Intraocular Foreign Bodies

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

INTRAOCULAR FOREIGN BODIES
Disusun Oleh :
Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), Sp.M
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA / RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN,2013
1
Universitas Sumatera Utara

1
1
Universitas Sumatera Utara

i

DAFTAR ISI

Halaman


Daftar isi ................................................................................................................ i

Daftar Tabel .......................................................................................................... ii

Daftar Gambar ...................................................................................................... iii

1. Pendahuluan .................................................................................................. 2. Defenisi .......................................................................................................... 3. Epidemiologi .............................................................................................. 4. Klasifikasi ...................................................................................................

1 2 3 4

5. Patofisiologi ............................................................................................... 5 6. Diagnosis .................................................................................................... 6 7. Komplikasi ................................................................................................. 8 8. Tatalaksana ................................................................................................. 8 9. Prognosis .................................................................................................... 12 10. Kesimpulan ................................................................................................. 13 11. Daftar Pustaka ............................................................................................ 14

i
Universitas Sumatera Utara

ii

DAFTAR TABEL


Halaman

Tabel 1. Epidemiologi, manifestasi klinis dan Tatalaksana Benda Asing Intra Okuler ........................................................................................

7

Universitas Sumatera Utara

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Klarifikasi cedera okular dengan klasifikasi Birmingham Eye Trauma Terminology .............................................................................. 3

Gambar 2. Klarifikasi cedera open-globe berdasarkan zona anatomis ............... 4

Gambar 3. Removal IOFB di kamera okuli anterior A) insisi yang salah B) insisi yang benar tegak lurus dan langsung menuju objek asing .. 4


Gambar 4. Removal IOFB magnetik di segmen posterior .................................... 12

Gambar 5. Removal IOFB non magnetik di segmen posterior ............................ .............................................................................. 12

Universitas Sumatera Utara

iv
Universitas Sumatera Utara

1
INTRAOCULAR FOREIGN BODIES
Dr.dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM
1. Pendahuluan Intraocular foreign bodies(IOFB) atau tertinggalnya benda asing dalam
ruang intraokular melibatkan 41% dari cedera open-globe.Benda asing tersebut dapat berupa objek apapun, kebanyakan merupakan logam yang dapat berlokasi dalam struktur okular manapun baik superfisial hingga rongga yang dalam. Cedera IOFB secara teknis merupakan cedera penetrasi dan bersifat emergensi. Akan tetapi, implikasi klinis yang berbeda membuat kelainan ini dikelompokkan tersendiri oleh karena modalitas tatalaksana, waktu, dan resiko endophthalmitis.1,2
Ada berbagai faktor yang menentukan tempat tertinggalnya benda asing dan kerusakan yang diakibatkan IOFB, termasuk ukuran, bentuk, dan momentum objek saat terjadinya impak, serta lokasi dari penetrasi okuli. Setelah berada dalam ruang intraokuli, benda asing dapat terjebak dalam struktur manapun yang dijalaninya dan dapat berlokasi dimanapun dari anterior chamber hingga ke retina.3,4,5
Menelusuri informasi sangat penting sebagai langkah awal penatalaksanaan kasus IOFB. Informasi kasus kejadian sangat vital karena membantu menentukan asal dan jenis benda asing dan akan lebih informatif apabila pasien dengan membawa bukti objek penyebab. Dalam pemeriksaan klinis mata, hal-hal yang menjadi perhatian adalah mencari lokasi luka baik tempat entri dan keluarnya benda asing. Floresens topikal dapat membantu untuk mengidentifikasi tempat entri dan lokasi dari benda asing. Akan tetapi, alat paling baik yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran dan bentuk benda asing adalah CT-scan.2,3
IOFB yang terjadi setelah cedera penetrating dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan berat dengan komplikasi yaitu endophthalmitis
1
Universitas Sumatera Utara


2
dan terlepasnya retina. Akan tetapi sekarang, prevalensi IOFB menurun yang mungkin dikarenakan berkurangnya jumlah industri-industri logam. Selain itu, teknik vitrektomi modern dan penggunaan antibiotik spektrum luas telah meningkatkan outcome visual kasus IOFB meskipun pengambilan benda asing intraokuli dilakukan setelah 24 jam.6
2. Definisi Cedera okular dapat dibagi menjadi cedera open-globe dan cedera close-
globe. Cedera open-globe didefinisikan sebagai cedera yang bersifat penetrasi dan melibatkan seluruh lapisan dinding korneosklera yang dapat diakibatkan karena trauma tajam ataupun trauma tumpul. Cedera closed-globe pada umumnya diakibatkan trauma tumpul dimana dinding korneosklera tetap intak (hanya sebagian lapisan yang mengalami cedera), akan tetapi kerusakan intraokular dapat terjadi. Hal itu dibagi menjadi luka bakar, trauma tumpul/kontusio dan laserasi lamelar.2
Laserasi didefinisikan sebagai cedera yang melibatkan seluruh lapisan mata, biasanya dikarenakan objek tajam. Kerusakan terjadi pada lokasi impak dengan mekanisme dari luar ke dalam. Klasifikasi tersebut bergantung pada apakah juga terdapat benda asing intraokular atau ada luka jalan keluar. Pada umumnya, apabila luka tembus diikuti dengan luka tembus jalan keluar, benda asing dapat tinggal sebagian dalam intraokular.2
Universitas Sumatera Utara

3
Gambar 1. Klasifikasi cedera okular dengan klasifikasi Birmingham Eye Trauma Terminology7
Intraocular foreign body diartikan sebagai retensi atau tertinggalnya benda asing yang masuk ke dalam ruang intraokuli baik di rongga superfisial (anteriorchamber) ataupun rongga lebih dalam (segmen posterior). Masuknya benda asing dalam ruang intraokular menimbulkan laserasi dan dikelompokkan sebagai cedera penetrasi.2,3,4 3. Epidemiologi
Intraocular foreign bodies (IOFB) atau tertinggalnya benda asing dalam ruang intraokular melibatkan 41% dari cedera open-globe. Benda asing tersebut dapat berupa substansi apapun, kebanyakan adalah logam, oleh karena kebanyakan pasien mengalami cedera saat bekerja dengan martil dimana 80% kasus diantaranya adalah disebabkan logam. Di Amerika, IOFB merupakan penyebab paling sering kedaruratan ophtalmologi, yaitu 3% dari seluruh pasien yang datang ke unit gawat darurat.Faktor resiko termasuk jenis kelamin laki-laki, tidak memakai alat proteksi mata saat bekerja, dan bekerja dalam perusahaan logam. Umur rata-rata pasien adalah 33 tahun. Benda asing tersebut sering masuk ke dalam kornea dan hampir 65% kasus IOFB melibatkan segmen posterior.1,5,8
Universitas Sumatera Utara

4
4. Klasifikasi Intraocular foreign bodies dapat diklasifikasikan menurut: 1. Zona anatomis
Cedera open-globe merupakan hal yang mendasari terjadinya IOFB. Dalam pembagiannya, cedera ini dapat dibagi menjadi tiga zona menurut lokasi cedera. a. Zona I : cedera melibatkan kornea b. Zona II: cedera melibatkan dari limbus hingga ke 5 mm anterior sklera c. Zona III: cedera melibatkan sklera lebih dari 5 mm dari limbus2,9
Gambar 2. Klasifikasi cedera open-globe berdasarkan zona anatomis.10
2. Posisi IOFB Berdasarkan posisi benda asing dalam intraokuli, IOFB dibagi menjadi a. Lokasi IOFB segmen anterior - Di kornea - Di anterior chamber - Di anterior chamber angle b. Lokasi IOFB segmen posterior - IOFB berlokasi dalam kavitas vitreous - IOFB melayang dalam vitreous setelah menyebabkan trauma retina - IOFB terjabak dalam retina atau sklera11
3. Jenis bahan IOFB11 a. Metallic atau logam seperti tembaga, besi
Universitas Sumatera Utara


5
b. Gelas c. Plastik d. Organik seperti kayu e. Batu
5. Patofisiologi Ada berbagai faktor yang menentukan tempat tertinggalnya benda asing
dan kerusakan yang diakibatkan IOFB, termasuk ukuran, bentuk, dan momentum objek saat terjadinya impak, serta lokasi dari penetrasi okuli. Setelah berada dalam ruang intraokuli, benda asing dapat terjebak dalam struktur manapun yang dijalaninya dan dapat berlokasi dimanapun dari anterior chamber hingga ke retina.Untuk bahan nonlogam dan nonmagnetik, outcome vusual dapat saja tidak bergantung pada ukuran dan bentuk benda tersebut. Menurut jenisnya, benda asing dapat dibagi menjadi anorganik seperti logam dan organik.3,4,12
Logam emas, perak, platinum, aluminium dan gelas pada umumnya bersifat inert dan menyebabkan sedikit atau tanpa reaksi. Timbal dan Zinc, meskipun dapat menyebabkan inflamasi, biasanya bersifat kronis nongranulomatosa.12
Besi dapat mengionisasi dan diffusi ke dalam mata dan mengalami deposisi sebagai feritin dan kadang-kadang siderosom sitoplasma, suatu kondisi yang dikenal dengan nama siderosis bulbi. Ferro (bivalen) berifat lebih toksik pada jaringan mata dibandingkan Ferri (trivalen). Besi mengionisasi dan menyebar dalam jaringan mata (siderosis bulbi) dan terkonsentrasi terutama pada sel epitel (kornea, iris, siliaris, lensa dan RPE), otot konstriktor dan dilator pupil, trabecular meshwork, dan retina neural. Toksisitas yang diakibatkan oleh kelelbihan free iron dengan proses-proses enzimatik menyebabkan degenerasi retina dan gliosis, katarak anterior subkapsular (siderosis lentis), terbentuknya jaringan parut di trabecular meshwork dan glaukoma kronis sekunder sudut terbuka. Secara histologi, logam besi berwarna biru dengan Prussian blue atau Perls’ stain yang muncul pada
Universitas Sumatera Utara

6
seluruh struktur epitel, otot dilator dan konstriktor pupil, retina neural dan trabecular meshwork.12
Tembaga dapat mengionisasi dalam mata dan terdeposit dalam struktur okular manapun, kondisi yang dikenal dengan chalcosis. Dibandingkan dengan perubahan tembaga menjadi chalcosis, tembaga lebih sering menyebabkan reaksi purulen yang menyebabkan panophtalmitis. Campuran logam dengan tembaga menyebabkan chalcosis. Tembaga memiliki afinitas terhadap membran basal (contohnya membran internal retina). Deposit juga dapat terjadi di membran Descemet dan kapsul lensa. Secara klinis, tembaga terlihat dalam kornea dalam bentuk cincin Kayser-Fleischer dan dalam kapsul lensa anterior dan posterior sebagai bayangan hijau-abu, metalik, sudut yang menyebar dan radiasi lateral, contohnya katarak sunflower (chalcosis lentis).12
Material organik seperti silia, material tumbuh-tumbuhan, dan tulang dapat masuk ke dalam mata dan menyebabkan reaksi granulomatosa. Jamur dapat bersamaan masuk dengan material organik dan menginfeksi mata.12
6. Diagnosis Anamnesis sangat penting terutama untuk menentukan jenis benda asing
yang masuk ke dalam mata. Anamnesis singkat telah cukup untuk seorang optalmologis dalam mencurigai kasus IOFB pada mata dengan cedera openglobe. Hal-hal lain yang perlu ditanyakan adalah mekanisme cedera, kapan terjadinya dan kecurigaan IOFB.Mendiskusikan tentang derajat cedera intraokular yang terjadi dan prognosis pada pasien diberikan selama konseling preoperatif sebelum dilakukan operasi.11,13,15
Pemeriksaan mata menyeluruh dimulai dengan pemeriksaan visus dan pemeriksaan ada tidaknya defek pupil aferen. Berkurangnya daya visus dan ditemukannya defek pupil aferen menjadi faktor prognostik pada pasien yang datang pertama kali. Cedera jalan masuk dan keluar benda asing harus dicari. Ruptur sklera posterior bisa saja tak tampak. Tanda occult globe rupture meliputi kemosis, kedalaman AC asimetris, TIO yang rendah, hemorrhagic
Universitas Sumatera Utara

7
choroidal detachment, dan perdarahan vitreous. Rendahnya tekanan intraokular memberikan kecurigaan adanya cedera open-globe dan adanya retensi benda asing. Ophtalmoskopi indirek melalui pupil yang dilatasi dapat memberikan visualisasi langsung terhadap benda asing. Tonometri, gonioskopi dan depresi sklera tidak boleh dilakukan pada cedera open-globe karena dapat menyebabkan ekstrusi isi intraokular.11,15

Tabel 1. Epidemiologi, manifestasi klinis dan Tatalaksana Benda Asing Intraokular5
CT-scan orbita tanpa kontras merupakan pilihan pemeriksaan penunjang pada kasus yang dicurigai perforasi globe. Thin axial-section CT-scan dilakukan untuk mengevaluasi tulang-tulang orbita dan wajah, ruang retrobulbar dan globe. Apabila dijumpai IOFB pada gambaran CT-scan, ditentukan ukuran, bentuk, lokasi, dan komposisi bila memungkinkan. Dilaporkan bahwa helical CT lebih superior dibandingkan dengan CT scan konvensional sebagai alat assessment preoperatif dimana waktu lebih singkat dan artifak gerakan yang lebih kecil, eksposur radiasi yang lebih sedikit dan kemampuan untuk mendapatkan potongan sagital dan koronal untuk menentukan lokasi benda asing. Pemeriksaan imaging ini juga lebih sensitif
Universitas Sumatera Utara

8
dibandingkan CT axial konvensional, MRI, dan ultrasonografi untuk mendeteksi benda asing dari gelas.15
7. Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi oleh karena retensi benda asing intraokuler antara lain:
- Opasitas kornea - Katarak - Perdarahan intraokuler (hifema, perdarahan vitreous) - Peningkatan tekanan intraokuler - Terlepasnya retina: baik rhegmatogen ataupun traksional - Proliferative vitreoretinopathy - Hipotoni - Phthisis bulbi - Endophthalmitis - Siderosis (oleh karena IOFB logam besi) - Chalcosis (oleh karena IOFB logam tembaga)11
8. Tatalaksana Dalam prinsip tatalaksana kasus IOFB, pengeluaran benda asing
merupakan pilihan terbaik. Akan tetapi, apabila tindakan yang akan dilakukan diperkirakan akan menimbulkan keadaan yang lebih buruk pada mata, pengeluaran benda asing tidak diindikasikan, terutama pada objek yang tidak secara langsung merusak struktur intraokular. Beberapa jenis benda asing, seperti gelas, plastik, pensil (grafit), batu, aluminium dan emas dapat ditoleransi oleh mata. Objek-objek logam dengan potensial redoks yang rendah atau objek yang terkontaminasi dengan material organik dapat meningkatkan morbiditas. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:
- Toksisitas : Objek logam yang mengandung besi, timbal atau tembaga dan campurannya harus dikeluarkan dikarenakan efek toksik pada jaringan intraokular. Siderosis bulbi yang disebabkan
Universitas Sumatera Utara

9
oleh logam besi yang terionisasi, ditandai dengan rust-colored corneal stroma (stroma kornea berwarna merah kecoklatan), heterokromia iris dengan warna kecoklatan, pupil yang dilatasi dan nonreaktif, deposit warna jingga pada epitel lensa dan korteks anterior dan degenerasi retina.Efek toksik oleh tembaga menimbulkan chalcosis akut yang ditandai dengan endophthalmitis steril, corneal dan scleralmelting, hipopion, dan lepasnya retina. Temuan klinis lain meliputi cincin Kayser-Fleischer, heterokromia iris dengan warna kehijauan, katarak berbentuk ”sunflower”, dan degenerasi retina.1 - Kontaminasi: apabila kejadian cedera terjadi di luar ruangan, resiko benda terkontaminasi dengan material organik lebih tinggi sehingga resiko endophthalmitis lebih tinggi.1 Tujuan dalam menatalaksana IOFB adalah mendapatkan outcome visual yang paling baik yang masih mungkin dengan mengidentifikasi lokasi entry dan exit benda asing, rekonstruksi mata (primary repair) dan apabila memungkinkan mengeluarkan objek. Idealnya, benda asing dikeluarkan dalam waktu 24 jam pertama dan objek serta jaringan okular sekitar dikultur. Luka dengan resiko infeksi misalnya luka terkontaminasi memerlukan tatalaksana emergensi. Keterlambatan penutupan bukan hanya meningkatkan resiko infeksi tetapi juga perdarahan ekspulsfi dan ekstrusi isi intraokuler Apabila IOFB removal dapat menimbulkan cedera yang lebih buruk pada pasien dengan daya visus yang masih baik dan tanpa bukti endophtalmitis, maka follow-up reguler dengan pemeriksaan visus, slit-lamp, dan elektroretinogram (ERG) serial merupakan pilihan yang wajar.1 Jadwal ERG yaitu setiap 1-2 bulan dalam 6 bulan pertama, lalu diulangi enam bulan kemudian dan setelahnya, dilakukan setiap tahun.1,11,16 Sebelum dilakukan operasi, manajemen preoperatif seperti pemberian antibiotik sistemik dan topikal diberikan sebelum intervensi pembedahan. Kortikosteroid topikal diberikan untuk meminimalisasi inflamasi. Pemberian
Universitas Sumatera Utara

10
Tetanus booster tepat diberikan dalam hal ini. Organisme gram positif seperti Staphylococcus dan Streptococcus merupakan majoritas isolasi pada pasien dengan endophthalmitis traumatik. Levofloxacin (500 mg) dan moxifloxacin (400 mg), apabila diberikan secara oral, mampu mencapai kadar minimum inhibitory concentration dalam cairan aqueous dan vitreous yang diperlukan untuk menghambat perkembangan 90% patogen okular termasuk organisme gram positif dan gram negatif yang dijumpai pada endophthalmitis traumatik. Akan tetapi, moxifloxacin oral tidak mampu mencapai MIC90 untuk Pseudomonas aeroginosa. Meskipun insidensi endophthalmitis pada IOFB rendah, pemberian antibiotik broad-spectrum harus diberikan preoperatif dan 7-10 hari setelah operasi repair untuk mencegah resiko infeksi.15
Teknik operasi dilakukan sesuai dengan lokasi objek dalam mata. Apabila terdapat di anterior chamber, anterior chamber dipertahankan dengan bahan viskuelastis. Apabila objek tampak, insisi limbus dapat dilakukan. Sebagai alternatif, insisi dilakukan 90-180 derajat dari objek untuk akses yang lebih baik dengan forsep. Apabila benda asing tersimpan dalam angle, endoskopi diinsersi 1800 dari objek untuk visualisasi. Benda asing dapat dikeluarkan dengan bantuan magnet atau forsep melalui insisi 900 dari objek. Dalam teknik operasi, apabila benda asing berlokasi pada kamera okuli anterior maka removal dilakukan dengan insisi kornea lurus dari lokasi benda asing. Insisi dilakukan 3 mm internal dari limbus dan pada kuadran kornea yang sesuai dengan lokasi benda asing. Apabila benda asing bersifat magnetik, benda asing dikeluarkan dengan bantuan magnet. Apabila benda asing bersifat nonmagnetik, benda asing diambil dengan forsep toothless. Apabila benda asing tinggal di jaringan iris (baik magnetik ataupun nonmagnetik), benda asing dikeluarkan dengan sector iridectomy pada daerah iris tempat lokasi benda asing. Ekstraksi magnetik pada benda asing intralentikuler sulit dilakukan. Oleh karena itu, benda asing magnetik ditatalaksana seperti benda asing nonmagnetik. Extracapsular cataract extraction (ECCE) dengan implantasi lensa intraokuler harus dilakukan. Benda asing dapat terevakuasi sendiri dengan material lensa atau dikeluarkan dengan bantuan forsep.1,14

Universitas Sumatera Utara

11
Gambar 3. RemovalIOFB di kamera okuli anteriorA) insisi yang salah B) insisi yang benar tegak lurus dan langsung menuju objek asing14
Pendekatan pembedahan pada IOFB segmen posterior meliputi vitrectomy dan IOFB removal dengan magnet atau forsep. Sebelumnya, baik hifema, katarak, dan perdarahan vitreous yang mengganggu visualisasi segment posterior harus dikeluarkan terlebih dahulu. Apabila benda asing tampak dan melayang dalam kavitas vitreous, dilakukan pars plana vitrektomi dengan removal IOFB dengan magnet atau forsep. Pars plana vitrectomy 20-G merupakan prosedur yang dipilih. Setelah dilakukan removal, vitrektomi periferal lebih lanjut dan pengeluaran hyaloid posterior dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah retinal detachment lanjut, macular pucker, dan posterior vitreous retinopathy. Benda asing intravitreous dikeluarkan dengan pars plana sclerotomy (5 mm dari limbus). Pada lokasi yang dipilih untuk insisi, konjungtiva direflesksi dan insisi dilakukan pada sklera konsentrik terhadap limbus. Lalu, dengan preplaced suture dimasukkan dan robekan insisi diretraksi. Benda asing magnetik dikeluarkan dengan alat elektromagnet. Untuk benda asing intraretina, lokasi insisi harus sedekat mungkin dengan lokasi benda asing. Kemudian dilakukan scleral flap, choroidal bed diterapi dengan diatermi, koroid diinsisi dan benda asing dikeluarkan baik dengan bantuan forsep ataupun magnet eksternal.1,14,15
Universitas Sumatera Utara

12
Gambar 4. Removal IOFBmagnetik di segmen posterior14
Gambar 5. Removal IOFB nonmagnetik di segmen posterior14 Waktu intervensi terutama dipengaruhi oleh resiko endophthalmitis. Menunda vitrektomi 7-10 hari memberikan beberapa manfaat seperti resiko perdarahan tak terkontrol yang lebih rendah dan tingginya separasi vitreous posterior sehingga memberikan kemudahan removal vitreous. Akan tetapi, luka/cedera harus ditutup sesegera mungkin. Setelah pars plana vitrectomy dan ekstraksi benda asing, pertimbangan lain adalah pemberian antibiotik intravitreal dengan vankomisin (1,0 mg/0,1 cc) dan ceftazidim (2,25 mg/0,1 cc) untuk mencegah infeksi bakteri gram positif dan gram negatif. Keuntungan primary vitrectomy dengan IOFB removal yaitu, prosedur hanya sekali pada pasien, resiko endophthalmitis dan posterior vitreous retinopathy yang lebih rendah.15
Universitas Sumatera Utara

13
9. Prognosis Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis visual pada pasien IOFB
antara lain: - Daya visus awal - Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD) - Mekanisme cedera - Luas luka - Zona cedera - Perdarahan intraokuler (hifema, perdarahan vitreous) - Ada tidaknya endophthalmitis - Prolaps uveal - Pre-op retinal detachment - Lokasi IOFB - Tipe IOFB - Waktu dilaksanakannya IOFB removal - Pars plana vitrectomy11
KESIMPULAN Intraocular Foreign Bodies merupakan salah satu trauma open-globe
yang diikuti dengan retensi benda asing baik superficial ataupun bagian yang lebih dalam dari bola mata. Baik lokasi, ukuran, bentuk dan jenis dari benda asing mempengaruhi tatalaksana dan prognosis. Oleh karena itu, mendapatkan informasi dari anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemilihan modalitas imaging yang tepat merupakan prosedur yang harus dilakukan sebelum memilih tatalaksana yang tepat.
Terapi utama dalam manajemen benda asing intraokular adalah operatif dengan tujuan primary repair dan IOFB removal. Komplikasi IOFB yang paling sering adalah endophthalmitis baik IOFB. Pemberian antibiotik topikal dan sistemik diperlukan baik sebagai manajemen preoperatif dan hingga 7-10 hari setelah operasi.
Universitas Sumatera Utara


14
DAFTAR PUSTAKA 1. John, A.D, et al. Management of Intraocular Foreign Bodies. Opht. Pearls. September 2009; 31-32. 2. Sukati VN. Ocular injuries - a review. S Afr Optom, 2012 71(2), 86-94. 3. Kanski JJ. Clinical ophthalmology. A systemic approach. St Louis: Butterworth Heinemann, 2003, pp665-680. 4. Imrie FR, Cox A, Foot B, MaCewen CJ. Surveillance of intraocular foreign bodies in the UK. Eye 2008 22(9) 1141-1147. 5. Abrams P, Intraocular Foreign Body : A Classic Case of Metal Eye Injury. Eye Rounds Org, 2011. 1-6. 6. Lin TC, Liao TC, Yuan WH, Lee FL, Chen SJ. Journal of Chinese Medical Association 77 2014 433-436. 7. Kuhn F, Morris R, Witherspoon CD, Heimann K, Jeffers JB and Treister G. A standardized classification of ocular trauma. Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol 1996 234(6) 399-403. 8. Sriprakash KS, Sujatha BL, Kesarwani S, et al. Surgical intervention in retained intra-ocular foreign body: Our experience. Retina/Vitreous Session 2. AIOC 2006 Proceedings; 493-5. 9. Pieramici DJ. Open globe injuries are rarely hopeless. Managing the open globe calls for creativity and flexibility of surgical approach tailored to the specific case. Review of Ophthalmology. 2005; 12: 6. 10. Kim HS, Lee SC and Lee CS. Characteristics and Prognostic Factors of Open Globe Injuries in Korea. J Korean Ophthalmol Soc. 2012 Oct; 53 (10): 15051511. 11. Iqbal M. Retained Intraocular Foreign Body. Consensus Report. Pak J Ophthalmol 2010 26(3): 158-161. 12. Yanoff, M. Complication of nonsurgical trauma in Ocular Pathology.147-149. 13. Kanski JJ. Trauma. In: Kanski JJ Clinical Ophthalmology. Asystemic approach 6th ed. Butterworth Heinemann. 2007; 847-68. 14. Khurana, AK. Ocular Injuries in Comprehensive Ophtalmology. 2007 (4): 401-416. 15. Katz G, Moisseiev J. Posterior-segment intraocular foreign bodies: An update on management. Risks of infection, scarring and vision loss are among the many concerns to address. Retinal Physician. 2009. 16. Neumann R, Belkin M, Loewenthal E. et al. A long-term follow-up of metallic intraocular foreign bodies, employing diagnostic x-ray spectrometry. Arch Ophthalmol 1992; 110: 1269-1272
Universitas Sumatera Utara