HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN PADA TENAGA KERJA PEMELIHARAAN JALAN CISALAK KOTABIMA CV SERAYU INDAH CILACAP

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:
Ayi Rahayu Dwi Utami
NIM. 6450406011

i

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri semarang
Agustus 2012

Ayi Rahayu Dwi Utami.
! "
"!# $
" %& % " &%&
$"
) $ "
"!# "*"'&( !

'
&% ' + , &*
&' . ), 2012,
VI + halaman + 15 tabel + 7 gambar + 12 lampiran

"'"' (
"! $ (

Pengaruh beban kerja dan intensitas kebisingan dapat menimbulkan
gangguan kenyamanan bekerja, mempercepat terjadinya kelelahan kerja dan
gangguan kesehatan. Pada tenaga kerja akan mengalami kelelahan kerja yang
disebabkan oleh beban kerja yang diterima dan paparan kebisingan dari
penggunaan mesin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara beban kerja dan Intensitas kebisingan dengan kelelahan kerja pada tenaga
kerja pemeliharaan jalan Cisalak Kotabima CV Serayu Indah Cilacap.
Jenis penelitian ini adalah
dengan pendekatan
. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja CV Serayu Indah
Cilacap sebanyak 20 orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dan
seri L 77. Analisis data dilakukan secara
univariat dan bivariat.
Berdasarkan uji
yang telah dilaksanakan, didapatkan bahwa ada
hubungan antara beban kerja dengan kelelahan karena nilai = 0,032 < 0,05 dan
berdasarkan uji korelasi
diperoleh nilai p = 0,465 > 0,05 sehingga
tidak ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan kelelahan.
Saran yang diajukkan adalah kepada: (1) Tenaga kerja CV Serayu Indah,
pemberian sanksi kepada tenaga kerja jika tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) pada saat bekerja; (2) Peneliti Selanjutnya, mencoba untuk menambah
variabel lain seperti getaran, iklim kerja atau sikap kerja dan jumlah sampel yang
lebih besar.

") % +

.&/ Beban Kerja, Intensitas Kebisingan, Kelelahan, Tenaga Kerja
/ 24 (1991=2006)


ii

Public Health Department
Sport Sciences Faculty
Semarang State University
August, 2012

Ayi Rahayu Dwi Utami.
(" !"' &, %(&) " 0"" 0,!+', $ $ ,&%" & " %& -1 $ (" "2( % &, ,3
(" 0,!+"!% ,3 &% ' + , &* !, $ * & "
." ,3
"! $ (
&' . ), 2012,
VI + pages + 15 table + 7 figures + 12 attachments
The side=effect of workload and noise intensity may disrupt the comfort in
working, and cause exhaustion and health problem. Some workers will come to
exhaustion which is caused by the physical workload and high intensity of noise
in working with machinery. The purpose of this research is to find out the
relationship between workload and noise intensity, and the exhaustion of the
workers of Cisalak Kotabima road maintenance of CV Serayu Indah Cilacap.

The type of this research is
with
approach. The population consists of 20 workers of CV Serayu Indah Cilacap.
The sampling was done by using
technique The instruments used
in this research are
and L 77
. The
data analysis was done by using univariate an bivariate technique.
Based on the paired
, there is a relationship between physical
workload and exhaustion, for the value of = 0,032 < 0,05, and based on the
paired
for the value of
= 0,465 > 0,05 so there are not
relationship between noise intensity and exhaustion.
Finally, there are some advices the writer would like to point out: (1) the
workers of CV Serayu Indah, giving punishment to worker if they don’t use self
protection device, (2) For further research, the writer would like to suggest the
researcher to use bigger number of sample and to add other variable, such as,

vibration, working atmosphere or working attitude.

"-0,!$%/ Workload, Noise Intensity, Exhaustion, Workers
& '&, ! )(-/ 24 (1991=2006)

iii

Telah disidangkan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas:
Nama

: Ayi Rahayu Dwi Utami

NIM

: 6450406011

Judul

:


!

$"

"'"' (

&% ' +
Pada hari

:

Tanggal

:4

,

"


"!# $

) $

&*

"
"! -

"!#

" %& %

" &%&

"*"'&( !

'

$ ( &' . )


+ , "!
Panitia Ujian

Ketua,

Sekretaris,

Drs. H. Harry Pramono, M. Si.
NIP. 19591019.198503.1.001

Dr. dr. Hj. Oktia Woro K.H., M. Kes.
NIP.19591001.198703.2.001
Dewan Penguji

Tanggal

Ketua Penguji

Eram Tunggul P., SKM, M. Kes.

NIP. 19740928.200312.1.001

____________

Anggota Penguji
(Pembimbing Utama)

Drs. Sugiharto, M. Kes.
NIP. 19550512.198601.1.001

____________

Anggota Penguji
Arum Siwiendrayanti, SKM, M.Kes. ____________
(Pembimbing Pendamping) NIP. 19800909.200501.2.002
iv

/
Bukti bahwa kita bernilai tinggi di hadapan tuhan adalah kita bernilai bagi
sesama manusia (Mario Teguh).

Bila semua prestasi dan perolehan tidak ingin kita lepaskan, terimalah
konsekuensinya. Jangan anggap sebagai beban tetapi anggaplah sebagai sebuah
tanggung jawab. Maka, seberat apapun beban itu, kita tidak akan begitu
merasakannya lagi (Andrie Wongso, 2006:122).

/
Skripsi ini Ananda persembahkan untuk:
1. Ayahanda (Alm. Ary Tambiek Kasino)
dan Ibunda (Wartini Rahayu), sebagai
wujud Dharma Bakti Ananda.
2. Almamater Unnes.

v

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia=
Nya, sehingga skripsi yang berjudul “
" %& %
'

" &%&


&% ' +

$"
,

&*

!

"
"!#

"!#

$

"'"' (

) $

"

"*"'&( !

"! -

$ (

&' . )” dapat terselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi
ini, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang, Bapak Drs. Said Junaidi, M.Kes., atas ijin penelitian.
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang, Bapak Drs. Tri Rustiadi, M.Kes., atas ijin penelitian.
3. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, Ibu Dr. dr. Hj. Oktia Woro K.H., M.Kes., atas
persetujuan penelitian.
4. Pembimbing I, Bapak Drs. Sugiharto, M. Kes., atas bimbingan, arahan, serta
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Pembimbing II, Ibu Arum Siwiendrayanti, S.KM., M.Kes., atas bimbingan,
arahan, serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala Kantor BAPPEDA Kabupaten Cilacap, Bapak Ir. Parjono, M.Si., atas
ijin penelitian.

vi

7. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Cilacap, Bapak Errik
Ismanto, S. Sos., atas ijin penelitian.
8. Direktur CV Serayu Indah, Bapak Eros Kuncoro, atas ijin penelitian.
9. Ayahanda (Alm. Ary Tambiek Kasino) dan Ibunda (Wartini Rahayu), atas
do’a, pengorbanan, perhatian, kasih sayang dan motivasinya sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
10. Saudara kandung saya (Mohammad Rahlan dan Allam Hanan Pamulang), atas
do’a dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Wawan Kurniawan, atas do’a, bantuan dan motivasinya dalam penyusunan
skripsi ini.
12. Teman diskusi (Isni, Uus, Titha, Andika), atas bantuan serta motivasinya
dalam penyusunan skripsi ini.
13. Teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2006 atas bantuan dan
motivasinya dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Teman Calem Kos, atas semangat dan motivasinya dalam penyelesaian skripsi
ini.
15. Semua pihak yang terlibat, atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna
penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Semarang,
Penyusun

vii

Agustus 2012

Halaman
........................................................................................................

i

..................................................................................................

ii

...............................................................................................

iii

...........................................................................................

iv

..............................................................

v

................................................................................

vi

..............................................................................................

vii

......................................................................................

xi

..................................................................................

xii

...............................................................................

xiii

...........................................................................

1

1.1

Latar Belakang Masalah ......................................................................

1

1.2

Rumusan Masalah ...............................................................................

6

1.3

Tujuan Penelitian ................................................................................

6

1.4

Manfaat Hasil Penelitian .....................................................................

6

1.5

Keaslian Penelitian ..............................................................................

7

1.6

Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................

8

................................................................

9

2.1

Beban Kerja ........................................................................................

9

2.2

Cara Mengukur Beban Kerja ...............................................................

10

viii

2.3

Cara Mengurangi Beban Kerja ............................................................

11

2.4

Kebisingan ..........................................................................................

12

2.5

Kelelahan Kerja ..................................................................................

18

2.6

Kerangka Teori ...................................................................................

33

............................................................

34

3.1

Kerangka Konsep ................................................................................

34

3.2

Hipotesis Penelitian .............................................................................

34

3.3

Variabel Penelitian ..............................................................................

35

3.4

Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel .........................

35

3.5

Jenis dan Rancangan Penelitian ...........................................................

36

3.6

Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................................

36

3.7

Sumber Data Penelitian........................................................................

37

3.8

Instrumen Penelitian ............................................................................

37

3.9

Perolehan Data ....................................................................................

38

3.10 Prosedur Penelitian .............................................................................

42

3.11 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................

44

..................................................................

47

4.1

Deskripsi Data ....................................................................................

47

4.2

Hasil Penelitian ...................................................................................

49

.............................................................................

54

5.1

Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja .................................

54

5.2

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Kelelahan Kerja ...................

55

5.3

Keterbatasan Penelitian .......................................................................

57

ix

..........................................................

58

6.1

Simpulan .............................................................................................

58

6.2

Saran ...................................................................................................

58

.................................................................................

59

...............................................................................................

61

x

Halaman
Tabel 1.1: Keaslian Penelitian ......................................................................

7

Tabel 2.1: Nadi Kerja Menurut Tingkat Beban Kerja (dalam denyut nadi
permenit) ..................................................................................

11

Tabel 2.2: Nilai Ambang Batas Kebisingan ..................................................

16

Tabel 2.3: Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ..............................

21

Tabel 2.4: Klasifikasi Tingkat Kelelahan Berdasarkan Kecepatan Waktu
Reaksi.......................................................................................

32

Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ..................

35

Tabel 3.2: Jadwal Pelaksanaan Penelitian .....................................................

43

Tabel 4.1: Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ................................

48

Tabel 4.2: Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja .......................

48

Tabel 4.3: Karakteristik Responden Berdasarkan Denyut Nadi .....................

49

Tabel 4.4: Karakteristik Berdasarkan Intensitas Kebisingan ..........................

50

Tabel 4.5: Karakteristik Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja ................

50

Tabel 4.6: Tabulasi Silang Beban Kerja dengan Kelelahan pada Tenaga
Kerja Pemeliharaan Jalan Cisalak Kotabima CV Serayu Indah
Cilacap........................................................................................

51

Tabel 4.7: Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Kelelahan pada Tenaga
Kerja Pemeliharaan Jalan Cisalak Kotabima CV Serayu Indah
Cilacap........................................................................................

xi

52

Halaman
Gambar 2.1: Rumus IMT ..............................................................................

21

Gambar 2.2: Kerangka Teori ........................................................................

33

Gambar 3.1: Kerangka Konsep .....................................................................

34

Gambar 3.2: Rumus untuk Mengukur Kebisingan .........................................

38

Gambar 3.3: Stopwatch ................................................................................

39

Gambar 3.4: Sound Level Meter....................................................................

40

Gambar 3.5: Reaction Timer seri L 77...........................................................

42

xii

Halaman
Lampiran 1: Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing........................

62

Lampiran 2: Surat Ijin Penelitian dari FIK UNNES .......................................

63

Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol dan Linmas Kabupaten
Cilacap .....................................................................................

64

Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian dari Bapedda Kabupaten Cilacap ...............

65

Lampiran 5: Surat Keterangan dari CV Serayu Indah Cilacap .......................

66

Lampiran 6: Daftar Identitas CV Serayu Indah Cilacap .................................

67

Lampiran 7: Tabel Pengukuran Beban Kerja .................................................

68

Lampiran 8: Tabel Pengukuran Intensitas Kebisingan ...................................

69

Lampiran 9: Tabel Pengukuran Kelelahan Setelah Bekerja............................

70

Lampiran 10: Hasil Analisis Univariat...........................................................

71

Lampiran 11: Hasil Analisis Bivariat.............................................................

72

Lampiran 12: Dokumentasi Penelitian...........................................................

74

xiii

1

5

! "' +

% ' (

Bekerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu
bermacam=macam, berkembang dan berubah, bahkan sering kali tidak disadari
oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang ingin dicapai dan
orang berharap aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawa suatu keadaan
yang lebih memuaskan dari sebelumnya (Pandji Anoraga, 1992:11).
Manusia dalam pekerjaannya tidak merupakan mesin yang bekerja begitu
saja, tanpa perasaan, pikiran dan kehidupan sosial. Manusia adalah sesuatu yang
paling kompleks. Manusia memiliki rasa suka dan benci, gembira dan sedih,
berani dan takut, dan lain=lain sebagainya. Manusia memiliki kehendak, kemauan,
angan=angan dan cita=cita. Manusia memiliki dorongan hidup tertentu. Selain itu,
manusia mempunyai pikiran dan pertimbangan, yang menentukan sikap dan
pendiriannya. Manusia juga mempunyai pergaulan hidup, baik di rumahnya, atau
di tempat kerjanya, maupun di masyarakat luas. Maka demikian pulalah seorang
pekerja memiliki pula perasaan, pikiran, dan kehidupan sosial seperti itu. Faktor
tersebut menyebabkan pengaruh yang tidak sedikit terhadap kepada keadaan
pekerja dalam pekerjaannya (Suma’mur P. K, 1996:207).
Seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
di dunia industri memacu terciptanyaberbagai peralatan atau mesin. Penggunaan
mesin dimaksudkan untuk membantu kemampuan, kebolehan dan keterbatasan
manusia dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya sehingga tercapai hasil

1

2
kerja yang lebih banyak, lebih cepat, lebih kuat, mutu produk lebih baik,
kesalahan lebih sedikit, beban kerja yang lebih ringan serta dengan resiko yang
kecil (Sutjana, 2006:1).
Di negara industri, masalah utama kesehatan kerja adalah bising. Menurut
WHO (1995), diperkirakan hampir 14% dari total tenaga kerja negara industri
terpapar bising melebihi 90 dB di tempat kerjanya. Diperkirakan lebih dari 20 juta
orang di Amerika terpapar bising 85 dB atau lebih. Di quebec=Canada, didapatkan
data bahwa 55% daerah industri mempunyai tingkat kebisingan di atas 85 dB dan
di Indonesia diperkirakan, akibat dari paparan kebisingan dapat menyebabkan
kelelahan sebesar 27,43%, gangguan pendengaran 17,14% dan gangguan
keseimbangan 27,17% jumlah seluruh gangguan mencapai 72,28% seperti pada
pabrik peleburan besi baja yang mempunyai tingkat paparan kebisingan 85=105
dB dan perusahaan

di tangerang dengan paparan kebisingan 86,1=88,2

dB.
Gambaran di atas memperlihatkan bahwa paparan yang melebihi 85 dB
dapat menimbulkan NIHL (

) atau TAB (Tuli Akibat

Bising). Selain itu kebisingan juga dapat menimbulkan keluhan non pendengaran
seperti susah tidur, mudah emosi, dan gangguan konsentrasi, kelelahan yang dapat
menimbulkan

kecelakaan

kerja.

Pencegahan

dampak

buruk

kebisingan

memerlukan perhatian dan dukungan semua jajaran di tempat kerja, dari jajaran
tertinggi

sampai tenaga

kerja

pelaksana. Penerapan

program

konservasi

pendengaran di tempat kerja bermanfaat untuk mencegah gangguan pendengaran
akibat paparan bising (Ambar W. Roestam, 2004:1).

3
Tenaga kerja adalah masyarakat yang harus mendapat perhatian,
khususnya masalah kesehataan yang diakibatkan dari lingkungan kerja. Untuk
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif, tujuan demikian mungkin
dicapai oleh karena terdapatnya korelasi diaantara derajat kesehatan yang tinggi
dengan produktivitas kerja atau perusahaan (Suma’mur P. K, 1996:3). Kesehatan
tenaga kerja dapat meningkatkan produktivitas yang ditentukan oleh beberapa
faktor seperti kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. Tenaga kerja dan
beban kerja serta faktor=faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan.
Kesatuan demikian yang digambarkan sebagai roda keseimbangan
dinamis. Apabila keseimbangan tidak menguntungkan, terdapatlah keadaan labil
bagi tenaga kerja dan akan berakibat gangguan daya kerja, kelelahan, gangguan
kesehatan, bahkan penyakit, cacat dan kematian (Depnaker, 2003:11). Adanya
beban kerja fisik diantaranya seperti mengangkat atau memikul, sedangkan
lingkungan kerja yang merupakan beban tambahan dapat berupa kebisingan,
cahaya, getaran, suhu, kondisi alat (Depkes RI, 2003:1).
Dalam lingkungan kerja terdapat beban kerja, yaitu aktivitas yang
dibebankan kepada tenaga kerja baik berupa fisik, mental ataupun soaial dan
menjadi tanggungjawabnya. Beban kerja fisik dapat berupa kegiatan memikul,
mengangkat, berlari, mencangkul, sedangkan beban mental dapat berupa rasa
tertekan, adanya masalah pekerjaan baik dengan teman atau atasan, adanya
masalah pribadi, pekerjaan yang belum terselesaikan, pekerjaan yang monoton,
gangguan kesehatan penyakit kronis. Adapun faktor yang mempengaruhi beban
kerja seperti berat beban yang diangkut atau dibawa, jarak angkut dan intensitas

4
pembebanan, frekuensi mengangkat serta kondisi lingkungan kerja yang
berpengaruh yaitu kebisingan, pencahayaan, temperatur, radiasi, tekanan, getaran
(Depkes RI, 2003:3).
Faktor tersebut juga menyebabkan kelelahan ataupun gangguan kesehatan
jika melebihi nilai ambang batas dan ketentuan yang berlaku. Salah satu kondisi
lingkungan yang berpengaruh adalah kebisingan yaitu bunyi=bunyian yang tidak
dikehendaki oleh telinga kita. Tidak dikehendaki karena terutama dalam jangka
panjang bunyi

tersebut

dapat mengganggu

ketenangan kerja

(Sritomo

Wignjosoebroto, 2003:85), kebisingan dapat bersumber dari mesin produksi yang
beroperasi, suara tenaga kerja yang berteriak karena lingkungan bising.
Kebisingan dapat menyebabkan instruktur atau tenaga kerja harus berteriak=teriak
agar pembicaraannya dapat terdengar sehingga memerlukan tenaga ekstra yang
dapat mempercepat timbulnya kelelahan, selain itu kebisingan juga dapat
menyebabkan sulit berkonsentrasi, berfikir, lelah berbicara, tidak mempunyai
perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa (Depkes RI, 2003:36).
Kebisingan dan beban kerja yang melebihi ketentuan atau ambang batas di
lingkungan kerja perlu dikendalikan karena dapat mengganggu daya kerja
terutama kebisingan bernada tinggi, terputus=putus, tiba=tiba dan tak terduga serta
tak terkontrol. Faktor kebisingan jika tidak ditangani dengan baik dapat
mempengaruhi gerak tubuh seperti gangguan psikomotor dan saraf otonom. Efek
pada saraf otonom terlihat sebagai bertambahnya metabolisme dan dapat
menyebabkan kelelahan otot yang berupa tremor atau rasa nyeri. Selain itu untuk
desain peralatan atau produk dimana tenaga kerja sebagai operator maupun
pemakai produk tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan, kebolehan,

5
batasan, kemauan serta sifat tenaga kerja. Harapan dari kemampuan dan
kebolehan tenaga kerja seperti kemampuan berkembang, belajar, berpikir,
berkreasi maupun beradaptasi dipacu agar lebih baik, sedangkan keterbatasannya
seperti batasan fisik, mental, rasa lelah, rasa bosan, cepat lupa, kurang konsentrasi
bisa diminimalkan (Sutjana, 2006:1).
Dalam rangka pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang disebabkan
kondisi kebisingan yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) tersebut, CV.
Serayu Indah telah menyiapkan alat pelindung kepada tenaga kerja, namun pada
kenyataannya berdasarkan observasi awal para tenaga kerja enggan dan tidak mau
menggunakan alat pelindung berupa ear plug yang telah disediakan dengan alasan
tidak nyaman di pakai. Dengan adanya kondisi tersebut, maka tenaga kerja akan
terpapar bising selama 8 jam dan hal itu bisa menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan.
Penelitian dilakukan pada pekerjaan pemeliharaan jalan Cisalak Kotabima
di CV. Serayu Indah Cilacap dari proses awal. Hasil observasi awal yang
dilakukan oleh peneliti pada bulan Juni 2011, tenaga kerja bekerja dengan posisi
berdiri, mereka bekerja memindahkan material seperti batu belah, pasir dengan
intensitas relatif cepat, pekerjaan dilakukan dalam keadaan yang monoton, pekerja
yang menjadi operator mesin wales 8 ton, beton molen, mesin

, dan mesin

tidak memakai APD (Alat Pelindung Diri) telinga, dan mereka bekerja
selama 8 jam sehari, terkadang ditambah jam lembur menjadi 10 jam sehari. Dan
dari hasil pengukuran awal kebisingan di mesin wales 8 ton 90 dB, beton molen
87 dB,

90 dB dan

85 dB.

6
Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul penelitian ini adalah
6

!
"'"' (

) $

"! 5

"

"

"!#
"!#

$

"*"'&( !

" %& %
'

" &%&
&% ' +

$"
,

&*

5

$ ( &' . )75
* %

% ' (

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah:
1. Adakah hubungan antara beban kerja dengan kelelahan pada tenaga kerja
pemeliharaan jalan Cisalak Kotabima di CV. Serayu Indah Cilacap?
2. Adakah hubungan antara intensitas kebisingan dengan kelelahan pada tenaga
kerja pemeliharaan jalan Cisalak Kotabima di CV. Serayu Indah Cilacap?
54

#

" "'& &

Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada
tenaga kerja pemeliharaan jalan Cisalak Kotabima di CV. Serayu Indah
Cilacap.
2. Untuk menegetahui hubungan antara intensitas kebisingan dengan kelelahan
pada tenaga kerja pemeliharaan jalan Cisalak Kotabima di CV. Serayu Indah
Cilacap.
58

3

%&' " "'& &

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1.4.1 Untuk CV. Serayu Indah Cilacap
Sebagai masukan tentang adanya gangguan akibat pemaparan kebisingan
sehingga dapat dijadikan dasar pengendalian dan perlindungan terhadap tenaga
kerja.

7
1.4.2 Untuk Peneliti
Manfaat untuk peneliti adalah mengetahui hubungan antara beban kerja
fisik dan intensitas kebisingan dengan kelelahan pada tenaga kerja pemeliharaan
jalan Cisalak Kotabima di CV. Serayu Indah Cilacap.
1.4.3 Untuk Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan data, sebagai
bahan tambahan kajian dan memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan pustaka guna pengembangan ilmu kesehatan dan keselamatan kerja.
59

" %'&

" "'& &

Keaslian penelitian ini merupakan matriks yang memuat tentang judul
penelitian, nama peneliti, tahun dan tempat penelitian, rancangan penelitian,
variabel yang diteliti, dan hasil penelitian (Tabel 1.1).
Tabel 1.1: Keaslian Penelitian
,

$ '
" "'& &

*
" "'& &

(1)
1.

(2)
(3)
Hubungan
Fitri
antara
Yunita
Kebisingan Sari
dengan
Tingkat
Stres dan
Produktivita
s Kerja pada
Tenaga
Kerja Di
Bagian
Bordir PT.
Sai Apparel
Industries
Semarang
Tahun
2009
Lanjutan
(Tabel
1.1)
(1)

(2)

(3)

( $
"*)
" "'& &
(4)
2009,
bagian
bordir PT.
Sai Apparel
Industries
Semarang

(4)

.
" "'& &

!& "'
" "'& &

%&'
" "'& &

(5)

(6)
Variabel
bebas :
kebisingan
Variabel
terikat :
stres dan
produktivi
tas kerja

(7)
Ada hubungan
yang
signifikan
antara
kebisingan
dengan tingkat
stres dan
produktivitas
kerja pada
tenaga kerja di
bagian bordir
PT. Sai
Apparel
Industries
Semarang
(7)

dengan
pendekatan
!
"

(5)

(6)

8
2.

Pengaruh
Kebisingan
Terhadap
Kelelahan
Pada
Tenaga
Kerja
Industri
Pengolahan
Kayu
Brumbung
Perum
Perhutani

Tri
Yuni
Ulfa H

Tahun 2006
di Perum
Perhutani
Semarang

Eksplanatory
Research
dengan
pendekatan
!
"

Variabel
bebas:
kebisingan
Variabel
terikat:
kelelahan

Kebisingan
menyebabkan
kelelahan
sebesar 42, 8%

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian=
penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah
beban kerja, intensitas kebisingan, dan kelelahan. Tempat dan tahun penelitian ini
di Cisalak Kotabima Cilacap.
5:

&

+ ) " "'& &

Ruang lingkup penelitian ini meliputi tempat, waktu dan materi.
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Cisalak Kotabima Cilacap.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2012.
1.6.3 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah tentang kesehatan dan
keselamatan kerja mengenai beban kerja fisik dan intensitas kebisingan terhadap
kelelahan pada tenaga kerja di CV. Serayu Indah Cilacap.

9

5

"

"!#
Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga

kerja baik berupa fisik atau mental dan menjadi tanggungjawabnya. Seorang
tenaga kerja saat melakukan pekerjaan menerima beban sebagai akibat dari
aktivitas fisik yang dilakukan. Pekerjaan yang sifatnya berat membutuhkan
istirahat yang sering dan waktu kerja yang pendek. Jika waktu kerja ditambah
maka melebihi kemampuan tenaga kerja dan dapat menimbulkan kelelahan
(Suma’mur P. K, 1996:48).
Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan
dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik atau
mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya mampu
memikul beban pada suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal
bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada
pekerjaan yang tepat. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan,
pengalaman, keterampilan, motivasi dan lain sebagainya (Suma’mur P. K,
1996:48).
Begitu juga dengan oksigen, bahwa setiap individu mempunyai
keterbatasan maksimum untuk oksigen yang dikonsumsi. Semakin meningkatnya
beban kerja, maka konsumsi oksigen akan meningkat secara proporsional sampai
didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat
dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan oksigen yang
tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi rasa

9

10
lelah yang ditandai dengan meningkatnya kandungan asam laktat (Eko
Nurmianto, 2003:133).
Menurut Eko Nurmianto (2003:149), faktor yang mempengaruhi beban
kerja yaitu:
1. Beban yang diperkenankan.
2. Jarak angkut dan intensitas pembebanan.
3. Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat.
4. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja.
5. Kondisi lingkungan kerja yaitu; pencahayaan, temperatur, kebisingan, lantai
licin, kasar, naik dan turun.
6. Keterampilan bekerja.
7. Tidak terkoordinasinya kelompok kerja.
8. Peralatan kerja beserta keamanannya.
Beban kerja dapat mengakibatkan kelelahan, hal ini dikarenakan semakin
banyak jumlah material yang diangkat dan dipindahkan serta aktifitas yang
berulang dalam sehari oleh seorang tenaga kerja, maka akan lebih cepat
mengurangi ketebalan dari

#

atau elemen yang berada diantara

segmen tulang belakang dan akan dapat meningkatkan risiko rasa nyeri pada
tulang belakang (Eko Nurmianto, 2003:175).
5

!

"

+ ! "

"!#

Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori
yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat pada
pembebanan otot statis. Konsumsi energi dapat menghasilkan denyut jantung
yang berbeda, selain itu temperatur sekeliling yang tinggi, tingginya pembebanan
otot statis serta semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja dapat
meningkatkan denyut jantung. Maka dari itu denyut jantung dipakai sebagai

11
indeks beban kerja. Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain: merasakan denyut yang ada pada arteri radial di pergelangan
tangan,

mendengarkan

(

denyut

dengan

menggunakan

ECG

), yaitu mengukur signal elektrik yang diukur dari otot jantung

pada permukaan kulit dada (Eko Nurmianto, 2003:136).
Adapun cara pengukuran denyut nadi dengan palpasi dapat dilakukan
dengan cara meletakkan ujung=ujung jari tangan yaitu jari ke=2, ke=3, dan ke=4 di
ataas permukaan kulit di bagian radial pergelangan tangan. Saat pengukuran
dimulai "

dihidupkan selama 10 detik, kemudian dikalikan 6 untuk

mendapatkan hasil satu menit dan setelah 10 detik "

dimatikan,

kemudian dicatat bunyi denyutan yang diperoleh. Sedangkan nadi kerja dapat
dikategorikan berdasarkan tingkat beban kerja (Tabel 2.1).
Tabel 2.1: Nadi Kerja menurut Tingkat Beban Kerja (dalam denyut nadi permenit)
,5

"

"!#

$&

"!# ;)"!*" & <

1.

Sangat ringan

< 75

2.

Ringan

75=100

3.

Agak berat

101=125

4.

Berat

126=150

5.

Sangat berat

126=150

6.

Luar biasa berat

> 175

(Sumber: Eko Nurmianto, 2003:136).
54

!

"

!

& "

"!#

Beban kerja yang dialami oleh tenaga kerja dapat dikurangi dengan cara
seperti: (1) Gunakan meja yang dapat digerakkan naik=turun untuk menjaga agar
bagian permukaan dari meja kerja dapat langsung dipakai untuk memasukkan

12
lembaran logam ataupun benda kerja lainnya ke dalam mesin, (2) Bebaskan area
kerja dari gerakan dan peletakan material yang mengganggu jalur dari operator,
(3) Hindarkan lantai kerja dari sesuatu yang dapat membuat licin sehingga akan
membahayakan operator pada saat perjalanan memindahkan material, (4)
Tempatkan semua material sedekat mungkin terhadap operator, (5) Beban
diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot
tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan, serta momentum
gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan (Eko Nurmianto, 2003:150).
Untuk menerapkan kedua prinsip kinetis itu setiap kegiatan mengangkut
dan mengangkat harus dilakukan sebagai berikut: (1) Pegangan harus tepat.
Memegang diusahakan hanya beberapa jari yang dapat menyebabkan ketegangan
statistik lokal pada jari tersebut harus dihindarkan, (2) Lengan harus berada
sedekat=dekatnya pada badan dan pada posisi lurus, (3) Punggung harus
diluruskan, (4) Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk
mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat dan satu kaki
kedua ditempatkan sedemikian rupa sehingga membantu mendorong tubuh
gerakan pertama.
58

" &%&
Menurut Suma’mur P.K. (1996:57), bunyi didengar sebagai rangsangan

pada telinga oleh getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi tersebut tidak
dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan.
Sedangkan definisi kebisingan menurut Kepmenaker No. 51/MEN/1999
adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat produksi dan
atau alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran (Tarwaka, dkk, 2004:38).

13
2.4.1 Jenis Kebisingan
Menurut Suma’mur P.K. (1996:58) jenis kebisingan yang sering
ditemukan adalah sebagai berikut: (1) Kebisingan kontinyu dengan spektrum
frekuensi luas (

#

) misalnya: mesin=mesin, kipas angin,

dapur pijar, (2) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (
#

) misalnya: gergaji sirkuler, katup gas, (3) Kebisingan

terputus=putus (

) misalnya: lalu lintas, suara kapal terbang di lapangan

udara,

(4) Kebisingan impulsif (

) misalnya:

tembakan atau meriam, ledakan, (5) Kebisingan impulsif berulang misalnya:
mesin tempa di perusahaan.
2.4.2 Sumber Kebisingan
Dalam industri peningkatan mekanisme mengakibatkan meningkatnya
tingkat kebisingan. Pekerjaan yang menimbulkan bising dengan intensitas tinggi
umumnya terdapat di pabrik tekstil (

), pekerjaan pemotongan

plat baja, pembuatan terowongan (A. M. Sugeng Budiono, 2003:33).
Sedangkan Tarwaka, dkk (2004:39) menyebutkan bahwa sumber
kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin untuk proses produksi dan
alat lain yang dipakai untuk melakukan pekerjaan. Contoh sumber kebisingan di
perusahaan baik dari dalam maupun luar perusahaan seperti generator, mesin
produksi, dan ketel uap.
2.4.3 Pengaruh Kebisingan
Pengaruh utama dari kebisingan pada kesehatan adalah kerusakan pada
indera pendengar, yang menyebabkan ketulian progresif. Awalnya efek
kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat
sesudah dihentikan kerja di tempat bising. Tetapi kerja terus menerus di tempat

14
bising berakibat kehilangan daya dengar yang menetap dan tidak pulih kembali,
biasanya dimulai pada frekuensi sekitar 4000 Hz dan kemudian menghebat dan
meluas ke frekuensi=frekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi=
frekuensi yang digunakan untuk percakapan (Suma’mur P. K, 1996:61).
Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja disebabkan oleh sumber bising
mesin produksi yang beroperasi, sehingga para tenaga kerja akan mengalami
gangguan komunikasi baik itu pembicaraan atau instruksi tidak dapat di dengar
secara jelas sehingga harus berbicara dengan keras untuk dapat terdengar, yang
berarti akan membutuhkan tenaga ekstra bahkan dengan berbicara keras dapat
menambah kebisingan, hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan terganggunya
fungsi pendengaran, serta kebisingan dapat mengganggu “

$

” dan

tekanan darah. Ini merupakan gangguan secara fisiologis, selain itu kebisingan
juga dapat mengakibatkan gangguan psikologis misalnya suara yang tidak
dikehendaki dapat menimbulkan stress, sulit konsentrasi, berfikir dsb, akibat lain
adalah gangguan patologis organis seperti pengaruhnya kebisingan terhadap alat
pendengaran atau telinga yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat
sementara hingga permanen (Depkes RI, 2003:36). Pengaruh kebisingan pada
tenaga kerja ini dapat mengurangi rasa nyaman dalam bekerja, mengganggu
komunikasi dan mengurangi konsentrasi (A. M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:33).
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan
tingkat gangguan terhadap manusia menurut Sritomo Wignjosoebroto (2003:85)
yaitu: (1) Lama waktu bunyi tersebut terdengar. Semakin lama telinga kita
mendengar kebisingan akan semakin buruk akibatnya bagi pendengaran (tuli),
(2) Intensitas biasanya diukur dengan satuan

#

(dB) yang menunjukkan

besarnya arus energi per satuan luas, (3) Frekuensi suara yang menunjukkan

15
jumlah dari gelombang suara yang sampai ditelinga kita setiap detik dinyatakan
dalam jumlah getaran per detik atau Hertz (Hz).
2.4.4 Gangguan Kebisingan di Tempat Kerja
Menurut Depkes RI (2003:36), kebisingan di tempat kerja dapat
menimbulkan gangguan. Gangguan tersebut dapat dikelompokkan secara
bertingkat sebagai berikut:
%&&'(
Gangguan fisiologi yaitu gangguan yang mula=mula timbul akibat bising
atau fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu. Pembicaraan atau
instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, sehingga dapat
menimbulkan gangguan lain misalnya kecelakaan. Pembicaraan terpaksa
berteriak=teriak, selain memerlukan ekstra tenaga, juga dapat menambah
kebisingan.
%&&%(
Gangguan fisiologis lama=lama bisa menimbulkan gangguan psikologis.
Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stres, gangguan jiwa, sulit
konsentrasi, berpikir, dan lain sebagainya.
%&&)(
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap
alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat
sementara hingga permanen.
2.4.5 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
NAB kebisingan mempunyai pedoman pemaparan terhadap kebisingan
berdasarkan Lampiran II Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.Kep 51/MEN/1999
(Tabel 2.2).

16
Tabel 2.2: Nilai Ambang Batas Kebisingan
= +

"* #

)"!

!&

" %& %

" &%&

8 jam

85

4 jam

88

2 jam

91

1 jam

94

30 menit

97

15 menit

100

$ ' *$ ; <

(Sumber: A. M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:33).
2.4.6 Lama Pemaparan Kebisingan
Pada tingkat kebisingan 85 dB(A) ada kemungkinan setelah 5 tahun kerja,
1% pekerja akan memperlihatkan sedikit gangguan pendengaran; setelah 10 tahun
kerja, 3% pekerja mungkin mengalami kehilangan pendengaran, dan setelah 15
tahun kerja meningkat menjadi 15%. Pada tingkat bising 90 dB(A) berturut=turut
presentasenya adalah 4%, 10%, dan 14%; dan pada 95 dB(A): 7%, 17%, dan 24%
(Joko Suyono, 1995:171).
2.4.7 Pengukuran Intensitas Kebisingan
Pengukuran kebisingan secara langsung pada tempat=tempat yang
dikehendaki dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
%&*'+

"

#

"

Pada pengukuran ini digunakan alat “"

,

”. Alat tersebut

dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40=130 dB (A) pada frekuensi antara
20=20.000 Hz. Sebelum dilakukan pengukuran dilakukan

lokasi

sumber suara dan sekitarnya. Selanjutnya pada alat pengukuran “"

,

” dipasang pada ketinggian ± (140=150 cm) atau setinggi telinga.

17
%&*%+

"

Jenis pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui rerata intensitas
suara yang diterima oleh pekerja selama jam kerja. Pada jenis pengukuran ini
digunakan alat “-

” (Tarwaka, dkk, 2004:39).

2.4.8 Pengendalian Kebisingan
Menurut Anies (2005:94), untuk mencegah penyakit akibat kerja karena
kebisingan, tingkat kebisingan harus dikurangi, antara lain dengan upaya berikut:
(1) Mendesain kembali peralatan, untuk mengurangi kecepatan dan benturan dari
bagian yang bergerak, memasang peredam pada lubang pemasukan dan
pembuangan, mengganti peralatan yang telah lama dengan yang baru; (2)
Merawat peralatan, dengan mengganti yang telah aus serta memberikan pelumas
pada semua bagian yang bergerak; (3) Mengisolasi peralatan, dengan menjauhkan
dari pekerja; (4) Memasang peredam getaran, dengan bantalan karet, agar bunyi
yang ditimbulkan oleh getaran dapat dikurangi; (5) Terhadap pekerjanya sendiri
dapat dilakukan upaya: menggunakan penyumbat dan pelindung telinga, dan
pekerja yang bekerja di tempat dengan kebisingan tinggi, digilir, sehingga bukan
pekerja tertentu saja yang bekerja di lingkungan yang berisiko tinggi tersebut.
Menurut Suma’mur P. K. (1996:67), kebisingan yang melebihi nilai
ambang

batas

dapat

menyebabkan

ketidaknyamanan

dan

mengganggu

pendengaran maka dari itu kebisingan ini perlu dikendalikan dengan cara sebagai
berikut:

(1) Pengendalian secara teknis seperti: menggunakan

penyekat dinding dan langit=langit yang kedap suara, mengisolasi mesin yang
menjadi sumber kebisingan, substitusi mesin yang bising dengan mesin yang
kurang bising, menggunakan fondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan
yang goyang dan mengganti bagian logam dengan karet, modifikasi mesin atau

18
proses, merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik sehingga dapat
mengurangi suara bising; (2) Pengendalian secara administratif seperti: pengadaan
ruang kontrol pada bagian tertentu (misalnya: bagian diesel), menggunakan APD
(

..), pengaturan jam kerja disesuaikan dengan NAB yang ada, adanya

petugas yang berwenang untuk memeriksa dan memastikan bahwa alat pelindung
ini tetap dipakai, pengendalian secara medis yaitu pemeriksaan audiometri
sebaiknya dilakukan pada saat awal masuk kerja dan secara periodik serta secara
khusus dan pada akhir masa kerja, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti
sumbat telinga (
59

"'"' (

) atau tutup telinga (

..).

"!#

Kelelahan tenaga kerja adalah suatu kondisi melemahnya tenaga untuk
melakukan suatu pekerjaan (A. M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:86). Kelelahan
secara umum adalah keadaan tenaga kerja yang dilandasi oleh adanya perasaan
kelelahan dan penurunan kesigapan bersifat kronis serta merupakan suatu
fenomena psikososial, kelelahan kerja akibat seringkali diartikan sebagai proses
menurunnya efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan atau
ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan
(Sritomo Wignjosoebroto, 2003:283).
595

" &%

"'"' (

"!#

Menurut Suma’mur P. K. (1996:190), kelelahan dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu:
%/''0

1

Gejala utama kelelahan umum adalah perasaan letih yang luar biasa dan
terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena timbulnya
gejala kelelahan tersebut. Tidak hanya gairah untuk bekerja baik secara fisik

19
maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa “ngantuk” (A. M. Sugeng
Budiono, dkk., 2003:87). Perasaan adanya kelelahan umum adalah ditandai
dengan berbagai kondisi antara lain kelelahan visual yang disebabkan oleh
illuminasi, luminasi dan seringnya akomodasi mata, kelelahan mental, kelelahan
tubuh, kelelahan urat saraf, stres, dan rasa malas bekerja (Eko Nurmianto,
2003:267). Sebab kelelahan umum seperti monotoni, intensitas dan lamanya kerja,
mental dan fisik, keadaan lingkungan, sebab mental seperti tanggungjawab,
kekhawatiran dan konflik serta penyakit. Pengaruh ini berkumpul di dalam tubuh
dan mengakibatkan perasaan lelah.
%/'%0

2

Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri yang
terdapat pada otot. Menurut A. M. Sugeng Budiono, dkk. (2003:86), kelelahan
otot ditunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang luar biasa seperti ketegangan otot
dan daerah sekitar sendi. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang
tampak dari luar. Tanda kelelahan otot pada percobaan, otot dapat menjadi lelah
adalah seperti: (1) Berkurangnya kemampuan untuk menjadi pendek ukurannya,
(2) Bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, (3) Memanjangnya waktu laten
yaitu waktu diantara rangsangan dan saat mulai kontraksi.
Ada beberapa macam kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor
yang berbeda menurut Sritomo Wignjosoebroto (2003:238), seperti: (1) Lelah
otot, yang dalam hal ini bisa dalam bentuk munculnya gejala kesakitan yang amat
sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan, (2) Lelah visual, yaitu
lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata). Mata
yang terkonsentrasi secara terus=menerus pada suatu obyek (layar monitor) seperti
yang dialami oleh operator komputer misalnya akan terasa lelah. Cahaya yang

20
terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa menimbulkan gejala yang sama,
(3) Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan diakibatkan
secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja mental (proses berpikir
sebagai contoh). Lelah mental ini seringkali pula disebut sebagai lelah otak, (4)
Lelah monotonis, adalah jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja
yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat menjemukan.
Pekerjaan yang tidak memberikan “tantangan”, tidak memerlukan

,

dan lain=lain akan menyebabkan motivasi pekerja akan rendah. Disini pekerja
tidak lagi terangsang dengan pekerjaan ataupun lingkungan kerjanya. Situasi kerja
yang monoton dan menimbulkan kebosanan akan mudah terjadi pada pekerjaan
yang dirancang terlalu ketat. Kondisi semacam ini jarang terjadi pada kegiatan
yang memberikan fleksibilitas bagi pekerja untuk mengembangkan kreativitas dan
mengatur irama kerjanya sendiri.
595

+ ,! -

"*)"

! (&

"'"' (

"!#

Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan dapat berasal dari:
(1) Usia, telah diketahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan,
pendengaran, dan kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 40 tahun atau lebih
selain itu pada usia 40 tahun merupakan usia yang berpeluang besar untuk
mendapatkan risiko nyeri punggung (#

3

) akibat beban kerja (Eko

Nurmianto, 2003:147), (2) Status gizi, merupakan salah satu penyebab kelelahan.
Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki
kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih lebih baik, begitu juga sebaliknya
(A. M. Sugeng Budiono, dkk, 2003:154). Pada keadaan gizi buruk, dengan beban
kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan ketahanan

21
tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga mempercepat timbulnya
kelelahan.
Status gizi seseorang dapat diketahui melalui IMT (Indeks Massa Tubuh).
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi seseorang
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT
mempunyai rumus (Gambar 2.1).

Gambar 2.1: Rumus IMT
Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa, 2001:60.
Untuk Indonesia memiliki kategori ambang batas IMT (Tabel 2.3).
Tabel 2.3: Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia
" ,!&
Kurus

Kekurangan

BB

tingkat

berat

18,5=25,0
Kelebihan BB tingkat ringan Kelebihan

25,00 =27,00

BB tingkat berat

>27,00

(Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa, 2001:60).
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui status gizi seseorang dengan
kategori seperti kurus jika hasil penilaian seseorang berada pada angka < 17,0=
18,5, kategori normal 18,5=25,0 dan termasuk gemuk jika nilainya > 25,0. (3)
Massa kerja dapat berpengaruh pada kelelahan kerja khususnya kelelahan kerja
kronis. Semakin lama seorang tenaga kerja bekerja pada lingkungan kerja yang
kurang nyaman dan tidak menyenangkan maka kelelahan pada orang tersebut

22
akan menumpuk terus dari waktu ke waktu, (4) Penyakit yang menyertai seperti:
penyakit jantung, seseorang akan mengalami nyeri jantung kekurangan darah. Hal
ini juga cenderung terjadi pada saat melakukan kerja fisik dan jika sifatnya berat
disini pembuluh jantung menyempit karena jantung harus bekerja lebih keras.
Gejala lain dari penyakit jantung adalah rasa letih yang berlebihan, terutama pada
saat melakukan kerja fisik yang disebabkan karena berkurangnya aliran darah dan
demikian juga oksigen ke otot (M. Petch, 1991:13).
Penyakit asma, asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan
mengi. Gejala tersebut sebagai akibat karena diameter bronkiolus lebih banyak
berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi, karena peningkatan
tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus (W.
F. Ganong, 1996:673). Keadaan ini menyebabkan

atau kekurangan udara.

Aktivitas otot pernapasan yang kurang seringkali membuat seseorang merasa
dalam keadaan

berat (Arthur C. Guyton, 1997:678), sehingga diperlukan

banyak tenaga untuk bernapas.
Hal ini yang akan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan; tekanan darah
rendah, penurunan kapasitas serangan jantung mungkin menyebabkan tekanan
darah menjadi sangat rendah, hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah suplai
darah yang dipompa dari jantung, berakibat berkurangnya pula jumlah oksigen
sehingga terbentuklah asam laktat. Asam laktat merupakan indikasi adanya
kelelahan (Eko Nurmianto, 2003:16); tekanan darah tinggi, terbatasnya aliran
darah pada otot (ketika berkontraksi), akan menekan pembuluh darah dalam
membawa oksigen hal ini juga memungkinkan terjadinya kelelahan (Gempur
Santoso, 2004:47); penyakit ginjal, pengaruh kerja terhadap faal ginal terutama
dihubungkan dengan pekerjaan yang perlu mengerahkan tenaga dan yang

23
dilakukan dalam cuaca kerja panas. Kedua=duanya mengurangi peredaran darah
kepada ginjal sehingga menyebabkan gangguan penyediaan zat yang diperlukan
oleh ginjal (Suma’mur P. K, 1996:18).
Terdapat mekanisme multipel yang mengendalikan kecepatan ekskresi
urin. Cara paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan asupan dan keluaran cairan dalam tubuh ialah dengan
mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresi zat. Penambahan air yang
berlebihan pada cairan ekstraseluler akan menyebabkan penurunan konsentrasi
penurunan plasma.
Kondisi yang da

Dokumen yang terkait

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN SCREENING CV. MEKAR SARI WONOSARI KLATEN

1 8 70

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN SPINNING Hubungan Intensitas Kebisingan Dan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Bagian Spinning Di PT. Kusumaputra Santosa Karangayar.

0 2 15

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN SPINNING Hubungan Intensitas Kebisingan Dan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Bagian Spinning Di PT. Kusumaputra Santosa Karangayar.

0 5 15

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON Hubungan Antara Beban Kerja Fisik Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalen

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON Hubungan Antara Beban Kerja Fisik Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalen

0 2 17

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN PERSIAPAN PT. ISKANDAR INDAH Pengaruh Kebisingan Terhadap Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Persiapan PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

0 1 16

Hubungan Tekanan Panas dan Beban Kerja Fisik dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Wanita bagian Sewing CV. X Garment Sukoharjo.

0 0 10

Hubungan Intensitas Penerangan Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Unit Sewing Di CV. Garment, Sukoharjo.

1 1 12

Hubungan Tekanan Panas dan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile.

0 0 11

Hubungan Intensitas Penerangan dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Unit Sewing di CV. Garment, Sukoharjo COVER

0 0 12