Analisis Yuridis Atas Merger Perseroan Setelah Berlakunya UU RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

ANALISA YURIDIS ATAS MERGER PERSEROAN SETELAH BERLAKUNYA UU NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
TESIS
OLEH ADIEL TONI SIMANJUNTAK
097011123/MKn
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara

ANALISA YURIDIS ATAS MERGER PERSEROAN SETELAH BERLAKUNYA UU NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
OLEH ADIEL TONI SIMANJUNTAK
097011123/MKn
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara

Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi


: ANALISA YURIDIS ATAS MERGER PERSEROAN SETELAH BERLAKUNYA UU NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS
: Adiel Toni Simanjuntak : 097011123 : Kenotariatan

MENYETUJUI KOMISI PEMBIMBING

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum)

Pembimbing

Pembimbing

(Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)

Ketua Program Studi,

Dekan,

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN)

(Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


Tanggal lulus : 17 Februari 2012

Universitas Sumatera Utara

Telah diuji pada Tanggal : 17 Februari 2012
PANITIA PENGUJI TESIS KETUA : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum ANGGOTA : 1. Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn
2. Dr.T. Keizerina Devi Azwar, SH. CN. M.Hum 3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Dr. Hasyim Purba, SH, MHum
Universitas Sumatera Utara

1

ABSTRAK

Merger atau penggabungan usaha merupakan salah satu bentuk restrukturisasi perusahaan yang memiliki daya tarik yang cukup kuat dalam lingkaran dunia usaha
dan para pengusaha. Merger atau penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan
lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima
penggabungan dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. Alasan perusahaan melakukan merger adalah karena
merger dianggap menciptakan sinergi dan dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan, dengan tetap memperhatikan kepentingan para pemegang saham minoritas, karyawan perusahaan, dan juga kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. Bagi perseroan yang menerima penggabungan tindakan ini merupakan upaya pembentukan konglomerasi baru yang lebih besar dan kuat, sehingga kadang kala cenderung menimbulkan posisi dominan yang menciptakan kelompok monopoli atau persaingan tidak sehat, yang bertentangan dengan undang-undang. Guna mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat agar terhindar dari perbuatan monopoli, diperlukan adanya batasan-batasan hukum yang secara tegas diatur oleh undang-undang. Maka yang dijadikan permasalahan didalam penelitian ini adalah bagaimana batasan-batasan hukum tentang merger perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bagaimana tata cara merger perseroan terbatas sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan bagaimana pengaturan tentang merger perseroan terbatas jika dikaitkan dengan monopoli.
Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan secara yuridis normatif. Metode pengumpulan datanya adalah melalui studi kepustakaan (library research), Sedangkan analisis datanya

menggunakan data kualitatif, dengan sistem penarikan kesimpulannya secara deduktif.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang merupakan batasan-batasan hukum yang harus diperhatikan didalam merger adalah
memperhatikan kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan, kreditor dan mitra usaha lainnya dari perseroan, masyarakat dan
persaingan sehat dalam melakukan usaha (Pasal 126 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas berikut penjelasannya). Pada Undang-Undang Perseroan Terbatas
2007 menerapkan sistem pra-notifikasi sebagaimana telah diundangkannya Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun 2009 tentang Pra-Notifikasi
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan.

Kata Kunci

: Yuridis, Perseroan, Notifikasi, Merger.

Universitas Sumatera Utara

2
Universitas Sumatera Utara

3
KATA PENGANTAR
Atas berkat dan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, penulisan tesis dengan judul “Analisis Yuridis Atas Merger Perseroan Setelah Berlakunya UU RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas” ini dapat terlaksana. Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (MKn) pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan tesis ini, berbagai pihak telah banyak memberikan dorongan, bantuan serta masukan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik, oleh karena itu ucapan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam dan setulustulusnya, penulis sampaikan secara khusus kepada: Yth Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, Yth Bapak Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn, Yth Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan tulus dan ikhlas untuk kesempurnaan tesis ini, juga kepada Dosen Penguji Ujian Tesis Yth Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN dan Yth Bapak Dr. Hasyim Purbam SH, M.Hum, yang telah memberikan masukan terhadap kesempurnaan tesis ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada: 1. Yth Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, Sp.A(K), selaku
rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
Universitas Sumatera Utara

4
Universitas Sumatera Utara dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara. 2. Yth Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MHum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini. 3. Yth Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan motivasi kepada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 4. Yth Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum, selaku Sekretaris Program Studi Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan dan pengarahan kepada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang sangat bermanfaat bagi Penulis selama mengikuti kegiatan proses belajar mengajar pada masa perkuliahan. 6. Seluruh Staff/Pegawai di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Bu Fat, Winda, Sari, Lisa, Afni, Bang Aldi, Ken, Rizal, Hendri, yang dengan penuh kesabaran telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis, selama menjalani perkuliahan. 7. Sahabat-sahabatku Mahasiswa dan Mahasisiwi di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, khususnya Angkatan Tahun 2009 :
Universitas Sumatera Utara

5
Kak Sere, Joe, Pak Azhar, Pak Mursil, Ade, Bang Zulkarnaen, Tommy, Rio, Andi, Mighdad, Kiki, Rini, Hendra, Artha, Pak Bambang, Bang Arman, Pak Yono, Kak Sri, Kak Bekka, Moses, dan Richard, terima kasih untuk masukan juga dukungan dalam perkuliahan dan penyelesaian tesis ini, semoga setelah selesainya studi ini persahabatan kita bisa tetap terjalin meskipun kita tidak bersama-sama lagi. 8. Dengan penuh hormat dan cinta kasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus atas kebersamaan, perhatian, terutama dukungan doa, moril dan materiil, yang tiada henti, kepada: a. Kedua orangtuaku, Frans Simanjuntak dan Rosmawati Purba yang telah
membesarkan, merawat serta tiada hentinya selalu mencurahkan kasih sayang, nasehat, motivasi dan perhatiannya kepadaku, sehingga dapat menyelesaikan semua studiku dengan baik. b. Mertuaku Nyonya P.O Siahaan Boru Tambunan yang telah banyak memberikan nasehat dan motivator bagiku. c. Istriku Eci Siahaan dan Sebastian Simanjuntak anakku, yang selalu memberikan segala hal yang terbaik dalam hidupnya buatku. d. Saudara-saudaraku Elisabeth Simanjuntak, Hendry Simanjuntak , Dewi Simanjuntak. Kemudian juga, kepada semua pihak yang telah berkenan memberi masukan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tesis tertutup sehingga tesis ini menjadi sempurna dan terarah. Untuk
Universitas Sumatera Utara

6 semua bantuan, dan kebaikan yang telah diberikan, Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa yang akan memberikan balasan yang setimpal, agar kita semua selalu diberikan rahmat dan karunia Nya. Penulisan tesis ini telah diupayakan semaksimal mungkin, namun Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat Penulis harapkan guna menyempurnakan tesis ini. Salam Sejahtera.
Medan, 17 Pebruari 2012 Penulis
Adiel Toni Simanjuntak
Universitas Sumatera Utara

7


RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama Tempat/Tgl Lahir Jenis Kelamin Status Alamat Nama Istri Nama Anak

: Adiel Toni Simanjuntak : Medan/25 September1983 : Laki-Laki : Menikah : Jl. Abdullah Lubis No. 43/29 Medan : Betty Hotnida Ersiliani Siahaan, SE : Sebastisan Isaac Simanjuntak

II. IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah Nama Ibu

: Frans Simanjuntak : Rosmawati Purba

II. PENDIDIKAN FORMAL 1. SD SANTO YOSEPH Medan dari tahun 1989 sampai tahun 1995. 2. SMP SANTA MARIA Medan dari tahun 1995 sampai tahun 1998. 3. SMA SANTO THOMAS 3 Medan dari tahun 1998 sampai tahun 2001. 4. Fakultas Hukum Universitas HKBP NOMMENSEN Medan dari tahun 2002 sampai tahun 2007. 5. Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dari tahun 2009 sampai tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara

8
DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ................................................................................................................. i ABSTRACT................................................................................................................ ii KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii DAFTAR SINGKATAN...................................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1 B. Permasalahan .................................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10 D. Manfaat Penelitian............................................................................. 11 E. Keaslian Penelitian ........................................................................... 11 F. Kerangka Teori dan Konsepsi ......................................................... 13
1. Kerangka Teori ........................................................................... 13 2. Konsepsi ...................................................................................... 19 G. Metode Penelitian ............................................................................. 21 1. Spesifikasi Penelitian ................................................................. 21 2. Pendekatan Penelitian ................................................................ 22 3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 22
Universitas Sumatera Utara

9

4. Alat Pengumpulan Data.............................................................. 23

5. Analisa Data ................................................................................ 23

BAB II

BATASAN-BATASAN HUKUM TENTANG MERGER
PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG TERBATAS ...............................

25

A. Merger Perseroan Terbatas Sebagai Sarana Restrukturisasi Perusahaan ......................................................................................... 25


1. Pengertian Perseroan Terbatas .................................................. 27

2. Pengertian dan Tujuan Merger Perusahaan .............................. 34

3. Klasifikasi Merger ............................................................................ 41

4. Dasar Hukum Pengaturan Merger Menurut UndangUndang Perseroan Terbatas 2007 .............................................. 48

B. Batasan-Batasan Hukum Yang Menjadi Pertimbangan Didalam Pelaksanaan Merger Perseroan......................................................... 50

1. Perlindungan Pihak Yang Lemah Secara Struktural ................ 52

2. Perlindungan Pihak Yang Lemah Secara Finansial ................. 54

3. Perlindungan Pihak Yang Lemah Secara Lokalisasi ..................... 56

BAB III

TATA CARA MERGER PERSEROAN TERBATAS SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA UNDANG-
UNDANG NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS ............................................................................................


59

A. Prosedur dan Tata Cara Merger Perseroan Sebelum
Berlakunya UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ............................................................................................. 59

B. Prosedur dan Tata Cara Merger Perseroan Menurut UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ....................... 66

C. Peranan Notaris Dalam Merger Perseroan ...................................... 77

Universitas Sumatera Utara

10
BAB IV PENGATURAN TENTANG MERGER PERSEROAN TERBATAS DIKAITKAN DENGAN MONOPOLI ...................... 89 A. Hukum Anti Monopoli di Indonesia .............................................. 89 1. Pengertian, Asas dan Tujuan Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli........................................................................ 89 2. Prinsip-Prinsip Hukum Merger dan Monopoli......................... 93 3. Tindakan-Tindakan Yang Dilarang Menurut Undang Undang Larangan Praktek Monopoli......................................................... 95 4. Sanksi Hukum Perbuatan Monopoli ......................................... 102 B. Hubungan Merger dan Monopoli .................................................... 104 C. KPPU dan Penegakkan Hukum Persaingan Usaha .................................. 114 D. Pengaturan Undang-Undang Anti Monopoli Terhadap Merger..... 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 121 A. Kesimpulan ....................................................................................... 121 B. Saran .................................................................................................. 122
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 124
Universitas Sumatera Utara

Bapepam BI BUMN CIMB IM3 KUHD PHK RUPS SLI VOIP


11
DAFTAR SINGKATAN
: Badan Pengawas Pasar Modal : Bank Indonesia : Badan Usaha Milik Negara : Commerce International Merchantbank Berhad : Indosat Multi Media Mobile : Kitab Undang-Undang Hukum Dagang : Pemutusan Hubungan Kerja : Rapat Umum Pemegang Saham : Sambungan Langsung Internasional : Voice Over Internet Protocol

Universitas Sumatera Utara

1

ABSTRAK

Merger atau penggabungan usaha merupakan salah satu bentuk restrukturisasi perusahaan yang memiliki daya tarik yang cukup kuat dalam lingkaran dunia usaha
dan para pengusaha. Merger atau penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan
lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima
penggabungan dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. Alasan perusahaan melakukan merger adalah karena
merger dianggap menciptakan sinergi dan dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan, dengan tetap memperhatikan kepentingan para pemegang saham minoritas, karyawan perusahaan, dan juga kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. Bagi perseroan yang menerima penggabungan tindakan ini merupakan upaya pembentukan konglomerasi baru yang lebih besar dan kuat, sehingga kadang kala cenderung menimbulkan posisi dominan yang menciptakan kelompok monopoli atau persaingan tidak sehat, yang bertentangan dengan undang-undang. Guna mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat agar terhindar dari perbuatan monopoli, diperlukan adanya batasan-batasan hukum yang secara tegas diatur oleh undang-undang. Maka yang dijadikan permasalahan didalam penelitian ini adalah bagaimana batasan-batasan hukum tentang merger perseroan terbatas menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bagaimana tata cara merger perseroan terbatas sebelum dan sesudah berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan bagaimana pengaturan tentang merger perseroan terbatas jika dikaitkan dengan monopoli.
Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan secara yuridis normatif. Metode pengumpulan datanya adalah melalui studi kepustakaan (library research), Sedangkan analisis datanya
menggunakan data kualitatif, dengan sistem penarikan kesimpulannya secara deduktif.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang merupakan batasan-batasan hukum yang harus diperhatikan didalam merger adalah
memperhatikan kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan, kreditor dan mitra usaha lainnya dari perseroan, masyarakat dan
persaingan sehat dalam melakukan usaha (Pasal 126 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas berikut penjelasannya). Pada Undang-Undang Perseroan Terbatas

2007 menerapkan sistem pra-notifikasi sebagaimana telah diundangkannya Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun 2009 tentang Pra-Notifikasi
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan.

Kata Kunci

: Yuridis, Perseroan, Notifikasi, Merger.

Universitas Sumatera Utara

2
Universitas Sumatera Utara

12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menghadapi persaingan yang semakin ketat di era pasar bebas, perusahaan
dituntut untuk memiliki manajemen yang kuat dan profesional agar dapat bertahan dan berkembang. Hal ini menyebabkan perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar perusahaan dapat mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Salah satu usaha yang dapat ditempuh perusahaan untuk menjadi besar dan kuat adalah dengan melakukan ekspansi dengan cara merger.
Merger atau penggabungan usaha merupakan salah satu bentuk restrukturisasi perusahaan yang memiliki daya tarik yang cukup kuat dalam lingkaran dunia usaha dan para pengusaha. Proses merger ini melibatkan berbagai aspek, diantaranya aspek hukum yang bahkan mengiringi proses merger dari permulaan proses hingga akhir proses.1
Berdasarkan asal-usulnya,kata merger berasal dari kata “merger”, “fusion”, atau "absorption", yang berarti "menggabungkan".2 Merger yang berasal dari akar kata kerja 'to merge', secara luas dipahami sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan
1 Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Teori dan Contoh Kasus, Jakarta : Prenada Media Grup, 2010, hlm. 120.
2 Rahmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Banjarmasin : Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm. 88.

1
Universitas Sumatera Utara

13
diri tersebut beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.3
Menurut Jamin Ginting : “Penggabungan (merger) perseroan merupakan tindakan untuk mengembangkan usaha perseroan”.4 Merger menjadi trend dalam suatu grup usaha konglomerat yang ingin memperluas jaringan usahanya. Terutama bagi kelompok yang ingin berkembang cepat dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini disebabkan dengan metode merger ini, suatu kelompok usaha tidak perlu membesarkan suatu perusahaan dari kecil hingga menjadi besar, tetapi cukup membeli perusahaan yang sudah besar atau sedang berjalan.5
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang merupakan tonggak sejarah tentang hukum merger. Walaupun sebelumnya pengaturan tentang penggabungan perusahaan merger sudah ada, namun hal tersebut masih bersifat sektoral dan level pengaturannya pun masih di bawah tingkat undangundang.
Sejarah hukum tentang merger dari perusahaan-perusahaan di Indonesia dibagi dalam dua periode sebagai berikut :
3 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pasal 1 angka 9
4 Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas (UU No. 40 Tahun 2007), Bandung : Citra Aditya Bakti, 2007, hlm. 139.
5 Munir Fuady, Hukum Tentang Merger (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007), Bandung : Citra Aditya Bakti, 2008, hlm. 1.
Universitas Sumatera Utara

14
1. Periode Pra Undang-Undang Perseroan Terbatas 2007 Sejarah hukum di Indonesia masih terbilang baru. Dalam tingkat undang-
undang, pengaturan tentang merger di Indonesia baru dimulai sejak berlakunya undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
2. Periode Pasca Undang-Undang Perseroan Terbatas 2007 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang
mengatur tentang merger, lebih komprehensif dibanding Undang-Undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
Merger (penggabungan) menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 9 :
Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. Sedangkan definisi yang disebut dalam Pasal 1 angka 3 PP Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, adalah : Merger adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh suatu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Menurut M. Yahya Harahap, bertitik tolak dari pengertian yang dikemukakan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Perseroan Terbatas 2007 maupun Pasal 1 angka 1 PP No. 27 tahun 1998, bahwa :
Universitas Sumatera Utara

15
1. Penggabungan merupakan merger dari dua perseroan atau lebih ke dalam satu perseroan.
2. Perseroan yang menggabungkan diri menjadi berakhir atau bubar karena hukum (vanrechtswege eindigen, to be terminated ipso jure).6 Perundang-undangan yang mempengaruhi bisnis kian meningkat jumlahnya
dari tahun ke tahun. Perundang–undangan mempunyai sebuah tujuan. Pertama adalah untuk melindungi perusahaan dari ancaman persingan yang tidak sehat diantara sesamanya. Para eksekutif perusahaan semuanya menghargai persaingan, tetapi mencoba untuk meredakannya jika mengenai mereka. Jika nampak membahayakan mereka menunjukkan kelebihannya. Dengan demikian hukum telah disahkan untuk merumuskan dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat. Kedua tujuan dari peraturan pemerintah adalah untuk melindungi konsumen dari praktek-praktek perusahaan yang tidak jujur, dan Ketiga tujuan dari peraturan pemerintah adalah untuk melindungi minat masyarakat yang lebih besar terhadap tingkah laku perusahaan yang tak terkendali.7
Secara umum, pengaturan tentang merger (penggabungan) ini diatur didalam Pasal 122 Undang-Undang Perseroan Terbatas 2007, yang berbunyi :
(1) Penggabungan dan Peleburan mengakibatkan Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri berakhir karena hukum.
(2) Berakhirnya Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi tanpa dilakukan likuidasi terlebih dahulu.
(3) Dalam hal berakhirnya Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
6 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm. 483. 7 Philip Kolter, Manajemen Pemasaran ( Analisis, Perencanaan, dan Pengendalian ), alih bahasa Jaka Warana. WSM, Jakarta : Erlangga, 1992, hlm. 148.
Universitas Sumatera Utara

16
a. aktiva dan pasiva Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima Penggabungan atau Perseroan hasil Peleburan;
b. pemegang saham Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri karena hukum menjadi pemegang saham Perseroan yang menerima Penggabungan atau Perseroan hasil Peleburan; dan
c. Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri berakhir karena hukum terhitung sejak tanggal Penggabungan atau Peleburan mulai berlaku.
Selanjutnya Pasal 123 Undang-Undang Perseroan Terbatas menentukan : (1) Direksi Perseroan yang akan menggabungkan diri dan menerima
Penggabungan menyusun rancangan Penggabungan. (2) Rancangan Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
sekurang-kurangnya: a. nama dan tempat kedudukan dari setiap Perseroan yang akan
melakukan Penggabungan; b. alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan melakukan
Penggabungan dan persyaratan Penggabungan; c. tata cara penilaian dan konversi saham Perseroan yang
menggabungkan diri terhadap saham Perseroan yang menerima Penggabungan; d. rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan yang menerima Penggabungan apabila ada; e. laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan; f. rencana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari Perseroan yang akan melakukan Penggabungan; g. neraca proforma Perseroan yang menerima Penggabungan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; h. cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan diri; i. cara penyelesaian hak dan kewajiban Perseroan yang akan menggabungkan diri terhadap pihak ketiga; j. cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Penggabungan Perseroan; k. nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris serta gaji, honorarium dan tunjangan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang menerima Penggabungan; l. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Penggabungan;
Universitas Sumatera Utara

17
m. laporan mengenai keadaan, perkembangan, dan hasil yang dicapai dari setiap Perseroan yang akan melakukan Penggabungan;
n. kegiatan utama setiap Perseroan yang melakukan Penggabungan dan perubahan yang terjadi selama tahun buku yang sedang berjalan; dan
o. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang sedang berjalan yang mempengaruhi kegiatan Perseroan yang akan melakukan Penggabungan.
(3) Rancangan Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris dari setiap Perseroan diajukan kepada RUPS masing-masing untuk mendapat persetujuan.
(4) Bagi Perseroan tertentu yang akan melakukan Penggabungan selain berlaku ketentuan dalam Undang-Undang ini, perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari instansi terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) berlaku juga bagi Perseroan Terbuka sepanjang tidak diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Adapun alasan perusahaan lebih tertarik memilih merger sebagai strateginya daripada pertumbuhan internal adalah karena merger dianggap cara yang cepat dan tepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan dimana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Merger juga dianggap dapat menciptakan sinergi, yaitu nilai keseluruhan perusahaaan setelah merger yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger. Selain itu merger dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi. Atau dengan kata lain, dengan dilakukannya merger tersebut, akan berdampak perusahaan menjadi besar, baik kemampuan untuk lebih ekonomis, penguasaan asset, pasar maupun potensi bisnisnya. Skala bisnis dan jaringan yang menyebar menyebabkan perusahaan akan lebih mudah untuk menguasai pasar.
Universitas Sumatera Utara

18
Menurut Abdul Moin, keuntungan/manfaat dari pelaksanaan merger ini adalah :
a. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. b. Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan karena kreditor lebih percaya
dengan perusahaan yang telah berdiri dengan mapan, c. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman d. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal e. Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan f. Mengurangi risiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen
baru. g. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru. h. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat.8 Akibat hukum yang timbul ditinjau dari segi hukum korporasi maupun dari aspek bisnis, diantaranya: Pertama, aktiva dan passiva perseroan yang menggabungkan diri beralih sepenuhnya kepada perseroan yang menerima penggabungan. Kedua, pemegang saham perseoran yang menggabungkan diri menjadi pemegang saham pada perseroan yang menerima penggabungan. Ketiga, perseroan yang menggabungkan diri lenyap dan berakhir statusnya sebagai badan hukum terhitung sejak tanggal penggabungan mulai berlaku.9 Pada dasarnya dalam melakukan merger, perusahaan harus memperhatikan kepentingan para pemegang saham minoritas, karyawan perusahaan, dan juga kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. Dan hal inipun tidak mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk menjual saham dengan harga wajar.
8 Abdul Moin, Merger, Akuisisi & Divestasi, Yogyakarta : Ekonisia, 2010, hlm, 13. 9 Ibid, hlm. 485.
Universitas Sumatera Utara

19
Banyak perusahaan di Indonesia yang melakukan merger dalam rangka memajukan usahanya. Pada perusahaan yang melakukan merger, maka perusahaan tersebut akan melakukan “ reorganisasi”. Pengertian Reorganisasi perusahaan dalam artian yang luas, ialah perubahan mengenai imbangan atau susunan tertentu, baik yang menyangkut struktur organisasi perusahaan maupun struktur modal dari suatu perusahaan. Pengertian Reorganisasi perusahaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 1).Reorganisasi Yuridis, yaitu perubahan mengenai bentuk hukum dari suatu perusahaan atau badan usaha. 2). Reorganisasi Intern, yaitu perubahan mengenai bentuk atau struktur organisasi (organisasi intern) dari suatu perusahaan atau badan usaha. 3). Reorganisasi Finansial, ialah perubahan menyeluruh dari keseluruhan struktur modal dalam perusahaan.10
Namun demikian, dalam era globalisasi saat ini sering terjadi hambatanhambatan yang mengakibatkan proses merger menjadi terkendala, di antaranya adalah mahalnya biaya untuk melaksanakan merger, perusahaan target memiliki kesesuaian strategi yang rendah dengan perusahaan yang menerima penggabungan dan pihak yang menggabungkan diri tidak mengkomunikasikan perencanaan dan pengharapan mereka terhadap karyawan perusahaan yang menggabungkan diri sehingga terjadi kegelisahaan diantara karyawan. Hal ini dikarenakan untuk rnembentuk suatu perusahaan yang profitable di pasar adalah sangat kompetitif.
10 Bambang Riyanto, Dasar - Dasar Perusahaan, Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, 1989, hlm. 240.
Universitas Sumatera Utara

20
Perseroan yang menerima penggabungan biasanya adalah perseroan besar yang bermodal kuat, mempunyai operasi bisnis yang luas, manajemen yang teratur, berdaya saing kuat dan berkelompok dalam konglomerasi. Sementara itu perseroan yang menggabungkan diri adalah perseroan yang relatif lebih kecil, sulit berkembang dan atau tidak mampu bersaing. Kondisi seperti ini menyebabkan perseroan yang menggabungkan diri tersebut selalu menggunakan pertimbangan lebih baik dimerger daripada kesulitan operasional, sehingga memperoleh pengalaman baru dari segi manajemen karena berada dalam kelompok konglomerasi yang berpengalaman. Bagi perseroan yang menerima penggabungan tindakan ini merupakan upaya pembentukan konglomerasi baru yang lebih besar dan kuat, sehingga kadang kala cenderung menimbulkan posisi dominan yang menciptakan kelompok monopoli atau persaingan tidak sehat, yang bertentangan dengan undang-undang.
Untuk dapat memastikan ada atau tidaknya unsur monopoli yang dilarang, haruslah diperhatikan faktor-faktor utamanya, antara lain : berapa banyak pelaku pasar untuk produk yang bersangkutan, serta berapa besar pangsa pasar yang dikuasainya.11 Guna mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat agar terhindar dari perbuatan monopoli, diperlukan adanya batasan-batasan hukum yang secara tegas diatur oleh undang-undang. Batasan-batasan hukum tersebut juga harus memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang lemah, agar hak dan kewajibannya terpenuhi.
11 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 106.
Universitas Sumatera Utara

21
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul "Analisis Yuridis Atas Merger Perseroan Setelah Berlakunya UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas".
B. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan yang perlu dibahas adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana batasan-batasan hukum tentang merger perseroan terbatas menurut
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ? 2. Bagaimana tata cara merger perseroan terbatas sebelum dan sesudah berlakunya
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ? 3. Bagaimana pengaturan tentang merger perseroan terbatas jika dikaitkan dengan
monopoli ?
C. Tujuan Penelitian Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini maka dapat
dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui batasan-batasan hukum tentang merger perseroan terbatas
menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 2. Untuk mengetahui tata cara merger perseroan terbatas sebelum dan sesudah
berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 3. Untuk mengetahui pengaturan tentang merger perseroan terbatas jika dikaitkan
dengan monopoli.
Universitas Sumatera Utara

22
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang didapat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum khususnya di bidang Hukum Perusahaan serta menambah khasanah perpustakaan.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat sebagai bahan pegangan dan rujukan pada masyarakat khususnya dalam hal merger perusahaan. Selain itu juga dapat memberi masukan bagi para notaris, akademisi, pengacara mahasiswa dan para praktisi hukum.
E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik terhadap
hasil-hasil penelitian yang sudah ada maupun yang sedang dilakukan, baik di Magister Ilmu Hukum maupun di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, belum ada penelitian yang menyangkut masalah “Tinjauan Yuridis Atas Merger Perusahaan setelah Berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas".
Pernah ada penelitian sebelumnya terkait dengan Merger yang dilakukan oleh: 1. Gilang Medina, Mahasiswa Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum, Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, pada tahun 2009, dengan judul “Merger Bank Umum Dalam Rangka Implementasi Single Presence Policy (SPP) Menurut
Universitas Sumatera Utara

23
Peraturan Bank Indonesia Nomor.8/16/PBI/2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia”, dengan beberapa permasalahan yang diteliti yaitu bagaimana relevansi merger bank umum dengan single presence policy dalam rangka mendorong konsolidasi perbankan, bagaimana prosedur hukum yang harus dijalani bagi bank yang memilih opsi merger sebagai implementasi dari single presence policy dan bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas bagi bank yang melakukan merger? 2. Hendra Syahdani, Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, pada tahun 2006, dengan judul “Pengaturan Penggabungan (Merger) PT. Bank Mandiri Menurut UndangUndang Nomor 1 Tahun 1995”, dengan beberapa permasalahan yang diteliti yaitu bagaimana tata cara merger PT. Bank Mandiri, bagaimana akibat hukum merger PT. Bank Mandiri dan bagaimana transparansi merger PT. Bank Mandiri menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku ?
Namun jika dihadapkan penelitian yang telah dilakukan tersebut dengan penelitian ini, maka ada perbedaan materi dan pembahasan yang dilakukan. Dengan demikian maka penelitian ini dapat dijamin keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis berdasarkan nilai-nilai objektifitas dan kejujuran.
Universitas Sumatera Utara

24
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori Teori digunakan untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk
proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.12 Perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh teori.13 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan dibidang hukum.14 Suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.15 Kata lain dari kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian.16
Kerangka teori yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, dari para penulis ilmu hukum di bidang hukum perusahaan, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan bagi penulisan tesis ini.
12 JJJ M. Wuismen, Penelitian Ilmu Sosial, Jilid 1, Penyunting M. Hisman, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hlm. 203.
13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986, hlm 6.
14 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju : Bandung, 1994, hlm. 27. 15 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta : Jakarta, 1998, hlm. 23. 16 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Op.Cit., hlm. 23.
Universitas Sumatera Utara

25
Perseroan terbatas sebagai badan hukum perdata (privat) yang mempunyai status kemandirian (persona standi in judicio) sudah tentu memiliki identitas hukum sendiri. Identitas hukum suatu korporasi atau perusahaan terpisah dari identitas hukum para pemegang sahamnya, direksi maupun organ-organ lainnya. Dalam kaidah hukum perdata (civil law), jelas ditetapkan bahwa suatu perseroan merupakan subyek hukum perdata dapat melakukan aktivitas jual beli, dapat membuat perjanjian atau kontrak dengan pihak lain, serta dapat menuntut dan dituntut dipengadilan dalam hubungan keperdataan. Para pemegang saham menikmati keuntungan yang diperoleh dari konsep tanggung jawab terbatas, dan kegiatan korporasi berlangsung terus menerus, dalam arti bahwa keberadaannya tidak akan berubah meskipun ada penambahan anggota-anggota atau berhentinya atau meninggalnya anggota-anggota yang ada.17
Sehubungan dengan itu, dalam meneliti dan menganalisa tentang merger perseroan terbatas setelah berlakunya Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, teori yang digunakan sebagai pisau analisis adalah Teori Badan Hukum.
17 Bismar Nasution, Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perusahaan, disampaikan pada Seminar Nasional Sehari dalam Rangka Menciptakan Good Corporate Governance Pada Sistem Pengelolaan dan Pembinaan PT (Persero) BUMN “Optimalisasi Sistem Pengelolaan, Pengawasan, Pembinaan Dan Pertanggungjawaban Keberadaan PT (Persero) Dilingkungan BUMN Ditinjau Dari Aspek Hukum Dan Transparansi” diselenggarakan oleh Inti Sarana Informatika, Hotel Borobudur Jakarta, Kamis, 8 Maret 2007.
Universitas Sumatera Utara

26
Mengenai perseroan sebagai badan hukum, Otto Van Gierke18 dalam teori organnya mengatakan :
Badan hukum suatu yang abstrak atau anggapan dalam pikiran manusia tetapi suatu yang riil atau nyata. Badan hukum adalah organ seperti halnya manusia yang dapat melakukan perbuatan atau menyatakan kehendak melalui organnya seperti pengurus, direksi atau komisaris atas nama badan hukum menjalankan tujuan badan hukum tersebut. Pengikut teori organ ini selain Otto Van Gierke adalah Z.E.Polano19, yang menyatakan : Badan hukum menurut teori ini bukan abstrak (fiksi) dan bukan kekayaan (hak) yang tidak bersubjek. Tetapi badan hukum adalah organisme yang riil, yang menjelma sungguh-sungguh dalam pergaulan hukum yang dapat membentuk kemauan sendiri dengan perantaraan alat-alat yang ada padanya (pengurus, anggota-anggotanya), seperti manusia biasa yang mempunyai organ (panca indera) dan sebagainya. Jadi menurut teori organ ini badan hukum itu tidak berbeda dengan manusia, mempunyai sifat kepribadian yang sama dengan manusia, karena badan hukum mempunyai kehendak yang dibentuk melalui alat-alat perlengkapannya seperti RUPS, pengurus Direksi dan Dewan Komisaris.20 Perseroan terbatas adalah badan hukum, yang dibentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 yang merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Dimana didalam Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut dijelaskan bahwa organ perseroan terbatas tidak ada yang
18 Sutarno, Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Cetakan Ketiga, Bandung : CV. Alfabeta, 2005, hlm. 12.
19 Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2006, hlm. 46.
20 Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek Dalam Gugatan Perdata di Pengadilan, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007, hlm. 130.
Universitas Sumatera Utara

27
paling tinggi kedudukannya, masing-masing melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai yang diperintahkan undang-undang, termasuk didalamnya pelaksanaan merger atau penggabungan usaha perseroan terbatas.
Dalam hal merger perusahaan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. Pada peristiwa merger, ada satu perseroan yang eksistensinya tetap ada dan hidup, sedang perseroan lainnya lenyap menggabungkan diri dalam perseroan yang tetap ada.21 Dalam pelaksanaannya, jika dilihat dari segi jenis perusahaan yang melakukan merger, merger dapat dibagi ke dalam empat kategori, yaitu merger horizontal, merger vertikal, merger kon-generik, dan merger konglomerat.22
Mengenai syarat penggabungan (merger), berdasarkan Pasal 126 ayat (1) UUPT 2007, perbuatan hukum penggabungan, wajib memperhatikan kepentingan :
a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan, b. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari perseroan, dan c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
Pada prinsipnya menurut Penjelasan Pasal 126 ayat (1), penggabungan: 1) Tidak dapat dilakukan apabila akan merugikan kepentingan pihak-pihak
tertentu, 2) Penggabungan harus juga dicegah dari kemungkinan terjadinya monopoli
atau monopsoni dalam berbagai bentuk yang merugikan masyarakat.23
21 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996, hlm. 58.
22 Munir Fuady, Hukum Tentang Merger, Op.Cit, hlm. 79. 23 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm. 510.
Universitas Sumatera Utara

28
Dalam pelaksanaan penggabungan (merger), rencana penggabungan dituangkan dalam rancangan penggabungan yang disusun oleh direksi perseroan yang akan menggabungkan diri yang memuat sekurang-kurangnya nama perseroan yang menerima penggabungan dan perseroan yang menggabungkan diri, alasan, serta penjelasan direksi masing-masing perseroan mengenai persyaratan dan tata cara penggabungan saham perseroan yang menggabungkan diri. Penggabungan tersebut dilakukan dengan persetujuan RUPS masing-masing atas rancangan penggabungan yang diajukan oleh direksi masing-masing perseroan.
Ketentuan mengenai penggabungan seperti tersebut di atas tidak membatasi badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham perseroan lain. Penggabungan dilakukan dengan cara penggabungan saham yang telah dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh perseroan melalui direksi perseroan atau langsung dari pemegang saham yang mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Penggabungan yang dilakukan oleh badan hukum berbentuk perseroan, maka direksi, sebelum melakukan perbuatan hukum penggabungan harus berdasarkan keputusan RUPS yang memenuhi kuorum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan penggabungan keputusan RUPS.
Merger merupakan kegiatan perusahaan yang bersifat khusus karena berdampak besar tidak saja terhadap perusahaan secara keseluruhan, akan tetapi juga berdampak pada pemegang saham, kreditur, fiskus atau pemerintah maupun pihak ketiga lainnya seperti para karyawan dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, merger mempunyai potensi untuk memberikan dampak positif dan negatif. Untuk
Universitas Sumatera Utara

29
meminimalisasi terjadinya dampak-dampak negatif yang bakal muncul dari merger ini, DPR bersama pemerintah hendaknya lebih sigap dalam bertindak lewat pembuatan peraturan perundang-undangan sehingga celah-celah negatif tersebut bisa diperkecil atau dihilangkan agar program pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas dan peran bank dalam perekonomian Indonesia dapat terwujud.24
Menurut studi yang dilakukan Burg’s setidaknya ada lima unsur kualitas hukum yang harus dipenuhi agar tidak menghambat pertumbuhan ekonomi, yaitu stabilitas (stability), prediksi (predictability), keadilan (fairness), pendidikan (education), dan pengembangan khusus bagi para sarjana hukum (the special development abilities of the lawyer).25
Burg’s menjelaskan bahwa unsur pertama dan kedua merupakan prasyarat agar sistem perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Dalam hal ini, stabilitas diartikan bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang merger tidak terjadi pertentangan satu sama lain sehingga tercipta harmonisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang merger sedangkan prediksi merupakan suatu kebutuhan untuk bisa memprediksi ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan merger, dimana hukum harus dapat mencegah dampak negatif dari adanya merger yaitu salah satunya agar merger tidak menimbulkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
24 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjuan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan Kepailitan, Jakarta : Sinar Grafika, Cetakan II, 2008, hlm.98-99
25 Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, Bandung : Books Terrace & Library, 2007, hlm. 37-38.
Universitas Sumatera Utara

30
Diantara kedua unsur itu penting pula diperhatikan aspek keadilan, bahwa peraturan perundang-undangan tentang merger itu ditujukan untuk kesejahteraan rakyat banyak sehingga menciptakan keadilan sosial yang merata.
2. Konsepsi Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Jika
masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala itu. Konsepsi diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional, kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis yang sering kali bersifat abstrak, sehingga diperlukan definisidefinisi operasional yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian.26
Untuk membangun konsep dalam pengkajian ilmu hukum pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengkonstruksi teori, yang akan digunakan untuk menganalisanya dan memahaminya.27 a. Penggabungan
Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang
26 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2007, hlm.l33.
27 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, Bandung : CV. Mandar Maju, 2008, hlm.108.
Universitas Sumatera Utara

31
mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.28 Merger Perusahaan merupakan pengembangan per