7.5
7
6.5
6
5.5
5

lny = 5,66+57,21lnx
R² = 0,83

0

0.01
0.02
ln P04 P (mg L-1)

ln PP (mg C m-3)

ln PP (mg C m-3)

kandungan akhir yang ada dalam media. Keterkaitan antara ketersediaan
ortofosfat dengan nilai PP bersih disajikan pada Gambar 13.
8
7.5
7
6.5
6
5.5
5

0.03

lny=6,06+44,75lnx
R² = 0,79

0

0.01
0.02
ln P04- P (mg L-1)

0.03

b

a

Gambar 13 Hubungan antara Ortofosfat dengan nilai produktivitas primer (PP)
dari mikroalga jenis Spirogyra sp. (a) dan Hydrodictyon sp. (b)
Berdasarkan Gambar 13, diketahui bahwa nilai ortofosfat (PO4-P) dari
kedua perlakuan jenis mikroalga memiliki keterkaitan dengan nilai produktivitas
primer (PP) bersih yang dihasilkan. Lnx merupakan nilai ortofosfat, sedangkan
lny adalah nilai PP bersih setiap penggal waktu. Gambar 13a dan b menunjukkan
hubungan dan model yang berbeda. Akan tetapi, keduanya memiliki arti yang
sama, yaitu semakin tinggi nilai kandungan ortofosfat di dalam botol contoh,
semakin tinggi pula nilai PP yang dihasilkan.

Pembahasan
Nilai produktivitas primer (PP) bersih Hydrodictyon sp. lebih tinggi
dibandingkan dengan Spirogyra sp., baik secara total (harian) maupun pada setiap
penggal waktu, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Hal tersebut diduga
terjadi karena Hydrodictyon sp. mampu memanfaatkan nutrien secara optimum
untuk pertumbuhan, sehingga menghasilkan PP bersih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan Spirogyra sp. Hal ini didukung oleh pernyataan Cambra
dan Aboal (1992), bahwa mikroalga jenis Hydrodictyon sp. mengalami
pertumbuhan biomassa tiga kali lipat lebih cepat dalam tiga hari dibandingkan
dengan mikroalga jenis Spirogyra sp., Cladophora sp., dan jenis lainnya.
PP bersih antar penggal waktu pengamatan yang paling tinggi terjadi pada
pukul 11.00.14.00. PP bersih pada penggal waktu pagi (08.00-11.00) dan sore
(14.00-18.00) menujukkan nilai yang sama. Hal ini diduga dari adanya perbedaan
besarnya intensitas cahaya yang masuk ke perairan pada setiap penggal waktu.
Kisaran intensitas cahaya pada PP bersih tertinggi adalah sebesar 9418,969548,68 ft-cd. Hal ini sesuai dengan penelitian Ryther (1956), yang menyatakan
bahwa intensitas cahaya pada siang hari memiliki nilai yang maksimum, yaitu
8000-10000 ft-cd. Dengan demikian Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.
mencapai produktivitas primer maksimum pada kisaran waktu dan intensitas
cahaya tersebut. Selain itu juga, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
semakin besar nilai intensitas cahaya yang diterima oleh perairan, semakin besar
pula nilai PP bersih yang dihasilkan. Yuliana (2006), menyatakan bahwa

16
tingginya nilai PP disebabkan oleh intensitas cahaya pada periode II (siang hari)
yang dimanfaatkan secara maksimal.
Intensitas cahaya yang diterima oleh perairan dapat mempengaruhi suhu
perairan. Suhu perairan tertinggi terdapat pada penggal waktu 11.00-14.00
dengan kisaran sebesar 32,96-37,06 °C. Hal ini sesuai dengan intensitas cahaya
pada kisaran suhu tersebut yang memiliki nilai intensitas maksimum. Suhu
perairan pada penggal waktu lainnya berkisar antara 22,15-30,98 °C. Kisaran
suhu tersebut sesuai untuk pertumbuhan Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. Hal
ini sesuai dengan penelitian O’Neal et al. (1995), serta Hawes dan Smith (1993),
Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. dapat tumbuh pada suhu 20-25ºC dan 6-40ºC.
Dalam proses fotosintesis selain dipengaruhi suhu perairan dipengaruhi juga suhu
udara. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meterorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) Dramaga, Bogor diketahui bahwa suhu udara rata-rata
sebesar 26,1 ºC, sedangkan suhu rata-rata yang diukur di perairan (media) adalah
31ºC. Perbedan tersebut karena air merupakan media yang paling efektif dalam
menyerap energi panas yang berasal dari pancaran sinar matahari yang masuk
kedalam media inkubasi.
Nilai pH selama penelitian berkisar antara 7,05-7,50. Kisaran tersebut
masih sesuai untuk pertumbuhan Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. Schulet
(2007) menyatakan bahwa pada perairan alami kisaran pH yang sesuai untuk
mikroalga jenis Spirogyra sp. berkisar antara 7,2-8,2. Febrianty (2011),
menyatakan nilai pH yang sesuai untuk pertumbuhan Hydrodictyon sp. berkisar
antara 6,71-8,39.
Serapan nutrien harian digambarkan melalui pemanfaatan nutrien N dan P.
Pemanfaatan nutrien N pada penelitian ini digambarkan melalui nilai nitrogen
anorganik terlarut (NAT). NAT mempunyai korelasi dengan nilai PP bersih yang
dihasilkan pada setiap penggal waktu, demikian juga halnya dengan nilai
ortofosfat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa meskipun serapan NAT
dan P rendah, PP yang dihasilkan tinggi. Hal tersebut dilihat dari nilai kandungan
NAT dan P yang terukur dalam media masih tergolong tinggi, yang
menggambarkan bahwa nutrien tersebut tidak dimanfaatkan dalam jumlah yang
banyak. Menurut Roman et al. (2001), serapan N dan P tertinggi tidak selalu
menyebabkan pertumbuhan Spirogyra sp. tertinggi pula. Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa tingginya nilai N dan P yang diserap tidak selalu
menyebabkan tingginya nilai PP bersih yang dihasilkan, begitupun sebalikya. Hal
ini diduga bahwa Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. mempunyai batas
maksimum dalam penyerapan nutrien N dan P terhadap nilai PP yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rasio N:P pada setiap pengal
waktu. Rasio N:P untuk jenis Spirogyra sp. masing-masing penggal watu adalah
63:1; 35:1; dan 468:1, sedangkan untuk jenis Hydrodictyon sp. masing-masing
adalah 78:1; 37:1; dan 621:1. Sementara, rasio N:P harian untuk Spirogyra sp.
sebesar 16:1, sedangkan jenis Hydrodictyon sp. sebesar 31:1. Menurut Mason
(1993), di perairan alami, jika rasio N:P lebih besar dari 16:1, maka fosfor
menjadi faktor pembatas. Sebaliknya, jika rasio N:P lebih kecil dari 16:1, maka
nitrogen menjadi faktor pembatas. Dengan demikian, dalam penelitian ini fosfor
mejadi faktor pembatas pada kedua jenis mikroalga tersebut. Mosich et al. (2001),
menyatakan bahwa fosfor merupakan nutrien utama pembatas bagi pertumbuhan

17
alga dan tingginya konsentrasi nitrogen dan fosfor dapat meningkatkan biomassa
alga berfilamen Stigeoclonium sp.
Mikroalga termasuk mikroorganisme fotosintetik yang memiliki
kemampuan menggunakan sinar matahari dan karbon dioksida untuk reproduksi
sel-sel tubuhnya, menghasilkan biomassa, dan menghasilkan sekitar 50% oksigen
yang ada di atmosfir (Abdurrachman et al. 2013). Hal tersebut menunjukkan
nilai PP yang diperoleh dapat dikonversi ke biomassa (KPKP 2008). Biomassa
tersebut dapat digunakn untuk pendugaan produktivitas sekunder. Manfaat
lainnya dari Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp., yaitu agen bioremediasi logam
berat (Romera et al. 2007; Singh et al. 2007; Kaonga et al. 2008), agen
fitoremediasi limbah budidaya sidat (Apriadi et al. 2014), serta bahan baku
pembuatan etanol (Eshaq et al. 2010; John et al. 2011; Salim 2012). Selain itu,
Hydrodictyon sp. dapat dimanfaatkan oleh ikan sebagai pakan, dan berpotensi
sebagai pupuk organik untuk pertanian (Febrianty 2011).
Nutrien dan intensitas cahaya merupakan faktor yang mempengaruhi
produktivitas primer Spirogyra sp. dan Hydrodictyion sp. Selain itu, faktor
lingkungan, seperti suhu dan pH dapat mempengaruhi proses tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai PP, baik secara harian maupun
pada setiap penggal waktu antara Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. tidak
berbeda (p>0,05). Hal yang berbeda ditunjukkan oleh nilai PP antar penggal
waktu pengamatan. Nilai PP bersih pada penggal waktu pagi berbeda dari siang
(p0,05), baik secara harian maupun pada setiap
penggal waktu pengamatan.

KESIMPULAN
1. Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. menghasilkan produktivitas primer (PP)
bersih dengan nilai sama, baik secara harian maupun pada setiap penggal
waktu pengamatan. Nilai rataan PP harian Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.
adalah 1911,520 mg C m-3, sedangkan berdasarkan ketiga penggal waktu
berkisar antara 352,208-932,945 mg C m-3.
2. Nilai PP bersih Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. pada penggal waktu pagi
berbeda dari siang; pada penggal waktu siang berbeda dari sore; tetapi pada
penggal waktu pagi sama dengan sore.
3. Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp. memanfaatkan nutrien dengan jumlah
sama, baik secara harian maupun pada setiap penggal waktu pengamatan.

18

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman O, Mutiara M, Buchori L. 2013. Pengikatan Karbon Dioksida
dengan Mikrolga (Chlorella vulgaris, Chlamydomonas sp., Spirullina sp.)
Dalam Upaya untuk Meningkatkan Kemurnian Biogas. Jurnal Teknologi
Kimia dan Industri. 2(4): 212-216 hlm.
APHA (American Public Health Assosiation) 2012. Standard Methods for the
Examination of Water and Waste Water New York (US): APHA.
Apriadi T, Pratiwi TM, Hariyadi S. 2014. Fitoremediasi limbah budidaya sidat
menggunakan filamentus algae (Spirogyra sp.). Depik. 3(1): 46-55 hlm.
Barus TA, Sinaga SS, Tarigan R. 2008. Produktivitas Primer Fitoplankton dan
Hubungannya dengan Faktor Fisik-Kimia Air Di Perairan Parapat, Danau
Toba. Biologi Sumatera. 3(1): 11-16 hlm.
Brubaker L, Maier C, Skelly K. 2011. Effect of Varying Levels of Nitrogen on
Spirogyra sp. Growth. Scientific Poster. Texas (US): Baylor University.
Cambra J, Aboal M. 1992. Filamentous green algae of Spain: Distribution and
ecology. Limnetica. 8:213-220.
Eshaq FS, Ali MN, Mohd MK. 2010. Spirogyra biomass a renewable source for
biofuel (bioetanol) production. Int. J. Environ. Sci. Technol. 2:7045-7054
hlm.
Febrianty. 2011. Produktivitas Alga Hydrodictyon pada Perairan Tertutup (Closed
System) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hawes I dan Smith R. 1993. Influence of Environmental The Growth In Culture
of A New Zealand Strain of The Fast-Spreading Alga Hydrodictyon
reticulum (water net). Journal of Applied Phycology. 5:437-445 hlm.
Hermanto MB, Sumardi, Hawa LC, Fiqtinovri SM. 2011. Perancanaan Bioreaktor
untuk Pembudidayaan Mikroalga. Jurnal Teknologi Pertanian. 12(2): 153162 hlm.
John RP, Anisha GS, Nampoothiri KM, Pandey A. 2011. Micro and macroalgal
biomass: a renewable source for bioethanol. Bioresour. Technol. 102: 186193.
KPKP (Kementrian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. 2008. Buku Panduan
Biomassa Asia. The Japan Institute of Energy: Asian Biomass Handbook
Kaonga CC, Chiotha SS, Monjerezi M, Fabiano E, Henry EM. 2008. Levels of
cadmium, manganese and lead in water and algae; Spirogyra
aequinoctialis. Int. J. Environ. Sci. Technol. 5: 471-478 hlm.
Mason CF. 1993. Biology of freshwater pollution. 2nd edition. Longman scientific
and technical, New York. 351p.
Mattjik SA, Sumertajaya MI. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan MINITAB. Bogor (ID): IPB Pr.
McKernan P, Juliano S. 2001. Effect of Nutrient on the Growth of the Green Alga
Spirogyra in Conesus Lake, N.Y. Journal of Science and Mathematics.
2(1):19-25 hlm.
Mcllroy S. 2009. Water quality considerations and regulations. Nutrient
management module no.12. Montana state university
Mosich TD, Bunn SE, Davies PM. 2001. The Relative Importance of Shading and
Nutrients on Algal Production in Subtrofical Streams. 46: 1269-1278 hlm.

19
Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Samingan T, penerjemah; Srigandono B,
editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Terjemahan dari:
Fundamental of Ecology. Ed ke-3.
O’Neal SW, Lembi Ca. 1995. Temperatures and irradiance effects on growth of
Pithophora oedogonia (Chlorophyceae) and Spirogyra sp. (Charophyceae).
J. Phycol. 31: 720-726 hlm.
Roman M, Nguyen S,Manon V. 2011. Nitrogen and Phosphorus Effects on Algal
Growth in Various Locations. Scientific Poster. Texas (US): Baylor
University.
Romera E, Gonzales F, Ballester A, Blazquez ML, Monoz JA. 2007. Comparative
study of biosorption of heavy metals using different types of algae.
Bioresour. Technol. 98: 3344-3353 hlm.
Ryther JH. 1956. Photosynhesis in the ocean as a Function of Light Intensity.
Wood Hole Oceanographic Institution. 1(1): 61 hlm.
Salim MA. 2012. Biomass and Lipid Content of Heterotrophic Spirogyra sp. by
Using Cassava Starch Hydrolysate. International Journal of Engineering
Research and Develompment. 6(6): 21-26 hlm.
Singh A, Kumar D, Gaur JP. 2007. Copper(II) and lead(II) sorption from aqueous
solution by non-living Spirogyra neglecta. Bioresour Technol. 98: 36223629 hlm.
Schulet J, Townsend S, Douglas M, Webster I, Skinner S, Casanova M. 2007.
Recommendations For Nutrient Resource Condition Targets For The Daly
River. Darwin (AU): Charles Darwin University.
Sulfahri, Wulanmanuhara YS. 2013. Effect of Salinity and Gandasil-D on
Spirogyra hyalina Biomass in Non-Aerated Culture. Journal of Applied
Phytotechnology in Environmental Sanitation. 2(2):53-58 hlm.
Yuliana. 2006. Produktivitas Primer Fitoplankton Pada Berbagai Periode Cahaya
Di Perairan Teluk Kao, Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Perikanan.
VIII (2): 215-222 hlm.
Yulianto D, Muskananfola MR, Purnomo PW. 2014. Primary and Abudance of
Phytoplankton According to Different Time of Sampling in Panjang Island,
Jepara. Iponegoro journal of Maquares. 3(4): 195-200 hlm.

20

LAMPIRAN
Lampiran 1 Kandungan Gandasil-D
Unsur
Jumlah
Nitrogen
20%
Fosfor
15%
Kalium
15%
Magnesium
1%

Lampiran 2 (a) Dokumentasi pengukuran pH dan (b) posisi inkubasi

a

b

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 10 April
1993 dari ayah Ayi Cahya dan Ibu Cucum Sumiati. Penulis
adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2011
penulis lulus dari SMAN 1 Lembang dan pada tahun yang
sama Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima di
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis pernah
menjadi asisten praktikum Planktonologi pada tahun 2014/2015. Penulis juga
pernah aktif sebagai anggota Gentra Kaheman IPB pada divisi peran, Teater Anak
Air MSP, dan aktif juga di Himpunan Mahasiswa Manajamen Sumberdaya
Perairan sebagai staf Environmental and Sosial (ENSO) pada tahun 2012/2013
dan sebagai staf Human Resources and Development (HRD) pada tahun
2013/2014.
Sebagai persyaratan akhir studi di Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Produktivitas
Primer dan Serapan Nutrien Harian Spirogyra sp. dan Hydrodictyon sp.