Uji Parsial Hipotesis Kedua

Suatu organisasi yang mempunyai budaya peraturan kedisiplinan yang kuat mengartikan bahwa di dalam organisasi tersebut terdapat sedikit kesalahan yang dilakukan oleh pekerjanya,setiap pekerjaan dilakukan tepat waktu dan penuh rasa tanggung jawab sesuai dengan budaya organisasi rumah sakit. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Singodimedjo 2002 mengatakan, kedisiplinan adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi mentaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin pegawai yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan organisasi. Kompetensi merupakan faktor kunci penentu bagi seseorang dalam menghasilkan kinerja yang sangat baik. Dalam situasi kolektif, kompetensi merupakan faktor kunci penentu keberhasilan organisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa suatu organisasi yang mempunyai sumber daya manusianya yang berkompetensi baik akan mempengaruhi keberhasilan organisasi tersebut dimasa datang. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mc. Clelland dalam Sedarmayanti 2009, kompetensi adalah karateristik mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung terhadap, atau dapat memprediksikan kinerja yang sangat baik.

4.2.2.3. Uji Parsial Hipotesis Kedua

Pengujian secara parsial pada hipotesis kedua digunakan untuk mencari variabel independen mana yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel dependen variabel terikat. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.21 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.21. Hasil Uji Parsial Hipotesis Kedua 11,610 1,891 6,139 ,000 ,266 ,074 ,331 3,619 ,001 ,392 ,068 ,528 5,770 ,000 Constant Kedisiplinan Kompetensi Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Sumber : Hasil Penelitian,2011 data diolah Berdasarkan Tabel 4.21 tersebut hasil uji parsial hipotesis kedua terlihat bahwa diantara kedua variabel bebas independen yaitu Kedisiplinan X 1 dan Kompetensi X 2 yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel terikat dependen Budaya Organisasi Y adalah variabel Kompetensi X 2 . Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung variabel bebas Kompetensi adalah sebesar 5,770 lebih besar dari t tabel sebesar 1,994 atau signifikan Sig-t sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha 2,5 atau 0,025. Maka hal ini memberikan arti bahwa variabel Kompetensi paling dominan berpengaruh terhadap Budaya Organisasi, dikarenakan kompetensi sangat diperlukan dalam proses sumber daya manusia. Khusus organisasi yang bergerak dalam pelayanan rumah sakit kompetensi sangat penting diperhatikan. Sikap seperti empati, cekatan, tanggap terhadap pasien membuat pasien dan keluarganya akan merasa puas yang pada akhirnya akan mengurangi keluhan pasienkeluarga terhadap rumah sakit. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Wibowo 2007, bahwa semakin banyak kompetensi yang dipertimbangkan dalam proses sumber daya manusia, akan semakin meningkatkan budaya organisasi. Variabel Kedisiplinan secara parsial juga berpengaruh terhadap Budaya Organisasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung variabel Kedisiplinan adalah sebesar Universitas Sumatera Utara 3,619 lebih besar dari t tabel sebesar 1,994 atau signifikan Sig-t sebesar 0,001, lebih kecil dari alpha 2,5 atau 0,025. Ini berarti Kedisiplinan juga merupakan faktor terpenting dalam membentuk budaya organisasi. Suatu organisasi yang mempunyai sumber daya manusianya yang memiliki disiplin yang baik akan memudahkan organisasi dalam proses pencapaian tujuan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Terry 2003, kedisiplinan merupakan alat penggerak pegawai. Agar tiap pekerjaan dapat berjalan dengan lancar, maka harus di usahakan agar ada disiplin yang baik. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan