Analisis Mikroskop Elektron Payaran SEM KKS Analisis FT-IR

sebagai temperatur terdegradasi, sedangkan temperatur terdekomposisi terbakar pada sekitar 430 o C Hasil Dari gambar DTA asap cair dengan formaldehid perbandingan 1 :1 dapat ditunjukkan pada gambar 4.3. Gambar 4.3. DTA KKS Menggunakan Asap Cair dan Formaldehid dengan Perbandingan 1:1. Hasil Dari gambar DTA asap cair dengan formaldehid perbandingan 1 :1 menunjukkan sebelum impregnasi tampak bahwa KKS bersifat eksoterm melepaskan panas, Hal ini terjadi karena KKS bersifat hidrofil yang memiliki banyak susunan – susunan gugus –OH selulosa KKS yang mudah terurai. Dari kurva tersebut tampak bahwa pada temperatur sekitar 200 o C, puncak ini diidentifikasi sebagai temperatur leleh. Selain puncak 200 o C juga muncul puncak pada temperatur 265 o C, 360 o C puncak ini diidentifikasi sebagai temperatur terdegradasi, sedangkan temperatur terdekomposisi terbakar pada sekitar 320 o C.

4.3. Analisis Mikroskop Elektron Payaran SEM KKS

SEM membantu untuk mengetahui bentuk dan perubahan permukaan dari suatu bahan. Pada prinsipnya bila terjadi perubahan pada suatu bahan misalnya patahan, lekukan dan perubahan struktur dari permukaan, maka bahan tersebut cenderung mengalami perubahan energi. Energi yang berubahn tersebut dapat dipancarkan, dipantulkan dan diserap serta diubah bentuknya menjadi fungsi gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap dan dibaca foto SEM. Berikut ini foto SEM KKS sebelum impregnasi dengan perbesaran 100x. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4. Foto SEM KKS Sebelum Impregnasi Perbesaran 100x. Dari foto di atas tampak bahwa KKS memiliki serat fibril dan vascular bundle bagian yang terang yang mengelilingi jaringan parenkim bagian yang gelap dan jaringan ini mempunyai rongga yang berpori banyak serta besar. Gambar 4.5. Foto SEM KKS Setelah Impregnasi dengan Formaldehid Perbesaran 150x Dari foto di atas terlihat bahwa rongga-rongga dari jaringan parenkim telah terisi oleh formalin dan rongga tersebut telah mengecil Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6. Foto SEM KKS Setelah Impregnasi dengan Asap Cair Perbesaran 150x Dari foto terlihat bahwa rongga-rongga dari jaringan parenkim telah berisi oleh asap cair dan rongga tersebut telah mengecil. Gambar 4.7. Foto SEM KKS Setelah Impregnasi dengan Asap Cair dengan Formaldehid Perbandingan 1:4 Perbesaran 150x. Dari foto terlihat bahwa rongga-rongga dari jaringan parenkim bagian yang gelap telah terisi oleh asap cair dan formaldehid dan rongga tersebut makin mengecil. Dari keempat gambar di atas dapat dikatakan bahwa telah terjadi perubahan struktur KKS, sehingga dapat dikatakan peristiwa impregnasi telah terjadi.

4.4. Analisis FT-IR

Analisis FT-IR dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi fenol dan formaldehid yang telah diimpregnasi. Hasil analisis gugus fungsi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Bilangan Gelombang KKS Awal Dari lampiran 6 spektra bilangan gelombang dapat dilihat perubahan masing-masing gugus fungsi. Resin. Resin pengimpregnasi terdiri dari asap cair, formaldehid dan campuran asap cair dan formaldehid. Dari spektrum pada tabel 4.2. sebelum impregnasi bilangan gelombang pada 3040,6 cm -1 merupakan gugus OH selulosa KKS yang diperkuat adanya serapan 1060,94 cm -1 . Serapan pada daerah 1647,36 cm -1 menunjukkan adanya CH aromatik OOP. Tabel 4.3. Bilangan Gelombang KKS Impregnasi dengan Penambahan Asap Cair Spektrum pada tabel 4.3. KKS impregnasi dengan asap cair menunjukkan adanya perbedaan serapan dengan KKS sebelum impregnasi terjadi intensitas perubahan pada gugus OH KKS. Pada daerah 3406 cm -1 menjadi 3373,80 cm -1 yang diperkuat adanya serapan pada daerah 1035,87 cm -1 , hal ini terjadi karena ikatan H antar molekul terus bertambah sehingga muncul pita-pita baru. Serapan pada daerah 1595,27 cm -1 menunjukkan adanya senyawa aromatis. Serapan pada daerah 1425,52 cm -1 menunjukkan adanya CH 2 . Serapan pada daerah 1265,42 cm - 1 menunjukkan C-O. Serapan pada daerah 617,28 cm -1 menujukkan adanya CH aromatik OOP. Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi KKS Awal 3040,6 1647,36 1060,94 673,22 O-H C-C Selulosa Memperkuat O-H CH aromatik OOP Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi KKS Impregnasi dengan Penambahan Asap Cair 3373,8 1595,27 1425,52 1265,42 1035,87 617,28 O-H C=C aromatik CH 2 C-O Memperkuat O-H CH aromatik OOP Tabel 4.4. Bilangan Gelombang KKS Impregnasi dengan Penambahan Formaldehid Dari spektrum pada tabel 4.4. diimpregnasi dengan formaldehid menunjukkan adanya perbedaan serapan dengan KKS sebelum impregnasi terjadi intensitas perubahan pada gugus OH KKS. Pada daerah 3406 cm -1 menjadi 3449,03 cm -1 . Hal ini terjadi karena ikatan H antar molekul terus bertambah sehingga muncul pita-pita baru. Serapan pada daerah 1602,99 cm -1 menunjukkan adanya C-C selulosa. Serapan pada daerah 671,29 menunjukkan adanya CH aromatik OOP. Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi KKS Impregnasi Dengan Penambahan Formaldehid 3449,03 1602,99 1113,03 671,29 O-H C-C selulosa C-O CH aromatik OOP Universitas Sumatera Utara Tabel. 4.5.Bilangan Gelombang KKS Impregnasi dengan Penambahan Asap Cair dan Formaldehid Dari spektrum pada tabel 4.5. diimpregnasi dengan campuran asap cair dan formaldehid menunjukkan adanya perbedaan serapan dengan KKS sebelum impregnasi terjadi intensitas perubahan pada gugus OH KKS. Pada daerah 3406 cm -1 menjadi 3435,53 cm -1 yang diperkuat dengan adanya serapan pada 1053,23 cm -1 , hal ini terjadi karena ikatan H antar molekul terus bertambah sehingga muncul pita-pita baru. Serapan pada daerah 1647,36 cm -1 menunjukkan adanya C- C selulosa. Serapan pada daerah 1419,74 cm -1 menunjukkan adanya C-C selulosa. Serapan pada daerah 644,28 cm -1 menunjukkan adanya CH aromatik OOP. Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi KKS Impregnasi Dengan Penambahan Asap Cair dan Formaldehid 3435,53 1647,36 1419,74 1053,23 644,28 O-H C-C selulosa CH 2 Memperkuat O-H CH aromatik OOP

4.5. Analisa Dengan GC-MS