3. Disfemisme Mengeraskan atau mengasarkan fakta melalui kata-kata atau kalimat sehingga
maknanya berbeda dari sesungguhnya. Misalnya serangan membabi buta, penjahat perang.
4. Jargon Kata atau istilah khas yang digunakan sebuah kelompok masyarakat tertentu yang
kemudian dipakai dalam konteks ideologi kekuasaan dan diadopsi oleh masyarakat luas. Misalnya jihad dengan jalan Tuhan, dan sebagainya.
5. Metafora Dipahami sebagai cara memindah dengan merelasikan dua fakta melalui analogi, atau
memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti ibarat, bak, sebagai umpama.
I.7. Sistematika Penulisan
Sistematika laporan penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah.
Bab I Pendahuluan; pada bab ini akan dipaparkan latar belakang masalah, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka dan operasionalisasi konsep, dan sistematika penulisan.
Bab II Uraian Teoritis; bab ini akan memaparkan mengenai pemahaman akademik
mengenai media massa dalam studi analisis isi yang digunakan dalam penelitian.
Bab III Metodologi Penelitian; dalam bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi objek penelitian, metode penelitian, operasional konsep, metode pengumpulan data dan
metode analisa data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan; bab ini memaparkan tentang hasil penelitian serta pembahasan dengan menggunakan analisa data deskriptif.
Universitas Sumatera Utara
Bab V Penutup; pada bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian dan memberikan
saran yang dapat bermanfaat kepada berbagai pihak.
Universitas Sumatera Utara
BAB II URAIAN TEORITIS
Dalam studi analisis isi, beberapa konsep atau pemahaman akademik mengenai media massa cetak dapat dijelaskan sebagai berikut:
Media massa cetak merupakan salah satu media penyampai informasi yang kini menyebar hampir di seluruh penjuru Indonesia bahkan dunia. Surat kabar misalnya.
Informasi yang terdapat dalam surat kabar sifatnya tetap dan dapat dibaca berulang-ulang. Hal ini tentu berbeda dengan informasi yang disajikan di media elektronik seperti radio dan
televisi yang terikat dengan waktu. Informasi tersebut nyatanya hanya dapat dinikmati beberapa saat dan tidak dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu yang lama.
Media massa cetak dapat berupa surat kabar, majalah, tabloid, poster, buletin, dan sebagainya. Untuk surat kabar yang menjadi objek penelitian ini, terbentuk dari faktor verbal
dan visual.
22
22
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hlm. 5
Faktor verbal dalam surat kabar dimaksudkan sebagai kemampuan sebuah surat kabar dalam pemilihan serta penyusunan kata dan kalimat yang membentuk sebuah paragraf
yang efektif. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor visual adalah penyusunan tata letak dan perwajahan surat kabar. Namun yang terpenting dari sebuah surat kabar adalah materi
atau isi yaitu pemberitaan yang dimuat dalam surat kabar tersebut. Dalam perspektif jurnalistik, setiap informasi yang disajikan kepada khalayak harus mengandung unsur
kebenaran dan sesuai dengan fakta yang ada faktual, jelas dan juga akurat.
29
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks jurnalistik, ada tiga produk jurnalistik yang terdapat dalam isi surat kabar.
23
Berita news
Produk jurnalistik tersebut adalah berita news, pandangan, ulasan, komentar opinion, dan iklan atau perkenalan yang bersifat propaganda advertisement.
Menurut Michael V. Charnley, berita adalah laporan tercepat mengenai fakta dan opini yang menarik atau penting, atau kedua-duanya bagi sejumlah besar orang.
24
4. Interpretative news penjelasan berita adalah bentuk berita yang penyajiannya merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi. Dalam penulisannya, boleh
Dengan adanya pemberitaan, masyarakat kemudian akan mengetahui segala informasi yang sedang
terjadi di seluruh aspek kehidupannya. Hal inilah yang mengharuskan berita-berita yang disajikan tiap-tiap institusi media harus berdasarkan fakta yang terjadi dan harus disampaikan
secara objektif tanpa melibatkan pendapat pribadi penulis berita. Adapun pengklasifikasian berita menurut jenisnya terdiri atas lima hal, yakni:
1. Straight news berita langsung adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Biasanya, berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari 5W+1H what,
who, when, where, why dan how.
2. Depth news pengembangan berita merupakan kelanjutan atau pengembangan dari adanya sebuah berita yang masih belum selesai pengungkapannya dan bisa
dilanjutkan kembali. 3. Investigative news penggalian berita merupakan laporan yang berisikan atau
memusatkan pada sejumlah masalah dan bersifat kontroversi. Dalam laporan investigasi, para wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang
tersembunyi demi mengungkapkan kebenaran.
23
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hlm.46
24
Haris Sumadiria, Op.cit, hlm. 64.
Universitas Sumatera Utara
dimasukkan uraian, komentar dan sebagainya yang ada kaitannya dengan data yang diperoleh dari suatu peristiwa atau kejadian yang dilihatnya.
5. Feature karangan khas adalah bagian dari penyajian berita yang cara menulisnya dapat mengabaikan pegangan utama dalam penulisan berita; atau penyajian berita
yang berbentuk human interest ketertarikan manusiawi.
Berita-berita yang telah siap untuk disajikan ke hadapan para pembaca dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya. Bila berita tersebut dianggap sangat layak diletakkan di
halaman depan surat kabar, maka berita itu disebut berita utama headline. Biasanya berita yang menjadi headline sebuah surat kabar dibuat dengan
menggunakan huruf relatif lebih besar dengan judul yang dapat menarik perhatian para pembaca. Sedangkan berita yang ditampilkan mendampingi berita utama sehingga tampak
semarak berita yang ada pada halaman depan disebut sebagai berita non-utama. Namun, bukan berarti berita tersebut tidak penting tetapi mungkin tidak hangat di masyarakat.
Berita yang menjadi headline merupakan isu utama dalam sebuah surat kabar. Isu berita headline merupakan berita yang aktual, penting, menarik perhatian masyarakat dan
sedang hangat di tengah masyarakat. Memang, setiap peristiwa yang dianggap dapat menarik minat pembaca, selalu
dijadikan headline atau diletakkan pada halaman depan surat kabar. Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa umumnya pembaca ketika akan membaca atau membeli sebuah surat
kabar, yang pertama dilihatnya adalah headline berita pada hari itu atau berita-berita yang ada di halaman depannya.
Contoh aktualnya bisa kita lihat pada agresi yang dilakukan Israel pada 27 Desember 2008 lalu di Jalur Gaza. Hampir seluruh surat kabar di dunia, termasuk Indonesia,
menempatkan peristiwa tersebut beserta dampak ikutannya sebagai headline surat kabarnya.
Universitas Sumatera Utara
Tak tanggung-tanggung, SKH Kompas misalnya, sebagai salah satu surat kabar nasional, menempatkan peristiwa tersebut sebagai headline untuk edisi sepekan berturut-turut. Sebut
saja misalnya judul-judul seperti “Israel Bom Gaza, 155 Tewas” 28122008; “Israel Dikecam Keras” 30122008; ataupun “Israel Masih Gempur Gaza” 31122008.
Tak hanya surat kabar nasional yang terbit di ibukota. Berbagai surat kabar nasional yang diterbitkan di daerah pun menempatkan agresi Israel sebagai headline, mengalahkan
isu-isu lokal atau isu nasional yang terjadi selama rentang waktu tiga minggu sejak Israel menyerang Gaza. SKH Waspada misalnya, surat kabar harian yang terbit di Kota Medan ini
bahkan mengangkat peristiwa seputar penyerangan Israel ke Jalur Gaza ini sebagai headline selama dua pekan, dengan judul-judul yang cukup sensasional: “Israel Membabibuta”
29122008; “SBY Desak DK PBB: Keluarkan Resolusi Terhadap Israel” 30122008; “Dubes Palestina Imbau Tak Kirim Mujahid Ke Jalur Gaza” 31122008.
Penyajian sebuah isu dalam pemberitaan di media seperti surat kabar dipengaruhi visi dan misi institusi media yang bersangkutan serta segmentasi pembaca dari institusi media
tersebut. Budiman yang dikutip Sobur, mengungkapkan bahwa di balik pesan-pesan yang disalurkan lewat media niscaya tersembunyi berbagai mitos yang mengandung muatan
ideologis yang berpihak kepada kepentingan mereka.
25
25
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hlm. 37.
Memang pada kenyataannya tiap-tiap institusi media seringkali memiliki kepentingan sendiri-sendiri dalam menempatkan dan menonjolkan isu-isu tertentu. Keberadaan faktor
kepentingan oleh institusi media juga dapat dilihat dengan ada tidaknya penggunaan kekerasan simbolik dalam pemberitaannya. Kekerasan simbolik yakni manipulasi fakta
melalui bahasa atau wacana dalam sebuah pemberitaan demi mempertahankan pengaruhnya dan menaklukkan kemampuan berpikir kritis masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Kekerasan simbolik ini dapat dilakukan dengan cara disfemisme, eufemisme, stigmatisasi labelisasi, jargon, metafora dan sebagainya. Disfemisme merupakan pengasaran
atau pengerasan fakta melalui kata, istilah, atau kalimat sehingga maknanya berbeda dari sesungguhnya. Eufemisme adalah penggunaan kata, istilah, atau kalimat bermakna
menghaluskan fakta. Stigmatisasi labelisasi adalah pemberian label atau stigma terhadap seseorang atau sekelompok orang atau tindakan sehingga melahirkan pengertian lain dari
keadaan sesungguhnya. Jargon adalah kata atau istilah yang dipergunakan kelompok masyarakat tertentu yang kemudian dipakai dalam konteks ideologi kekuasaan dan diadopsi
masyarakat luas. Metafora merupakan cara memindah dengan merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti ibarat, bak, sebagai
umpama.
26
Namun, beberapa media juga terkadang enggan memberitakan kebobrokan dan kejelekan pihak-pihak tertentu dan malah memilih bersikap netral, dengan berorientasi
memberitakan dampak korban yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut. Penggunaan kekerasan simbolik dalam pemberitaan sesungguhnya dapat menurunkan
kadar objektivitas, sebab dapat menguntungkan ataupun merugikan pihak-pihak yang diberitakan. Namun bukanlah sesuatu yang mustahil apabila dalam pemberitaan agresi Israel
ke Jalur Gaza, suatu media berusaha untuk menonjolkan satu pihak tertentu. Selain dengan menggunakan kekerasan simbolik dalam pemberitaannya, media juga
dapat melakukannya dengan memberikan penggambaran. Misalnya dengan memberikan gambaran yang positif terhadap perjuangan bangsa Palestina dalam menggapai kemerdekaan
negaranya dan sebaliknya memberi gambaran yang buruk atau negatif terhadap Israel yang telah menyerang warga Gaza, ataupun gambaran yang baik dari adanya aksi jihad yang
dilakukan kelompok Hamas dalam perlawanan mereka terhadap serangan Israel.
26
Jurnal Sendi No 3 Tahun 2000, Penerbit: Lembaga Studi Perubahan Sosial LSPS, Jakarta, hlm. 30- 37.
Universitas Sumatera Utara
Kompetensi pihak yang dijadikan narasumber berita dalam mendapatkan informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi peristiwa juga mempengaruhi isi
berita yang disampaikan maupun keberpihakan media tersebut terhadap pihak-pihak tertentu. Narasumber berita dapat berasal dari apa yang dilihat oleh wartawan itu sendiri atau dari
narasumber yang menguasai persoalan, atau hanya sekedar kedekatannya dengan media yang bersangkutan.
27
Begitupun unsur prominance, kredibilitas, kompetensi, penguasaan informasi menjadi dasar kebijakan media dalam menentukan dan mendistribusikan narasumber dalam konstruk
bingkai yang hendak disajikan kepada khalayak. Narasumber yang dipandang kooperatif, Narasumber jelas merupakan bagian penting dari proses kerja jurnalistik. Dalam
berbagai literatur tentang jurnalisme, narasumber disebutkan sebagai orang yang membawakan informasi tentang suatu peristiwa. Melalui narasumber, jurnalis mendapatkan
informasi yang dibutuhkan terkait dengan tema pemberitaan yang sedang dikerjakan. Karena itu, pilihan narasumber oleh media pers atau jurnalis, dapat dijadikan
indikator untuk melihat cara pandang media mengenai suatu isu tertentu. Kehadiran narasumber, khususnya dalam produk jurnalisme yang mengedepankan fakta-fakta psikologi,
atau fakta-fakta yang dikonstruksi dari keterangan narasumber, sangat kentara. Alur demi alur yang membingkai fakta media, dan kemudian didistribusikan pada setiap alinea,
dibangun berdasarkan pernyataan narasumber. Umumnya pernyataan narasumber yang dianggap paling menarik, berbobot, eksklusif, dikutip dan ditempatkan pada lead atau teras
berita. Tidak jarang juga dijadikan judul berita.
27
Burhan Bungin ed., Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm. 158.
Universitas Sumatera Utara
selalu bersedia untuk dimintai tanggapan, memiliki data-data yang akurat merupakan jenis narasumber yang dicari media.
28
Herbert Strentz mengungkapkan ada dua peringatan menyangkut kompetensi narasumber berita.
29
Sebuah tulisan jurnalistik haruslah bersumber dari fakta, bukan opini atau asumsi si reporter. Itu sebabnya, harus ada narasumber yang jelas dan dapat dipercaya Syarat
narasumber berita adalah layak dipercaya, berwenang artinya orang yang punya kekuasaan Pertama, reporter tidak boleh mengandaikan bahwa, karena posisi atau
pengalaman, narasumber berita yang harus tahu memang benar-benar tahu dan dapat memberikan informasi.
Mengenai peringatan pertama, Webb dan Salancik seperti yang dikutip Strentz, meringkaskan empat kondisi yang membuat reporter tidak boleh begitu saja mempercayai
informasi yang diberikan oleh narasumber: 1 narasumber mungkin tidak tahu tentang informasi yang dikehendaki reporter;
2 narasumber mungkin memiliki informasi dan mau membaginya, tetapi mungkin kurang pandai berbicara atau kurang memiliki konsep untuk mengatakannya;
3 narasumber mungkin memliki informasi yang dikehendaki tetapi tidak ingin membaginya; dan
4 narasumber mungkin mau membagi informasi, tetapi tidak mampu mengingatnya.
Peringatan kedua, kompetensi narasumber berita tidak perlu dikaitkan dengan metode perolehan berita. Mengenai peringatan ini, kompetensi relatif dari narasumber berita harus
menentukan metode pengumpulan berita yang paling mungkin akan menghasilkan informasi yang dikehendaki.
28
Jurnal Kupas edisi 2 Desember 2008, Penerbit: Kajian Informasi, Pendidikan dan Penerbitan Sumatera Kippas, Medan, hlm.10
29
Herbert Strentz, Reporter dan Sumber Berita: Persekongkolan dalam Mengemas dan Menyesatkan Berita, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hlm. 89-90.
Universitas Sumatera Utara
dan tanggung jawab terhadap masalah yang sedang diliput, kompeten dan narasumber berita yang memiliki hubungan, terpengaruh atau mempengaruhi peristiwa tersebut.
Bagaimanapun pembuat berita memilih dan menentukan narasumber berita yang dapat memberikan informasi dalam peliputannya, sejatinya pembuat berita tetap tidak boleh
melakukan keberpihakan terhadap salah satu pihak. Media harus berada di tengah-tengah tanpa harus melebih-lebihkan atau menjelek-jelekan pihak tertentu. Dengan begitu,
keobjektivitasan berita di media tersebut dapat terjaga dan dipercaya oleh pembacanya.
Pandangan atau Pendapat opinion
Dalam sebuah surat kabar tersedia kolom atau rubrik yang berfungsi untuk menampung pendapat atau pandangan. Ini merupakan perwujudan dari institusi pers sebagai
lembaga kontrol sosial. Opini dalam surat kabar tersebut dapat berasal dari masyarakat luas yang disebut pendapat umum public opinion dan yang berasal dari media itu sendiri
dinamakan pendapat redaksi desk opinion.
30
30
Totok Djuroto, Op.cit, hlm. 67
Pendapat umum adalah pendapat, pandangan atau pemikiran lain dari masyarakat untuk menanggapi atau membahas suatu permasalahan yang dimuat dalam pemberitaan
sebuah media. Pendapat umum ini biasanya disajikan dalam tiga bentuk, yaitu komentar, artikel, dan surat pembaca.
Sementara opini penerbit merupakan pandangan, pendapat atau opini dari redaksi terhadap suatu masalah yang terjadi di tengah masyarakat, dan dijadikan sajian dalam
penerbitannya. Opini penerbit sering juga disebut sebagai “Suara Redaksi” dan biasanya ditulis dalam beberapa bentuk, seperti tajuk rencana atau editorial, pojok, catatan kecil, dan
karikatur.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memisahkan secara tegas antara berita dan opini maka tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel, komentar dan surat pembaca ditempatkan dalam satu halaman khusus. Inilah
yang disebut halaman opinion opinion page.
Periklanan advertising
Periklanan adalah kegiatan memasok perhatian penghasilan bagi perusahaan penerbitan pers dengan jalan menjual kolom-kolom yang ada pada surat kabar dalam bentuk
advertensi advertising. Iklan dalam penerbitan media dibagi dua jenis, iklan umum dan iklan khusus. Iklan
umum, artinya iklan yang diperuntukkan bagi kepentingan bisnis, misalnya iklan promosi. Sedangkan iklan khusus adalah iklan yang diperuntukkan bagi kegiatan sosial. Misalnya,
pengumuman, iklan keluarga, iklan layanan masyarakat dan sebagainya.
31
Analisis isi content analysis menurut Jalaluddin Rakhmat, merupakan suatu metode untuk mengamati dan mengukur isi komunikasi.
Dengan menggunakan pemberitaan dalam surat kabar yang telah dipaparkan sebelumnya, penelitian ini menggunakan metode analisis isi untuk mengetahui bagaimana isi
pemberitaan “Agresi Israel ke Jalur Gaza” di Surat Kabar Harian Kompas dan Waspada.
32
Sedangkan Kripendorff, mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru replicable dan sahih data dengan
memperhatikan konteksnya. Analisis isi sering dipakai untuk mengkaji
pesan-pesan media.
33
31
Totok Djuroto, Ibid., hlm 83
32
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hlm. 89
33
Klaus Krippendorff, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, Rajawali Press, Jakarta, 1993, hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
Warner J. Severin dan James W. Tankard menyatakan bahwa analisis isi adalah sebuah metode analisis isi pesan berita secara sistematis.
34
Gagasan untuk menjadikan analisis isi sebagai teknik penelitian muncul dari gagasan Benard Berelson.
Analisis ini adalah alat untuk menganalisis pesan dari komunikator tertentu.
35
Metode analisis isi pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan
menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. Berelson mendefinisikan analisis isi dengan:
Content Analysis is a research technique for the objective, systematic and quantitative description of the manifest content of communication. Analisis isi didefinisikan sebagai
suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak.
Prinsip sistematik diartikan bahwa ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Peneliti tidak dibenarkan melakukan analisa hanya pada isi yang sesuai
dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diteliti yang telah ditetapkan dalam pemilihan populasi dan sampel.
Prinsip objektif, yaitu hasilnya tergantung pada prosedur penelitian bukan pada orangnya. Yaitu dengan ketajaman kategorisasi yang ditetapkan, sehingga orang lain dapat
menggunakannya. Prinsip kuantitatif berarti mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk
melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Sementara, isi yang nyata diberi pengertian, yang diteliti dan dianalisis hanyalah isi yang tersurat, yang tampak, bukan makna yang
dirasakan oleh si peneliti.
34
Warner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa, Kencana, Jakarta, 2005, hlm. 31
35
Burhan Bungin, Op.cit., hlm. 173
Universitas Sumatera Utara
Analisis isi dapat digunakan untuk mempersoalkan seberapa besar atau seberapa sering media massa memberikan poin pemberitaan terhadap suatu peristiwa atau pihak-pihak
yang terlibat di dalam peristiwa tersebut. Analisis isi juga dapat digunakan untuk melakukan perbandingan dengan media lain
yang sejenis, untuk mengidentifikasi apa dan siapa yang tidak dimuat dalam pemberitaan, adanya favoritisme atau bias berita.
36
1. Analisis isi pragmatis; prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut sebab atau
akibatnya yang mungkin. Penggunaan metode analisis isi tidak berbeda dengan penelitian kualitatif lainnya.
Hanya saja karena teknik ini dapat digunakan pada pendekatan yang berbeda baik kuantitatif maupun kualitatif, maka penggunaan analisis isi tergantung pada kedua pendekatan itu.
Analisis isi yang sifatnya kuantitatif hanya mampu mengetahui atau mengidentifikasi manifest message pesan-pesan yang tampak dari isi media yang diteliti. Prinsip analisis isi
kuantitatif yang selama ini diterapkan adalah prinsip objektivitas yang diukur dari pembuatan atau penyusunan kategorisasi.
Sedangkan analisis isi yang sifatnya kualitatif tidak hanya mampu mengidentifikasi pesan-pesan manifest, melainkan juga latent massage dari sebuah dokumen yang diteliti.
Dengan kata lain, analisis isi media secara kualitatif akan lebih mendalam dan detail dalam memahami produk isi media dan mampu menghubungkannya dengan konteks sosial realitas
yang terjadi. Untuk klasifikasi jenis analisis isi, Janis 1965 yang dikutip Krippendorff
mengajukannya sebagai berikut:
2. Analisis isi semantik; prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut maknanya.
Anakisis isi semantik dapat dibagi lagi dalam tiga hal yaitu:
36
Jurnal Kupas edisi 1 November 2008, Penerbit: Kajian Informasi, Pendidikan dan Penerbitan Sumatera Kippas, Medan, hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
a analisis penunjukan designation yang menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu dirujuk;
b analisis pensifatan attribution menggambarkan frekuensi seberapa sering karakteristik tertentu dirujuk;
c analisis pernyataan assertions menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu dikarakteristikan secara khusus. Analisis ini disebut juga analisis tematik.
3. Analisis sarana tanda sign-vehicle; prosedur yang mengklasifikan isi menurut sifat
psiko-fisik dari tanda.
37
37
Klaus Krippendorff, Op.cit., hlm. 35-36
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi Objek Penelitian III.1.1 Surat Kabar Harian Kompas
Harian umum yang tidak bisa dilupakan peranannya dalam sejarah pers nasional di Indonesia adalah Kompas. Kompas termasuk harian yang memberikan banyak masukan
dalam sejarah jurnalistik, khususnya jurnalistik surat kabar. Manajemen yang diterapkan dalam organisasi harian merupakan sumbangsih terbesar yang pernah diberikan harian
Kompas kepada jurnalistik di Indonesia. Harian Kompas didirikan dan dirintis oleh Petrus Kanisius PK Ojong dan Jakob
Oetama yang juga merupakan tokoh pers nasional pada 1965. Awalnya ditetapkan nama Bentara Rakyat yang secara harfiah berarti pegawai rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI
catatan: waktu itu semua yang berbau PKI sealu memakai kata rakyat. Ketika disebut nama Bentara Rakyat, Bung Karno menyarankan nama “Kompas” agar jelas sebagai penunjuk
arah. Jadilah dipilih nama Kompas sedangkan Bentara Rakyat sebagai nama yayasan yang menerbitkan Kompas.
Para pendiri Yayasan Bentara Rakyat adalah pemimpin dari organisasi Katolik, seperti Partai Katolik, Pemuda Katolik, Wanita Katolik, PMKRI. Pengasuh sehari-hari
dipegang oleh Jakob Oetama dan PK Ojong dengan otonomi profesional yang penuh. Pada 28 Juni 1965 di Kramat Jaya Jakarta, tepatnya di percetakan PN Eka Grafika, PK Ojong dan
Jakob Oetama memulai aktivitas mereka untuk menghasilkan edisi pertama Harian Kompas.
42
Universitas Sumatera Utara
Penampilan edisi pertama Kompas memang berantakan. Tatanan perwajahannya tidak beraturan, memiliki gambar kurang terang, dan sama sekali belum memiliki tambahan
pernak-pernik untuk mempercantik diri. Justru dibalik keterbatasan serta kekurangan itu, para pengelolanya seperi dipacu untuk terus menerus memperbaiki diri.
Kompas di awal perkembangannya, dicetak di percetakan orang lain sebelum membangun percetakan sendiri. Untuk pertama kalinya dicetak di atas mesin cetak dupleks
yang sederhana, sebelum kemudian pindah ke mesin cetak rotasi. Lalu pada 1972, Kompas mulai mencetak sendiri yaitu di percetakan Gramedia.
Semula Kompas hanya terdiri dari empat halaman, sama seperti harian lainnya. Kemudian menjadi 16 halaman, yakni batas maksimum halaman surat kabar yang
diperbolehkan pemerintah. Kantor redaksi Kompas pertama kali masih menumpang di Kantor Redaksi Majalah Intisari yang menempati salah satu ruang kantor PT Kinta, Jakarta Kota.
Oleh karena alasan percetakan jauh, maka redaksi malam juga menumpang di redaksi Majalah Penabur, bertempat di Jalan Kramat.
Sejak Juli 1986, sesuai dengan ketentuan pemerintah, dua kali dalam seminggu Kompas dapat menambah halamannya menjadi 20 halaman. Kompas semula diarmadai
hanya oleh 15 wartawan, namun hingga kini telah mencapai sekitar 300 wartawan dan 8 koresponden di luar negeri. Harian Kompas tercatat beroplah sekitar 550.000 eksemplar pada
har-hari biasa Senin-Sabtu dan hari Minggu rata-rata 600.000 sampai 700.000 eksemplar dan 80 peminat Kompas ada di P. Jawa. Sementara itu pendapatan Kompas dari iklan juga
menempati tempat teratas. Pada awal 1985, surat kabar terbesar di Indonesia ini dapat meraih jumlah Rp 1,5 Miliar per bulan dari sumber iklan.
Harian yang mengemban motto Amanat Hati Nurani Rakyat ini terbit setiap hari dengan full colour. Kompas terbit setiap hari dengan jumlah minimal 32 halaman yang berisi
Universitas Sumatera Utara
rubrik Politik dan Hukum, Opini, Rubrik Internasional, dan Humaniora. Sedangkan untuk edisi Jumat, lebih banyak disuguhi Rubrik Sport sebanyak 8 halaman.
Terkadang dalam satu hari Kompas dapat menyajikan sampai 66 halaman sekaligus, namun dari semua itu terdapat beberapa rubrik yang menjadi ciri khas Kompas yang harus
ada dalam setiap kali terbit kecuali edisi Minggu. Seperti Rubrik Politik dan Hukum, merupakan rubrik yang menampilkan berbagai peristiwa yang berkaitan dengan hal-hal yang
berbau politik dan hukum yang tersaji pada halaman 2 sampai 5. Halaman 6 dan 7 berisi Rubrik Opini yaitu, tajuk rencana, artikel, surat pembaca, dan suatu kolom yang diberi nama
“Pojok”. Berbagai perisiwa dari dunia internasional seperti halnya berita Agresi Israel ke Jalur
Gaza, terangkum secara khusus pada halaman 8 sampai 11. Sedangkan berita dan informasi mengenai sosial, pendidikan dan kemanusiaan tercakup pada halaman 12 sampai 14 yang
dinamai Rubrik Humaniora.
III.1.2. Surat Kabar Harian Waspada
Surat kabar Waspada merupakan salah satu surat kabar tertua di Kota Medan. Surat kabar ini terbit pertama kali di Kota Medan pada 11 Januari 1947. Ketika itu Medan masih
dikuasai NICA dengan jumlah penduduk berkisar 200.000 jiwa. Selama perjalanannya, harian ini sudah banyak mengalami pasang surut.
Surat kabar Waspada didirikan oleh H. Mohammad Said dengan biaya sendiri. Dasar tujuan diterbitkannya kala itu adalah untuk mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945.
Sejak awal terbitnya, surat kabar Waspada secara terang-terangan dan konsekuen mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia. Surat kabar Waspada membaktikan kerjanya dengan
jalan menyajikan berita-berita serta meneruskan keterangan resmi pemerintah Republik
Universitas Sumatera Utara
Indonesia dari ibukota tentang situasi revolusi dan mengemukakan pendapat yang mengukuhkan keyakinan akan suksesnya perjuangan dalam waktu singkat.
Keberadaan surat kabar ini pada awal terbit sangat bermanfaat sebagai alat penting dalam melancarkan perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi pada waktu itu
negara sangat kekurangan alat-alat berupa media penerangan untuk dapat tetap menjaga hubungan antara sesama pejuang kemerdekaan dan gerilyawan yang terpencar di berbagai
daerah. Keberadaan Waspada sebagai surat kabar republik yang tidak mau menyiarkan berita-
berita untuk kepentingan NICA mendapat tantangan dari pemerintah Belanda. Bahkan tidak jarang surat kabar Waspada harus menghadapi teror dari pemerintah Belanda. Antara tahun
1947-1949, Waspada seringkali mengalami pembredelan karena menyiarkan berita-berita yang menguntungkan perjuangan Republik Indonesia. Selama masa awal kemerdekaan
Indonesia, Waspada harus hidup secara “gali lubang tutup lubang”. Langkahnya kertas koran juga menjadi kesulitan utama yang mengakibatkan Waspada hanya terbit dengan jumlah
1000 eksemplar, bahkan kadang-kadang hanya 300 eksemplar. Setelah keadaan mulai membaik beberapa tahun kemudian, Waspada mulai menerima
distribusi kertas sebanyak 5000 eksemplar sehari dan terus bertambah hingga mencapai 25.000 eksemplar di tahun 1956.
Harian Waspada sempat juga tidak terbit selama beberapa minggu akibat ketidaklancaran distribusi kertas koran disertai dengan ketegangan suhu politik dan
pemberontakan Daud Beureuh di Aceh antara tahun 1955-1956. para pembaca Waspada harus beralih ke harian lain yang mulai banyak terbit di Medan. Setelah terbit kembali,
Waspada membutuhkan beberapa minggu untuk menarik kembali pelanggan yang loyal membaca Waspada.
Universitas Sumatera Utara
Penurunan oplah penjualan surat kabar Waspada juga sempa terjadi pada akhir 1956 pada saat Pemberontakan Rakyat Republik Indonesia PRRI yang dipimpin oleh Kolonel
Simbolon di Sumatera Utara. Secara terang-terangan Waspada menyatakan penentangan terhadap aksi tersebut. Segera setelah pemberontakan PRRI meletus di Tapanuli-Labuhan
Batu, kelompok tersebut menyatakan Waspada sebagai bacaan terlarang. Surat kabar Waspada yang masuk ke daerah tersebut dibakar, bahkan orang yang membawanya ikut
dihukum dan dipukuli. Oplah penjualan surat kabar Waspada mengalami penurunan dari 25.000 eksemplar menjadi 20.000 eksemplar.
Seiring dengan kondisi keamanan negara yang berangsur-angsur pulih dan penurunan tingkat buta huruf sejak Agustus 1966, permintaan menjadi pelanggan surat kabar Waspada
terus meningkat. Daerah penyebaran dan agennya juga bertambah. Kini Waspada mampu menyediakan lebih dari 600.000 eksemplar dengan daerah penyebaran mulai dari Medan dan
kawasan Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Riau dan Jakarta. Harian Waspada setiap harinya terbit dengan jumlah minimal 20 halaman. Rubrik
yang mengisi harian ini antara lain Rubrik Medan Metropolitan, Nusantara, Luar Negeri, Sport, Ekonomi Bisnis, Opini, dan Rubrik Sumatera Utara yang berisi informasi dari berbagai
daerah di Sumatera Utara. Ada juga Rubrik Nanggroe Aceh Darussalam yang memuat berita- berita seputar daerah Banda Aceh, Sigli, Bireue dan Lhokseumawe.
III.2. Metode Penelitian
Metode penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana peneliti menggambarkan tata cara pengumpulan data serta analisis data. Metode penelitian yang
digunakan adalah studi analisis isi. Analisis isi merupakan suatu metode untuk melukiskan isi komunikasi yang nyata
secara deskriptif, sistematik dan kuantitatif. Menurut Jalaluddin Rakhmat, analisis isi berguna
Universitas Sumatera Utara
untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang.
38
1. Menggambarkan isi komunikasi describing communication content, yaitu
mengungkapkan kecenderungan yang ada pada isi komunikasi, baik melalui media cetak maupun elektronik.
Kelebihan utama metode analisis isi adalah tidak digunakannya manusia sebagai subjek penelitian. Menyebabkan penelitian relatif lebih mudah, tidak ada reaksi dari populasi
ataupun sampel yang diteliti karena tidak ada orang yang diwawancarai, diminta mengisi kuesioner, ataupun diminta datang di laboratorium. Analisis isi juga relatif murah. Bahan-
bahan penelitian mudah ditemukan terutama di perpustakaan, atau di bagian dokumentasi visual.
Kekurangan analisis isi terpenting adalah ia hanya meneliti pesan yang tampak, sesuatu yang disembunyikan dalam pesan bisa luput dari analisis isi. Kelemahan lain, adalah
bahwa pesan komunikasi tidak selamanya merefleksikan fakta, terkadang memang ada usaha untuk membelokkan dunia simbolis yang ada di media pesan dari realitas sesungguhnya.
Walau terkesan tradisional dan kurang mendalam dibandingkan studi komunikasi lainnya, analisis ini sangat berguna untuk memberikan gambaran bagaimana sikap media
massa ketika memberitakan peristiwa-peristiwa internasional yang tentu sangat berguna untuk menambah informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai dunia internasional.
Wimmer dan Dominick yang dikutip Kriyantono, menyampaikan setidaknya ada lima kegunaan yang dapat dilakukan dalam penelitian analisis isi, yakni:
2. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan testing hipotheses of messages
characteristics, yaitu menghubungkan karakteristik tertentu dari komunikator sumber dengan karakteristik pesan yang dihasilkan.
38
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hlm. 89
Universitas Sumatera Utara
3. Membandingkan isi media dengan dunia nyata comparing media content to the ‘real
world’, yaitu menguji apa yang ada di media dengan situasi aktual yang ada di kehidupan nyata.
4. Memperkirakan gambaran kelompok tertentu di masyarakat assessing the image of
particular groups in society, yaitu untuk meneliti gambaran media mengenai kelompok minoritas, agama tertentu, etnik dan lain-lainnya.
5. Mendukung studi efek media massa, yang digunakan sebagai sarana untuk memulai
penelitian efek media massa.
39
III.3. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah SKH Kompas dan Waspada yang memuat pemberitaan mengenai agresi Israel ke Jalur Gaza dimulai dari edisi 28 Desember
2008 sampai dengan 28 Januari 2009. Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah berita yang layak untuk diteliti dari SKH
Kompas ada sebanyak 47 item pemberitaan. Sementara untuk Waspada terdapat 43 item pemberitaan. Jadi, keseluruhannya berjumlah 90 item pemberitaan.
III.4. Operasionalisasi Konsep Variabel Penelitian
III.4.1 Operasional Konsep
Dalam analisis isi, validitas metode dan hasil-hasilnya sangat tergantung dari kategori-kategori yang dibuat. Untuk mempermudah menganalisa isi media yang akan
diteliti, diperluka n kategorisasi. Yaitu:
39
Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, Kencana Prenada Group, Jakarta, 2006, hlm. 230
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Operasional Konsep
Variabel Penelitian Variabel Operasional
Posisi penempatan berita 1.
Halaman depan Headline 2.
Halaman depan bukan headline 3.
Halaman khusus 4.
Halaman Lain Bentuk penyajian berita
1. Straight news
2. Feature
3. News analysis
Sumber berita 1.
Pelaku langsung 2.
Bukan pelaku langsung Penggambaran pihak yang
berkonflik 1.
Positif 2.
Negatif 3.
Positif+negatif 4.
Tidak ada penggambaran Kekerasan simbolik
1. Stigmatisasi Labelisasi
2. Eufemisme
3. Disfemisme
4. Jargon
5. Metafora
III.4.2 Operasional variabel
Operasional variabel berguna untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep dalam operasional. Maka operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
Berita merupakan laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting dan menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui
media massa. Berdasarkan posisi penempatan beritanya, berita mengenai Agresi Israel ke Jalur Gaza di Surat Kabar Harian Kompas dan Waspada dimuat di:
Universitas Sumatera Utara
Halaman depan headline, yaitu berita yang dianggap sangat layak diletakkan di
halaman depan surat kabar dengan judul yang dapat menarik perhatian masyarakat dan menggunakan huruf relatif lebih besar.
Halaman depan, bukan headline, yaitu berita yang ditampilkan mendampingi headline
sehingga tampak semarak berita yang ada pada halaman depan suatu harian tanpa mengurangi nilai berita tersebut.
Halaman khusus, yaitu berita-berita yang ditempatkan pada salah satu rubrik dalam
surat kabar yang khusus membahas mengenai tema dari rubrik tersebut.
Halaman lain, yaitu berita-berita tentang Agresi Israel ke Jalur Gaza yang disajikan di luar dari halaman depan dan halaman khusus rubrik internasional luar negeri.
Dalam pemberitaan mengenai Agresi Israel ke Jalur Gaza di Harian Kompas dan Waspada, bentuk penyajian beritanya dapat dikelompokkan atas:
Straight news berita langsung, yaitu laporan langsung mengenai suatu peristiwa.
Feature, yaitu berita-berita yang disajikan dengan mengetengahkan sisi humanis atau
ketertarikan manusiawi dari suatu peristiwa.
News Analysis, yaitu berita yang merupakan analisis lanjutan wartawan tentang suatu peristiwa. Unsur subjektivitas menonjol dan cenderung berbau opini wartawan, pakar
atau pengamat.
Narasumber berita adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi mengenai persoalan yang diliput. Adapun narasumber berita dalam penelitian ini dibagi atas:
Universitas Sumatera Utara
Pelaku langsung, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara
dengan sumber berita yang mengalami langsung peristiwa tersebut. Misalnya: Pemerintah Palestina, Pemerintah Israel, kelompok Hamas, warga sipil Gaza, dan
paramedis Gaza.
Bukan pelaku langsung, yaitu apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut.
Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi lalu menjadi sumber berita. Misalnya, PBB, negara Arab, pemerintah luar negeri, masyarakat luar negeri, dan
relawan medis dari luar negeri.
Dalam konflik agresi Israel ke Jalur Gaza, media biasanya memberikan gambaran bagaimana sikap dan tindakan pihak yang berkonflik tersebut baik Palestina faksi Fatah,
Israel maupun kelompok Hamas dengan penilaian-penilaian yang dapat dikategorikan:
Positif, yaitu dalam berita yang disajikan terdapat gambaran yang baik atau positif terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh masing-masing pihak.
Negatif, yaitu dalam berita yang disajikan terdapat gambaran yang buruk atau tidak
baik terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh masing-masing pihak.
Positif+negatif, yaitu dalam berita yang disajikan di media terdapat gambaran yang baik serta gambaran yang buruk terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
masing-masing pihak.
Tidak ada penggambaran, yaitu apabila dalam berita yang terdapat di media tersebut tidak memuat penggambaran apapun terhadap pihak-pihak yang bertikai.
Manipulasi fakta melalui bahasa atau wacana oleh penguasa kepemimpinan intelektual dan moral demi mempertahankan kekuasaan dan menaklukkan kemampuan
Universitas Sumatera Utara
berpikir kritis masyarakat dapat dilakukan dengan penggunaan kekerasan simbolik dalam wacana yang disampaikan. Kekerasan simbolik tersebut diantaranya:
Stigmatisasi Labelisasi, yakni penggunaan kata atau istilah opensif dicapkan atau
dilabelkan kepada seseorang atau kelompok atau tindakan sehingga melahirkan pengertian lain dari keadaan sesungguhnya. Misalnya kaum zionis, provokator.
Eufemisme, yakni menghaluskan fakta melalui penggunaan kata atau kalimat
sehingga maknanya berbeda dari sesungguhnya. Misalnya dibombardir menjadi diserang, mengutuk menjadi mengecam keras.
Disfemisme, yakni mengeraskan atau mengasarkan fakta melalui kata-kata atau
kalimat sehingga maknanya berbeda dari sesungguhnya. Misalnya serangan membabi buta, penjahat perang.
Jargon, yakni kata atau istilah khas yang digunakan sebuah kelompok masyarakat
tertentu yang kemudian dipakai dalam konteks ideologi kekuasaan dan diadopsi oleh masyarakat luas. Misalnya jihad dengan jalan Tuhan, dan sebagainya.
Metafora dipahami sebagai cara memindah dengan merelasikan dua fakta melalui
analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti ibarat, bak, sebagai umpama.
III.5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah: a.
Studi dokumenter, dimana data-data unit analisis dikumpulkan dengan cara mengumpulkan data dari bahan-bahan tertulis pada surat kabar Harian Kompas dan
Waspada yang memuat pemberitaan Agresi Israel ke Jalur Gaza.
Universitas Sumatera Utara
b. Studi kepustakaan, dengan cara studi terhadap literatur serta berbagai sumber bacaan
yang relevan dan mendukung penelitian. Studi kepustakaan ini dilakukan melalui buku-buku, kliping dari berbagai media massa, jurnal, internet dan sebagainya.
III.6. Teknik Analisa Data
Analisa data menunjukkan kegiatan mengorganisasikan data ke dalam susunan- susunan tertentu, ditabulasi sesuai dengan susunan sajian data yang dibutuhkan untuk
menjawab masing-masing masalah. Selain itu, juga melakukan perhitungan sesuai dengan jenis pengolahan statistika, pada akhirnya diambil kesimpulan.
Dalam penelitian ini, analisa data deskriptif menggunakan SPSS Statistical Product and Service Solution For Windows 13.0 sebagai alat bantu penelitian. Hasil analisa data
dengan alat bantu statistika ini dinilai lebih empiris dalam memecahkan persoalan penelitian.
40
Kemudian data yang diperoleh dianalisa kembali. Hal ini disebutkan sebagai teknik frekuensi.
41
Setelah dibuat analisis, maka diukur berdasarkan frekuensi kemunculan pada setiap halaman surat kabar dan penganalisaan wacana. Selanjutnya variabel tersebut dikoding oleh
pengkoding satu. Dalam penelitian ini, penulis dibantu oleh pengkoding lain guna meningkatkan kepercayaan pengkodingan. Reliabilitas pengkodingan menggunakan rumus R.
Holsty.
42
C.R. =
N1 + N2 2M
40
Triton P B, SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametik, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.
41
Klaus Krippendorff, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, Rajawali Press, Jakarta, 1993, hlm. 168- 169.
42
Burhan Bungin ed., Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm. 217.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: C.R.
= Coefficient Reliability M
= Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkoding N1, N2
= Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding I dan pengkoding II
Walaupun belum ada standart reliabilitas yang absolut, ambang penerimaan secara luas dipakai adalah 60, jika kedua pengkoding memperoleh hasil di bawah 60 maka
tingkat kepercayaan kedua pengkoding ditolak.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis terhadap objek penelitian, yaitu berita-berita mengenai “Agresi Israel ke Jalur Gaza” yang dimuat oleh Surat Kabar
Harian Kompas dan Waspada yang dimulai dari edisi 28 Desember 2008 sampai 28 Januari 2009, maka berita yang layak untuk diteliti ada sejumlah 90 item berita. Dari 90 item berita
tersebut, terdapat 47 item berita atau 52,22 yang dimuat oleh Kompas sedangkan Waspada memuat 43 item berita atau 47,78.
Dengan demikian jumlah berita yang layak uji dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 item berita.
Tabel 4.1 Jumlah Berita yang Layak Uji
Surat Kabar Harian Jumlah Berita Layak Uji
Kompas 47
52,22 Waspada
43 47,78
Jumlah 90
100
Sumber Hasil Pengkodingan
Setelah penulis mengumpulkan berita yang layak uji tersebut secara keseluruhan, maka selanjutnya penulis melakukan proses pengkodingan. Proses pengkodingan yaitu
penulis melakukan pengelompokkan terhadap keseluruhan berita tersebut berdasarkan kategori-kategori yang telah dibuat penulis sebelumnya, yaitu melihat pemberitaan mengenai
Agresi Israel ke Jalur Gaza berdasarkan kategori posisi penempatan berita, bentuk
56
Universitas Sumatera Utara
penyajian berita, narasumber berita, penggambaran pihak yang terlibat dan kekerasan simbolik.
Dalam proses pengkodingan ini yang bertindak sebagai pengkoding pertama adalah penulis sendiri. Setelah penulis mengkoding berita-berita yang layak uji tersebut berdasarkan
kategori-kategori yang telah ditetapkan, maka selanjutnya pengkoding II akan mengkoding kembali. Dalam penelitian ini pengkoding II adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi
program studi Jurnalistik yang dianggap memahami permasalahan yang sedang dibahas. Meski demikian, sebelumnya dijelaskan terlebih dahulu mengenai definisi dari masing-
masing kategori berdasarkan variabel-variabelnya untuk meminimalisir perbedaan persepsi dan untuk memperoleh hasil yang valid.
Setelah masing-masing pengkoding mengkoding keseluruhan kategori berdasarkan variabel-variabel yang ada, maka selanjutnya kedua pengkoding mengukur tingkat
reliabilitas. Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur sejauhmana tingkat kepercayaan antara pengkoding I dan pengkoding II, dan melihat apakah hasil pengkodingan tersebut
diterima atau ditolak. Perhitungan reliable tidaknya kategorisasi akan dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh R. Holsty. Hasil pengkuran oleh kedua
pengkoding dapat dilihat pada lampiran.
IV.1 Analisa Data Deskriptif