KUALITAS PENGUCAPAN BUNYI BAHASA INGGRIS OLEH PEMELAJAR BAHASA INGGRIS YANG BERLATAR BELAKANG BAHASA JAWA DI SURAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi pemelajar Bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa atau
Javanese Learners of English (JLE), dikatakan menguasai bahasa Inggris (BI) tidak
hanya ditunjukkan dengan kemampuannya mengingat arti kata-kata, menghafal
ejaan/abjad, maupun menyusun kata atau frase ke dalam sebuah kalimat dengan
benar; akan tetapi, juga harus dilihat dari keterampilan dan kelancarannya dalam
mengucapkan bunyi-bunyi BI secara tepat. Sehubungan dengan yang terakhir ini,
meskipun ada cara pengucapan bunyi BI sebagaimana yang telah tersedia dalam
kamus khusus pengucapan (pronunciation dictionary), ternyata masih banyak JLE
yang belum mengetahui cara tepat mengucapkan simbol fonetik dalam suatu
transkripsi fonetis bunyi dalam kata. Transkripsi bunyi BI dalam kamus itu mengacu
pada sistem pengucapan BI yang sudah standar. Hal ini diharapkan para pemelajar
maupun pengajar BI bisa mempunyai kesamaan acuan sewaktu mengucapkan
(pronouncing) atau menuturkan (speaking) BI.
Maka agar penuturan BI bisa difahami, JLE diupayakan untuk dapat
mengucapkan bunyi-bunyi seperti penutur aslinya (Native Speaker of English /NSE)
atau penutur bahasa Inggris orang asing (Foreign Speakers of English/ FSE); atau,
minimal mendekati cara pengucapan yang sudah termasuk dalam kategori
pengucapan standar, seperti Received Pronunciation (RP), aksen British standar,


1

aksen Amerika atau General American (GA), atau padanan USA (Walker, 2001.
Karen’s Linguistics Issues).
Selanjutnya, mempunyai kemampuan mengucapkan bunyi secara benar
ternyata tidak hanya terbatas dalam penguasaan dasar fonetik (phonetic base), namun
juga memerlukan penguasaan pengetahuan BI yang lainnya, seperti: tata urutan kata
(syntax), kategori kata, arti kata, dan aspek-aspek lainnya yang merupakan konteks di
dalam pengucapan.
Munculnya variasi pengucapan bunyi BI pada JLE diawali dari pergeseran
pengucapan bunyi BI. Pergeseran pengucapan bunyi BI merupakan suatu fenomena
yang terjadi di beberapa negara yang memberlakukan BI sebagai bahasa asing
maupun sebagai bahasa ke dua. Adalah suatu hal yang lazim jika terjadi beberapa
variasi pengucapan bunyi BI, sehingga tepatlah jika BI dalam penyebarannya
mempunyai beberapa dialek atau aksen sesuai dengan lokasi atau individu yang
mengucapkannya. Dalam konteks ini pemelajar BI yang menuturkan bahasa Jawa
juga memungkinkan untuk memunculkan variasi BI, atau yang kemudian disebut
sebagai Javanese English (JE).
Pemunculan JE disebabkan oleh beberapa hal atau aspek, diantaranya dapat

dilihat dalam hal kondisi fonologis (phonologically conditioned) kata, perbedaan
kategori kata, rangkaian bunyi (sound chain), tongue - twisters, kata majemuk
(compound words), dan yang lainnya (Katamba, 1989; Kelly, 2000; Jane, 2005;
“Speech

Quality

and

Evaluation”

http://www.acoustics.hut.fi/publications-

/files/theses/lemmetty_mst/chpt10.html., 9/29/2008 10:47AM).
2

Diantara konteks-konteks pemunculan JE yang memungkinkan perbedaan
pengucapan bunyi tersebut, tongue twisters adalah salah satu konteks yang paling
menarik dan efisien untuk mengetahui kemampuan pengucapan seseorang (Qwerty
Studios,  2002-2008). Hal itu disebabkan bahwa dengan konteks tongue twisters,

persoalan pembedaan kategori kata, kemiripan bunyi, kondisi fonologis juga
termasuk di dalamnya.
Misalnya, dalam pengucapan kalimat “They said she surely sees the sun shine
soon”, terdapat kemiripan bunyi /s/ sebagaimana muncul dalam perbedaan, yakni:
bunyi [s] pada awal kata: said, surely, sees, sun, dan soon; bunyi [∫] seperti pada awal
kata she, shine, dan bunyi [z] seperti pada bunyi akhir kata sees.
Di samping itu, perbedaan letak tekanan (stress) juga menyebabkan perbedaan
pengucapan. Dalam hal ini, penguasaan letak tekanan pada kata sangat berhubungan
dengan kemampuan JLE dalam membedakan kategori kata. Misalnya, kata present
yang diucapkan dengan tekanan diawal kata [′prłzənt] berbeda pengucapannya jika
letak tekanannya pada silabe kedua [prI′złnt]. Yang pertama sebagai kategori kata
benda yang berarti ‘hadiah’, sedangkan yang kedua berkategori kata kerja yang
berarti ‘menyampaikan’.
Kemampuan JLE untuk mengucapkan bunyi-bunyi BI dengan tidak semangat
atau kurang ekspresif (Laila, 2008) dipengaruhi oleh penguasaan bahasa Jawa
mereka. Dalam pengucapan bahasa Jawa akan beberapa penurunan maupun
penaikkan ketinggian lidah sewaktu mengucapkan bunyi vokal. Jadi dalam
pengucapan bunyi BI, JLE juga tampak kurang sungguh-sungguh dalam pengolahan
3


vokalnya. Selain itu, dalam pengucapan beberapa bunyi BI, JLE seringkali
mengucapkannya seperti fonemnya (Laila, 2007). Misalnya kata violence, bunyi
vokal pada silabe pertama akan dibaca sebagai [i] bukannay [aI]. Sehingga, yang
terdengar adalah bunyi [viələns] bukannya [vaIələnz]. Dari contoh itu, bisa dilihat
bahwa kadar suara (voicing) untuk bunyi [s ] kurang sesuai dengan bunyi sebelumnya
(tidak menganut aturan kondisi fonologis); yang ada pergeseran dari bunyi yang
seharusnya [z] menjadi [s].

Secara umum, bahasa Jawa dan BI mempunyai

perbedaan fonem; namun, dari segi bunyi kedua bahasa itu menunjukkan proses
pengucapan yang hampir sama. Kemiripan proses pengucapan bunyi itu mengarah
pada adanya tipikalitas Jawa/ JE dalam pengucapan bunyi BI oleh JLE, yakni bunyibunyi tertentu dari bahasa Jawa akan dipakai untuk memenuhi model pengucapan
bunyi BI.
Dalam pengucapan bunyi BI, disamping mengenali klasifikasi bunyi seperti
bunyi konsonan, bunyi vokal, dan bunyi diftong beserta cara pengucapannya
(Walfram, 1981; Roach, 1991; Jane 2005), pemelajar yang menuturkannya juga
diharapkan dapat mengucapkan dengan benar sehubungan dengan persoalan aspekaspek bunyi atau prosodic features, seperti: panjang (length), tekanan (stress),
maupun tinggi-rendahnya luncuran (pitch) (Jones, 1983: 1-8).
JE dapat dikenali diantaranya lewat kurangnya ekspresi dan kesungguhan JLE

dalam mengucapkan bunyi letup dan adanya sedikit pergeseran pada titik
artikulasinya. Misalnya, mengucapkan kata hesitate, bukannya diucapkan dengan
4

aspirasi bunyi [t] yakni [th] sebagaimana tampak pada transkripsi fonetis [hłsItheıt];
akan tetapi, diucapkan dengan pengurangan atau bahkan penghilangan aspirasi,
seperti pada transkripsi fonetis [hłsIteıt].
Begitu pula, pengucapan bunyi awal seperti pada kata think [ ‫׀‬ŋk], tidak
sebagai bunyi [θ]; akan tetapi, sebagai bunyi [t] yang beraspirasi, yakni [th‫׀‬ŋk]. Yang
mestinya diucapkan sesuai dengan deskripsi bunyi BI i.e voiceless (tan suara),
interdental, dan frikatif, dalam konteks itu dituturkan oleh JLE dengan bunyi tan
suara, alveolar, dan frikatif. Hal yang sama, tidak menutup kemungkinan pelafalan
bunyi [θ] itu juga bergeser sedikit ke belakang diucapkan sebagai alveo-interdental,
yakni daerah kombinasi antara belakang lidah depan (between the tip and the blade of
the tongue) dengan daerah di belakang gigi atas (alveolar ridge). Dari sini terbukti
bahwa aspek-aspek pengucapan BI, yakni detail fonetik (phonetic details) kurang
begitu diperhatikan oleh JLE (Laila, 2008).
Kualitas pengucapan JLE yang kurang ekspresif dan mengalami sedikit
pergeseran titik artikulasi itu juga tampak seperti pada pengucapan kata eighth. Jika
NSE/FSE akan mengucapkannya sebagai [eIt‹θ] dengan ketentuan kualitas

pengucapan bunyi [t] tidak sebagai alveolar stop karena mengalami pemajuan titik
artikulasi, yakni mendekati bunyi interdental yang kualitas pengucapannya lebih
sebagai bunyi fronted [t] (yang pengucapannya mendekati bunyi interdental);
sebaliknya, bagi JLE, pengucapan bunyi [t] tersebut akan tetap sebagai bunyi alveolar
stop, sehingga yang terdengar dan terjadi adalah seperti hilangnya bunyi interdental,
5

yakni dengan transkripsi [eIt]. Hal ini dapat dipahami dan masuk akal karena ada
proses asimilasi dengan bunyi yang mengikutinya, yaitu bunyi interdental [θ].
Dari paparan beberapa kasus seperti di atas, dapat disimpulkan bahwa
keragaman variasi pengucapan bunyi BI oleh JLE, antara lain disebabkan oleh
kurangnya perhatian dalam pengucapan BI dengan tepat, kurangnya pengetahuan
tetang phonetic base, ketidaktahuan berbagai konteks teks BI, dan sulitnya
pengubahan dari aksen Jawa ke RP. Fenomena semacam itu juga ‘senada’ dengan
hasil penelitian terdahulu, bahwa NSE/FSE yang berada pada daerah yang berbeda
pun akan menuturkan bahasanya dengan aksen yang berbeda pula. Misalnya, aksen
England mempunyai jangkauan lebih luas karena akan mencakup aksen Skotlandia,
Wales dan Irlandia utara. Pada prinsipnya aksen England dibedakan atas Northern
dan Southern (Roach, 1994: 4-5). Jadi perbedaan daerah dan perilaku penutur akan
menghasilkan perbedaan aksen.

Studi tentang bunyi, hasilnya akan didengarkan; namun, jika harus
menyajikan dengan sistem tulis, peneliti bisa menyampaikannya dengan sistem
penyajian transkripsi fonetis. Masalah sistem transkripsi fonetis sebenarnya dapat
membingungkan pemelajar BI sewaktu mereka hendak mengetahui cara pengucapan
dengan benar. Karena meskipun ada sistem transkripsi fonetis secara internasional
(International Phonetic Alphabet atau IPA), ternyata masih ada beberapa ahli yang
menggunakan sistem dengan menggunakan simbolnya sendiri. Misalnya, simbol
fonetis dari Walfram, ada sebagian atau beberapa bunyi yang tidak mengacu pada
6

IPA seperti bunyi [∫, з, t∫, dз, Ł ]; sebaliknya, dipakai symbol yang secara berurutan
[š, ž, č, ĵ, đ] (Walfram, 1981: 26).
Model pendemonstrasian pengucapan bunyi tidak cukup dengan hanya
memutarkan tape recorder dari NSE/FSE, namun akan lebih baik jika dibarengi
dengan penjelasan artikulasi, ilustrasi mekanisme pengucapan bunyi oleh organ-organ
bunyi tertentu, maupun penyajian model (pengajar) yang tepat. Begitu pula
pengenalan berbagai konteks teks BI juga akan membantu pemelajar dalam
pengucapan bunyi BI secara benar.
1.2 Rumusan dan Ruang Lingkup Penelitian
Dari uraian di atas, persmasalahan yang penting untuk diangkat dalam

penelitian ini adalah: (1) Aspek apa saja yang menjadi alasan munculnya variasi
bunyi BI pada JLE? (2) Bagaimana cara sosialisasi sistem pengucapan bunyi BI JLE?
Penelitian ini berada dalam lingkup terapan kajian linguistik murni yang
dibatasi pada tingkat fonologi dan fonetik. Pada penerapan fonetik yang dipakai
sebagai dasar analisis, peneliti memfokuskan pada jenis fonetik artikulatoris
impresionistis, yakni proses pengucapan bunyi BI sesuai dengan pemakaian riil
dalam aktivitas JLE menuturkan BI dan menangkap atau memahami bunyi sesuai
dengan kemampuan pendengaran dan pengetahuan yang dimiliki peneliti.

7

DAFTAR PUSTAKA
Alford R.L. & Strother J.B. 1990. “Attitudes of Native and Nonnative Speakers
Toward Selected Regional Accents of U.S. English” in TESOL QUARTELY
Vol. 24. No. 3. Autumn 1990.
Clark, John &Yallop, Colin. 1995. An Introduction to Phonetics and Phonology.
Cambridge: Blackwell Publishers,Inc.
Edi Subroto. 1993. Pengantar Metode Penelitian Linguistik. Surakarta: UNS Press.
Hepy Adityarini. 2003. The IntelligiBIlity to Native English Speakers of Interdental
Sounds Articulated by Javanese Speakers. (The Unpublised Research Work).

Jones, Daniel. 1956. English Pronouncing Dictionary. London: The Aldine Press.
Letchworth -Herts.
Jones, Daniel. 1983. An Outline of English Phonetics. London: Cambridge University
Press.
Kantner, E. Claude and West, Robert. 1960. Phonetics: An Introduction to the
Principles of Phonetic Science from the Point of View of English Speech. New
York: Harper & Brothers.
Katamba. 1989. An Introduction to Phonology. London: Longman.
Matsuura, Hiroko, 2007. “Intelligibility and Individual Learner Differences in the EIL
Context”. SCIENCE DIRECT-SYSTEM. Jurnal Volume 35, Issue 3.
September 2007. P. 293-304.
Kartomihardjo, Suseno. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta:
Depdikbud.
Lass, Roger. 1984. Fonologi (Terj. Warsono, dkk.). Cambridge: CUP.
Munro, M. J. & Derwing, T.M. 1995. “Foreign Accent, Comprehensibility, and
Intelligibility in the Speech of Second Language Learners”, 45, 73-97.
Kelly, Gerald. 2000. How to Teach Pronunciation. England: Pearson Education
Limited.
Lane, Linda. 2005. Focus on Pronunciation 2. New York: Longman.
Lane, Linda. 2005. Focus on Pronunciation 3. New York: Longman.

56

Major C. Roy. 2000. “The Effect of Nonnative Accents on Listening Comprehension:
Implications for ESL Assessment” (artikel) dalam TESOL QUARTERLY
Volume 36, Number 2. Summer 2000.
Pike, Kenneth. Phonemics: A Technique for Reducing Languaes to Writing.
Prince, S. Moneta. 1989. “A Note on Vowel Perception” in TEFLIN Journal Volume
2 February. 1989.
Roach, Peter. 1991. English Phonetics and Phonology: A Practical Course.
Cambridge: Cambridge University Press.
Scane, A. Sanford. 1973. Generative Phonology. London: Prentice-Hall International
Inc.
Shockey, Linda. 2003. Sounds Patterns of Spoken English. Oxford: Blackwell
PublishingLtd.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Walfram, Walt and Johnson, Robert. 1981. Phonological Analysis Focus on
American English. ColumBIa: University of District of ColumBIa.
Walker, Robin. 2001. “Pronunciation for International Intelligibility”.

http://www3.telus.net/linguisticsissues/internationalintelligibility.html
Wiwid Handayani Setyaningrum. 2005. Javanese Interference on English
Pronunciation of the Fifth Semester English Department Students of UMS,
Academic Year 2004/2005. Research Paper S1 (Unpublished).
“Speech Quality and Evaluation” (a chapter from a Master Thesis)
http://www.acoustics.hut.fi/publications/files/theses/lemmetty_mst/chpt10.html

57

Naskah Publikasi:
LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL
(Tahun II)

KUALITAS PENGUCAPAN BUNYI BAHASA INGGRIS OLEH
PEMELAJAR BAHASA INGGRIS YANG BERLATAR BELAKANG
BAHASA JAWA DI SURAKARTA

Oleh:
Dra. Malikatul Laila, M.Hum.
Hepy Adityarini, S.Pd., M.A.

Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional RI
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian
NOMOR : 074/SP2H/PP/DP2M/IV/2009, TERTANGGAL 06 APRIL 2009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
OKTOBER 2009

 
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR .....................................

v

RINGKASAN ...............................................................................................

vi

SUMMARY ..................................................................................................

ix

PRAKATA ...................................................................................................

xi

DAFTAR TABEL/ GAMBAR …..................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

xiv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................

1

1.2 Rumusan dan Ruang Lingkup Penelitian ................................................

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI .....................

8

2.1 Kajian Pustaka yang Relevan ................................................................

8

2.2 Landasan Teori ......................................................................................

11

2.2.1

Konteks Pemunculan Variasi Bahasa ................................................

11

2.2.2 Mekanisme Produksi Bunyi Tuturan ...............................................

12

2.2.3

13

Formulasi Bunyi BI ........................ .................................................

2.2.3.1 Formulasi Bunyi Konsonan ................................................................

14

2.2.3.2 Deskripsi Bunyi Vokal ......................................................................

18

2.2.3.3 Diftong BI ..........................................................................................

19

2.2.3.4 Rambu-rambu Diftong yang Berterima ............................................

20

2.2.4

Detail Fonetik ....................................................................................

22

2.2.5

Pengertian Intelligibility .....................................................................

23

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ....................................

25

3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................................

25

3.2 Manfaat Penelitian .................................................................................

25

BAB IV METODE PENELITIAN ...............................................................

28

4.1 Pengantar .................................................................................................

28

4.2 Desain Penelitian (Bentuk dan Strategi Penelitian) .................................

29

4.3 Metode Penelitian ....................................................................................

29

4.3.1 Objek Penelitian ...................................................................................

31

4.3.2 Data dan Sumber Data .........................................................................

31

4.3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................................

33

4.3.4 Teknik Analisis Data ............................................................................

33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................

35

5.1 Alasan Pemunculan Variasi Pengucapan BI pada JLE ...........................

35

5.1.1 Kekurangtahuan Fonetik dan Fonologi ..............................................

35

5.1.2 Pengaruh Segmen Fonem ....................................................................

40

5.1.3 Homograf (Homographs) ..................................................................

41

5.1.4 Kekurangtahuan Kategori Ganda Kata (Dual Role Words).............

42

5.1.5 Fenomena Tongue – Twisters ................................................. ..........

43

5.2 Sosialisasi Pengucapan BI oleh JLE sebagai Javanese English (JE).....

46

5.2.1 Pengucapan Bunyi Konsonan JE.........................................................

46

5.2.2 Pengucapan Bunyi Vokal JE ...............................................................

47

5.2.3 Pengucapan Bunyi Diftong JE ............................................................

50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................

56

6.1 Simpulan ..................................................................................... ...........

53

6.2 Saran ...............................................................................................

54

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................

56

LAMPIRAN .......................................................................................

58

Dr. H. Harun Joko Prayitno, M.Hum.
NIP. 196504281993031001
RINGKASAN

Penelitian ini merupakan tahap terakhir dari serangkaian pengujian adanya
variasi pengucapan bunyi BI oleh JLE, yang kemudian dinamakan sebagai Javanese
English (JE). Tahap ini memaparkan alasan munculnya variasi bunyi BI (JE) tersebut
dilihat dari konteks wacana dalam lingkup fonetik artikulatoris impressionistik.
Variasi pengucapan bunyi BI oleh JLE mula-mula ditandai dari tingkat konsistensi
pergeseran pengucapannya, dilanjutkan dengan pengujian kualitas pengucapannyan
lewat proses intelligibility pada NSE/ FSE, dan selanjutnya dijelaskan alasan
pemunculan variasi itu lewat serangkaian pembuktian berbagai konteks teks BI.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk: (1) memaparkan alasan perwujudan variasi
pengucapan bunyi BI oleh JLE dilihat dari konteks wacana dalam lingkup fonetik
artikulatoris impresionistik, dan (2) mengenalkan sistem pengucapan bunyi BI oleh
JLE agar dapat dipakai bahan bandingan dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Data penelitian ini berupa satuan lingual (kata, frase, kalimat, dan wacana)
yang mengandung variasi pengucapan bunyi BI oleh JLE, yang memungkinkan
adanya pembedaaan makna antara variasi pengucapan NSE/ FSE dan JLE. Data
tersebut diambil baik pada saat proses pembelajaran BI secara formal di kelas
maupun pada saat percakapan atau pengucapan bahasa Inggris di luar pembelajaran
BI. Data dalam bentuk transkripsi fonetik diperoleh dengan teknik recording yang

dilanjutkan dengan instrumen in-depth interview, yang merupakan lanjutan dari
teknik perekaman (dengan bantuan tape recorder).
Sementara itu untuk analisis data, setelah mengidentifikasi pergeseran bunyi
dan tingkat intelligibility variasi pengucapan bunyi BI, peneliti melanjutkan
penggalian beberapa data untuk mengetahui alasan munculnya variasi JE. Untuk
menganalisis data, peneliti tetap melakukan terapan teknik hubung banding
menyamakan dan membedakan (Comparison and Contrast) antara pengucapan
standar atau Received Pronunciation (RP) dari pengucapan NSE/FSE dengan
pengucapan JLE pada berbagai konteks teks BI. Pemakaian teknik pembandingan itu
didasarkan pada bidang interferensi yang berada pada lingkup bunyi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alasan pemunculan variasi bunyi BI
pada JLE bisa dilacak dari: (1) kekurangtahuan fonetik dan fonologi, (2) segmen
fonem bahasa Jawa/ Indonesia, (3) kerancuan pembedaan bunyi homograf, (4)
kekurangtahuan pada kategori ganda kata, (5) fenomena tongue-twisters, dan (6)
kekurangtahuan ciri suprasegmental bunyi.
Sementara itu, untuk pengenalan sistem pengucapan BI pada JLE, (a) dalam
hal bunyi konsonan ditandai dengan ciri-ciri: (1) pengucapan bunyi letup JE [p, b, t,
d, k, g] yang bersifat lenis/ lemah dan bunyi aspirat [h] yang sering tidak terdengar,
(2) kurang adanya perbedaan dalam voicing-nya, sehingga antara pengucapan bunyi
bersuara dan tan suara hampir sama, dan (3) adanya ciri pengucapan JE [th, nd, t]
pada bunyi-bunyi BI yang sulit bagi JLE karena tidak ditemukannya di dalam bahasa
Jawa; (b) dalam hal bunyi vokal: (1) JLE mengucapkan segmen fonemnya bukannya

variasi bunyinya (alofonnya), (2) JLE tidak bisa membedakan kualitas pengucapan
vokal-vokal yang berdampingan dalam hal ketinggian lidahnya, terutama pada bunyibunyi depan, dan (3) JLE lebih menekankan pengucapan bunyi vokal tengah [ə] agak
sedikit panjang; dan (c) dalam hal bunyi diftong, JLE mengucapkan diftong tanpa
bunyi luncurannya, yakni seperti pengucapan bunyi intinya saja atau bahkan berganti
dengan segmen vokal lainnya.

SUMMARY
The study is the third stage in a set of examining variation of English
pronunciation by Javanese Learners of English (JLE). The study examines the reason
of JLE’s pronunciation of English as Javanese English (JE) variation viewed from the
discourse context study and impressionistic articulatory phonetics. The study was
initiated by identifying the consistence of having the sound shifts in their
pronunciation, followed by examining JLE’ s quality of pronounciation by means of
intelligibility process to NSE/FSE, and explaining the reasons of JE variation in
terms of several contexts in English texts. The objectives of the study are: (1) to
examine the reasons of representing JE variation by JLE in the course of phonetics
discourse of English texts, and (2) to socialize the system of JE variation in order to
be useful for language learning materials.
The data of the study are linguistic elements in the forms of words, phrases,
sentences, and discourse containing the English sounds variation in which these may
differentiate meaning as a result of the Javanese ESL Students pronunciation. The
data are taken during the process of teaching and learning English in English class or
in any activities outside of the class held in English. Data in the forms of phonetic
transcription were gathered by using the techniques of recording and continued by
using instrument of in-depth interview.

In data analysis, after identifying the sound shifts and the intelligibility of the
variation of the English sounds, the researcher explores and examines more data to
find out the reasons of causing the JE variation. The techniques used for analysing
data are comparison and contrast techniques of Received Pronunciation as produced
by Native Speakers of English (NSE)/ Foreign Speakers of English (FSE) and JLE’s
pronunciation.
The result shows that the possible reasons to underlie the existence of JE
variation, among others are: (1) JLE’s lack of phonetics and phonology, (2) Javanese
or Indonesian phoneme segmen, (3) differentiating sounds in homographs, (4) dualroles category of words, (5) phenomena of tongue-twisters, and (6) lack of suprasegmental features of sounds. For socializing system of JE variation in the case of
consonant sounds, the researcher identifies three characteristics: (1) the

JLE’s

pronounciation of released sounds of English [p, b, t, d, k, g] is too weak or lenis and
the aspiration [h] seems unheard, (2) there is no or a bit difference on voicing that
voiced and voiceless sounds seem similarly pronounced, (3) there are typical
pronunciation of JE, i.e. [th, nd, t] instead of [θ, ð,

] that these are difficult for JLE

to pronounce natively. Moreover, in the case of vowel sounds, (1) JLE prefers
pronouncing the phoneme segment instead of its variants (allophones), (2) JLE can
not differentiate the quality of close vovel sounds, and (3) JLE prefers pronouncing
the shcwa [ə] a bit longer. Finally, in the case of diphtong, JLE often pronounces
diphtongs without gliding that this leads to pronouncing diphtongs as its nucleus only
or as a change to another segment.

PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah swt penulis panjatkan, karena
hanya dengan karunia-Nya lah laporan penelitian multi-tahun, Hibah Fundamental
(tahun ke II) ini bisa diselesaikan. Penelitian Fundamental tahun ke II ini diharapkan
dapat melengkapi hasil penelitian sebelumnya; oleh karena itu, peneliti masih sangat
berharap bahwa hasil dari penelitian ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan atau materi
pembelajaran dalam perkuliahan di jurusan bahasa Inggris.
Dengan selesainya penelitian ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah mengijinkan dan
memberi semangat kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah
membantu penulis dalam melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait.
3. Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional sebagai
pemberi dana insentif penelitian Fundamentalini.
4. Anggota penelitian, para informan, mahasiswa, keluarga yang dengan
semangatnya memberi bantuan dan dorongan demi terselesainya penelitian ini.
Semoga pengorbanan semua pihak di atas menjadi amal baiknya dan
mendapat imbalan dari Allah swt. Penyusunan laporan penelitian ini tentunya tidak
menutup kemungkinan ada beberapa kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kritik dan
saran demi perbaikannya senantiasa penulis nantikan.
Surakarta, 26 Oktober 2009
Penulis

DAFTAR TABEL/ GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Organ Pengucapan Bunyi .................................................

13

Gambar 2. Peta Bunyi Konsonan BI .................……………………

15

Gambar 3. Peta Bunyi Vokal BI .................………………………..

19

Gambar 4. Peta Bunyi Diftong BI ……………………….................

21

Tabel 1. Kerangka Pikir Penelitian …………………………………

30

Tabel 2. Variasi Pengucapan bunyi [eI] pada JLE ..............................

37

Tabel 3. Variasi Pengucapan Bunyi [j] pada JLE ...............................

38

Tabel 4. Variasi Bunyi pada Kategori Ganda Kata oleh JLE ..............

43

Tabel 5. Variasi Bunyi Diftong pada JLE ...........................................

50

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Daftar Riwayat Hidup Peneliti ……………………………………… 58
2. Data of Sound Shifts …...........………………………………………

63

3. List of Data for Intelligibility .............................................................

68