Buku Si swa Kela s X I I 32
niscaya ia akan meninggalkan perbuatan taat tersebut. Oleh karena itu Allah Swt memberikan pahala yang sangat besar bagi orang-orang yang dapat melaksanakan
kesabarannya. Allah Swt berfirman:
ۗٞةَن َسَح اَيۡنُدٱ ِهِذٰ َه ِف ْاوُنَسۡحَأ َنيِ َلِل ۚۡمُكَبَر ْاوُقَتٱ ْاوُنَماَء َنيِ َلٱ ِداَبِعَٰي ۡلُق
٠ ٖبا َسِح ِ ۡرَغِب مُهَرۡج َ
أ َنوُ ِبٰ َصلٱ َفَوُي اَمَنِإ ٌۗةَعِسَٰو ِ َلٱ ُضَۡأَو
“Katakanlah: “Hai hambahambaKu yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. orangorang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu
adalah luas. Sesungguhnya hanya orangorang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.QS. AlZumar 39:10
• Keempat, ikhlas setelah melaksanakan amal shaleh.
Ikhlas dalam beramal shaleh berarti menyerahkan segala sesuatu yang kita laksanakan semata-mata karena Allah Swt. Setelah seseorang memberikan sedekah
kepada si A misalnya, maka yang harus ia lakukan adalah melepas sedekahnya tersebut kepada Allah. Ia tidak usah mengungkit-ungkit terhadap sedekahnya
tersebut di saat si A misalnya tidak memberikan timbal balik sesuai dengan keinginannya. Sebab apabila seseorang meminta timbal balik atas kebaikan dan
amal shaleh yang ia lakukan, maka sudah pasti dia tidak termasuk ke dalam katagori orang-orang yang ikhlas.
B. TOLERANSI
1. Pengertian Toleransi
Toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti berusaha untuk tetap bertahan hidup, tinggal atau berinteraksi dengan sesuatu yang sebenarnya tidak
disukai atau disenangi. Dalam kamus bahasa Indonesia toleransi berarti kelapangan dada dalam arti suka rukun kepada siapapun, membiarkan orang berpendapat atau
berpendirian lain. Sikap toleransi ini dapat di terapkan dalam berbagai bidang baik sosial maupun keagamaan. Hanya saja pembicaraan kita ini akan lebih focus pada
masalah agama.
2. Toleransi Menurut Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Apabila kita ingin melihat bagaimana pandangan Islam mengenai toleransi beragama, maka al-Quran sudah menyatakannya. Allah Swt berfirman:
ۡمُهوُ َبَت ن َ
أ ۡمُكِرَٰيِد نِّم م ُكوُجِرۡ ُي ۡمَلَو ِنيِّدٱ ِف ۡمُكوُلِتَٰقُي ۡمَل َنيِ َلٱ ِنَع ُ َلٱ ُمُكٰىَهۡنَي َل
Di unduh dari : Bukupaket.com
33
Akidah Akhlak Kurikulum 2013
ۡمُكوُلَتَٰق َنيِ َ
لٱ ِنَع ُ َلٱ ُمُكٰىَهۡنَي اَمَنِإ ٨ َنِطِس ۡقُمۡلٱُبِ ُي َ َلٱ َنِإ ۚۡمِهۡ َلِإ ْآوُطِسۡقُتَو
ۡمُهَلَوَتَي نَمَو ۚۡمُهۡو َلَوَت نَأ ۡمُكِجاَرۡخِإ َٓ َع ْاوُرَهٰ َظَو ۡمُكِرَٰيِد نِّم مُكوُجَرۡخَأَو ِنيِّدٱ ِف
٩ َنوُمِلٰ َظلٱ ُمُه َكِئٓ َلْوُأَف
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu
dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang Berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orangorang
yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu orang lain untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
Maka mereka Itulah orangorang yang zalim”. QS. AlMumtahanah60:89
Ayat pertama tidak hanya menganjurkan untuk berlaku adil saja kepada non muslim ketika mereka tidak memerangi dan melakukan pengusiran, melainkan al-
Quran memerintahkan untuk berbuat baik kepada mereka. Ungkapan berbuat baik di sini tentu mencakup makna yang sangat luas sekali.
Selain itu ungkapan ““Allah tidak melarang kamu” memberikan isyarat bahwa Islam menolak orang yang berasumsi bahwa tidak boleh berbuat baik terhadap
non muslim. Adapun berdasarkan hadits, maka hal tersebut sudah diterapkan oleh Rasulullah Saw saat hijrah ke kota Madinah di mana ia menjumpai orang-orang
Yahudi dan kaum musyrikin lainnya sebagai penduduk pribumi. Saat itu tidak ada di benak Rasulullah Saw untuk melakukan tindakan politis
sebagai upaya untuk mengusir atau mendeportasi mereka keluar dari kota Madinah. Hal yang dilakukan oleh Rasulullah Saw saat itu adalah menerima dengan lapang
dada keberadaan mereka dan menyodorkan perjanjian kepada ke dua belah pihak muslim dan non muslim untuk membuat perjanjian agar Rasulullah Saw dapat
menjalankan agamanya dan mereka dapat menjalankan agama mereka secara bersama-sama.
Saat itu juga terjadi kesepakatan bahwa umat Islam dan orang-orang Yahudi harus mempertahankan Yatsrib apabila diserang musuh serta mengukuhkan
kebebasan keluar dari kota Yatsrib bagi yang menghendaki dan mempersilahkan berdiam diri bagi yang ingin mempertahankan kehormatannya.
Perbedaan bahwa manusia dalam agama dan keyakinan merupakan realitas yang dikehendaki Allah swt yang telah memberi mereka kebebasan untuk memilih
iman dan kufur. Di zaman nabi mereka juga diakui eksistensinya dan diberi hak partisipasi
penuh dalam hal pembelanjaan negara. Hanya saja kepercayaan yang sudah diberikan oleh umat Islam saat itu dikhianati oleh orang Yahudi sehingga mereka
Di unduh dari : Bukupaket.com
Buku Si swa Kela s X I I 34
di usir keluar dari kota Madinah. Dengan demikian seandainya orang-orang Yahudi tidak melakukan pengkhiatan, maka niscaya kota Madinah dapat dijadikan sebagai
model negara yang menerapkan sikap toleransi umat Islam terhadap non muslim.
3. Toleransi Sepanjang Sejarah