Arahan Pengembangan Perkebunan Lada di Kabupaten Belitung

98 Berdasarkan Gambar 34 dapat diketahui bahwa masing-masing faktor utama yang berpengaruh pada pengembangan perkebunan lada memiliki masing- masing kriteria yang terkait dengan faktor tersebut. Menurut persepsi semua stakeholders, kriteria dari faktor lahan yang utama untuk diperhatikan adalah konversi lahan. Konversi lahan dianggap penting karena akan menyebabkan semakin berkurangnya lahan yang dapat dimanfaatkan untuk perkebunan lada. Kriteria dari faktor modal yang paling penting adalah ketersediaan modal pribadi. Artinya stakeholders berharap agar petani mampu mengurangi ketergantungan dengan pemerintah dan bisa berusaha tani secara mandiri. Kriteria dari pasar menurut pandangan stakeholders yang paling penting adalah kelayakan dan kestabilan harga. Harga jual lada yang fluktuatif sering membuat petani kurang yakin untuk mengusahakan perkebunan lada. Dari sisi SDM, kriteria keterampilan teknis budidaya menjadi kriteria utama. Hal ini karena keterampilan teknis budidaya dianggap mampu mengelola perkebunan lada secara intensif guna meningkatkan produksi ditengah kondisi lahan yang semakin terbatas. Teknologi pasca panen dianggap oleh stakeholders menjadi kriteria terpenting dari faktor teknologi. Hal ini karena pasca panen dianggap penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas lada yang dihasilkan disamping berupaya mengurangi kehilangan hasil panen looses.

5.5 Arahan dan Strategi Pengembangan Perkebunan Lada di Kabupaten Belitung

5.5.1 Arahan Pengembangan Perkebunan Lada di Kabupaten Belitung

Arahan pengembangan perkebunan lada di Kabupaten Belitung bertujuan untuk mengetahui daerah atau wilayah yang sesuai untuk budidaya lada baik secara spasial maupun biofisik. Kedua aspek tersebut penting diperhatikan dalam pengembangan areal perkebunan lada. Aspek spasial bermakna bahwa lahan yang akan diarahkan bagi pengembangan perkebunan lada sesuai dengan penggunaan lahan dan tidak bertentangan dengan arahan pola ruang atau tata guna lahan yang tertuang dalam RTRW yang telah ditetapkan. Aspek biofisik yang dimaksudkan adalah lahan yang diarahkan merupakan lahan yang sesuai dengan persyaratan kesesuaian lahan tanaman lada setelah dilakukan evaluasi kesesuaian lahan. 99 Peta RTRW yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta RTRW Kabupaten Belitung tahun 2005-2015. RTRW Kabupaten Belitung tahun 2011- 2031 masih dalam tahap proses penyempurnaan saat penelitian ini berlangsung. Analisis lokasi arahan pengembangan perkebunan lada kedepan dapat disempurnakan dengan metode yang sama seperti pada penelitian ini, hanya untuk arahannya menggunakan peta RTRW Kabupaten Belitung tahun 2011-2031. Penentuan lokasi arahan pengembangan perkebunan lada dilakukan dengan menggunakan metode Sistem Infomasi Geografis SIG. Beberapa data sekunder yang dibutuhkan dalam analisis ini meliputi berbagai peta tematik. Peta- peta tematik yang dibutuhkan meliputi peta kelas kesesuaian lahan aktual, peta RTRW, peta penggunaan lahan eksisting dan peta administrasi. Peta tematik tersebut diolah atau dianalisis dengan metode SIG sehingga diperoleh lokasi- lokasi yang menjadi arahan prioritas pengembangan lada. Kriteria penentuan arahan lokasi pengembangan perkebunan lada pada penelitian ini mempertimbangkan hasil analisis sentra perkebunan lada berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif wilayah, peta arahan penggunaan lahan Rencana Tata Ruang Wilayah, peta penggunaan lahan eksisting dan analisis kesesuaian lahan aktual untuk tanaman lada. Kriteria penentuan arahan lokasi pengembangan perkebunan lada tertera pada Tabel 21. Tabel 21. Kriteria penentuan arahan pengembangan perkebunan lada di Kabupaten Belitung No Analisis sentra perkebunan lada Penggunaan lahan RTRW Kelas Kesesuaian Lahan Kategori 1 Membalong Tanah terbukakosong, semakbelukar, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campuran KL S2, S3 Bukan Arahan KB Non KP S2, S3 Bukan Arahan KP S2, S3 Arahan KP N Bukan Arahan 2 Non Membalong Tanah terbukakosong, semakbelukar, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campuran KL S2, S3 Bukan Arahan KB Non KP S2, S3 Bukan Arahan KP S2, S3 Arahan KP N Bukan Arahan Ket : KL = Kawasan lindung KP = Kawasan perkebunan KB Non KP = Kawasan budidaya selain kawasan perkebunan 100 Berdasarkan analisis sentra perkebunan lada keunggulan komparatif dan kompetitif wilayah diketahui bahwa kecamatan Membalong merupakan wilayah sentra perkebunan lada di Kabupaten Belitung. Kecamatan Membalong masih menyimpan potensi lokal untuk pengembangan perkebunan lada, sehingga kecamatan Membalong lebih diprioritaskan untuk arahan pengembangan perkebunan lada. Empat kecamatan lain di luar kecamatan Membalong non Membalong seperti Tanjungpandan, Sijuk, Badau dan Selat Nasik berdasarkan analisis hasil penelitian ini bukan menjadi prioritas utama untuk pengembangan lada. Kecamatan Membalong juga ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung sebagai kawasan pertanian sehingga sesuai dengan hasil penelitian ini. Ditinjau dari penggunaan lahan, ada 4 empat jenis penggunaan lahan yang dapat direkomendasikan untuk arahan pengembangan perkebunan lada. Keempat jenis penggunaan lahan tersebut antara lain tanah terbukakosong, semakbelukar, pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campuran. Urutan prioritas penggunaan lahan untuk arahan pengembangan perkebunan lada didasari oleh nilai ekonomi usaha pengelolaan jenis penggunaan lahan tersebut dan kebiasaan masyarakatpetani di Belitung berdasarkan hasil wawancara. Penggunaan lahan eksisting dalam penelitian ini mengacu pada peta penggunaan lahan eksisting tahun 2009. Pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campuran direkomendasikan berdasarkan kesesuaian lahan dan syarat tumbuh tanaman lada. Rekomendasi terkait penggunaan lahan pada pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campuran dalam penelitian ini bersifat alternatif atau pilihan bagi petani, bukan berarti harus mengganti tanaman pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campuran menjadi tanaman lada. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan penggunaan lahan tanah terbukakosong dan semakbelukar menjadi prioritas utama karena memiliki biaya yang lebih baik, karena disamping memanfaatkan lahan-lahan tidur, resiko biaya maupun modal yang dikeluarkan petani juga menjadi lebih kecil. Pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campuran tidak menjadi prioritas utama dalam penilaian ini karena pertanian lahan kering diasumsikan sudah ditanami dengan komoditas lada ataupun komoditas perkebunan lainnya. Namun bukan berarti pertanian lahan kering dan lahan kering campuran tidak bisa dimanfaatkan, tetapi lahan tersebut bisa saja dimanfaatkan ketika tanaman yang ditanam di lokasi tersebut sudah tidak produktif dan ingin digantikan dengan 101 tanaman lada. Kondisi ini bisa dilakukan, namun akan menyerap biaya untuk pemulihan kesuburan lahan dan unsur hara yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan pertimbangan Rencana Tata Ruang Wilayah, kawasan yang menjadi arahan untuk pengembangan perkebunan lada adalah kawasan perkebunan. Kawasan lindung dan kawasan budidaya yang tidak termasuk kawasan perkebunan tidak direkomendasikan untuk arahan pengembangan perkebunan lada di Kabupaten Belitung. Dengan demikian, lokasi arahan pengembangan perkebunan lada akan sejalan dengan arahan tata guna lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung. Kriteria kesesuaian lahan aktual harus dipertimbangkan dalam menentukan arahan pengembangan perkebunan lada. Kesesuaian lahan untuk penanaman lada akan mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan produktifitas tanaman lada tersebut. Lahan yang direkomendasikan untuk arahan pengembangan lada adalah lahan yang memiliki kelas kesesuaian lahan aktual S2 dan S3. Kelas S2 dan S3 dalam penelitian ini tidak dibedakan atau berada pada prioritas yang sama mengingat faktor pembatas S3 bukan merupakan faktor pembatas yang berat sehingga kalau diberi perlakuan tanpa biaya yang besar akan mampu menjadi kelas S2. Berdasarkan analisis keempat parameter penentu lokasi arahan pengembangan perkebunan lada di Kabupaten Belitung, maka disusun empat prioritas lokasi arahan pengembangan perkebunan lada seperti tertera pada Tabel 22. Tabel 22. Pembagian prioritas arahan pengembangan perkebunan lada di Kabupaten Belitung No Priorotas Kecamatan Penggunaan Lahan RTRW Kelas Lahan 1 I Membalong Tanah Terbuka Semak Belukar Perkebunan S2S3 2 II Membalong Pertanian Lahan KeringCampuran Perkebunan S2S3 3 III Non Membalong Tanah Terbuka Semak Belukar Perkebunan S2S3 4 IV Non Membalong Pertanian Lahan KeringCampuran Perkebunan S2S3 Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa lokasi arahan prioritas I merupakan lahan di kecamatan Membalong dengan penggunaan lahan berupa tanah terbuka 102 dan semak belukar, kelas lahan aktual S2S3 serta berada di kawasan perkebunan menurut peta RTRW. Lokasi arahan prioritas II merupakan lahan di kecamatan Membalong dengan penggunaan lahan berupa pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campuran, kelas lahan aktual S2S3 serta berada di kawasan perkebunan menurut peta RTRW. Lokasi arahan prioritas III merupakan lahan di kecamatan non Membalong dengan penggunaan lahan berupa tanah terbuka dan semak belukar, kelas lahan aktual S2S3 serta berada di kawasan perkebunan menurut peta RTRW. Lokasi arahan prioritas IV merupakan lahan di kecamatan non Membalong dengan penggunaan lahan berupa pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campuran, kelas lahan aktual S2S3 serta berada di kawasan perkebunan menurut peta RTRW. Pembuatan peta lokasi arahan pengembangan perkebunan lada diawali dengan menyiapkan peta kesesuaian lahan aktual untuk tanaman lada. Selanjutnya peta tersebut dioverlay dengan Peta RTRW, peta penggunaan lahan dan peta administrasi sehingga diperoleh peta arahan sementara pengembangan perkebunan lada. Hasil overlay keempat peta tematik tersebut dinamakan peta arahan sementara karena hasil peta tersebut belum final karena masih harus di erase atau dikeluarkan wilayah-wilayah yang merupakan kawasan perkebunan besar, kawasan penambangan timah dan kawasan hutan. Hasil akhir dari olahan berbagai peta tematik ini kemudian dianalisis untuk memperoleh lokasi atau wilayah yang akan menjadi arahan pengembangan perkebunan lada di Kabupaten Belitung. Lokasi arahan pengembangan perkebunan lada yang dihasilkan dalam analisis ini akan disajikan dalam luasan untuk tiap kecamatan. Tabel 23 menyajikan lokasi arahan pengembangan lada yang terbagi dalam empat prioritas. Tabel 23. Arahan pengembangan perkebunan lada di Kabupaten Belitung No Kecamatan Luas Lahan Arahan ha Jumlah ha Luas I II III IV 1 Membalong 1.274 12.855 14.129 57,19 2 Tanjungpandan 2.269 2.269 9,18 3 Sijuk 1.273 132 1.405 5,69 4 Badau 3.267 3.121 6.388 25,86 5 Selat Nasik 513 513 2,08 Jumlah 1.274 12.855 6.809 3.766 24.704 100,00 103 Berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa jumlah luas arahan pengembangan lada di Kabupaten Belitung berdasarkan hasil analisis dan pengolahan peta tematik seluas 24.704 ha atau sekitar 10,99 dari luas Kabupaten Belitung. Dari luasan tersebut, kecamatan Membalong memiliki lokasi pengembangan perkebunan lada terluas dengan luasan mencapai 14.129 ha atau 57,19 dari jumlah luas areal yang menjadi arahan pengembangan perkebunan lada. Wilayah ke 2 yang menjadi lokasi arahan adalah kecamatan Badau dengan luasan mencapai 6.388 ha atau sekitar 25,85. Secara spasial arahan lokasi pengembangan tanaman lada di Kabupaten Belitung disajikan seperti Gambar 35. Gambar 35. Peta arahan pengembangan lada Arahan lokasi terluas pengembangan perkebunan lada berada pada prioritas II dengan luas 12.855 ha, diikuti oleh prioritas III dengan luas 6.809 ha. Prioritas IV dan I menempati urutan ke 3 dan ke 4 dengan luas masing-masing 3.766 ha dan 1.274 ha. Secara spasial arahan pengembangan perkebunan lada tersebar di lima kecamatan di Kabupaten Belitung. Membalong menjadi kecamatan prioritas untuk arahan pengembangan perkebunan lada dengan luas 14.129 ha. SELA T GASPAR KABUPATEN BELITUNG TIMUR 104

5.5.2 Strategi Pengembangan Perkebunan Lada di Kabupaten Belitung