Pengeluaran Bahan Kering dan Bahan Organik pada Feses Kecernaan Bahan Kering KcBK Kecernaan Bahan Organik KcBO

20 Sehingga kombinasi perlakuan yang dihasilkan adalah sebagai berikut : S 2 P 1 S 1 P 4 S 3 P 2 S 4 P 3 S 2 P 3 S 1 P 2 S 3 P 4 S 4 P S 2 P 4 S 1 P 3 S 3 P 1 S 4 P 2 S 2 P 2 S 1 P 1 S 3 P 3 4 P 4 Model matematika yang digunakan Sastrosupardi 2000 adalah Y ijk = µ + T j + B j + K k + є ijk Dimana : Y ijk = Hasil pengamatan dari perlakuan ke-i, baris ke-j dan kolom ke-k T i = Pengaruh perlakuan ke-i B j = Pengaruh baris ke-j K k = Pengaruh kolom ke-k µ = Nilai tengah umum є ijk = Pengaruh galat karena perlakuan ke-i, baris ke-j dan kolom ke- k Parameter penenilitian 1. Konsumsi Pakan Bahan Kering dan Bahan Organik Konsumsi bahan kering dan bahan organik adalah diukur dengan mengalikan konsumsi ransum dengan kandungan bahan kering dan bahan organik yang diperoleh dari data analisis di laboratoium.

2. Pengeluaran Bahan Kering dan Bahan Organik pada Feses

Pengeluaran bahan kering dan bahan organik diukur dengan mengalikan total feses yang dikeluarkan dengan kandungan bahan kering dan bahan organik dengan periode satu minggu. Universitas Sumatera Utara 21

3. Kecernaan Bahan Kering KcBK

Kecernaan bahan kering dapat diukur dengan menghitung berdasarkan rumus : KcBK = Konsumsi BK – Pengeluaran BK x 100 Konsumsi BK Konsumsi dan pengeluaran feses BK diperoleh dalam jangka waktu pengukuran selama periode koleksi yaitu selama satu minggu.

4. Kecernaan Bahan Organik KcBO

Kecernaan bahan organik diukur dengan menghitung berdasarkan rumus : KcBO = Konsumsi BO – Pengeluaran BO x 100 Konsumsi BO Konsumsi dan pengeluran feses BO diperoleh dalam jangka waktu pengukuran selama periode koleksi yaitu selama satu minggu. Pelaksanaan penelitian Persiapan kandang 1. Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan minum dibersihkan dan didesinfektan. 2. Pemberian pakan dan air minum Pakan perlakuan diberikan secara ad libitum. Sisa pakan yang diberikan ditimbang keesokan harinya untuk mengetahui konsumsi pakan ternak tersebut. Sebelum dilakukan penelitian diberikan waktu untuk beradaptasi dengan pakan perlakuan secara terjadwal selama 2 minggu. Pemberian air minum juga dilakukan secara ad libitum. Air diganti setiap hari dan tempatnya dicuci dengan air bersih. Universitas Sumatera Utara 22 3. Pemberian Obat-obatan Ternak sapi pertama masuk kandang diberikan obat cacing WORMZOL-B dan vitamin B-kompleks sebanyak 5-10 mlekor selama masa adaptasi 3 minggu, sedangkan obat lain diberikan sesuai kondisi ternak. 4. Periode pengambilan Data Konsumsi pakan dihitung setiap hari, sedangkan penimbangan bobot badan sapi dengan timbangan digital dilakukan dalam selang waktu 14 hari sekali. Metode pengambilan sampel : - Setiap kali pemberian pakan ditimbang - Sampel masing – masing pakan diambil, dimasukan kedalam oven kemudian dianalisis. - Selesai pengumpulan data, feses, sampel pakan digiling kemudian dianalisis. 5. Analisis Data Data pengamatan konsumsi pakan dianalisis. Hasil analisis kimiawi pakan, dan feses ditabulasi, kemudian dengan menggunakan rumus daya cerna dilakukan secara statistik untuk mengukur besar daya cerna masing-masing perlakuan. Universitas Sumatera Utara 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dihitung dalam bahan kering dan bahan organik yang diperoleh dari konsumsi pakan dan kecernaan pakan selama penelitian. Konsumsi Bahan Kering BK Konsumsi pakan dihitung dengan menambahkan semua yang dikonsumsi oleh ternak sapi yaitu konsumsi dari pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit dalam bahan kering. Rataan konsumsi pakan dalam bahan kering selama penelitian dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan konsumsi bahan kering dari hasil penelitian gekorhari Perlakuan Ulangan Rataan sd S 1 S 2 S 3 S 4 P 1 6090 6970 6510 6370 6485.00 367.47 P 2 6160 6720 6265 6790 6483.75 317.42 P 3 6230 6440 6580 6650 6475.00 185.20 P 4 6160 6230 6575 6370 6333.75 183.00 Rataan 6160 6590 6482.5 6545 6444.37 194.64 Dari data konsumsi bahan kering pada Tabel 9 memperlihatkan rataan konsumsi bahan kering sebesar 6444.37 gekorhari dengan standart deviasi sebesar 194.64. Dengan rataan tertinggi pada perlakuan P 1 yaitu sebesar 6485 gekor hari dengan standart deviasi 367.47 dan rataan konsumsi bahan kering terendah pada perlakuan P 4 sebesar 6333.75 gekor hari dengan standart deviasi 183.00. Universitas Sumatera Utara 24 Signifikasi pemberian empat perlakuan suplementasi pakan terhadap konsumsi pakan dalam bahan kering dapat dilakukan dengan uji keragaman. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap konsumsi bahan kering pada sapi peranakan simental, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis keragaman konsumsi bahan kering selama penelitian SK DB JK KT Fhitung Ftabel 5 1 Baris 3 157106.3 52368.75 1.05 tn 4.76 9.78 Kolom 3 454618.8 151539.58 3.04 tn 4.76 9.78 Perlakuan 3 65506.25 21835.42 0.43 tn 4.76 9.78 Galat 6 299012.5 49835.42 Total 15 976243.8 Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata Ket. : KK : 3.47 Dari Tabel 10 terlihat bahwa pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi bahan kering sapi peranakan simental P0.05 Hasil yang tidak berbeda nyata tersebut dapat dikatakan bahwa empat macam perlakuan pakan yang diberikan memiliki kualitas yang sama atau tidak jauh berbeda satu sama lain. Sehingga tingkat konsumsi bahan kering dari keempat perlakuan tidak jauh berbeda pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parakkasi 1995 yang menyatakan bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas. Makanan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan berkualitas rendah, sehingga pakan dengan kualitas yang relatif sama maka tidak berbeda pula halnya terhadap tingkat konsumsinya. Universitas Sumatera Utara 25 Disamping itu aspek lain juga yang berpengaruh adalah ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak lepas sapih sehingga kemampuan menggunaan zat-zat makanan untuk pertumbuhan relatif sama. Konsumsi Bahan Organik BO Data konsumsi ransum ternak sapi yang dihitung dalam bentuk bahan organik dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rataan konsumsi bahan organik dari hasil penelitian gekorhari Perlakuan Ulangan Rataan sd S 1 S 2 S 3 S 4 P 1 5150 6510 6350 6150 6040.00 611.33 P 2 6030 6220 6110 6420 6195.00 169.01 P 3 6160 6050 6300 6270 6195.00 113.87 P 4 6020 5910 6280 5980 6047.50 161.52 Rataan 5840 6172.5 6260 6205 6119.38 189.72 Dari data konsumsi bahan organik pada Tabel 11 memperlihatkan rataan konsumsi bahan organik sebesar 6119.37 gekor hari dengan standart deviasi 189.72. Dengan rataan tertinggi pada perlakuan P 2 dan P 3 yaitu sebesar 6195 gekor hari dengan standart deviasi dari masing-masing 169.01 dan 113.87. Rataan konsumsi bahan organik terendah pada perlakuan P 1 sebesar 6040 gekor hari dengan standart deviasi 611.33. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah perkebunan dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap konsumsi bahan organik pada sapi peranakan simental, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 12. Universitas Sumatera Utara 26 Tabel 12. Analisis keragaman konsumsi bahan organik selama penelitian SK DB JK KT Fhitung Ftabel 5 1 Baris 3 259918.8 86639.583 0.82 tn 4.76 9.78 Kolom 3 431918.8 143972.92 1.36 tn 4.76 9.78 Perlakuan 3 91618.75 30539.583 0.28 tn 4.76 9.78 Galat 6 632237.5 105372.92 Total 15 1415694 Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata Ket. : KK : 5.30 Dari Tabel 12 terlihat bahwa pemanfaatan limbah perkebunan dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi bahan organik sapi peranakan simental P0.05. Hasil yang tidak berbeda nyata tersebut disesuaikan dengan hasil konsumsi bahan kering. Karena konsumsi pakan bahan organik ini sejalan dengan konsumsi bahan kering. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutardi 1980 yang menyatakan bahwa bahan organik berkaitan erat dengan bahan kering karena bahan organik merupakan bagian dari bahan kering. Kecernaan Bahan Kering KcBK Kecernaan suatu bahan makanan merupakan selisih dari bahan makanan yang tidak diekskresikan melalui feses atau bagian yang diserap oleh saluran pencernaan dan dimanfaatkan oleh mikroba dalam alat pencernaan. Untuk melihat pengaruh dari pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering pada sapi peranakan simental dapat dilihat dari rataan kecernaan bahan kering BK yang tertera pada Tabel 13. Universitas Sumatera Utara 27 Tabel 13. Rataan kecernaan bahan kering dari hasil penelitian Perlakuan Ulangan Rataan sd S 1 S 2 S 3 S 4 P 1 72.91 76.04 72.58 73.94 73.87 1.56 P 2 74.84 77.08 76.09 77.33 76.34 1.13 P 3 76.68 72.9 72.42 72.53 73.63 2.04 P 4 70.45 71.25 73.38 71.87 71.74 1.24 Rataan 73.72 74.32 73.62 73.92 73.89 0.31 Dari data kecernaan bahan kering pada Tabel 13 memperlihatkan rataan kecernaan bahan kering sebesar 73.89 dengan standart deviasi 0.31. Rataan tertinggi pada perlakuan P 2 yaitu sebesar 76.34 dengan standart deviasi 1.13 dan rataan nilai terendah pada perlakuan P 4 sebesar 71.74 dengan standart deviasi 1.24. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah perkebunan dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering pada sapi peranakan simental, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 14. Tabel 14. Analisis keragaman kecernaan bahan kering selama penelitian SK DB JK KT Fhitung Ftabel 5 1 Baris 3 10.56071 3.520238 1.43 tn 4.76 9.78 Kolom 3 1.348318 0.449439 0.18 tn 4.76 9.78 Perlakuan 3 35.0612 11.68707 4.76 tn 4.76 9.78 Galat 6 14.72298 2.45383 Total 15 61.69322 Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata Ket. : KK : 2.12 Dari Tabel 14 terlihat bahwa pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kecernaan bahan kering sapi peranakan simental. Diduga karena kualitas ransum terutama protein kasar dari keempat perlakuan yang relatif sama. Hal ini sesuai Universitas Sumatera Utara 28 dengan pernyataan Bamualim 1994 yang menyatakan bahwa protein merupakan suatu zat makanan yang essensial bagi tubuh ternak dan tersediaan protein yang cukup menyebabkan aktivitas dan pertumbuhan mikoorganisme meningkat sehingga proses pencernaan dan konsumsi juga meningkat. Dari keseluruhan perlakuan dengan kualitas pakan yang rendah yang diberikan terhadap sapi dengan jenis yang sama menghasilkan tingkat kecernaan bahan kering BK yang tidak berbeda nyata. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Tillman dkk. 1991 yang menyatakan bahwa kemampuan mencerna bahan makanan ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenis ternak, komposisi kimia makanan dan penyiapan makanan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa daya cerna suatu bahan makanan tergantung pada keserasian zat-zat makanan yang terkandung didalamnya. Kecernaan Bahan Organik KcBO Kecernaan bahan organik menunjukan derajat cerna pakan pada alat-alat pencernaan serta seberapa besar sumbangan suatu pakan bagi ternak. Untuk melihat pengaruh dari pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan organik pada sapi peranakan simental dapat dilihat dari rataan kecernaan bahan organik BO yang tertera pada Tabel 15. Universitas Sumatera Utara 29 Tabel 15. Rataan kecernaan bahan organik dari hasil penelitian Perlakuan Ulangan Rataan sd S 1 S 2 S 3 S 4 P 1 67.16 70.07 67.75 67.45 68.11 1.33 P 2 70.15 72.82 64.14 73.11 70.05 4.16 P 3 68.47 69.18 65.04 68.75 67.86 1.90 P 4 65.69 56.89 66.09 67.81 64.12 4.91 Rataan 67.87 67.24 65.75 69.28 67.54 1.46 Dari data kecernaan bahan organik pada Tabel 15 memperlihatkan rataan kecernaan bahan organik sebesar 67.54 dengan standart deviasi 1.46. Rataan tertinggi pada perlakuan P 2 yaitu sebesar 70.05 dengan standart deviasi 4.16 dan rataan nilai terendah pada perlakuan P 4 sebesar 64.12 dengan standart deviasi 4.91. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan organik pada sapi peranakan simental, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis keragaman kecernaan bahan organik selama penelitian SK DB JK KT Fhitung Ftabel 5 1 Baris 3 15.08734 5.029113 0.30 tn 4.76 9.78 Kolom 3 25.69905 8.566349 0.51 tn 4.76 9.78 Perlakuan 3 73.76712 24.58904 1.47 tn 4.76 9.78 Galat 6 99.73311 16.62218 Total 15 214.2866 Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata Ket. : KK : 6.04 Dari tabel 16 terlihat bahwa pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kecernaan bahan organik sapi peranakan simental P0.05. Hal ini berhubungan dengan komposisi kimia dari pakan perlakuan yang dapat mempengaruhi daya Universitas Sumatera Utara 30 cerna pakan. Sebab, daya cerna suatu pakan tergantung pada keserasian dari zat- zat makanan yang terkandung didalamnya. Dilihat dari sisi kandungan nutrisi atau kimiawinya bahwa keempat jenis pakan tersebut memberikan nilai guna bagi pertumbuhan mikroorganisme rumen, terutama dalam sintesis protein tubunya, harus cukup tersedia nitrogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bamualim 1994 yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan aktivitas mikroba selulolitik yang efisien, sama halnya dengan mikroba rumen lain, membutuhkan sejumlah energi, nitrogen, mineral dan faktor lain misalnya vitamin. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa energi merupakan faktor essensial utama yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba rumen. Mikroba rumen menggunakan energi untuk hidup pokok, teristimewa untuk melakukan transport aktif. Universitas Sumatera Utara 31 Rekapitulasi hasil penelitian Tabel 17. Rekapitulasi hasil penelitian Perlakuan Parameter Konsumsi BK gekorhari Konsumsi BO gekorhari Kecernaan BK Kecernaan BO P 1 6485.00 tn 6040.00 tn 73.87 tn 68.11 tn P 2 6483.75 tn 6195.00 tn 76.34 tn 70.05 tn P 3 6475.00 tn 6195.00 tn 73.63 tn 67.86 tn P 4 6333.75 tn 6047.50 tn 71.74 tn 64.12 tn Dari tabel rekapitulasi hasil penelitian dapat dilihat bahwa i pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ii ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik ii pada sapi peranakan simental memberikan pengaruh yang sama terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik. Universitas Sumatera Utara 32 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang sama satu sama lain dari semua pelakuan terhadap konsumsi pakan dan kecernaan pakan sapi peranakan simental. Saran Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dimana dalam pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit yang telah difermentasi pada sapi peranakan simental. Universitas Sumatera Utara 33 DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1984. Ilmu makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta. Bamualim. 1994. Usaha Peternakan Sapi Perah di Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Peternakan dan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian. Sub Balai Penelitian Ternak LiliBalai Informasi Pertanian Noelbalki Kupang 1-3 Februari 1994. Batubara, L.P., M. Boer dan S. Eliesar, 1993. Pemberian BISMolasses dengantampa Mineral Dalam Ransum Kerbau. Jurnal Penelitian Peternakan Sungai Putih. Vol 1 Nomor 3 Hal 11 Davendra, C. 1997. Utilization Of Feedingstuff from Palm Oil. P.16. Malaisian Agriculturen Research and development Institute serdang, Malaysian. Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University, Yogyakarta. Hasan, A.O. and M. Ishada, 1991. EFFECT OF water, Mollases and Urea Addition on Oil Palm Frond Sillage Quality, Fermentation and Palatability in Proceedings of Third International Symposium on The Nutrition of Herbivora,Penang Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarka. Lawrie, R. A. 1995. Ilmu Daging. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Murtidjo, A. B. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta. Murti, W. T. 2002. Ilmu Ternak Kerbau. Kanisius. Yogyakarta. Novirma, J. 1991. Penyediaan, Pemanfaatan dan Nilai Gizi Limbah Pertanian Sebagai Makanan Ternak di Sumatera Barat. Pusat Penelitian, Universitas Andalas, Padang. Parakkasi, A. 1995. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. UI Press, Jakarta. Pardede, S. I. dan Asmira, S. 1997. Pengolahan Produk Sampingan Industri Pertanian Menjadi Permen Jilat Untuk Sapi Potong yang Dipelihara Secara Tradisional. Karya tulis ilmiah bidang studi Peternakan, Universitas Andalas, Padang. Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komperatif. BPFE, Yogyakarta. Rangkuti, M., A. Musofie, P. Sitorus, I. P. Kompiang, N. Kusumawadhani dan A. Roesjat. 1985. Pemanfaatan Daun Tebu Untuk Pakan Ternak di Jawa Timur. Universitas Sumatera Utara 34 Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, 5 Maret 1985, Grati. Rasyaf, M. 1992. Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius, Yogyakarta. Santosa, P. A., Supriono dan Mulyadi, H. 1982. Produktivitas Sapi Ongole, Bali dan Brahmana Cross di Ladang Ternak Balai Ranch Sulawesi Selatan. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Cisarua, Bandung. Santosa, U. 1997. Proses Pengemukan Pedet. Penebar Swadaya, Jakarta. Sugeng. B. Y. 1985. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta. Sugeng, B.Y. 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta. Srigandono, B. dan Soedarsono. 1998. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Tillman, A. D., Hartadi, H., Reksohadimodjo S. dan Prawiryokusumo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Tillman, A. D., Hartadi, H., Reksohadiprodjo dan Prawiryokusumo S. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Tillman, A. D., Hartadi, H., Reksohadiprojo, Parawirokusumo S., dan Lepdosoekojo, S. 1981. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Warta penelitian dan pengembangan Pertanian, 2003. Perkebunan kelapa sawit Daspat Menjadi Basis Penngembangan Sapi Potong. www. Pustakabogor. net Widalestari, Y. dan Widayati, E. 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisara, Surabaya. Wahyono, D. E. dan Hardianto R. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Jurnal Lokakarya sapi Potong. Grati, Pasuruan. Wahyono, D. E. 2000. Pengkajian Teknologi Complate Feed Pada Usaha Penggemukan Domba. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur, Malang. Williamson. G dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Universitas Gajah Mada,Yogyakarta. Universitas Sumatera Utara 35 Yasin, S. dan Dilaga. 1993. Peternakan Sapi Bali dan Permasalahan. Bumi Aksara, Jakarta. Universitas Sumatera Utara 36 Lampiran konsumsi bahan kering BK Tabel 1. Data Konsumsi Bahan Kering BK dari Hasil Penelitian gekorhari Periode S 1 S 2 S 3 S 4 Total Rataan Br 1 6160 P 2 6970 P 1 6575 P 4 6650 P 3 26355 6588.75 Br 2 6230 P 3 6230 P 4 6510 P 1 6790 P 2 25760 6440 Br 3 6090 P 1 6720 P 2 6580 P 3 6370 P 4 25760 6440 Br 4 6160 P 4 6440 P 3 6265 P 2 6370 P 1 25235 6308.75 Total 24640 26360 25930 26180 103110 Rataan 6160 6590 6482.50 6545 6444.37 Tabel 2. Rataan konsumsi bahan kering BK dari hasil penelitian gekorhari Perlakuan Ulangan Total Rataan S 1 S 2 S 3 S 4 P 1 6090 6970 6510 6370 25940 6485 P 2 6160 6720 6265 6790 25935 6483.75 P 3 6230 6440 6580 6650 25900 6475 P 4 6160 6230 6575 6370 25335 6333.75 Total 24640 26360 25930 26180 103110 Rataan 6160 6590 6482.50 6545 6444.37 Universitas Sumatera Utara 37 Lampiran kecernaan bahan kering KcBK Tabel 3. Data kecernaan bahan kering KcBK dari hasil penelitian Periode S 1 S 2 S 3 S 4 Total Rataan Br 1 74.84 P 2 76.04 P 1 73.38 P 4 72.53 P 3 296.79 74.20 Br 2 76.68 P 3 71.25 P 4 72.58 P 1 77.33 P 2 297.84 74.46 Br 3 72.91 P 1 77.08 P 2 72.42 P 3 71.87 P 4 294.27 73.57 Br 4 70.45 P 4 72.90 P 3 76.09 P 2 73.94 P 1 293.39 73.35 Total 294.88 297.28 294.47 295.67 1182.29 Rataan 73.72 74.32 73.62 73.92 73.89 Tabel 4. Rataan kecernaan bahan kering KcBK dari hasil penelitian Perlakuan Ulangan Total Rataan S 1 S 2 S 3 S 4 P 1 72.91 76.04 72.58 73.94 295.47 73.87 P 2 74.84 77.08 76.09 77.33 305.34 76.34 P 3 76.68 72.90 72.42 72.53 294.52 73.63 P 4 70.45 71.25 73.38 71.87 286.96 71.74 Total 294.88 297.28 294.47 295.67 1182.29 Rataan 73.72 74.32 73.62 73.92 73.89 Universitas Sumatera Utara 38 Lampiran konsumsi bahan organik BO Tabel 5. Data Konsumsi Bahan Organik BO dari Hasil Penelitian gekorhari Periode S 1 S 2 S 3 S 4 Total Rataan Br 1 6030 P 2 6510 P 1 6280 P 4 6270 P 3 25090 6272.5 Br 2 6160 P 3 5910 P 4 6350 P 1 6420 P 2 24840 6210 Br 3 5150 P 1 6220 P 2 6300 P 3 5980 P 4 23650 5912.5 Br 4 6020 P 4 6050 P 3 6110 P 2 6150 P 1 24330 6082.5 Total 23360 24690 25040 24820 97910 Rataan 5840 6172.5 6260 6205 6119.375 Tabel 6. Rataan konsumsi bahan organik BO dari hasil penelitian gekorhari Perlakuan Ulangan Total Rataan S 1 S 2 S 3 S 4 P 1 5150 6510 6350 6150 24160 6040 P 2 6030 6220 6110 6420 24780 6195 P 3 6160 6050 6300 6270 24780 6195 P 4 6020 5910 6280 5980 24190 6047.5 Total 23360 24690 25040 24820 97910 Rataan 5840 6172.5 6260 6205 6119.375 Universitas Sumatera Utara 39 Lampiran kecernaan bahan organik KcBO Tabel 7. Data kecernaan bahan organik KcBO dari hasil penelitian Periode S 1 S 2 S 3 S 4 Total Rataan Br 1 70.15 P 2 70.07 P 1 66.09 P 4 68.75 P 3 275.06 68.765 Br 2 68.47 P 3 56.89 P 4 67.75 P 1 73.11 P 2 266.22 66.555 Br 3 67.16 P 1 72.82 P 2 65.04 P 3 67.81 P 4 272.83 68.2075 Br 4 65.69 P 4 69.18 P 3 64.14 P 2 67.45 P 1 266.46 66.615 Total 271.48 268.96 263.01 277.13 1080.57 Rataan 67.87 67.24 65.75 69.28 67.54 Tabel 8. Rataan kecernaan bahan organik KcBO dari hasil penelitian Perlakuan Ulangan Total Rataan S 1 S 2 S 3 S 4 P 1 67.16 70.07 67.75 67.45 272.43 68.11 P 2 70.15 72.82 64.14 73.11 280.22 70.05 P 3 68.47 69.18 65.04 68.75 271.44 67.86 P 4 65.69 56.89 66.09 67.81 256.48 64.12 Total 271.48 268.96 263.01 277.13 1080.57 Rataan 67.87 67.24 65.75 69.28 67.54 Universitas Sumatera Utara